• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Finansial Dan Pemasaran Usaha Lebah Madu (Apis mellifera)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Finansial Dan Pemasaran Usaha Lebah Madu (Apis mellifera)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN USAHA LEBAH

MADU (

Apis mellifera)

SKRIPSI

Oleh :

Rini Agustini

081201006/Manajemen hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN USAHA LEBAH

MADU (

Apis mellifera)

SKRIPSI

Oleh :

Rini Agustini

081201006/Manajemen hutan

Skripsi ini sebagai syarat untuk

mendapatkan gelar sarjana di Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN

USAHA LEBAH MADU (Apis mellifera).

Nama : Rini Agustini

NIM : 081201006

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Mananajemen Hutan

Disetujui oleh, Komisi Dosen Pembimbing

Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si 19750314 200003 2 004

Kansih Sri Hartini, S.Hut, MP

Mengetahui

Ketua Program Studi Kehutanan

(4)

ABSTRAK

RINI AGUSTINI. Analisis Finansial dan Pemasaran Usaha Perlebahan (Apis

mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan KANSIH SRI HARTINI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis finansial dan marjin pemasaran usaha perlebahan (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis finansial dengan beberapa kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Returns (IRR).

Hasil penelitian menunjukkan usaha perlebahan tersebut menghasilkan nilai NPV, BCR, dan IRR yang menunjukkan bahwa usaha perlebahan layak untuk diusahakan, dengan nilai NPV sebesar Rp. 28.083.388,-, BCR 3.50, dan IRR 84.43% dengan tingkat suku bunga yang berlaku 15%. Jenis produk yang diproduksi pada usaha ini ada 2 jenis yaitu madu dan bibit lebah. Madu dibedakan menjadi 3 jenis yaitu madu umum, madu royal jelly, dan madu pollen. Jenis produk yang memiliki marjin pemasaran terbesar adalah jenis madu royal jelly dan madu pollen yaitu sebesar Rp. 10.000,-/botol, sedangkan marjin pemasaran terkecil adalah bibit lebah yaitu Rp. 0,-.

(5)

ABCTRACT

RINI AGUSTINI. The Financial Analysis and Marketing Business beekeeping (Apis mellifera) in the village of Samura, Subdistrict Gung Negri, District

Kabanjahe, Karo, North Sumatra Province. Under Academic Supervision of

AGUS PURWOKO and KANSIH SRI HARTINI

This research aims to determine the financial analysis and marketing margins beekeeping businesses (Apis mellifera) in the village of Samura, Subdistrict Gung Negri, District Kabanjahe, Karo. The analysis method used was descriptive analysis and financial analysis with multiple criteria: Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) and Internal Rate of Returns (IRR). The results showed the beekeeping business have value NPV, BCR, and IRR indicating that the beekeeping business worth the effort, with NPV Rp. 28,083,388, -, BCR 3.50, and IRR 84.43% with the prevailing interest rate of 15%. Types of products manufactured in this business there are 2 types of honey bees and seeds. Honey can be divided into three general types of honey, honey, honey of royal jelly, honey of pollen. Type of product that has the biggest marketing margin is honey of royal jelly and honey of pollen in the amount of Rp. 10,000, -/bottle, while the marketing margin is the smallest seed of bees is Rp. 0, -.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah, rahmat dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul penelitian ini adalah

“ANALISIS FINANSIAL DAN PEMASARAN USAHA PERLEBAHAN (Apis

mellifera)”.

Disebabkan masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang penulis

miliki sehingga banyak hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan skripsi ini.

Berkat ketekunan, kesabaran serta bimbingan dari dosen pembimbing juga

bantuan dari berbagai pihak sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Dr. Agus Purwoko S.Hut, M.Si. selaku dosen pembimbing pertama dan Ibu

Kansih Sri Hartini, S.Hut, M.P. selaku dosen pembimbing kedua yang banyak

memberikan masukan, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini secara sistematis.

2. Ibu Siti Latifa S.Hut, M.Si. P.hD. selaku ketua Program Studi Kehutanan,

Universitas Sumatera Utara dan Bapak Luthfi Hakim

S.Hut, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak/ Ibu dosen dan staf pegawai Program Studi Kehutanan Universitas

Sumatera Utara.

4. Kedua orang tua dan keluarga yang penulis sayangi dimana telah memberikan

(7)

selesai, serta sahabat-sahabat yang telah membantu dalam pembuatan skripsi

ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

5. Bapak Sutrisno selaku peternak lebah dan Bapak Barita yang telah memberikan

informasi dan keterangan yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Kiranya penelitian yang saya lakukan dapat bermanfaat bagi masyarakat,

dunia ilmu pengetahuan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata,

penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2012

(8)

DAFTAR ISI

Gambaran Umum Lokasi Pembudidayaan Lebah ... 5

Perlebahan ... 5

Kehidupan Lebah Madu ... 6

Jenis-jenis Lebah Penghasil Madu ... 7

Produk Lebah Madu ... 10

Analisis Finansial... 15

Aspek Pemasaran ... 16

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

Alat dan Bahan ... 18

Teknik Pengambilan Sampel ... 18

Teknik Pengumpulan Data ... 19

Metode Analisa Data ... 19

Analisis Marjin Pemasaran ... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 23

Profil Perusahaan ... 23

Gambaran Umum Pembududiyaan Lebah Madu ... 25

Proses Pemanenan Produk Lebah Madu ... 27

Analisis Finansial Produk Lebah Madu ... 33

Analisis Pemasaran ... 38

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. ... Perbe daan antara lebah Apis mellifera dengan lebah jenis lokal ... 26 2. ... Kom

ponen benefit rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara ... 34 3. ... Kom

ponen benefit rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara ... 35 4. ... Anali

sis finansial usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara ... 36 5. ... Anali

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. ... Madu yang dikemas dalam botol 250 ml ... 28 2. ... Madu

yang dikemas dalam botol 600 ml ... 28 3. ... Madu

royal jelly yang dikemas dalam botol 250 ml ... 30 4. ... Madu

pollen yang dikemas dalam botol 250 ml ... 31 5. ... Bibit

lebah madu yang telah dipecah ... 32 6. ... Alat

pembuat ratu lebah ... 33 7. ... Alur

pemasaran madu umum ... 41 8. ... Alur

pemasaran madu royal jelly ... 41 9. ... Alur

pemasaran madu pollen ... 42 10... Alur

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. ... K uisioner analisis finansial dan pemasaran produk lebah madu...50 2. ... A

(13)

ABSTRAK

RINI AGUSTINI. Analisis Finansial dan Pemasaran Usaha Perlebahan (Apis

mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Dibawah bimbingan AGUS PURWOKO dan KANSIH SRI HARTINI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis finansial dan marjin pemasaran usaha perlebahan (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis finansial dengan beberapa kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Returns (IRR).

Hasil penelitian menunjukkan usaha perlebahan tersebut menghasilkan nilai NPV, BCR, dan IRR yang menunjukkan bahwa usaha perlebahan layak untuk diusahakan, dengan nilai NPV sebesar Rp. 28.083.388,-, BCR 3.50, dan IRR 84.43% dengan tingkat suku bunga yang berlaku 15%. Jenis produk yang diproduksi pada usaha ini ada 2 jenis yaitu madu dan bibit lebah. Madu dibedakan menjadi 3 jenis yaitu madu umum, madu royal jelly, dan madu pollen. Jenis produk yang memiliki marjin pemasaran terbesar adalah jenis madu royal jelly dan madu pollen yaitu sebesar Rp. 10.000,-/botol, sedangkan marjin pemasaran terkecil adalah bibit lebah yaitu Rp. 0,-.

(14)

ABCTRACT

RINI AGUSTINI. The Financial Analysis and Marketing Business beekeeping (Apis mellifera) in the village of Samura, Subdistrict Gung Negri, District

Kabanjahe, Karo, North Sumatra Province. Under Academic Supervision of

AGUS PURWOKO and KANSIH SRI HARTINI

This research aims to determine the financial analysis and marketing margins beekeeping businesses (Apis mellifera) in the village of Samura, Subdistrict Gung Negri, District Kabanjahe, Karo. The analysis method used was descriptive analysis and financial analysis with multiple criteria: Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR) and Internal Rate of Returns (IRR). The results showed the beekeeping business have value NPV, BCR, and IRR indicating that the beekeeping business worth the effort, with NPV Rp. 28,083,388, -, BCR 3.50, and IRR 84.43% with the prevailing interest rate of 15%. Types of products manufactured in this business there are 2 types of honey bees and seeds. Honey can be divided into three general types of honey, honey, honey of royal jelly, honey of pollen. Type of product that has the biggest marketing margin is honey of royal jelly and honey of pollen in the amount of Rp. 10,000, -/bottle, while the marketing margin is the smallest seed of bees is Rp. 0, -.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan hutan merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat

yang tingkat perekonomiannya masih rendah karena memanfaatkan sumberdaya

hutan secara tradisional. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka

meningkat pula permintaan kebutuhan masyarakat akan hasil hutan baik kayu

maupun non kayu sesuai dengan kebutuhan. Mengingat hal tersebut sebagian

besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada pemanfaatan hasil

hutan dan jasa hutan (DEPHUTBUN, 1998).

Paradigma membangun kehutanan memandang hutan sebagai ekosistem

yang lengkap dengan keanekaragaman sumberdaya yang dikandungnya, yang

mampu berperan dalam pemenuhan kepentingan sosial dan ekonomi. Lebah madu

merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati Indonesia, selain itu kondisi

Indonesia sangat berpotensi bagi perkembangan usaha perlebahan. Beberapa

potensi yang mendukung usaha perlebahan di Indonesia adalah melimpahnya flora

berbunga sebagai sumber pakan lebah, terdapat jenis-jenis lebah utama yang

menghasilkan madu, kondisi agroklimat tropis yang mendukung budidaya lebah.

Dibeberapa daerah, usaha perlebahan telah menunjukkan prospek yang cukup

baik, disamping nilai ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan peternak

lebah (Darmono, 2010).

Secara ekologis, usaha perlebahan dapat meningkatkan produktivitas

tanaman melalui peranan lebah dalam membentuk proses penyerbukan bunga

tanaman buah-buahan dan biji-bijian. Potensi hutan alam dan hutan tanaman

(16)

perlebahan di Indonesia. Masing-masing jenis lebah hidup dan berproduksi,

menyesuaikan diri dengan tipe hutan tersebut. Apis dorsata penghasil madu

hutan, hidup dan berproduksi baik di hutan alam, sedangkan jenis-jenis penghasil

madu ternak seperti Apis mellifera dan Apis cerana hidup dan berproduksi baik

pada hutan tanaman (monokultur) dan daerah pertanian.

Budidaya lebah madu yang dapat dilaksanakan di setiap tempat dengan

lahan yang ada pertanamannya, bisa menjadi peluang lapangan kerja yang

pemanfaatannya mampu membebaskan masyarakat dari tekanan kesulitan mencari

pekerjaan dengan segala akses pengaruh sosialnya. Dari kawasan dengan

pertamanan di kota, lahan pertanian dengan semua jenis tanaman didesa-desa dan

perkebunan dengan semua macam komoditi, sampai lahan kehutanan yang cukup

luas tersebar di seluruh wilayah Indonesia, seluruhnya merupakan lapangan

penggembalaan ternak lebah yang potensial untuk dimanfaatkan. Karena

peternakan lebah madu ini memerlukan keterampilan khusus, maka untuk

pemanfaatannya dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat sangat diperlukan adanya fasilitas, program pembinaan dan kerja

sama yang dapat membantu calon peternak dan peternak lebah madu

mengembangkan usahanya.

Budidaya lebah madu menghasilkan berbagai produk, dimana produk

utama dari budidaya lebah madu adalah madu, sejauh ini masyarakat luas masih

mengetahui bahwa budidaya lebah madu hanya menghasilkan madu yang dapat

dimanfaatkan baik dari segi ekonomi maupun dari segi kesehatan. Namun untuk

produk-produk lain dari lebah madu seperti propolis, royal jelly, pollen, lilin atau

(17)

masyarakat luas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis

finansial terhadap berbagai produk lebah madu tersebut untuk mendapatkan

informasi tentang kelayakan finansial usaha pada perusahaan yang bergerak dalam

pengusahaan lebah madu Apis mellifera serta mengidentifikasi marjin pemasaran

dari produk-produk lebah madu tersebut.

Dalam pengusahaan lebah madu Apis mellifera diperlukan pertimbangan

ekonomi dalam pengambilan keputusan, karena biaya yang harus dikeluarkan

tidak sedikit. Persoalannya, usaha ini sebagian besar melibatkan perternak lebah

madu dengan modal terbatas dan tidak memiliki akses terhadap sumber-sumber

pembiayaan. Di samping itu, pihak lain yang terkait di antaranya perbankan dan

lembaga keuangan lainnya belum meyakini bahwa perlebahan merupakan usaha

yang dapat dikembangkan secara komersial (Direktorat Jenderal Rehabilitasi

Lahan dan Perhutanan Sosial, 2000). Oleh karena itu diperlukan informasi analisis

finansial usaha lebah madu Apis mellifera bagi semua pihak yang berkecimpung

di dalam kegiatan perlebahan, baik bagi pihak perbankan, lembaga keuangan,

peternak atau pengusaha maupun pemerintah.

Pemilihan lebah madu jenis Apis mellifera dikarenakan oleh beberapa

keuntungan diantaranya yaitu lebah jenis Apis mellifera ini memiliki sifat yang

lebih jinak, produksi lebih banyak, tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi cuaca,

dan kualitas produknya lebih bagus.

Permasalahan Penelitian

(18)

1. Masih belum diketahui analisis kelayakan finansial usaha lebah madu (Apis

mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Belum banyaknya informasi tentang marjin pemasaran usaha lebah madu (Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui analisis kelayakan finansial usaha lebah madu (Apis

mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe,

Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui marjin pemasaran usaha lebah madu (Apis mellifera) di

Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten

Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu untuk:

1. Memberikan informasi tentang marjin pemasaran usaha lebah madu

(Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan

Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Memberikan informasi tentang analisis kelayakan finansial usaha lebah madu

(Apis mellifera) di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Lokasi Peternakan Lebah

Tempat yang cocok untuk peternakan akan mendukung keberhasilan

dalam beternak lebah ini, seperti terbuka dan agak jauh dari lalu lintas orang atau

anak-anak bermain. Tempat yang terbuka akan memudahkan bagi lebah untuk

keluar dari sarang terbang menuju lapangan mencari bunga-bunga dengan rasa

aman. Karena itu penempatan stup (kotak lebah) di tengah-tengah semak akan

kurang menguntungkan. Penempatan stup yang jauh dari lalu lintas orang dan

anak-anak bermain akan membuat lebah leluasa dalam bergerak (terbang) mencari

makanan. Selain itu kondisi ini juga akan menghindarkan resiko kemungkinan

lebah menyengat orang atau anak-anak, sehingga tidak akan meresahkan

lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam pemilihan lokasi (beternak atau

menggembala) jangan dekat pabrik atau lingkungan industri. Karena lebah tidak

menyukai tempat yang berudara kotor dan tercemar, lebih-lebih yang berasap dan

berdebu (Bank Indonesia, 2005).

Perlebahan

Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal

manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di

lubang-lubang pohon dan tempat-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah juga

menghasilkan produk yang sangat dibutuhkan untuk dunia kesehatan yaitu royal

jelly, pollen, malam lebah (lilin lebah) dan sebagainya. Selanjutnya manusia mulai

membudidayakan dengan memakai gelodog kayu dan pada saat ini dengan sistem

(20)

tawon gung, gambreng, di Sumatera Barat disebut labah gadang, gantuang, kabau,

jawi dan sebagainya. Di Tapanuli disebut harinuan, di Kalimantan disebut wani

dan di tataran Sunda orang menyebutnya tawon Odeng (BAPPENAS, 2011).

Pusat Perlebahan Apriari Pramuka (2007) menyatakan bahwa diantara

jenis lebah, ada yang produksi madunya sedikit, ada pula yang potensial

dikembangkan karena produksinya banyak. Selain itu, juga terdapat lebah madu

yang hingga kini belum dapat dibudidayakan. Taksonomi lebah madu adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Family : Apidae

Genus : Apis

Spesies : Apis andreniformis, Apis cerana, Apis dorsata, Apis flora, Apis koschevnikovi, Apis laboriosa, Apis mellifera

Umumnya lebah yang banyak dibudidayakan adalah jenis Apis mellifera, dimana

jenis ini asli berasal dari Benua Eropa dan dikembangkan di Australia.

Kehidupan Lebah Madu

Lebah seperti halnya organisme lain, sangat dipengaruhi oleh lingkungan,

yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik berupa keanekaragaman tanaman

penghasil nektar dan tepung sari (pollen), serta hama dan penyakit. Faktor abiotik

(21)

lingkungan ini akan mempengaruhi aktivitas hidup, keadaan makanan di alam,

dan perkembangan populasi (Sihombing, 2005).

Di dalam sarang heksagonal, lebah akan membuat beberapa ruangan, yaitu

ruang ratu, ruang lebah jantan, ruang lebah pekerja, ruang biasa dan gudang.

Lebah juga membutuhkan jalan pintas perpindahan antar ruang yang satu dengan

ruang yang lain. Setiap ruangan merupakan simbol dari bentuk persegi enam

simetris (Naufal, 2005).

Jenis-Jenis Lebah Penghasil Madu

Lebah termasuk kelompok serangga bangsa atau ordo Hymenoptera (sayap

bening) yang membesarkan sayapnya dengan serbuk sari dan madu. Bangsa lebah

beranggotakan 12.000 spesies. Menurut Sihombing (1997) A.andreniformis,

A.cerana, dan A.dorsata adalah lebah alam Indonesia, A.florea di Yunan, Cina, A.koschevnikovi di Serawak (Kalimantan), A.laboriosa di Himalaya dan

A.mellifera berasal dari kawasan laut tengah. Menurut Uleander (2009) beberapa jenis lebah penghasil madu adalah sebagai berikut:

1. Apis koschevnikovi

Apis koschevnikovi merupakan spesies yang baru dikenal beberapa ilmuwan. Jenis ini banyak terdapat di Pulau Kalimantan dan Sumatera bagian barat. Ciri-ciri

yang paling menonjol dibanding Apis cerana adalah warnanya merah di sebagian

besar Apis koschevnikovi dan ukuran tubuhnya sedikit lebih besar.

(22)

Apis mellifera merupakan jenis lebah hutan yang dibudidayakan hampir di

semua negara termasuk Indonesia. Lebah ini dikenal sebagai lebah yang cukup

rakus dengan nektar (makanan). Karena itu tidak mengherankan lebah ini cara

pembudidayaannya dilakukan secara diangon (dipindah dari satu tempat ke tempat

lain–Red). Biasanya Apis mellifera dikembangkan petani-petani golongan

menengah ke atas karena perlu disiapkan truk pengangkutan dan fasilitas

pendukung lain. Produksi madu jenis Apis mellifera dikenal cukup tinggi antara

25-35 kg per koloni dalam setahun. Sifat lebah ini agak jinak dan tidak mudah

kabur.

3. Apis cerana

Apis cerana atau Apis indica merupakan lebah madu asli Asia yang menyebar

dari Afganistan, Cina sampai Jepang dan sudah berabad-abad diternak di wilayah

Asia termasuk Indonesia sebagai lebah yang jinak. Dalam bahasa daerah, Apis

cerana disebut tawon laler, tawon madu atau tawon unduhan (Jawa), nyiruan

(Sunda), madu lobang (Palembang), lebah lalat, lebah madu. Lebah ini memiliki

daya adaptasi terhadap kondisi iklim, produktif dan tidak ganas sehingga akrab

dengan masyarakat pedesaan. Selain bersarang di rumah-rumah, juga dipelihara

secara tradisional dengan gelodok dari batang kelapa atau randu sebagai wadah

empuk membuat koloni dan gampang dipanen 5-10 kg per koloni per tahun.

Pemeliharaan secara modern dalam stup (kotak lebah) bisa berpindah-pindah.

4. Apis adansonii (Apis unicolor)

Jenis yang satu ini tersebar luas di benua Afrika, mulai dari Gurun Sahara di

Utara sampai Semenanjung Afrika di Selatan, dan Pantai Barat Afrika sampai

(23)

produksi madu yang lebih banyak dibanding yang dihasilkan lebah madu Eropa.

Sayangnya, dari segi sifat sangat agresif, sukar dikelola dan suka

mempertahankan sarang.

5. Apis trigona sp (Lebah Klenceng)

Lebah klenceng (Apis trigona) merupakan jenis lebah madu yang paling

banyak dipelihara secara tradisional oleh masyarakat pedesaan sekitar kawasan

hutan seluruh Indonesia. Lebah ini tidak memiliki sengat dan tidak ganas.

Ukurannya sangat kecil dengan fungsi sebagai penyerbuk bunga-bunga kecil.

Dalam bahasa Jawa, Apis trigona disebut malam klanceng atau lonceng, teuweul

(Sunda), gala-gala (lilin lebah).

6. Apis dorsata

Apis dorsata dalam bahasa daerah disebut tawon gung (Jawa), tawon odeng atau lebah gadang (Sunda), madu sialang (Palembang), manye atau muanyi

(Kalimatan Barat) dan orang Inggris menyebutnya “Honey bee”. Dalam bahasa

Indonesia disebut lebah hutan atau lebah raksasa. Madu dan lilin yang

dihasilkannya merupakan produk unggulan. Panjang lebah pekerja Apis dorsata

sekitar 1,9 cm. Lebah jenis ini dikenal memiliki sifat yang cukup ganas dan tak

segan-segan menyerang musuhnya secara berkawanan bila diusik. Sifatnya liar

dan galak.

7. Apis florea

Ukuran tubuh lebah Apis florea paling kecil di antara lebah madu lainnya.

(24)

beberapa tempat, Apis florea dapat hidup bersama lebah lokal Apis cerana dan

Apis dorsata atau dengan lebah impor Apis mellifera.

Produk Lebah Madu

a. Madu

Produk Lebah Madu yang Utama Hasil utama produksi Lebah Madu

(Apis sp) adalah madu. Madu merupakan zat manis alami yang dihasilkan Lebah

dengan bahan baku nektar bunga, sumber bahan dan energi yang diubah menjadi

lemak dan glikogen. Nektar sendiri merupakan senyawa kompleks yang

dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula. Lebah Madu memperoleh

sebagian energi dari karbohidrat dalam bentuk gula. Sebagai produk organik,

madu sudah banyak digunakan sejak zaman peradaban Mesir, Yunani dan

Romawi untuk berbagai bumbu masakan bahkan untuk mengawetkan jenazah.

Berikut adalah manfaat madu bagi kehidupan manusia:

a. Sebagai Food Supllement

b. Sebagai Obat

c. Baik Untuk Diabetes

d. Sebagai Perawat Kecantikan

Pusat Perlebahan Apriari Pramuka (2003), mendefinisikan madu sebagai

cairan kental yang dihasilkan oleh lebah dari berbagai nektar yang masih

mengandung enzim diastase aktif. Jumlah dan kualitas madu dipengaruhi oleh

ketersediaan pakan lebah penghasil nektar dan pollen bunga, cuaca, kelembaban

(25)

Pengolahan madu dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu membuka

tutup sel sarang. Dari tutup sel-sel sarang yang disingkirkan harus ditemukan

kembali madu dan dalam proses pemanenan tersebut harus tanpa merusak aroma

dan warna, serta lilin sarang harus diperoleh kembali. Mesin tersebut harus cocok

dengan kegiatan usaha pengekstraksian dan dioperasikan dengan waktu operator

seminimal mungkin, kemudian dilanjutkan dengan pengekstraksian yaitu setelah

tutup sel-sel dibuka, ditaruh didalam ekstraktor, semua ekstraktor menggunakan

kekuatan sentrifugal untuk mengeluarkan madu. Tahapan selanjutnya yaitu

mengendapkan, madu dari ekstraktor dan dari sistem pemanenan dalam tangki

besar untuk diendapkan. Dari tangki pengendapan madu dapat dialirkan langsung

ke drum-drum atau ketel-ketel untuk dipasarkan atau dapat pula disaring

selanjutnya untuk dibotolkan (Sihombing, 1997).

Produk lebah madu yang lain selain menghasilkan madu dari nektar

bunga, lebah madu juga menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis yang

tinggi, antara lain:

b. Propolis

Propolis merupakan cairan lengket dari pepohonan dan kuncup bunga

berbagai tanaman. Bahan ini bukan sebagai bahan pakan, tetapi merupakan bahan

bangunan yang disebut lem lebah dan dipakai sebagai perekat sarang karena

sifatnya yang lentur, lekat dan kuat. Propolis berwarna coklat atau kuning

kemerah-merahan dengan baunya yang khas. Propolis dapat digunakan untuk

mengobati saluran pernafasan dan paru-paru, sedangkan dalam dunia industri

(26)

c. Royal Jelly

Royal jelly adalah cairan putih seperti susu, berbau tajam, memiliki rasa agak pahit dan sedikit masam. Royal jelly dihasilkan oleh kelenjar hifofaring

dengan bantuan kelenjar ludah yang terletak di bagian kepala lebah pekerja pada

umur 4-7 hari dengan bahan baku tepung sari tanaman (Sarwono, 2001).

Menurut Sihombing (2005), kandungan royal jelly terdiri dari 66% air,

12,34% protein, 5,46% lipida, 12,5% senyawa tereduksi, dan 0,8% senyawa yang

belum diidentifikasi. Selain itu, royal jelly ini juga mengandung vitamin-vitamin

sterol, sejumlah asam lemak dan asam 10-hidroksidekonol.

d. Pollen (Tepung Sari)

Sihombing (2005), menjelaskan bahwa pollen adalah alat reproduksi

jantan tumbuhan yang berprotein tinggi dan bagi lebah merupakan bahan

pembentuk dan pertumbuhan, serta pengganti sel-sel yang usang. Kandungan

protein madu tergantung dari jenis tumbuhan sumber pollen. Bagi manusia, pollen

dimanfaatkan untuk campuran bahan obat-obatan/ kepentingan farmasi. Selain itu,

pollen dapat bermanfaat dalam menjaga stamina tubuh dan meningkatkan daya

tahan tubuh, terhadap bibit penyakit maupun tekanan fisik dan psikis.

Di dalam pollen terdapat vitamin A, B, C, D, dan E. Selain itu pollen juga

mengandung asam amino seperti prolenne, asam glutamate dan asam aspartat.

Kadar protein yang disimpan dalam sarang juga cukup tinggi. Secara garis besar,

pollen sebagai sumber protein dan nektar sebagai sumber karbohidrat bagi lebah.

Pollen berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat proses penuaan dan menghaluskan kulit wajah, menurunkan kolesterol, memperlancar

(27)

selaput jantung dan dikonsumsi untuk penderita diabetes dan untuk

memperpanjang umur (Sihombing, 2005).

Pollen dapat dipanen dari lebah yang baru kembali dari lapangan ke sarang. Pollen berbentuk pelet terkikis dari kaki belakang lebah pekerja sewaktu

lebah masuk melalui lubang sekat sempit. Pollen yang jatuh ditampung di petadah

yang ditutup kasa berlubang halus untuk mencegah agar lebah tidak

mengambilnya kembali, oleh karena itu disediakan lubang terbang alternatif yang

tidak mungkin digunakan lebah yang kembali dari lapangan. Saat ditampung,

polen agak basah dikeringkan untuk mencegah kerusakan oleh jamur dan

peragian. Pengeringan dengan oven dapat dilakukan asalkan dijaga agar

pengeringan jangan melebihi panas 60°C (140°F). umunya polen memerlukan

pembersihan dan penggolongan sebelum dipasarkan (Sihombing, 1997).

e. Lilin atau malam Lebah (Bee wax)

Lilin lebah merupakan hasil metabolisme dari kelenjar malam yang

dimiliki oleh lebah. Hasil metabolisme itu dikeluarkan (diekskresikan) melalui

ruas-ruas bagian abdomen. Lilin lebah dihasilkan oleh lebah pekerja yang berusia

12 hari atau lebih. Warna lilin lebah bervariasi mulai dari putih sampai orange

bersih. Lilin lebah mengandung senyawa organik hidrokarbon jenuh, ester dan

alkohol. Pemanfaatan lilin ini antara lain sebagai bahan dasar batik tulis, membuat

salep (kosmetik), plester, kain pembalut.

Warna malam lebah bervariasi, mulai dari putih, kuning, dan oranye, serta

memiliki aroma tumbuh-tumbuhan. Malam lebah bermanfaat sebagai bahan

(28)

malam lebah digunakan untuk bahan pembuatan plester atau kain pembalut,

obat-obatan luar, campuran semir, dan zat pengkilat (Sarwono, 2001).

Cairan malam dapat disipon, disaring atau dituangkanke cetakan.

Benda-benda asing seperti kotoran, debu, polen, propolis, dan resin akan mengendap di

bagian bawah tangki atau cetakan. Bila diinginkan malam berkualitas tinggi, akan

membelinya dan harganya tergantung dari kadar malam yang masih mungkin

diperoleh kembali. Alat pengolah yang besar membilas sisiran dengan air panas

dalam kantung besar mengakibatkan malam mengapung dipermukaan air dan

mematangkan bahan lilin dalam air panas atau uap panas. Pengekstraksian dengan

panas teoritis baik, namun hanya sekitar 50% malam dapat diperoleh dari sisiran

(Sihombing, 1997).

f. Racun Lebah (Apitoxin)

Racun lebah (Apitoxin) merupakan racun yang dibuat lebah pekerja,

berbentuk cairan bening, dan cepat mengering. Racun lebah adalah suatu bentuk

perubahan dari alat pengantar telur sebagai sengat yang berfungsi sebagai

pengahalau musuhnya jika mendekati sarang. Hasil penelitian para ahli bidang

kultifar menyebut, ada 60 jenis penyakit yang diderita manusia dapat

disembuhkan dengan sengatan lebah. Sengatan lebah merupakan racun yang

dibuat oleh lebah pekerja dan berbentuk cairan kuning dan cepat mengering.

Manfaatnya untuk mengobati penyakit seperti kencing manis, rematik,

pegal-pegal, sakit kepala, sakit gigi, nyeri punggung, migrain, asam urat, susah tidur dan

impotensi.

(29)

untuk menyengat satu lempengan nilon dengan kejutan aliran arus listrik lemah.

Lebah tetap hidup dan dapat menyengat lagi, namun lebah semakin ganas oleh

bau alarm yang dilepas (Sihombing, 1997).

g. Bibit Lebah

Bibit lebah unggul yang di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana (lokal)

dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni

lebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satukoloni

lebah dapat produksi maksimal ratu A. cerana mampu bertelur 500- 900 butir per

hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1500 butir per hari.

Ciri-ciri bibit lebah madu kualitas super: (1) Mempunyai ratu lebah yang

secara fisik bagus dan berusia antara 3 bulan sampai 1 tahun; (2) Jumlah dan

kualitas telor yang dihasilkan ratu lebah banyak; (3) Hasil panen lebih banyak

baik hasil madu, bee pollen, royal jelly dan propolis; (4) Larva lebah yang

dihasilkan lebih segar; dan (5) Lebah biasanya lebih agresif (Sarwono, 2001).

Analisis Finansial

Analisis finansial lebih menekankan pada aspek input dan output pada

penerimaan dan pengeluaran yang sebenarnya, dengan demikian pada analisis ini

variable harga yang dipakai adalah harga real. Analisis finansial penting untuk

mengetahui posisi proyek pada tahun-tahun tertentu, apakah proyek dalam deficit

atau sebaliknya dalam keadaan yang menguntungkan (Gray et al., 2002)

Gray et al (2002) menyatakan bahwa dalam rangka mencari suatu ukuran

yang menyeluruh sebagai dasar persekutuan atau penolakan atau pengurutan suatu

(30)

kriteria atau kriteria investasi. Ada tiga macam kriteria investasi yang umum

dikenal antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan

Benefit Cost Ratio (BCR).

Usaha lebah madu dikatakan layak atau tidak layak untuk dikembangkan

secara finansial dapat dianalisis dengan mengunakan analisis finansial yaitu

dengan menghitung analisis NPV, analisis IRR, dan analisis BCR Jika usaha

lebah madu ini sesuai dengan kriteria kelayakan secara finansial maka usaha ini

layak untuk dikembangkan. Dalam melakukan perhitungan analisis finansial perlu

di perhatikan beberapa hal seperti input dan output dimana dari input akan

terdapat biaya sedangkan output akan menghasilkan penerimaan. Penerimaan

merupakan perkalian antara jumlah yang terjual dengan harga jual yang berlaku.

Sedangkan biaya merupakan total dari semua pengeluaran usahatani.

Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran merupakan aspek penting dalam rangka menciptakan

kesinambungan proses produksi (sustainability of production process). Apabila

pemasaran suatu produk (barang, jasa) berjalan sesuai dengan mekanismenya,

maka semua pihak (pelaku ekonomi) yang terlibat akan memperoleh keuntungan

yang proporsional. Untuk itulah keberadaan dan peranan lembaga pemasaran yang

biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, broker,

pedangang pengecer, eksportir, importir atau yang lain menjadi amat penting.

Lembaga-lembaga pemasaran tersebut secara langsung maupun tidak akan

(31)

Pemasaran produk pangan olahan dikatakan efisien, apabila :

1. Mampu mendistribusikan produk pangan olahan dari produsen ke konsumen

dalam waktu yang cepat, kualitas sesuai, biaya rendah serta harga produk tersebut

terjangkau oleh konsumen.

2. Mampu memberikan pembagian hasil yang merata dan proporsional kepada

setiap pelaku ekonomi yang terlibat di dalam pemasaran produk pangan olahan

3. Mampu menciptakan nilai efisiensi pemasaran yang sekecil-kecilnya.

(Prasetyo dan Mukson, 2003).

Marjin keuntungan (profit margin) adalah selisih antara harga jual dengan

harga beli dan biaya tataniaga. Harga jual yang dimaksudkan adalah harga jual

pada masing-masing pelaku pasar. Biaya tataniaga yang dimaksudkan juga pada

masing-masing pelaku pasar yang terlibat (Swastha, 1997).

Marjin pemasaran (marketing marjin) adalah besarnya perbedaan harga

produk komoditi yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima

produsen/petani beberapa komponen yang mempengaruhi besarnya marjin antara

lain adalah biaya pemasaran dan target keuntingan yang diinginkan

lembaga-lembaga pemasaran. Suatu sistem distribusi dikatakan efisien jika besarnya

tingkat margin pemasaran bernilai kurang dari 50% dari tingkat harga yang

(32)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di tempat pembudidayaan lebah madu

(Apis mellifera) yang terletak di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan

Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Maret hingga April 2012

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner untuk

mengumpulkan data primer, laporan-laporan hasil penelitian terdahulu dan

berbagai pustaka penunjang untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan sebagai

data sekunder.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital untuk

dokumentasi objek kegiatan, peralatan tulis untuk mencatat informasi atau data di

lapangan, serta software Microsoft Excel untuk mengolah data yang diperoleh

dalam analisis ekonomi.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive sampling

(sampel bertujuan). Menurut Soekartawi (1995), Purposive sampling merupakan

pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas atau ciri atau sifat tertentu yang

dipandang mempunyai hubungan yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang

(33)

Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Produk-produk lebah madu yang diteliti disini adalah : Madu, Pollen,

Royal Jelly, dan Bibit lebah.

a. Penerimaan : Harga jual, total harga

b. Pengeluaran: Biaya tetap, biaya tidak tetap, total biaya.

c. Rantai pemasaran berbagai produk dari lebah madu.

d. Wawancara dan Kuisioner

Responden yang dimaksud adalah Peternak lebah selaku pemilik Usaha

Perlebahan

2. Data sekunder

Data sekunder yang diperlukan adalah data umum yang ada pada instansi

pemerintah desa, kecamatan, dan lembaga-lembaga yang terkait.

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, semua produk lebah madu (Apis mellifera) digabung

menjadi satu arus masuk (benefit). Metode analisis data dilakukan dengan

analisis NPV, analisis IRR, dan analisis BCR dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (Gray et al, 2007).

1. Net Present Value (NPV)

(34)

Keterangan:

NPV = Nilai bersih sekarang

Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode-t)

Ct = Cost (biaya total)

i = Intersect (tingkat suku bunga bank yang berlaku)

t = Periode waktu

kriteria:

NPV Positif apabila usaha peternakan lebah untung

NPV Negatif apabila usaha peternakan lebah rugi

NPV = 0 apabila usaha peternakan lebah tidak untung dan tidak rugi (BEP)

2. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan nilai

biaya dari suatu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai BCR

lebih besar dari satu menunjukkan investasi cukup menguntungkan.

(35)

Keterangan:

BCR = Perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran

Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode-t)

Ct = Cost (biaya total)

i = Intersect (tingkat suku bunga bank yang berlaku)

t = Periode waktu

Kriteria :

BCR > 1 maka usaha dikatakan layak

BCR < 1 maka usaha dikatakan tidak layak

3. Internal Rate of Returns (IRR)

Tingkat pengembalian internal atau IRR merupakan parameter yang

dipakai apakah suatu usahatani mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Dimana

cara menghitung IRR dapat menggunakan rumus berikut:

Keterangan:

IRR = Suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek

NPV+ = Nilai NPV yang positif pada tingkat suku tertentu

NPV- = Nilai NPV yang negative pada tingkat suku bunga tertentu

(36)

Kriteria:

IRR > tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan IRR < tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk

dilaksanakan.

Analisis Marjin Pemasaran

Indikator marjin pemasaran dalam sistem tata niaga tujuannya adalah

untuk mengetahui alokasi distribusi biaya yang diterima oleh lembaga pemasaran

pada sistem tata niaga yang sedang berjalan. Secara metematis formula marjin

pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut (Ulya, dkk, 2007).

Dengan rumus:

Mp : Pr – Pf

Keterangan:

Mp: Marjin pemasaran

Pr: Harga akhir di tingkat konsumen

Pf: Harga produksi di tingkat produsen.

Dalam penelitian ini batasan analisis pemasarannya dari produsen hingga

distributor karena dianggap mempunyai hubungan dengan tujuan penelitian ini

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten

Karo, Provinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 1200 m di atas permukaan

laut dengan luas wilayah 300 Ha. Daerah ini memiliki suhu udara antara 20°C -

28°C dengan intensitas curah hujan antara 2000 – 3000 mm/tahun.

Desa Samura memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Berhala/Ketaren

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mulawari

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tiga Panah

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Katepul/ Gung Negri

Desa Samura terdiri dari enam lingkungan, yaitu Desa Samura, Gang Bersama,

Perumahan Telkom, Samura Indah, dan Gang Madu. Lokasi peternakan lebah madu ini

berada di lingkungan Gang Madu.

Profil Perusahaan

Usaha yang memanfaatkan lebah madu sebagai bahan pembudidayaannya

ini merupakan pusat budidaya lebah madu Sumatera Utara yang saat ini

pembudidayaannya berada di Desa Samura, Kelurahan Gung Negri, Kecamatan

Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, serta kantor pemasaran

produk yang terletak di Jalan Balam no. 28 Kecamatan Medan Sunggal, Sumatera

Utara. Usaha ini telah berdiri selama 21 tahun. Usaha ini merupakan usaha

(38)

ketua yaitu Bapak Sutrisno, bendahara yaitu Bapak Herwindu, dan sekretaris

yaitu Bapak Barita Raja Nasution serta anggota yang terdiri dari 9 orang.

Kemitraan usaha ini biasanya dilakukan dengan Dinas Pertanian, Dinas

Kehutanan, untuk keperluan pelatihan dan pemberdayaan masyarakat sekitar

hutan maupun pameran-pameran khusus.

Usaha ini berdiri sejak tahun 1991, sebelum usaha ini berdiri, sang pemilik

mengawali karirnya dengan bergabung di perusahaan pramuka kuartir daerah

Sumatera Utara dari tahun 1989 sampai 1993. Pada tahun 1991, Bibit lebah yang

pertama dibudidayakan adalah bibit lebah madu jenis Apis mellifera yang berasal

dari Jawa Tengah, tepatnya Kota Solo. Budidaya pertama sebanyak 15 stup,

dengan jangka waktu setengah bulan sudah bisa dipanen.

Masa-masa sulit dalam merintis usaha ini pada awal usaha, dimana

transportasi belum dimiliki oleh pemilik peternakan lebah, sehingga perlu

menyewa transportasi yang ternyata lebih banyak rugi, karena sering sekali ketika

hendak panen, terjadi hujan sehingga tidak bisa panen, namun harus membayar

sewa transportasi yang sudah disewa sebelumnya. Pada tahun 2001 pemilik sudah

memiliki transportasi sendiri, sehingga lebih hemat dalam ongkos angkut lebah

dan hasil lebahnya.

Visi usaha ini adalah ingin mengajak masyarakat untuk memulai hidup

sehat dengan mengkonsumsi hasil-hasil lebah madu serta bersama melestarikan

budaya pembudidayaan lebah madu. Misi usaha ini yaitu dengan membuktikan

(39)

Gambaran Umum Pembudidayaan Lebah Madu

Pembudidayaan lebah madu saat ini berada di Desa Samura, Kelurahan

Gung Negri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Luas lahan yang digunakan

untuk pembudidayaan lebah madu (Apis mellifera) yaitu sekitar 6m x 17m. Pada

luas lahan 6m x 17m mampu membudidayakan sekitar 40 stup. Biasanya dalam

satu stup berisi 3000 sampai 10.000 ekor lebah. Lahan yang digunakan untuk

pembudidayaan lebah madu ini adalah lahan milik sendiri. Pada awal usaha

peternak membeli lahan yang ukurannya tidak terlalu luas, namun cukup untuk

pembudidayaan lebah madu. Pembelian lahan juga harus memperhatikan jenis

tumbuh-tumbuhan yang ditanam di daerah sekitarnya, harus cocok untuk makanan

lebah madu.

Jenis tanaman pada lahan pembudidayaan lebah madu tersebut beragam

yaitu jagung, jeruk, kopi, kaliandra dan tanaman sayuran lainnya. Jarak lahan

pembudidayaan dari tempat tinggal pemilik budidaya lebah tersebut yaitu sekitar

75 km.

Teknik beternak lebah madu (Apis mellifera) pada pemdudidayaan disini

dilakukan dengan cara mengangon atau penggembalaan. Penggembalaan

dilakukan tiga bulan sekali, biasanya diawali dengan survei lokasi yang akan

dijadikan lahan pembudidayaan lebah, dengan melihat jenis tanaman dan

keamanan lokasi lahannya.

Kegiatan yang biasa dilakukan dalam pemeliharaan adalah kontrol

dilakukan setiap bulan, kemudian pembersihan tempat lebah atau stup, kemudian

saat masa paceklik dilakukan bantuan makanan seperti pemberian gula. Biasanya

(40)

sehingga pada saat masa paceklik, peternak lebih mengutamakan untuk panen

bibit lebah. Masa paceklik biasanya berlangsung selama 4-5 bulan sehingga dalam

satu tahun bisa terjadi 1 sampai 2 kali masa paceklik.

Kegiatan yang dilakukan dalam pembudidayaan lebah madu diantaranya

adalah pembuatan ratu. Kegiatan pembuatan ratu yaitu dikhususkan untuk stup

yang tidak memilki ratu dibuat ratu dengan meletakkan anak lebah di dalam alat

buatan dan alat pengambil ratu yang disebut grafting, survey lahan

pembudidayaan, kemudian pembuatan stup baru.

Hama yang biasa menyerang lebah madu adalah walet, capung, semut dan

kutu. Penanggulangan biasanya dengan memindahkan lebah madu ke tempat lain

yang masih aman dari serangan hama, sedangkan penanggulangan yang khusus

untuk kutu yaitu dengan pemberian belerang yang dicampur dengan kapur barus

atau dengan pestisida yang dicampur minyak kayu putih. Selain hama, racun

tanaman dapat mengganggu perkembangbiakan lebah, sehingga perlu hati-hati

dalam menentukan lahan pembudidayaan lebah madu (Apis mellifera).

Adapun perbedaan dari lebah jenis Apis mellifera dengan lebah jenis lokal

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perbedaan antara lebah Apis mellifera dengan lebah jenis lokal

No Perbedaan Lebah mellifera Lebah lokal

1 Produksi Lebih banyak Lebih sedikit

2 Pembuatan ratu Bisa Tidak bisa

3 Tingkah laku Tidak agresif Lebih agresif

4 Cara panen Di putar dengan menggunakan

alat eksakator

Di potong sarangnya

Berdasarkan data dari Tabel 1 diketahui bahwa banyak keuntungan yang

diperoleh dari budidaya lebah madu jenis Apis mellifera dibandingkan dengan

(41)

Proses Pemanenan Produk Lebah Madu

1. Madu

Produksi madu di perusahaan ini memliki variasi jenis madu. Jenis madu disini ada

tiga jenis, yaitu madu umum, madu royal jelly, dan madu pollen. Masing-masing dari

ketiga jenis madu ini memiliki proporsi produksi yang berbeda, biasanya proporsi untuk

madu umum sekitar 50%, sedangkan proporsi untuk madu royal jelly dan madu pollen

sekitar 25% : 25%.

Variasi jenis madu tersebut memiliki harga jual yag berbeda-beda tergantung dari

proses pemanenan dan jumlah produksinya. Jenis madu umum biasanya dijual dengan

harga yang relatif lebih murah dibandingkan jenis madu royal jelly dan madu pollen.

Tingkat keuntungan dari jenis-jenis madu tersebut tergantung dari produksinya, dimana

pendapatan pertahun biasanya untuk madu umum memilki jumlah yang lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis madu royal jelly dan pollen. Data untuk masing-masing

pendapatan untuk ketiga jenis madu tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1, namun

untuk analisis finansial perusahaan ini, semua produk digabung menjadi satu pemasukan

(benefit).

Proses pemanenan hingga proses pengemasan masing-masing jenis madu

tersebut akan dijelaskan pada penjelasan berikut:

a.Madu Umum

Pemanenan madu dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut

eksakator, yaitu dengan cara diputar sehingga madunya keluar dan tidak merusak

sarang lebahnya. Produksi lebah dapat dipanen sekitar 10-14 hari. Hal ini

(42)

makanannya. Frekuensi panen madu pada saat paceklik terjadi sekali dalam

setahun, panen terjadi 21-24 kali. Sedangkan pada saat paceklik terjadi dua kali

dalam setahun, panen terjadi 6-12 kali. Dalam sekali panen, jumlah panen madu

bisa mencapai 1kg dalam setiap stup (kotak lebah). Rata-rata jumlah stup per

tahun mencapai 40 stup. Jumlah panen ini tidak selalu tetap, tergantung dengan

kondisi cuaca, dan produksi tanaman-tanaman di sekitar lahan

pembudidayaannya. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Apriari

Pramuka (2003) bahwa jumlah dan kualitas madu dipengaruhi oleh ketersediaan

pakan lebah penghasil nektar dan pollen bunga, cuaca, kelembaban dan

temperatur udara, serta koloni lebah.

Pengemasan madu dilakukan setelah panen madu, kemudian madu tersebut

dikumpulkan dalam satu wadah kemudian disaring sehingga terpisah dari

kotoran-kotoran yang menempel pada saat pemanenan madu dilakukan. Setelah dilakukan

penyaringan, kemudian dilakukan pengemasan dengan botol yang telah di cuci bersih

dengan beberapa proses pencucian, kemudian ditutup dan di segel serta di beri label

kemasan hingga menarik dan siap untuk dipasarkan.

(43)

Madu yang telah siap dipasarkan disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Dalam satu botol kemasan 250 ml, madu dipasarkan dari produsen seharga

Rp. 35.000,- sedangkan pada botol madu yang kemasan 600 ml, madu dipasarkan

dari produsen seharga Rp. 75.000,-.

b. Madu Royal Jelly

Madu royal jelly merupakan madu yang digabung langsung dengan royal jelly yang

telah dipanen. Pemanenan royal jelly dilakukan seperti pembuatan ratu lebah, hanya

saja pemanenan royal jelly ini dilakukan setiap 4 hari sekali agar royal jelly yang ada di

dalam tempat pembuatan ratu tidak habis kering dimakan oleh bakal ratu yang berada

di dalamnya, karena royal jelly merupakan makanan bagi ratu lebah. Pengambilan royal

jelly dengan menggunakan alat yang disebut grafting. Frekuensi panen royal jelly dapat

dilakukan sebanyak 50 kali dalam setahun, karena di pengaruhi juga oleh pembuatan

ratu lebah, sehingga pemanenan royal jelly tidak rutin dilakukan. Jumlah panen royal

jelly tidak sebanyak seperti panen madu, panen royal jelly bisa menghasilkan 100

ml/minggu jadi dalam setahun hanya menghasilkan sekitar 5.000 ml.

Pemanenan royal jelly disesuaikan dengan pembuatan ratu lebah, jika petani

lebah sedang ingin mengembangkan ratu lebah maka produksi royal jelly tidak terlalu

tinggi, hal ini disebabkan karena royal jelly yang berada pada tempat pembuatan ratu

lebah khusus disuplay untuk makanan ratu lebah agar pertumbuhan ratu lebah lebih

cepat dan lebih baik. Pemanenan royal jelly dimulai pada tahun ke lima, hal ini

dikarenakan pada tahun pertama hingga ke tiga peternak ingin mengembangkan bibit

lebah terlebih dahulu, sehingga royal jelly lebih disuplay untuk makanan ratu lebah.

Pengemasan dilakukan setelah pemanenan royal jelly yang kemudian

(44)

langsung dicampurkan ke dalam Madu, karena melihat harga royal jelly yang harganya

sangat tinggi jika dijual secara langsung, tanpa dicampur dengan madu. Perbandingan

royal jelly dengan madu adalah 1:42.

Gambar 3. Madu royal jelly kemasan 250 ml

Madu royal jelly yang telah siap dipasarkan disajikan dalam Gambar 3. Madu royal jelly dengan botol kemasan 250 ml dihargai Rp. 75.000,- sedangkan

madu royal jelly kemasan 600 ml dihargai Rp. 150.000,- untuk permintaan khusus

royal jelly murni 1 ons dihargai Rp. 150.000,-. c. Madu Pollen

Madu pollen merupakan madu yang langsung dicampur dengan pollen.

Pemanenan pollen dilakukan dengan memasang alat penjerat yang diletakkan di depan

pintu masuk lebah madu (Apis mellifera). Pemanenan dilakukan setiap hari yaitu dengan

ketentuan jika pagi di panen, maka sore tidak boleh di panen karena sebagai cadangan

makanan yaitu sebagai sumber protein bagi lebah. Hal ini sesuai dengan literatur yang

(45)

protein dan nektar sebagai sumber karbohidrat bagi lebah. Jumlah panen pollen

mencapai 1kg/bulan.

Pengemasan pollen tidak bisa langsung dikemas, karena pollen yang telah di

panen harus di jemur dahulu kemudian pollen yang telah kering digiling hingga halus

seperti tepung atau bubuk. Pengemasan pollen biasanya dicampur dengan madu,

karena harga pollen yang mahal jika langsung dijual, selain itu konsumsi pollen lebih

nikmat jika dicampur dengan madu. Pengemasan pollen biasanya langsung dicampurkan

ke madu. Perbandingan pollen dan madu adalah 1:1,25. Madu pollen yang telah

dikemas dan siap untuk dipasarkan disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Madu pollen kemasan 250 ml

Madu pollen yang telah siap dipasarkan disajikan dalam Gambar 4. Dengan

isi botol 250 ml, madu pollen tersebut dihargai Rp. 60.000,- sedangkan madu

(46)

2. Bibit lebah

Pemanenan bibit lebah tidak seperti panen pada produk-produk lainnya. Panen

bibit lebah ini menunggu hingga anakan lebah berkembang melebihi populasi yang

semestinya dalam 1 stup (kotak), kemudian jika anakan lebah tersebut sudah mencapai

6 sampai 8 sarang maka stup yang memiliki dua ratu akan di pecah ratunya untuk

pembuatan stup yang baru. Proses pemecahan bibit lebah biasanya bisa dilakukan

dalam jangka waktu 2-3 bulan sekali. Jika anak lebah sudah terkumpul 6 sampai 8

sarang, namun tidak ada persediaan ratu, maka ratu harus dibuat dahulu dengan

menggunakan alat bantu pembuat ratu yang sering disebut grafting. Sehingga frekuensi

panen bbit lebah ini tidak dapat ditetapkan karena disesuaikan dengan perkembangan

lebah itu sendiri. Namun biasanya dalam setahun dapat panen 3-5 stup (kotak). Harga 1

stup (kotak) mencapai Rp. 750.000-,

Gambar 5. Bibit lebah madu yang telah dipecah

Biasanya pemesanan bibit lebah dilakukan beberapa bulan sebelum diperlukan

sehingga pemilik pembudidayaan lebah ini dapat mempersiapkan ratu lebah tersebih

(47)

Pembuatan ratu dalam satu kotak dapat dilakukan secara alami oleh lebah itu

sendiri maupun dengan buatan, yaitu dengan memilih larva yang masih sangat kecil

kemudian diletakkan ke lilin buatan dan dibiarkan selama satu minggu untuk dilihat

tingkat keberhasilannya. Jika berhasil biasanya ditandai dengan semakin bertambahnya

lilin yang dibuat oleh lebah tersebut, tapi jika tidak berhasil maka lilin tersebut tidak

tertutup oleh lilinnya. Dokumentasi alat pembuat ratu lebah madu dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Alat pembuat ratu lebah

Analisis Finansial Produk-produk Lebah Madu (Apis mellifera)

Dalam mendirikan suatu usaha, baik usaha kecil atau usaha besar tujuan

utamanya adalah memdapatkan keuntungan, keuntungan dari suatu usaha tidak

hanya keuntungan yang besar, suatu keuntungan menggambarkan layak atau

tidaknya usaha tersebut didirikan. Analisis finansial adalah suatu studi untuk

(48)

dilaksanakan layak diusahakan dan menguntungkan secara finansial. Dimana

kriteria yang digunakan beberapa diantaranya yaitu dari NPV, BCR, dan IRR.

Batasan 15 tahun untuk analisis pada penelitian ini didasarkan pada beberapa

alasan yaitu dalam kurun waktu 15 tahun diyakini analisis sudah dapat mewakili

hasil yang menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya, selain itu dalam

kurun waktu 15 tahun, telah terjadi tahapan-tahapan dalam suatu perusahaan yaitu

pada tahun 0-2 perusahaan mengalami kerugian, kemudian pada tahun 3-4

perusahaan sudah melewati masa BEP, kemudian tahun 5-10 perusahaan sedang

dalam pengembangan, dan pada tahun 11-15 perusahaan sudah menikmati

keuntungan yang besar.

Analisis finansial dengan menggunakan kriteria NPV, BCR, dan IRR

memerlukan data berupa benefit dan cost dalam jangka waktu yang ditentukan. Adapun komponen benefit dan cost yang digunakan dalam pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Komponen benefit rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Benefit Rata-rata

Berdasarkan data pada Tabel 2 bahwa produksi pada setiap tahunnya

berbeda, hal tersebut dikarenakan produksi madu ditentukan oleh beberapa faktor,

(49)

masa paceklik dan asupan makanan yang tersedia di sekitar tempat

pembudidayaan. Sedangkan harga, pada setiap tahun berbeda sesuai dengan

fluktuasi nilai mata uang yang berpengaruh terhadap harga pada pengeluaran

(cost).

Komponen cost yang digunakan dalam penelitian ini di gambarkan secara garis besar, namun secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2. Komponen cost

yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3:

Tabel 3. Komponen cost rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Cost Rata-rata kuantitas Rata-rata harga satuan

(Rupiah)

Pembelian lahan 6x17 m 6.500.000

Pembelian lebah 15 kotak 700.000

Penambahan stup 5 kotak/3thn 150.000

Kontrol 24 kali/thn 52.000

Penggembalaan 4 kali/thn 250.000

Bantuan makanan 200 kg/thn 9.000

Perlindungan hama 4kali/thn 150.000

Biaya tenaga kerja 248 jam/thn 9.000

Survey lahan 1 kali/thn 250.000

Label keterangan 2012 buah 400

Transportasi 48 kali/ thn 200.000

Berdasarkan Tabel 3 bahwa harga per unit cost bervariasi, disebabkan

pertambahan nilai mata uang per tahun yang terus meningkat, sehingga pada Lampiran

(50)

biaya pada tahun ke 11-15, hal tersebut dikarenakan peternak sudah memilki

transportasi pribadi sehingga tidak lagi menyewa transportasi dan hasilnya lebih

meminimasikan biaya.

Pada usaha perlebahan ini, ingin diketahui layak atau tidaknya usaha ini

dijalankan, sehingga dilakukan analisis finansial dengan kriteria NPV, BCR, dan IRR

dengan tingkat suku bunga yang berlaku 15%. Analsisi finansial pada usaha perlebahan

ini ditunjukkan pada Tabel 4, dan hasil perhitungan ditunjukkan pada Lampiran 3:

Tabel 4. Analisis finansial usaha perlebahan madu di Desa Samura, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Kriteria Analisis Finansial Hasil

NPV 208.139.563,76,- (Rp/Usaha)

BCR 2.39

IRR 40.58863%

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur

profitabilitas suatu investasi jangka panjang dalam kegiatan atau suatu usaha. Dimana

cara perhitungan NPV adalah selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun

waktu tertentu pada tingkat bunga yang ditentukan.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa hasil analisis NPV usaha perlebahan

madu dengan NPVDF 15% mempunyai nilai positif yaitu sebesar

Rp. 208.139.563,76,- . Hal ini berarti usaha perlebahan ini dikatakan untung,

karena memiliki nilai NPV yang bernilai positif.

Hasil analisis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial

(51)

lima tahun dengan awal usaha 100 koloni dan jumlah biaya produksi serta

investasi selama lima tahun sebesar Rp 259.850.000,-, diperoleh nilai sekarang

neto bernilai positif, yaitu sebesar Rp 142.527.400,- pada tingkat diskonto (DF)

sebesar 18% dan keuntungan bersih yang diperoleh sebesar Rp 307.400.000,.

Perbedaan besarnya nilai sekarang neto (NPV) antara perusahaan

tergantung dari jumlah biaya yang diinvestasikan, biaya produksi, biaya usaha,

dan produksi madu yang dihasilkan. Apabila manfaat sekarang neto bernilai

negatif pada tingkat diskonto yang diasumsikan, di mana manfaat sekarang arus

manfaat menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya, akan berakibat

ketidakcukupan untuk mencakup kembali investasi dan tidak dapat membayar

tingkat bunga, meskipun masih memperoleh keuntungan dari sumberdaya yang

diinvestasikan.

Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan nilai biaya

dari suatu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai BCR lebih besar dari

satu menunjukkan investasi cukup menguntungkan.

Hasil analisis usaha perlebahan ini di dapatkan hasil analisis BCR dengan

disconto faktor 15% yaitu sebesar 2.39. Hal ini berarti hasil analisis BCR memiliki nilai

lebih besar daripada 1. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha perlebahan dengan

tingkat suku bunga 15% menguntungkan atau layak untuk diusahakan. Nilai BCR usaha

perlebahan sebesar 2.39 berarti manfaat ekonomi investasi ini 2.39 kali lebih besar dari

pada nilai biaya total pada tingkat suku bunga 15%, Karena setiap Rupiah yang

(52)

Nilai BCR pada usaha perlebahan ini tergolong tinggi, hal ini dipengaruhi

oleh suku bunga yang berlaku, semakin tinggi suku bunga yang dipakai, maka

nilai BCR akan semakin rendah, selain itu juga disebabkan karena keuntungan

yang diperoleh usaha perlebahan ini tergolong besar. Hal ini sesuai dengan

literatur yang dinyatakan oleh Gittinger (1986) bahwa Nilai mutlak B/C ratio akan

berbeda tergantung pada tingkat bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat

bunga, semakin rendah nisbah manfaat terhadap biaya yang dihasilkan, dan jika

tingkat bunga yang dipilih cukup tinggi maka nisbah manfaat terhadap biaya

kurang dari satu. Hasil analisis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan

Perhutanan Sosial (2003), dalam pengembangan usaha budidaya lebah madu

A. mellifera selama lima tahun dengan awal usaha 100 koloni diperoleh nisbah

manfaat terhadap biaya (B/C ratio) sebesar sebesar 1,87 dengan diskon faktor yang digunakan sebesar 18% dari biaya keseluruhan sebesar Rp 259.850.000,-.

Internal Rate Of Return (IRR)

Internal Rate Of Return merupakan parameter yang dipakai apakah suatu

usahatani mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Nilai IRR menunjukkan tingkat suku

bunga (discount rate), berapa yang membuat manfaat nilai sekarang menjadi negatif.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan hasil IRR

usaha perlebahan yaitu sebesar 40.5886%, ternyata hasil IRR ini menunjukkan

bahwa nilai IRR lebih besar dari disconto faktor 15% (bunga bank) yang berlaku

sekarang ini. Hal ini berarti usaha perlebahan ini layak diusahakan. Nilai IRR

sebesar 40.5886% tergolong IRR yang sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh

(53)

baik juga dapat menunjang hasil yang baik. Pernyataan ini didukung oleh literatur

yang dinyatakan oleh Adelina (2008) Tingkat pengembalian internal (IRR) dalam

pengusahaan lebah madu A. mellifera dapat mencapai di atas 50% apabila

pengelolaan dalam usaha ini dilaksanakan secara tepat dan benar.

Pada usaha pembudidayaan lebah ini nilai NPV positif berada pada tingkat suku

bunga 40.588% sedangkan nilai NPV negatif berada pada tingkat suku bunga 40.590%

sehingga hasil IRR = 40.5886%, artinya pada saat tingkat suku bunga 40.5886% nilai NPV

+ = 0. Usaha perlebahan ini layak karena IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku

bunga yang berlaku yaitu 15%.

Hasil analisis Direktorat Jenderal Reboisasi Lahan dan Perhutanan Sosial

(2004), dalam pengembangan usaha budidaya lebah madu A. mellifera selama

lima tahun dengan skala usaha 100 koloni, dengan total biaya yang dikeluarkan

sebesar Rp 259.850.000,-, diperoleh tingkat pengembalian internal sebesar

123,88% pada tingkat diskonto 18%.

Berdasarkan hasil dari ketiga analisis tersebut, usaha perlebahan ini memiliki nilai

NPV, BCR, dan IRR yang layak untuk diusahakan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Chandra (2008) dengan menggunakan kriteria R/C dan BEP bahwa

usaha lebah madu di daerah ini layak diusahakan secara finansial.

Rantai Pemasaran Produk Lebah Madu (Apis mellifera)

Pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam suatu usaha untuk

melangsungkan produk dan mencari laba dari setiap rantainya. Hal ini sesuai dengan

literatur yang dinyatakan oleh Awang (2002) bahwa pemasaran merupakan salah satu

(54)

untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan untuk

mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan tergantung kepada

keahlian pengusaha di bidang pemasaran produksi. Pemasaran produk-produk

lebah madu ini termasuk rantai pemasaran yang sederhana. Alur rantai pemasaran

produk-produk lebah madu dari peternak madu yaitu sebagai berikut:

1. Madu

Alur pemasaran untuk ketiga jenis madu yang ada di perusahaan ini relatif sama,

dimana distributor memasarkan ketiga jenis madu tersebut secara bersamaan dan tidak

ada perbedaan alur pemasarannya. Hanya saja perbedaan harga untuk ketiga jenis

madu ini berbeda sehingga mempengaruhi besarnya marjin pemasaran pada

masing-masing jenis madu tersebut.

Pemasaran jenis madu umum, madu royal jelly, dan madu pollen dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a.Madu Umum

Alur pemasaran madu dilakukan secara langsung dari tempat pembudidayaan

madu, kemudian ke pengemasan dan setelah selesai pengemasan kemudian madu

tersebut dipasarkan di kantor (rumah), setelah itu konsumen ada yang langsung

membeli ke rumah dan ada juga yang didistribusikan oleh sales lepas dan kemudian

dijual langsung ke konsumen atau ke warung, selain rantai pemasaran tersebut, ada juga

pemasaran yang di awali dengan kantor, kemudian di pasarkan oleh sales dan langsung

(55)

Gambar 7. Alur pemasaran madu umum

b. Madu Royal jelly

Alur pemasaran madu royal jelly pada usaha ini dilakukan secara langsung, sama

halnya seperti pemasaran madu biasa yaitu dari peternak lebah, kemudian dipasarkan di

kantor, setelah itu konsumen ada yang langsung membeli ke rumah dan ada juga yang

didistribusikan oleh sales lepas dan kemudian dijual langsung ke konsumen atau ke

warung. selain rantai pemasaran tersebut, ada juga pemasaran yang di awali dengan

kantor, kemudian di pasarkan oleh sales dan langsung dijual oleh sales. Alur pemasaran

royal jelly sangat singkat, alur pemasaran dapat dilihat pada Gambar 8:

Gambar 8. Alur pemasaran madu royal jelly

c. Madu Pollen

Alur pemasaran pollen dilakukan secara langsung dan sederhana. Pemasaran

(56)

dari peternak lebah, kemudian dipasarkan di kantor, setelah itu konsumen ada yang

langsung membeli ke rumah dan ada juga yang didistribusikan oleh sales lepas dan

kemudian dijual langsung ke konsumen atau ke warung. selain rantai pemasaran

tersebut, ada juga pemasaran yang di awali dengan kantor, kemudian di pasarkan oleh

sales dan langsung dijual oleh sales. Alur pemasaran pollen dapat dilihat pada Gambar 9:

Gambar 9. Alur pemasaran madu pollen

2. Bibit Lebah

Alur pemasaran bibit lebah tidak seperti produk-produk lebah lainnya, alur

pemasaran bibit lebah terjadi lebih singkat yaitu antara peternak lebah dengan

konsumen yaitu peternak lebah pemula yang memesan langsung, sehingga bibit lebah

tidak dipasarkan di kantor maupun melalui sales lepas. Ada juga yang memesan bibit

lebah yaitu dinas kehutanan yang biasanya untuk diberikan kepada masyarakat sekitar

hutan dalam tujuan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di sekitar

hutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan keterampilan masyarakat

Gambar

Gambar 3. Madu royal jelly kemasan 250 ml
Gambar 6. Alat pembuat ratu lebah
Tabel 2. Komponen benefit rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di
Tabel 3. Komponen cost  rata-rata dalam 15 tahun usaha perlebahan madu di Desa Samura,  Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
+6

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PENGUMUMAN LAPORAN KEUANGAN TERHADAP VARIABILITAS TINGKAT KEUNTUNGAN SAHAM DENGAN MEMPERHATIKAN PERUBAHAN LABA AKUNTANSI.. Yang ditulis

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi kualifikasi yang dilakukan oleh Pokja Pekerjaan Konstruksi atas Kegiatan SKPD Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dan

 Keterlibatan orang tua di sekolah merupakan sarana yang menjanjikan untuk meningkatkan hasil pendidikan siswa (Chen &amp; Gregory, 2011: 447).  Keterlibatan orangtua

Po says that his dream is only a dream but his father doesn’t believe it. He argues that they are noodle folk. Then, Po is curious to ask him.. I thought about running away

Menurut Peraturan Bank Indonesia 5/8/2003, mengenai ruang lingkup manajemen risiko, terdapat 8 macam risiko, salah satunya yang berperngaruh dengan

3.2 Analisis Galat dan Simulasi Pada penyelesaian analitik persamaan getaran pegas teredam yang telah dipaparkan dalam metode penelitian maka diperoleh solusi pada persamaan 3.8

PT. Santosa Agrindo adalah anak perusahaan dari PT. Japfacomfeed Indonesia yang bergerak di agribisnis peternakan sapi potong, penggemukan sapi potong dan pengolahan

Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja, motivasi berpengaruh terhadap kinerja, budaya organisasi