• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 1200 m di atas permukaan laut dengan luas wilayah 300 Ha. Daerah ini memiliki suhu udara antara 20°C - 28°C dengan intensitas curah hujan antara 2000 – 3000 mm/tahun.

Desa Samura memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Berhala/Ketaren

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mulawari

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tiga Panah

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Katepul/ Gung Negri

Desa Samura terdiri dari enam lingkungan, yaitu Desa Samura, Gang Bersama, Perumahan Telkom, Samura Indah, dan Gang Madu. Lokasi peternakan lebah madu ini berada di lingkungan Gang Madu.

Profil Perusahaan

Usaha yang memanfaatkan lebah madu sebagai bahan pembudidayaannya ini merupakan pusat budidaya lebah madu Sumatera Utara yang saat ini pembudidayaannya berada di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, serta kantor pemasaran produk yang terletak di Jalan Balam no. 28 Kecamatan Medan Sunggal, Sumatera Utara. Usaha ini telah berdiri selama 21 tahun. Usaha ini merupakan usaha gabungan yang diketuai oleh Bapak Sutrisno. Stuktur organisasinya terdiri dari

ketua yaitu Bapak Sutrisno, bendahara yaitu Bapak Herwindu, dan sekretaris yaitu Bapak Barita Raja Nasution serta anggota yang terdiri dari 9 orang. Kemitraan usaha ini biasanya dilakukan dengan Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, untuk keperluan pelatihan dan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan maupun pameran-pameran khusus.

Usaha ini berdiri sejak tahun 1991, sebelum usaha ini berdiri, sang pemilik mengawali karirnya dengan bergabung di perusahaan pramuka kuartir daerah Sumatera Utara dari tahun 1989 sampai 1993. Pada tahun 1991, Bibit lebah yang pertama dibudidayakan adalah bibit lebah madu jenis Apis mellifera yang berasal dari Jawa Tengah, tepatnya Kota Solo. Budidaya pertama sebanyak 15 stup, dengan jangka waktu setengah bulan sudah bisa dipanen.

Masa-masa sulit dalam merintis usaha ini pada awal usaha, dimana transportasi belum dimiliki oleh pemilik peternakan lebah, sehingga perlu menyewa transportasi yang ternyata lebih banyak rugi, karena sering sekali ketika hendak panen, terjadi hujan sehingga tidak bisa panen, namun harus membayar sewa transportasi yang sudah disewa sebelumnya. Pada tahun 2001 pemilik sudah memiliki transportasi sendiri, sehingga lebih hemat dalam ongkos angkut lebah dan hasil lebahnya.

Visi usaha ini adalah ingin mengajak masyarakat untuk memulai hidup sehat dengan mengkonsumsi hasil-hasil lebah madu serta bersama melestarikan budaya pembudidayaan lebah madu. Misi usaha ini yaitu dengan membuktikan dan meyakinkan masyarakat akan khasiat dari produk lebah madu.

Gambaran Umum Pembudidayaan Lebah Madu

Pembudidayaan lebah madu saat ini berada di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Luas lahan yang digunakan untuk pembudidayaan lebah madu (Apis mellifera) yaitu sekitar 6m x 17m. Pada luas lahan 6m x 17m mampu membudidayakan sekitar 40 stup. Biasanya dalam satu stup berisi 3000 sampai 10.000 ekor lebah. Lahan yang digunakan untuk pembudidayaan lebah madu ini adalah lahan milik sendiri. Pada awal usaha peternak membeli lahan yang ukurannya tidak terlalu luas, namun cukup untuk pembudidayaan lebah madu. Pembelian lahan juga harus memperhatikan jenis tumbuh-tumbuhan yang ditanam di daerah sekitarnya, harus cocok untuk makanan lebah madu.

Jenis tanaman pada lahan pembudidayaan lebah madu tersebut beragam yaitu jagung, jeruk, kopi, kaliandra dan tanaman sayuran lainnya. Jarak lahan pembudidayaan dari tempat tinggal pemilik budidaya lebah tersebut yaitu sekitar 75 km.

Teknik beternak lebah madu (Apis mellifera) pada pemdudidayaan disini dilakukan dengan cara mengangon atau penggembalaan. Penggembalaan dilakukan tiga bulan sekali, biasanya diawali dengan survei lokasi yang akan dijadikan lahan pembudidayaan lebah, dengan melihat jenis tanaman dan keamanan lokasi lahannya.

Kegiatan yang biasa dilakukan dalam pemeliharaan adalah kontrol dilakukan setiap bulan, kemudian pembersihan tempat lebah atau stup, kemudian saat masa paceklik dilakukan bantuan makanan seperti pemberian gula. Biasanya pada masa paceklik madu tidak dihasilkan namun anak lebah semakin bertambah,

sehingga pada saat masa paceklik, peternak lebih mengutamakan untuk panen bibit lebah. Masa paceklik biasanya berlangsung selama 4-5 bulan sehingga dalam satu tahun bisa terjadi 1 sampai 2 kali masa paceklik.

Kegiatan yang dilakukan dalam pembudidayaan lebah madu diantaranya adalah pembuatan ratu. Kegiatan pembuatan ratu yaitu dikhususkan untuk stup yang tidak memilki ratu dibuat ratu dengan meletakkan anak lebah di dalam alat buatan dan alat pengambil ratu yang disebut grafting, survey lahan pembudidayaan, kemudian pembuatan stup baru.

Hama yang biasa menyerang lebah madu adalah walet, capung, semut dan kutu. Penanggulangan biasanya dengan memindahkan lebah madu ke tempat lain yang masih aman dari serangan hama, sedangkan penanggulangan yang khusus untuk kutu yaitu dengan pemberian belerang yang dicampur dengan kapur barus atau dengan pestisida yang dicampur minyak kayu putih. Selain hama, racun tanaman dapat mengganggu perkembangbiakan lebah, sehingga perlu hati-hati dalam menentukan lahan pembudidayaan lebah madu (Apis mellifera).

Adapun perbedaan dari lebah jenis Apis mellifera dengan lebah jenis lokal adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan antara lebah Apis mellifera dengan lebah jenis lokal

No Perbedaan Lebah mellifera Lebah lokal

1 Produksi Lebih banyak Lebih sedikit

2 Pembuatan ratu Bisa Tidak bisa

3 Tingkah laku Tidak agresif Lebih agresif

4 Cara panen Di putar dengan menggunakan

alat eksakator

Di potong sarangnya

Berdasarkan data dari Tabel 1 diketahui bahwa banyak keuntungan yang diperoleh dari budidaya lebah madu jenis Apis mellifera dibandingkan dengan pembudidayaan dengan lebah madu jenis lokal.

Proses Pemanenan Produk Lebah Madu

1. Madu

Produksi madu di perusahaan ini memliki variasi jenis madu. Jenis madu disini ada tiga jenis, yaitu madu umum, madu royal jelly, dan madu pollen. Masing-masing dari ketiga jenis madu ini memiliki proporsi produksi yang berbeda, biasanya proporsi untuk madu umum sekitar 50%, sedangkan proporsi untuk madu royal jelly dan madu pollen sekitar 25% : 25%.

Variasi jenis madu tersebut memiliki harga jual yag berbeda-beda tergantung dari proses pemanenan dan jumlah produksinya. Jenis madu umum biasanya dijual dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan jenis madu royal jelly dan madu pollen. Tingkat keuntungan dari jenis-jenis madu tersebut tergantung dari produksinya, dimana pendapatan pertahun biasanya untuk madu umum memilki jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis madu royal jelly dan pollen. Data untuk masing-masing pendapatan untuk ketiga jenis madu tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1, namun untuk analisis finansial perusahaan ini, semua produk digabung menjadi satu pemasukan (benefit).

Proses pemanenan hingga proses pengemasan masing-masing jenis madu tersebut akan dijelaskan pada penjelasan berikut:

a.Madu Umum

Pemanenan madu dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut eksakator, yaitu dengan cara diputar sehingga madunya keluar dan tidak merusak sarang lebahnya. Produksi lebah dapat dipanen sekitar 10-14 hari. Hal ini tergantung dari kondisi iklim dan musim bunga di sekitarnya sebagai bahan

makanannya. Frekuensi panen madu pada saat paceklik terjadi sekali dalam setahun, panen terjadi 21-24 kali. Sedangkan pada saat paceklik terjadi dua kali dalam setahun, panen terjadi 6-12 kali. Dalam sekali panen, jumlah panen madu bisa mencapai 1kg dalam setiap stup (kotak lebah). Rata-rata jumlah stup per tahun mencapai 40 stup. Jumlah panen ini tidak selalu tetap, tergantung dengan kondisi cuaca, dan produksi tanaman-tanaman di sekitar lahan pembudidayaannya. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Apriari Pramuka (2003) bahwa jumlah dan kualitas madu dipengaruhi oleh ketersediaan pakan lebah penghasil nektar dan pollen bunga, cuaca, kelembaban dan temperatur udara, serta koloni lebah.

Pengemasan madu dilakukan setelah panen madu, kemudian madu tersebut dikumpulkan dalam satu wadah kemudian disaring sehingga terpisah dari kotoran-kotoran yang menempel pada saat pemanenan madu dilakukan. Setelah dilakukan penyaringan, kemudian dilakukan pengemasan dengan botol yang telah di cuci bersih dengan beberapa proses pencucian, kemudian ditutup dan di segel serta di beri label kemasan hingga menarik dan siap untuk dipasarkan.

Madu yang telah siap dipasarkan disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Dalam satu botol kemasan 250 ml, madu dipasarkan dari produsen seharga Rp. 35.000,- sedangkan pada botol madu yang kemasan 600 ml, madu dipasarkan

dari produsen seharga Rp. 75.000,-. b. Madu Royal Jelly

Madu royal jelly merupakan madu yang digabung langsung dengan royal jelly yang telah dipanen. Pemanenan royal jelly dilakukan seperti pembuatan ratu lebah, hanya saja pemanenan royal jelly ini dilakukan setiap 4 hari sekali agar royal jelly yang ada di dalam tempat pembuatan ratu tidak habis kering dimakan oleh bakal ratu yang berada di dalamnya, karena royal jelly merupakan makanan bagi ratu lebah. Pengambilan royal jelly dengan menggunakan alat yang disebut grafting. Frekuensi panen royal jelly dapat dilakukan sebanyak 50 kali dalam setahun, karena di pengaruhi juga oleh pembuatan ratu lebah, sehingga pemanenan royal jelly tidak rutin dilakukan. Jumlah panen royal jelly tidak sebanyak seperti panen madu, panen royal jelly bisa menghasilkan 100 ml/minggu jadi dalam setahun hanya menghasilkan sekitar 5.000 ml.

Pemanenan royal jelly disesuaikan dengan pembuatan ratu lebah, jika petani lebah sedang ingin mengembangkan ratu lebah maka produksi royal jelly tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan karena royal jelly yang berada pada tempat pembuatan ratu lebah khusus disuplay untuk makanan ratu lebah agar pertumbuhan ratu lebah lebih cepat dan lebih baik. Pemanenan royal jelly dimulai pada tahun ke lima, hal ini dikarenakan pada tahun pertama hingga ke tiga peternak ingin mengembangkan bibit lebah terlebih dahulu, sehingga royal jelly lebih disuplay untuk makanan ratu lebah.

Pengemasan dilakukan setelah pemanenan royal jelly yang kemudian ditempatkan pada wadah yang bersih, kemudian untuk pengemasan, biasanya royal jelly

langsung dicampurkan ke dalam Madu, karena melihat harga royal jelly yang harganya sangat tinggi jika dijual secara langsung, tanpa dicampur dengan madu. Perbandingan royal jelly dengan madu adalah 1:42.

Gambar 3. Madu royal jelly kemasan 250 ml

Madu royal jelly yang telah siap dipasarkan disajikan dalam Gambar 3. Madu royal jelly dengan botol kemasan 250 ml dihargai Rp. 75.000,- sedangkan madu royal jelly kemasan 600 ml dihargai Rp. 150.000,- untuk permintaan khusus royal jelly murni 1 ons dihargai Rp. 150.000,-.

c. Madu Pollen

Madu pollen merupakan madu yang langsung dicampur dengan pollen. Pemanenan pollen dilakukan dengan memasang alat penjerat yang diletakkan di depan pintu masuk lebah madu (Apis mellifera). Pemanenan dilakukan setiap hari yaitu dengan ketentuan jika pagi di panen, maka sore tidak boleh di panen karena sebagai cadangan makanan yaitu sebagai sumber protein bagi lebah. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Sihombing (2005) bahwa Secara garis besar, pollen sebagai sumber

protein dan nektar sebagai sumber karbohidrat bagi lebah. Jumlah panen pollen mencapai 1kg/bulan.

Pengemasan pollen tidak bisa langsung dikemas, karena pollen yang telah di panen harus di jemur dahulu kemudian pollen yang telah kering digiling hingga halus seperti tepung atau bubuk. Pengemasan pollen biasanya dicampur dengan madu, karena harga pollen yang mahal jika langsung dijual, selain itu konsumsi pollen lebih nikmat jika dicampur dengan madu. Pengemasan pollen biasanya langsung dicampurkan ke madu. Perbandingan pollen dan madu adalah 1:1,25. Madu pollen yang telah dikemas dan siap untuk dipasarkan disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Madu pollen kemasan 250 ml

Madu pollen yang telah siap dipasarkan disajikan dalam Gambar 4. Dengan isi botol 250 ml, madu pollen tersebut dihargai Rp. 60.000,- sedangkan madu pollen isi botol 600 ml dihargai Rp. 140.000,-.

2. Bibit lebah

Pemanenan bibit lebah tidak seperti panen pada produk-produk lainnya. Panen bibit lebah ini menunggu hingga anakan lebah berkembang melebihi populasi yang semestinya dalam 1 stup (kotak), kemudian jika anakan lebah tersebut sudah mencapai 6 sampai 8 sarang maka stup yang memiliki dua ratu akan di pecah ratunya untuk pembuatan stup yang baru. Proses pemecahan bibit lebah biasanya bisa dilakukan dalam jangka waktu 2-3 bulan sekali. Jika anak lebah sudah terkumpul 6 sampai 8 sarang, namun tidak ada persediaan ratu, maka ratu harus dibuat dahulu dengan menggunakan alat bantu pembuat ratu yang sering disebut grafting. Sehingga frekuensi panen bbit lebah ini tidak dapat ditetapkan karena disesuaikan dengan perkembangan lebah itu sendiri. Namun biasanya dalam setahun dapat panen 3-5 stup (kotak). Harga 1 stup (kotak) mencapai Rp. 750.000-,

Gambar 5. Bibit lebah madu yang telah dipecah

Biasanya pemesanan bibit lebah dilakukan beberapa bulan sebelum diperlukan sehingga pemilik pembudidayaan lebah ini dapat mempersiapkan ratu lebah tersebih dahulu.

Pembuatan ratu dalam satu kotak dapat dilakukan secara alami oleh lebah itu sendiri maupun dengan buatan, yaitu dengan memilih larva yang masih sangat kecil kemudian diletakkan ke lilin buatan dan dibiarkan selama satu minggu untuk dilihat tingkat keberhasilannya. Jika berhasil biasanya ditandai dengan semakin bertambahnya lilin yang dibuat oleh lebah tersebut, tapi jika tidak berhasil maka lilin tersebut tidak tertutup oleh lilinnya. Dokumentasi alat pembuat ratu lebah madu dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Alat pembuat ratu lebah

Analisis Finansial Produk-produk Lebah Madu (Apis mellifera)

Dalam mendirikan suatu usaha, baik usaha kecil atau usaha besar tujuan utamanya adalah memdapatkan keuntungan, keuntungan dari suatu usaha tidak hanya keuntungan yang besar, suatu keuntungan menggambarkan layak atau tidaknya usaha tersebut didirikan. Analisis finansial adalah suatu studi untuk penilaian dalam rangka untuk melihat apakah usaha lebah madu yang

dilaksanakan layak diusahakan dan menguntungkan secara finansial. Dimana kriteria yang digunakan beberapa diantaranya yaitu dari NPV, BCR, dan IRR. Batasan 15 tahun untuk analisis pada penelitian ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu dalam kurun waktu 15 tahun diyakini analisis sudah dapat mewakili hasil yang menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya, selain itu dalam kurun waktu 15 tahun, telah terjadi tahapan-tahapan dalam suatu perusahaan yaitu pada tahun 0-2 perusahaan mengalami kerugian, kemudian pada tahun 3-4 perusahaan sudah melewati masa BEP, kemudian tahun 5-10 perusahaan sedang dalam pengembangan, dan pada tahun 11-15 perusahaan sudah menikmati keuntungan yang besar.

Analisis finansial dengan menggunakan kriteria NPV, BCR, dan IRR memerlukan data berupa benefit dan cost dalam jangka waktu yang ditentukan. Adapun komponen benefit dan cost yang digunakan dalam pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Komponen benefit rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Benefit Rata-rata jumlah produksi botol ukuran 250 ml/tahun Rata-rata jumlah produksi botol ukuran 600 ml/tahun Rata-rata harga / botol ukuran 250 ml (Rupiah)/tahun Rata-rata harga / botol ukuran 600 ml (Rupiah)/tahun Rata-rata harga kotak/tahun

Madu umum 608 botol 253 botol 21.000 47.000

Madu royal jelly

265 botol 115 botol 53.000 116.000

Madu Pollen 584 botol 228 botol 30.000 109.000

Bibit lebah / stup

3 kotak 550.000

Berdasarkan data pada Tabel 2 bahwa produksi pada setiap tahunnya berbeda, hal tersebut dikarenakan produksi madu ditentukan oleh beberapa faktor, baik faktor internal, maupun faktor eksternal yang berhubungan dengan iklim,

masa paceklik dan asupan makanan yang tersedia di sekitar tempat pembudidayaan. Sedangkan harga, pada setiap tahun berbeda sesuai dengan fluktuasi nilai mata uang yang berpengaruh terhadap harga pada pengeluaran (cost).

Komponen cost yang digunakan dalam penelitian ini di gambarkan secara garis besar, namun secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Komponen cost yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3:

Tabel 3. Komponen cost rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Cost Rata-rata kuantitas Rata-rata harga satuan

(Rupiah)

Pembelian lahan 6x17 m 6.500.000

Pembelian lebah 15 kotak 700.000

Penambahan stup 5 kotak/3thn 150.000

Kontrol 24 kali/thn 52.000

Penggembalaan 4 kali/thn 250.000

Bantuan makanan 200 kg/thn 9.000

Perlindungan hama 4kali/thn 150.000

Biaya tenaga kerja 248 jam/thn 9.000

Survey lahan 1 kali/thn 250.000

Alat pembuat ratu lebah 1 30.000

Eksakator 1 750.000

Pengasap 24 kali/thn 2.000

Masker pengaman 2 buah/ 3 thn 25.000

Drum plastic 2 buah/2 thn 100.000

Sikat 1 buah/5 thn 75.000 Pisau 1 buah/2 thn 40.000 Martil 1 buah/3 thn 20.000 Saringan 1 buah/thn 35.000 Skrap 1 buah/ thn 2500 Pondasi 4 buah/ thn 625.000 Tiang penyangga 8 31.250

Polen trap 1 buah/ thn 7.500

Botol Buah 300

Tutup botol 2012 buah 100

Segel 2012 buah 100

Label keterangan 2012 buah 400

Transportasi 48 kali/ thn 200.000

Berdasarkan Tabel 3 bahwa harga per unit cost bervariasi, disebabkan pertambahan nilai mata uang per tahun yang terus meningkat, sehingga pada Lampiran 2 total biaya per tahun bervariasi. Pada analisis cost transportasi, terjadi penurunan

biaya pada tahun ke 11-15, hal tersebut dikarenakan peternak sudah memilki transportasi pribadi sehingga tidak lagi menyewa transportasi dan hasilnya lebih meminimasikan biaya.

Pada usaha perlebahan ini, ingin diketahui layak atau tidaknya usaha ini dijalankan, sehingga dilakukan analisis finansial dengan kriteria NPV, BCR, dan IRR dengan tingkat suku bunga yang berlaku 15%. Analsisi finansial pada usaha perlebahan ini ditunjukkan pada Tabel 4, dan hasil perhitungan ditunjukkan pada Lampiran 3:

Tabel 4. Analisis finansial usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Kriteria Analisis Finansial Hasil

NPV 208.139.563,76,- (Rp/Usaha)

BCR 2.39

IRR 40.58863%

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur profitabilitas suatu investasi jangka panjang dalam kegiatan atau suatu usaha. Dimana cara perhitungan NPV adalah selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu pada tingkat bunga yang ditentukan.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa hasil analisis NPV usaha perlebahan

madu dengan NPVDF 15% mempunyai nilai positif yaitu sebesar Rp. 208.139.563,76,- . Hal ini berarti usaha perlebahan ini dikatakan untung,

karena memiliki nilai NPV yang bernilai positif.

Hasil analisis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2004), dalam pengembangan usaha budidaya lebah madu A. mellifera selama

lima tahun dengan awal usaha 100 koloni dan jumlah biaya produksi serta investasi selama lima tahun sebesar Rp 259.850.000,-, diperoleh nilai sekarang neto bernilai positif, yaitu sebesar Rp 142.527.400,- pada tingkat diskonto (DF) sebesar 18% dan keuntungan bersih yang diperoleh sebesar Rp 307.400.000,.

Perbedaan besarnya nilai sekarang neto (NPV) antara perusahaan tergantung dari jumlah biaya yang diinvestasikan, biaya produksi, biaya usaha, dan produksi madu yang dihasilkan. Apabila manfaat sekarang neto bernilai negatif pada tingkat diskonto yang diasumsikan, di mana manfaat sekarang arus manfaat menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya, akan berakibat ketidakcukupan untuk mencakup kembali investasi dan tidak dapat membayar tingkat bunga, meskipun masih memperoleh keuntungan dari sumberdaya yang diinvestasikan.

Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan nilai biaya dari suatu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai BCR lebih besar dari satu menunjukkan investasi cukup menguntungkan.

Hasil analisis usaha perlebahan ini di dapatkan hasil analisis BCR dengan disconto faktor 15% yaitu sebesar 2.39. Hal ini berarti hasil analisis BCR memiliki nilai lebih besar daripada 1. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha perlebahan dengan tingkat suku bunga 15% menguntungkan atau layak untuk diusahakan. Nilai BCR usaha perlebahan sebesar 2.39 berarti manfaat ekonomi investasi ini 2.39 kali lebih besar dari pada nilai biaya total pada tingkat suku bunga 15%, Karena setiap Rupiah yang diinvestasikan akan memberi hasil sebesar Rp. 2.39,-.

Nilai BCR pada usaha perlebahan ini tergolong tinggi, hal ini dipengaruhi oleh suku bunga yang berlaku, semakin tinggi suku bunga yang dipakai, maka nilai BCR akan semakin rendah, selain itu juga disebabkan karena keuntungan yang diperoleh usaha perlebahan ini tergolong besar. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Gittinger (1986) bahwa Nilai mutlak B/C ratio akan berbeda tergantung pada tingkat bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin rendah nisbah manfaat terhadap biaya yang dihasilkan, dan jika tingkat bunga yang dipilih cukup tinggi maka nisbah manfaat terhadap biaya kurang dari satu. Hasil analisis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan

Perhutanan Sosial (2003), dalam pengembangan usaha budidaya lebah madu A. mellifera selama lima tahun dengan awal usaha 100 koloni diperoleh nisbah

manfaat terhadap biaya (B/C ratio) sebesar sebesar 1,87 dengan diskon faktor yang digunakan sebesar 18% dari biaya keseluruhan sebesar Rp 259.850.000,-.

Internal Rate Of Return (IRR)

Internal Rate Of Return merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usahatani mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Nilai IRR menunjukkan tingkat suku bunga (discount rate), berapa yang membuat manfaat nilai sekarang menjadi negatif.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil IRR usaha perlebahan yaitu sebesar 40.5886%, ternyata hasil IRR ini menunjukkan bahwa nilai IRR lebih besar dari disconto faktor 15% (bunga bank) yang berlaku sekarang ini. Hal ini berarti usaha perlebahan ini layak diusahakan. Nilai IRR sebesar 40.5886% tergolong IRR yang sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh

Dokumen terkait