Sedangakan Pelayanan Dinas Pekerjaan Umum jika disandingkan dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
3.5 ISU-ISU STRATEGIS BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG SERTA PERUMAHAN.
3.5.1. Bidang Pekerjaan Umum.
Sub Bidang Sumber Daya Air dan Irigasi.
Isu strategis Sub Bidang Sumber Daya Air dan Irigasi, meliputi:
a. Kinerja pelayanan jaringan irigasi yang belum optimal,
dimana dari 57.925 ha luas daerah irigasi yang menjadi kewenangan kewenangan Provinsi NTT, dengan kondisi baik < 70 % karena adanya kerusakan jaringan irigasi yang antara lain diakibatkan oleh umur konstruksi, bencana alam, kurangnya operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, dan
lainnya dalam pengelolaan jaringan irigasi.
b. Garis pantai akan menimbulkan masalah dalam kaitannya
dengan perlindungan sarana dan prasarana sepanjang pantai dan batas wilayah Negara.
c. Mengembalikan fungsi seluruh infrastruktur SDA yang
mengalami kerusakan karena bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi
d. Menyelenggarakan pembinaan yang lebih intensif kepada
pemerintah daerah dan stakeholders lainnya dalam
pengelolaan irigasi, kemampuan penyediaan air dari sumber-sumber air dari dampak berkurangnya areal terbuka hijau dan menurunnya kapasitas wadah-wadah air baik alamiah maupun buatan dengan cepat.
e. Melakukan optimalisasi organisasi pengelola SDA (Unit
Pelaksana Teknis PSDA Wilayah Timor, Wilayah Sumba dan Wilayah Flores).
f. Meningkatkan koordinasi dan ketatalaksanaan penanganan
SDA untuk mengurangi konflik antar pengguna sumber daya air.
g. Membangun dan mengelola Sistem Informasi SDA (SISDA)
pada Kabupaten/Kota dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT serta melengkapi data dan informasi tentang SDA untuk dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan serta memperluas akses publik terhadap data dan informasi SDA.
h. Mengupayakan pengarusutamaan gender dalam proses pelaksanaan kegiatan sub bidang SDA, baik dari segi akses, kontrol, partisipasi, maupun manfaatnya.
i. Mencari peluang-peluang investasi baru dalam upaya
pengembangan infrastruktur SDA.
Sub Bidang Bina Marga.
Isu strategis Sub Bidang Bina Marga, meliputi:
a. Jaringan jalan di lintas utama pulau Timor, Flores dan Sumba
masih belum memadai dalam mendukung percepatan
pembangunan ekonomi yang berkualitas sekaligus
mendukung (MP3EI).
b. Peningkatan konektivitas intra dan antar pulau masih
terkendala karena sebagian besar Jalan Provinsi, Jalan
Kabupaten/ Kota dan Jalan non status dalam kondisi kurang mantap;
c. Aksesibilitas bagi daerah terisolasi dan terpencil, serta
jaringan jalan di kawasan perbatasan dan kawasan khusus di pulau-pulau terdepan/terluar terutama pintu gerbang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena belum sepenuhnya berfungsi untuk mendukung transportasi lintas pulau dan melayani mobilitas dan aksesibilitas masyarakat dalam mengembangkan potensi wilayah, meningkatkan kesejahteraan, dan menjaga pertahanan nasional.
d. Sebagian ruas-ruas baru yang dibangun belum dapat berfungsi secara optimal karena adanya hambatan penyediaan tanah dan kekurangan alokasi dana.
e. Meningkatkan/mempertahankan tingkat kenyamanan
prasarana jalan di tengah-tengah keterbatasan alokasi pendanaan untuk penanganan jaringan jalan.
f. Meningkatkan koordinasi kelembagaan penyelenggaraan
jalan antara penyelenggaraan jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota serta penyelenggaraan regulasi, kelembagaan, pembagian kewenangan, dan perijinan pemanfaatan ruang jalan (ruang manfaat, ruang milik, ruang pengawasan jalan, dan kawasan di sepanjang koridor jaringan jalan).
g. Menyelaraskan pembangunan prasarana jalan dengan
amanat RTRW Nasional dan RTRW Daerah, yang meliputi pemantapan jaringan jalan arteri dan kolektor primer.
Sub Bidang Cipta Karya.
Isu strategis Sub Bidang Ke-cipta Karya-an, meliputi:
a. Sumber air bersih penduduk dari air bersih kemasan,
perpipaan dan sumur, baru mencapai 33,18% dan lainnya bersumber dari mata air, air sungai, hujan dan mata air sekitar 66,82%.
b. Peningkatan kualitas sanitasi lingkungan belum optimal karena ada sekitar 20.63% yang sebagian besar rumah tangga belum didukung tempat pembuangan air besar sendiri;
c. Masih adanya permukiman kumuh yang mencapai sekitar
0,67% dari total Desa/Kelurahan terutama di perkotaan.
Sub Bidang Jasa Konstruksi
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT (Bidang Bina
Program dan Bina Teknik) menerima mandat antara lain sebagai pembina jasa konstruksi untuk memenuhi amanat Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Isu strategis sub bidang jasa konstruksi, meliputi:
a. Jumlah SDM Konstruksi NTT masih harus ditingkatkan untuk
dapat bersaing di tingkat regional maupun nasional. Pemerintah perlu memfasilitasi peningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) jasa konstruksi menuju tenaga ahli bidang konstruksi.
b. Sumber Daya Manusia (SDM) jasa konstruksi masih
menghadapi permasalahan pada proses sertifikasi yang masih kurang obyektif dan mahal, sehingga langsung atau tidak langsung menyebabkan tenaga ahli dan tenaga
terampil bidang konstruksi masih jauh dari cukup.
c. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana pelatihan
mengacu pada kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi (kondisi prasarana dan sarana pelatihan saat ini sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia).
d. Meningkatkan kualitas sertifikasi dan pelatihan tenaga kerja
konstruksi.
e. Penerapan konsep green construction yang merupakan
proses konstruksi yang menggunakan bahan bangunan yang tepat, efisien, dan ramah lingkungan di bidang
pembangunan konstruksi dalam rangka merespon
pemanasan global.
f. Lemahnya penguasaan teknologi dan akses permodalan
Badan Usaha Jasa Konstruksi.
g. Pasar jasa konstruksi daerah masih terdistorsi akibat
ketidakseimbangan antara supply dan demand. Oleh karena itu perlu upaya pembinaan perusahaan jasa konstruksi melalui penerapan kualifikasi atau persyaratan dalam pendirian badan usaha jasa konstruksi.
h. Otonomi daerah sebagai instrumen desentralisasi akan
menjadi pendorong perdagangan sektor konstruksi nasional menjadi berkembang akibat kebijakan penanaman modal langsung ke daerah.
Sub Bidang Pengembangan Kapasitas dan Evaluasi Kinerja (Sekretariat dan Bidang Bina Program dan Bina Teknik).
Isu strategis sub bidang Pengembangan Kapasitas dan
Evaluasi Kinerja, meliputi:
a. Kualitas dan produktivitas SDM belum cukup memadai,
sehingga diperlukan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan pegawai yang dijiwai semangat kewirausahaan
untuk menjadi basis bagi pelayanan publik yang berorientasi pada kepuasan pelanggan/ pengguna.
b. Penempatan personil pada Dinas PU yang proporsinya
kurang lebih sama antara PNS dengan latar belakang pendidikan teknis dan non teknis (teknis 243 orang dan non teknis 245), sehingga diperlukan pembenahan kembali dengan proporsi PNS dengan latar belakang pendidikan teknis dan non teknis setidaknya berbanding 75% : 25%.
c. Kapasitas institusi Dinas PU memiliki keterbatasan, seperti
struktur yang belum sepenuhnya efektif dan belum mengakomodir jangkauan wilayah pelayanan (wilayah kepulauan), sehingga diperlukan langkah-langkah reformasi
birokrasi yang strategis dan terintegrasi serta
pengembangan 3 (tiga) UPTD PSDA menjadi UPTD Dinas dan penambahan 1( satu) UPT Perbengkelan.
d. Tertib administrasi sesuai dengan perkembangan
berkembang belum sepenuhnya efektif, sehingga diperlukan langkah-langkah reformasi birokrasi yang strategis dan
terintegrasi.
e. Pengelolaan masih sangat birokratik belum inovatif, masih
bersifat manajemen proyek belum manajemen aset,
sehingga terkesan hanya mengelola supply belum
mengelola demand. Diperlukan reformasi birokrasi sehingga
praktik penyelenggaraan ke-PU-an ke depan tidak lagi diwarnai oleh sistem yang birokratis, kurang fleksibel, dengan kapasitas inovasi dan kreativitas yang masih terbatas.
f. Pengelolaan aset infrastruktur nasional (pusat dan daerah)
bidang ke-PU-an belum cukup baik, sehingga perlu ada strategi pengamanan fisik dan dokumen aset yang baik.
g. Diperlukan reformasi peraturan perundang-undangan untuk
mendukung penyelenggaraan pelayanan ke-PU-an.
h. Diperlukan penyusunan produk-produk kajian yang sifatnya
early warning/pemecahan masalah yang mendesak dan
produk-produk yang sifatnya permintaan pimpinan Dinas.
i. Diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang lebih baik dalam
perencanaan, implementasi dan evaluasi program dan kegiatan.
j. Diperlukan koordinasi internal yang kuat antar fungsi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Provinsi,
Kabupaten dan Kota) dalam rangka menentukan
keberlangsungan pengelolaan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap infrastruktur melalui prinsip-
prinsip good governance.
k. Kegiatan pengelolaan infrastruktur masih terkonsentrasi
pada aspek pembangunan, belum memperhatikan aspek
pemanfaatan dan pengembangan aset.
l. Koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah ke depan akan semakin penting dalam menentukan keberlangsungan pengelolaan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan infrastruktur di daerah.
3.5.2. Bidang Penataan Ruang
Isu strategis Bidang Penataan Ruang, meliputi:
b. Meningkatkan kemampuan aparat perencana maupun
pelaksana pengendali dan pengawas pemanfaatan ruang, baik di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota, untuk menjamin pelaksanaan RTR yang semakin berkualitas serta
dalam rangka pengendalian dan pengawasan
pemanfaatan ruang yang efektif.
c. Menyelenggarakan upaya-upaya sosialisasi yang lebih
memadai guna meningkatkan dukungan masyarakat
perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang.
d. Menyelaraskan pola penyusunan RTRW di daerah dalam
rangka menjaga keserasian antar daerah dan antar tingkatan RTRW.
3.5.3. Bidang Perumahan.
Isu strategis Bidang Prumahan, meliputi:
1) Angka backlog perumahan sebesar 60 ribu unit sebagai
akibat masih rendahnya pendapatan masyarakat dengan persentase penduduk miskin sebesar 20% lebih.
BAB IV