• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bidang Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Dalam dokumen RKPD Provinsi Riau 2016 (BUKU 1) (Halaman 177-187)

2014 dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan

Sumber: Bappeda Provinsi Riau (Data Annual Provinsi Riau Tahun 2014)

20) Bidang Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Kinerja pemerintah daerah salah satunya dapat diukur dari keberhasilannya dalam pelaksanaan reformasi birokrasi yang antara lain diukur dari indeks efektifitas pemerintahan, nilai keterbukaan informasi, indeks integritas daerah. Pada penilaian kinerja administrasi keuangan daerah dinilai dari Opini BPK dan nilai akuntabilitas.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau Tahun 2016 II - 148 a. Indeks Efektifitas Pemerintahan

Indonesia Governance Index (IGI) merupakan pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan Provinsi di Indonesia. Pengukuran dilakukan terhadap empat sektor pemerintahan (governance), yaitu: pemerintah (government), birokrasi (bureaucracy), masyarakat sipil (civil society) dan masyarakat ekonomi (economic society). Keempat sektor tersebut diukur menggunakan enam parameter good governance, yaitu: partisipasi (participation), akuntabilitas (accountability), keadilan (fairness), transparansi

(transparency), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness). Metode statistik digunakan untuk penilaian terhadap sektor-sektor governance di atas, dituangkan dalam suatu indeks. Analisa angka-angka indeks didasarkan pada range nilai berikut:

Selama periode 2010 – 2014, indeks efektvivitas pemerintahan Provinsi Riau memiliki tren meningkat. Pada tahun 2010, indeks efektivitas pemerintahan atau kinerja tata kelola Pemerintahan Provinsi Riau sebesar 5,59 yang berada pada kategori sedang. Pada tahun 2012, indeks efektivitas pemerintahan Provinsi Riau meningkat menjadi 6,14 sehingga mulai memasuki kategori cenderung baik dan semakin mantap pada tahun 2013 dengan indeks 6,18 pada kategori cenderung baik. Indeks efektivitas pemerintahan Provinsi Riau yang cenderung baik (6.18) tersebut disumbang oleh indeks birokrasi yang cenderung baik (7.24) dan indeks masyarakat sipil yang juga cenderung baik (6.40). Selain itu juga diperkuat oleh angka pertumbuhan ekonomi yang mencapai 13.98% per tahun dengan PDRB/Kapita mencapai Rp 44.154.993,13 yang merupakan angka tertinggi secara nasional. Pada tahun 2014, indeks efektivitas pemerintahan Provinsi Riau diprediksi sebesar 6,20 dengan kategori cenderung baik. Selama periode ini, rata- rata pertumbuhan indeks efektivitas pemerintahan Provinsi Riau meningkat sebesar 2,03% per tahun.

Dalam RPJMD Provinsi Riau tahun 2014 – 2019, indeks efektivitas

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau Tahun 2016 II - 149

2014, indeks efektivitas pemerintahan Provinsi Riau diperkirakan sebesar 6,20 sehingga realisasi kinerja indikator indeks efektivitas pemerintahan relatif sesuai target yang ditetapkan yaitu sebesar 97,79%.

Gambar 2.98.

Indeks Efektivitas Pemerintahan Tahun 2010 – 2014 di Provinsi Riau

Sumber: Bappeda Provinsi Riau ( 2014) Keterangan: Tahun 2014 adalah angka prediksi

b. Indeks Integritas Daerah

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyelenggarakan survey integritas sektor publik untuk mengukur persepsi tentang pelayanan publik pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Responden dalam survey ini adalah para pengguna layanan langsung dari layanan yang disediakan. Survey KPK tersebut terbagi kedalam 6 indikator yaitu pengalama korupsi, cara pandang terhadap korupsi, lingkungan kerja, siste administrasi, perilaku individu dan pencegahan korupsi. Hasil pengolahan data disajikan dalam skala nilai 0–10, menunjukkan bahwa semakin mendekati nilai 10 maka indeks integritas semakin baik yang menggambarkan baiknya pelayanan sektor publik terhadap masyarakat saat pengurusan layanan.

Pada tahun 2013, indeks integritas pemerintahan Provinsi Riau sebesar 8,00, sudah di atas standar minimal yang ditetapkan KPK (6,0) yang menggambarkan pelayanan sektor publik terhadap masyarakat saat pengurusan layanan yang di Provinsi Riau

5,20 5,30 5,40 5,50 5,60 5,70 5,80 5,90 6,00 6,10 6,20 2010 2011 2012 2013 2014

Indeks Efektivitas Pemerintahan

Prov. Riau 5,59 5,89 6,14 6,18 6,20 E fe k ti v it a s P e m e ri nt a ha n (I nde k s) Kinerja Indikator Indeks Efektivitas Pemerintahan Provinsi Riau Tahun 2014 Relatif Sesuai Target RPJMD Provinsi Riau 2014 - 2019

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau Tahun 2016 II - 150

cenderung baik. Pada tahun 2014, diprediksi indeks integritas Daerah Provinsi Riau menurun menjadi 7,85 dan masih di atas standar minimal yang ditetapkan KPK.

Gambar 2.99.

Indeks Integritas Daerah Tahun 2010 – 2014 di Provinsi Riau

Sumber: Bappeda Provinsi Riau (2014) Keterangan: Tahun 2014 adalah angka prediksi

Dalam RPJMD Provinsi Riau tahun 2014 – 2019, indeks integritas daerah Provinsi Riau tahun 2014 ditarget meningkat menjadi 8,20. Pada tahun 2014, indeks integritas daerah Provinsi Riau diperkirakan sebesar 7,85 sehingga realisasi kinerja indikator indeks integritas daerah relatif sesuai target yang ditetapkan yaitu sebesar 95,73%.

c. Nilai Keterbukaan Informasi

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan informasi Publik (UU KIP) intinya memberikan kewajiban kepada setiap badan publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi publik untuk mendapatkan informasi publik kecuali beberapa informasi tertentu. Untdang-undang ini bertujuan untuk (i) menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik dan proses pengambilan keputusan publik serta alasan pengambilan keputusan publik. (ii) mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik. (iii) Meningkakan peran aktif masyarakat dalam pengambilan

7,75 7,80 7,85 7,90 7,95 8,00 2013 2014

Indeks Integritas Daerah Provinsi

Riau 8,00 7,85 In t e g r it a s D a e r a h ( In d e k s ) Kinerja Indikator Indeks Integritas Daerah Provinsi Riau Tahun 2014 Relatif Sesuai Target RPJMD Provinsi Riau 2014 - 2019

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau Tahun 2016 II - 151

kebijakan publik dan pengelolaan badan publik yang baik. (iv) mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan. (v) Mengetahui alasan kebijakan publik yang memengaruhi hajat hidup orang banyal. (vi) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan/atau (vii) meningkatkan pengelolaan informasi dilingkungan badan publik yang menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.

Metode pengukuran keterbukaan informasi ini adalah metode self assessment dilakukan untuk menilai kemajuan dan kinerja dari suatu unit kerja. Komisi Informasi mengirim kuesioner ke badan publik yang terdiri dari 27 pertanyaan yang bersifat penilaian mandiri dengan klaster bobot penilaian: informasi dasar dengan bobot 10%, kewajiban badan publik untuk meyediakan informasi dengan bobot penilaian 20%, kewajiban badan publik untuk mengumumkan informasi dengan bobot penilaian 30% dan pelayanan informasi dengan bobot penilaian 40%.

Pada tahun 2013, nilai keterbukaan informasi Provinsi Riau sebesar 32,27% berada di peringkat 10 dari Provinsi yang ada di Indonesia. Nilai keterbukaan Provinsi Riau ini di bawah Provinsi Jawa Barat (33,52), Kepulauan Riau (37,22), Kalimantan Tengah (47,77), NTB (48,38), Banten (51,79), Yogyakarta (51,93), Aceh (52,00), Jawa Timur (52,44) dan Kalimatan Timur (56,83). Pada tahun 2014, nilai keterbukaan informasi Provinsi Riau meningkat menjadi 42,72 dengan nilai keterbukaan informasi untuk kategori SKPD Provinsi Riau yang nilainya di atas 20 adalah Dinas Pendapatan Daerah (60), Biro Keuangan Setdaprov (59), Bappeda (45), BLH (44), Dinas Sosial (26), RSUD Arifin Ahmad (25), Dishub, Dishut, Disperindag , Disbudpar, Disbun dan Disnak (24) dan Badan PenanamanModal dan Promosi Daerah (20).

Nilai keterbukaan informasi menurut Kabupaten/kota menujukkan bahwa Kabupaten Indragiri Hulu adalah yang teratas dengan nilai 88,74 diikuti Kuantan Singingi (60,50), Rokan Hulu (57,94). Kabupaten/Kota dengan nilai keterbukaan informasi terendah adalah Kabupaten rokan Hilir (20,65), Kota Pekanbaru (27,10) dan Indragiri Hilir (29,80).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau Tahun 2016 II - 152

Gambar 2.100

Nilai Keterbukaan Informasi Tahun 2014 Pemerintah Kabupaten/kota dan Provinsi Riau

Sumber: Bappeda Provinsi Riau ( 2014)

Dalam RPJMD Provinsi Riau tahun 2014 – 2019, nilai keterbukaan informasi Provinsi Riau tahun 2014 ditarget meningkat menjadi 35,82. Pada tahun 2014, nilai keterbukaan informasi Provinsi Riau sebesar 42,72 sehingga realisasi kinerja nilai keterbukaan informasi melampaui target yang ditetapkan yaitu sebesar 119,26%.

d. Opini BPK

Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan standar akutansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan, (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern. Terdapat empat jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni (i) opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), (ii) opini wajar dengan pengecualian (WDP), (iii) opini tidak wajar dan (iv) pernyataan menolak memberikan opini.

Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dimana auditor memiliki reservasi tentang laporaan keuangan pemerintah. Keempat kriteria di atas dipenuhi. Ini juga

Kuant an Singin gi Indrag iri Hulu Indrag iri Hilir Pelala wan Siak Kamp ar Rokan Hulu Bengk alis Rokan Hilir Kepula uan Meran ti Pekan baru Dumai Prov. Riau

Nilai Keterbukaan Informasi 60,50 88,74 29,80 43,70 33,00 44,50 57,94 51,57 20,65 49,90 27,10 53,70 42,72

- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 N il a i K et er b u k a a n I n fo rm a si ( 0 - 100)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau Tahun 2016 II - 153

dikenal sebagai pendapat bersih berarti bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar (fair). Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dimana masih ada penggunaan keuangan negara yang bersifat material yang menyimpang dari standar akutansi pemerintahan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Opini Tidak Wajar adalah jenis opini yang menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, realisasi anggaran, dan perubahan posisi keuangan, sesuai dengan prinsip berlaku umum. Disclaimer menyatakan banyak rekening/perkiraan/pos mata anggaran yang tidak didukung dengan buku, catatan dan bukti tarnsaksi atau sekalipun buku, catatan dan bukti transaksi ada, pihak pemeriksa mengalami kesulitan untuk menyelusuri alur dokumen dan banyak hal-hal yang menyimpang dari peraturan dan peundangan yang ada.

Selama periode 2010 – 2013, opini BPK terhadap kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi Riau mendapat opini WTP pada tahun 2010, menurun menjadi WDP pada tahun 2011 dan kembali WTP pada tahun 2012 - 2013. Pada tahun 2014 ini diprediksi opini BPK terhadap kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi Riau adalah WTP.

Dalam RPJMD Provinsi Riau tahun 2014 – 2019, opini BPK terhadap terhadap kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi Riau tahun 2014 ditarget WTP. Pada tahun 2014, opini BPK terhadap terhadap kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan Pemerintah Provinsi diprediksi WTP sehingga realisasi kinerja opini BPK relatif sesuai target yang ditetapkan.

Tabel 2.35.

Penilaian Kinerja Administrasi Keuangan Daerah Tahun 2009 – 2013 Provinsi Riau

Deskripsi

Tahun

Kinerja Opini BPK dan Nilai Akuntabilitas Relatif Sesuai Target RPJMD Provinsi Riau 2014 - 2019 2010 2011 2012 2013 2014 Opini BPK WTP WDP WTP WTP WTP Nilai Akuntabilitas 51,40 (CC) 57,29 (CC) 59,97 (CC) 61,91 (CC) 63,85 (CC)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau Tahun 2016 II - 154 e. Nilai Akuntabilitas

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP) merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi, yang berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Jika akuntabilitas keuangan hasilnya berupa laporan keuangan, sedangkan produk akhir dari SAKIP adalah LAKIP, yang menggambarkan kinerja yang dicapai oleh suatu instansi pemerintah atas pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai APBN/APBD. Dalam penilaian LAKIP, materi yang dievaluasi meliputi 5 komponen. Komponen pertama adalah perencanaan kinerja, terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan penetapan kinerja dengan bobot 35. Komponen kedua, yakni pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi pengukuran dengan bobot 20. Pelaporan kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari pemenuhan laporan, penyajian informasi knerja, serta pemanfaatan informasi kinerja, diberi bobot 15. Sedangkan evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi, diberi bobot 10. Untuk pencapaian kinerja, bobotnya 20, terdiri dari kinerja yang dilaporkan ( output dan outcome), dan kinerja lainnya. Nilai tertinggi dari evaluasi LAKIP adalah AA (memuaskan), dengan skor 85 – 100, sedangkan A (sangat baik) skornya 75 -85, CC (cukup baik) dengan skor 50 – 65, C (agak kurang) dengan skor 30

– 50, dan nilai D (kurang) dengan skor 0 – 30.

Selama periode 2014, nilai akuntabilitas Pemerintahan Provinsi Riau terus meningkat. Pada tahun 2010 bernilai CC dengan skor 51,45 yang berarti cukup baik. Pada tahun 2012, nilai akuntabilitas tetap CC (cukup baik) dengan skor meningkat menjadi 59,97. Pada tahun 2013, nilai akuntabilitas juga tetap CC (cukup baik) dengan skor meningkat menjadi 61,91. Pada tahun 2014 nilai akuntabilitas Pemerintah Provinsi Riau diprediksi tetap CC dengan skor sebesar 63,85.

Dalam RPJMD Provinsi Riau tahun 2014 – 2019, nilai akuntabilitas Pemerintah Provinsi Riau tahun 2014 ditarget CC. Pada tahun 2014, nilai akuntabilitas Pemerintah Provinsi diprediksi CC (63,85) sehingga realisasi kinerja nilai akuntabilitas relatif sesuai target yang ditetapkan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau Tahun 2016 II - 155 21) Bidang Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Selama periode 2010 – 2014, jumlah desa/kelurahan di Provinsi Riau mengalami perkembangan. Pada tahun 2010, jumlah kecamatan dan desa/kelurahan masing-masingnya sebanyak 151 kecamatan dan 1.643 desa/kelurahan. Pada tahun 2012, jumlah kecamatan dan desa/kelurahan masing-masingnya meningkat menjadi 163 kecamatan dan 1.759 desa/kelurahan. Pada tahun 2014, jumlah kecamatan meningkat menjadi 164 dan jumlag desa/kelurahan meningkat menjadi 1.836.

Tabel 2.36.

Jumlah Desa dan Kelurahan Tahun 2009 – 2013 Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Riau

No Kabupaten/Kota Jumlah Desa & Kelurahan

2010 2011 2012 2013 2014 1 Kuantan Singingi 209 209 229 229 229 2 Indragiri Hulu 194 194 194 194 194 3 Indragiri Hilir 192 236 236 236 236 4 Pelalawan 118 118 118 118 118 5 Siak 126 129 129 129 131 6 Kampar 245 245 245 245 245 7 Rokan Hulu 153 153 153 153 153 8 Rokan Hilir 140 161 161 161 183 9 Bengkalis 102 102 102 102 155 10 Kep. Meranti 73 101 101 101 101 11 Pekanbaru 58 58 58 58 58 12 Dumai 33 33 33 33 33 Jumlah 1.643 1.739 1.759 1.759 1.836

Sumber: BPS Provinsi Riau (Riau Dalam Angka Tahun2014)

Dari jumlah desa/kelurahan yang ada di Provinsi Riau hingga tahun 2013, sebanyak 276 desa atau 15,76% merupakan desa eks. Tranmigrasi. Berdasarkan tingkat perkembangan desa, sebanyak 1.213 desa atau 69,35% dari total desa tahun 2013 terkategori desa swadaya. Desa yang terkategori desa swakarya sebanyak 520 desa atau 29,73% dari total desa tahun 2013 dan desa yang terkategori desa swasembada sebanyak 16 desa atau 0,91% dari total desa tahun 2013.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau Tahun 2016 II - 156

Tabel 2.37.

Tingkat Perkembangan Desa Tahun 2013 Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Riau

Sumber: Bapemades Provinsi Riau (2013)

22). Bidang Urusan Sosial

Tingginya migrasi penduduk luar provinsi ke Provinsi Riau menjadikan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) cenderung meningkat. PMKS yang cenderung meningkat selama periode 2009 – 2013 adalah wanita rawan sosial ekonomi, korban tindak kekerasan, penyandang cacat, pengemis, gelandangan, bekas warga binaan lembaga kemasyarakatan, keluarga berumah tidak layak huni, korban bencana alam, korban bencana sosial, pekerja migran bermasalah sosial, orang dengan HIV/AIDS dan keluarga rentan. Oleh karena itu, permasalah PMKS perlu mendapat perhatian dalam pembangunan ke depan.

Tabel 2.38

Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Tahun 2009 – 2013 Provinsi Riau

No Jenis PMKS Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Anak Balita Terlantar 1.920,5 1.867 2.767 1.711 1.662

2 Anak Terlantar 32.820,2 31.315 34.246 27.013 25.715

3 Anak Nakal 1.313,0 1.309 1.181 1.297 1.293

4 Anak Jalanan 761,7 769 758 791 798

5 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 15.432,3 15.502 15.054 15.712 15.783

6 Lanjut Usia Terlantar 24.988,6 22.651 17.766 16.337 14.651

7 Korban Tindak Kekerasan 514,2 626 741 1.025 1.208

8 Penyandang Cacat 16.064,0 16.064 16.064 16.064 16.064

9 Tuna Susila 2.372,9 2.051 2.201 1.229 1.036

10 Pengemis 406,7 424 445 478 497

11 Gelandangan 187,7 186 185 181 179

12 Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan (BWBLK) 496,2 719 857 1.616 2.117

13 Korban penyalahgunaan NAPZA 602,5 592 644 561 551

14 Keluarga Fakir Miskin 177.995,0 160.358 112.758 113.053 100.619

15 Keluarga Berumah Tak Layak Huni 28.979,3 29.065 34.811 29.323 29.41

16 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis 548,2 560 570 596 609

17 Komunitas Adat Terpencil 22.421,9 21.771 13.874 19.876 19.282

18 Korban Bencana Alam 48.511,3 58.867 43.464 95.72 112.559

19 Korban Bencana Sosial 10.894,3 11.553 264 13.644 14.422

20 Pekerja Migran Bermasalah Sosial 583,3 811 1.11 1.704 2.182

21 Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) 89,2 186 601 654 994

22 Keluarga Rentan 3.856,4 4.781 4.073 8.126 9.698

Jumlah 387.191,5 382.027 278.825 366.742 361.784

Sumber: Dinas Sosial Provinsi Riau (2013)

NO KAB / KOTA JUMLAH DESA EKS.TRANS SWADAYA SWAKARYA SWASEMBADA JUMLAH

1 KAMPAR 68 142 108 0 250 2 INRDAGIRI HULU 39 138 55 1 194 3 BENGKALIS 0 118 35 2 155 4 INDRAGIRI HILIR 37 174 63 0 237 5 PELALAWAN 21 74 38 6 118 6 ROKAN HULU 55 74 76 0 150 7 ROKAN HILIR 28 130 53 1 184 8 SIAK 0 92 34 5 131 9 KUANTAN SINGINGI 28 186 43 0 229 10 KEPULAUAN MERANTI 0 85 15 1 101 11 PEKANBARU 0 0 0 0 0 12 DUMAI 0 0 0 0 0

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Riau Tahun 2016 II - 157

Disisi lain, kuantitas dan kualitas panti sosial yang tersedia masih relatif kurang. Jumlah panti sosial anak telantar yang tersebar di Kabupaten/kota berjumlah 89 buah dan menampung sebanyak 3.975 orang anak. Disisi lain, jumlah anak telantar, anak balita telantar, anak nakal dan anak jalanan sekitar 30.000 orang. Oleh karena itu, sesuai amanat undang-undang, maka penanganan anak dan balita telantar, anak jalanan dan anak nakal perlu mendapat perhatian lebih baik lagi.

Tabel 2.39

Jumlah Panti Sosial Anak Terlantar Tahun 2013 Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Riau

No Kabupaten/Kota Jumlah Panti Jumlah Klien/Anak

1 Kuantan Singingi 3 81 2 Indragiri Hulu 5 231 3 Indragiri Hilir 11 436 4 Pelalawan 5 230 5 Siak 2 50 6 Kampar 15 628 7 Rokan Hulu 3 115 8 Rokan Hilir 4 160 9 Bengkalis 8 408 10 Kep. Meranti 2 80 11 Pekanbaru 21 1.016 12 Dumai 10 540 Jumlah 89 3.975

Sumber: Dinas Sosial Provinsi Riau (2013)

Dalam dokumen RKPD Provinsi Riau 2016 (BUKU 1) (Halaman 177-187)

Dokumen terkait