• Tidak ada hasil yang ditemukan

renstra dinas pu ntt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "renstra dinas pu ntt"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah mengamanatkan bahwa visi, misi, dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih, menjadi dokumen resmi daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka telah ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 1 Tahun 2014 tentang Rencana Pembagunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-2018. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasonal, mengamanatkan bahwa setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang merupakan dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat visi, misi, tujuan,

strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan

tugas dan fungsi SKPD yang disusun dengan berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif.

(2)

Renstra

-PU merupakan dokumen perencanaan yang penting, karena dalam masa 5 (lima) tahun kedepan Dinas PU berkewajiban

untuk mempertanggung-jawabkan kinerjanya sesuai dengan

dokumen perencanaan ini. Selain itu urgensi penyusunan Renstra-PU adalah :

1. Menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja (Renja) Dinas PU

selama tahun 2013-2018.

2. Kontrak kerja antara Gubernur dengan Kepala Dinas PU Provinsi

NTT.

3. Dasar penilaian kinerja Kepala Dinas PU Provinsi NTT.

4. Menjadi acuan penyusunan LAKIP Dinas PU.

Renstra-PU dapat pula dipakai sebagai bahan evaluasi yang penting agar arah pembangunan dapat berjalan lebih sistematis,

komperhensif

dan

tepat fokus akan masalah-masalah yang mendasar

yang dihadapi oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya di bidang Pekerjaan Umum.

Untuk mewujudkan Visi Misi dan arah kebijakan yang tertuang dalam dokumen Renstra ini perlu didukung dengan strategi umum

yang kemudian diterjemahkan kedalam program-program

pembangunan bidang Pekerjaan Umum, yang selanjutnya diuraikan dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung program tersebut.

(3)

1.2.

LANDASAN HUKUM

Dasar hukum penyusunan Renstra-PU tahun 2013–2018 adalah:

1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 Tentang Pembentukan

Daerah-Daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

(4)

7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

9. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

10. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

11. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

12. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

(5)

13. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

14. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

15. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

16. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 Tentang

Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi;

18. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan Dekonsentrasi;

19. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan Tugas Pembantuan;

20. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

(6)

2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Tatacara, Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Perubahan

(7)

26. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

27. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun

2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 Nomor 001 Seri E Nomor 001, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 0011);Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-2018;

28. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 7 Tahun

2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Provinsi;

29. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 10 Tahun

2008 tentang Dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 Nomor 010 Seri D Nomor 003);

30. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1 Tahun

2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-2018;

31. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 36 Tahun

(8)

32. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Unit Pelaksana Teknis Pengelola Sumber Daya Air (UPT-PSDA) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT;

33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

35. Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas

Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT;

1.3.

MAKSUD DAN TUJUAN

(9)

pedoman pengendalian, pembuatan rencana startegi di Bidang Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan.

1.4.

SISTIMATIKA PENULISAN

Renstra-PU tahun 2013-2018 ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan yang memuat latar belakang, landasan hukum penyusunan, maksud dan tujuan, serta sistimatika penulisan.

Bab II. Gambaran pelayanan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT yang memuat Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi, Sumber Daya yang dimiliki, Kinerja Pelayanan, Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT.

Bab III. Isu

-Isu

Strategis

Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Dinas

Pekerjaan Umum Provinsi NTT.

Bab IV. Memuat visi, misi, tujuan dan sasaran pelayanan, strategi dan kebijakan Dinas PU Provinsi NTT.

Bab V. Memuat

Rencana Program dan

Kegiatan

, Indikator Kinerja,

Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif.

(10)

BAB II

GAMBARAN PELAYANAN DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI NTT

2.1. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN

UMUM

2.1.1. Tugas dan Fungsi:

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang Pekerjaan Umum.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum, penataan

ruang dan perumahan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di

bidang pekerjaan umum, penataan ruang dan perumahan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum,

penataan ruang dan perumahan;

d. Pembinaan unit pelaksana teknis;

e. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, perlengkapan,

sarana dan prasarana serta rumah tangga;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

(11)

(Sekretaris, Kepala Bidang dan Kepala UPTD PSDA) sesuai Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagaimana terlampir (Lampiran 1).

Mengacu kepada Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota, mandat yang diberikan kepada Daerah (Dinas yang membidangi Urusan Pekerjaan Umum, Urusan Penataan Ruang dan Urusan Perumahan) dibagi ke dalam 3 (tiga) bidang utama, yaitu: 1) urusan bidang Pekerjaan Umum, 2) urusan bidang Penataan Ruang dan 3) urusan Perumahan, yang selanjutnya dibagi lagi ke dalam sub-sub bidang urusan sesuai dengan lingkup urusan Pemerintah Provinsi yang secara lengkap adalah sebagai berikut:

1.

Bidang Pekerjaan Umum

(10 Sub Bidang)

Sub Bidang Sumber Daya Air

Pengaturan, meliputi: 1) Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air provinsi; 2) Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 3) Penetapan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota; 4) Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah

sungai lintas kabupaten/kota; 5) Pembentukan wadah koordinasi

sumber daya air di tingkat provinsi dan/atau pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 6)Pembentukan komisi irigasi provinsi dan pengesahan pembentukan komisi irigasi antar kabupaten/kota.

(12)

daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 2) Penetapan dan pemberian rekomendasi teknis atas penyediaan, pengambilan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas kabupaten/kota; 3) Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 4) Pemberian bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada kabupaten/kota; 5) Fasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/ kota dalam pengelolaan sumber daya air; 6) Pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas kabupaten/kota; 7) Pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam pengelolaan sumber daya air tingkat provinsi dan kabupaten/kota; 8) Pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Pembangunan/Pengelolaan, meliputi: 1) Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 2) Pendaya-gunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; 3) Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala provinsi; 4) Penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat provinsi; 5) Pembangunan dan peningkatan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi lintas kabupaten/kota; 6) Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang luasnya 1.000 ha sampai dengan 3.000 ha atau pada daerah irigasi yang bersifat lintas kabupaten/kota; 7) Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pada sungai, danau, waduk dan pantai pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

Pengawasan dan Pengendalian, meliputi: Pengawasan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/ kota;

Sub Bidang Bina Marga.

(13)

kabupaten, antar ibukota kabupaten, jalan lokal, dan jalan lingkungan dalam sistem jaringan jalan primer; 4) Penetapan status jalan provinsi; 5) Penyusunan perencanaan umum dan pembiayaan jaringan jalan provinsi.

Pembinaan. 1) Pembinaan jalan provinsi, meliputi: a) Pemberian bimbingan penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan para aparatur penyelenggara jalan provinsi dan aparatur penyelenggara jalan kabupaten/kota; b) Pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi bidang jalan untuk jalan provinsi; c) Pemberian fasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/kota dalam penyelenggaraan jalan; 2) Pengembangan teknologi terapan di bidang jalan untuk jalan kabupaten/desa dan jalan kota.

Pembangunan dan Pengusahaan.

Pembangunan jalan provinsi, meliputi: 1)Pembiayaan pembangunan

jalan provinsi; 2) Perencanaan teknis, pemrograman dan

penganggaran, pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan provinsi; 3) Pengoperasian dan pemeliharaan jalan provinsi; 4) Pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan provinsi.

Pengawasan jalan provinsi, meliputi: 1) Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan provinsi; 2) Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan provinsi.

Sub Bidang Perkotaan dan Perdesaan

Pengaturan meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi wilayah provinsi dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan (mengacu kebijakan nasional); 2) Penetapan peraturan daerah provinsi mengenai pengembangan perkotaan dan perdesaan mengacu NSPK nasional.

Pembinaan, meliputi: 1) Fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen pembangunan dan pengelolaan PS perkotaan dan pedesaan tingkat provinsi; 2) Fasilitasi pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan di wilayah provinsi.

(14)

pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan di lingkungan provinsi; 3) Penyelenggaraan pembangunan PS perkotaan dan perdesaan lintas kabupaten/ kota di lingkungan wilayah provinsi; 4) Fasilitasi pembentukan lembaga/ badan pengelola pembangunan perkotaan dan perdesaan lintas kabupaten/kota.

Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan dan pengendalian terhadap pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan di provinsi; 2) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK

Sub Bidang Air Minum

Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah provinsi mengenai kebijakan dan strategi pengembangan air minum lintas kabupaten/

kota di wilayahnya; 2) Penetapan BUMD provinsi sebagai

penyelenggara SPAM lintas kabupaten/ kota; 3) Penetapan peraturan daerah NSPK pelayanan PS air minum berdasarkan SPM yang disusun pemerintah; 4) Memberikan izin penyelenggaraan untuk lintas kabupaten/kota.

Pembinaan, meliputi: 1) Penyelesaian masalah dan permasalahan yang bersifat lintas kabupaten/kota; 2) Peningkatan kapasitas teknis dan manajemen pelayanan air minum di lingkungan wilayah provinsi.

Pembangunan, meliputi: 1) Penetapan kebutuhan air baku untuk kebutuhan pengembangan SPAM di lingkungan wilayah provinsi; 2)

Fasilitasi penyelenggaraan (bantuan teknis) penyelenggaraan

pengembangan SPAM di wilayah provinsi; 3) Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM wilayah pelayanan lintas kabupaten/ kota setelah berkoordinasi dengan daerah kabupaten/ kota; 4) Penyediaan PS air minum untuk daerah bencana dan daerah rawan air skala provinsi; 5) Penanganan bencana alam tingkat provinsi.

(15)

Sub Bidang Air Limbah

Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah kebijakan pengembangan PS air limbah di wilayah provinsi mengacu pada kebijakan nasional; 2) Pembentukan lembaga tingkat provinsi sebagai penyelenggara PS air limbah di wilayah provinsi; 3) Penetapan peraturan daerah NSPK berdasarkan SPM yang ditetapkan oleh pemerintah; 4) Memberikan izin penyelenggaraan PS air limbah lintas kabupaten/kota.

Pembinaan, meliputi: 1) Fasilitasi penyelesaian masalah yang bersifat lintas kabupaten/ kota; 2) Fasilitasi peran serta dunia usaha dan masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan PS air limbah

kabupaten/ kota; 3) Fasilitasi penyelenggaraan (bantek)

pengembangan PS air limbah lintas kabupaten/ kota.

Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi pengembangan PS air limbah lintas kabupaten/ kota di wilayah provinsi; 2) Penyusunan rencana induk pengembangan PS air limbah lintas kabupaten/ kota; 3) Penanganan bencana alam tingkat provinsi.

Pengawasan, meliputi: 1) Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan PS air limbah di wilayahnya; 2) Evaluasi atas kinerja pengelolaan PS air limbah di wilayah provinsi lintas kabupaten/kota; 3) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK.

Sub Bidang Persampahan

Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah kebijakan pengembangan PS persampahan lintas kabupaten/kota di wilayah provinsi mengacu pada kebijakan nasional; 2) Penetapan lembaga tingkat provinsi penyelenggara pengelolaan persampahan lintas kabupaten/kota di wilayah provinsi; 3) Penetapan peraturan daerah NSPK pengelolaan persampahan mengacu kepada SPM yang ditetapkan oleh pemerintah; 4) Memberikan izin penyelenggara pengelolaan persampahan lintas kabupaten/kota.

(16)

masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan PS persampahan lintas kabupaten/kota; 3) Memberikan bantuan teknis dan pembinaan lintas kabupaten/kota.

Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi penyelenggaraan dan pembiayaan pembangunan PS persampahan secara nasional di wilayah provinsi; 2) Penyusunan rencana induk pengembangan PS persampahan lintas kabupaten/kota.

Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan dan pengendalian

pengembangan persampahan di wilayah provinsi; 2) Evaluasi kinerja penyelenggaraan yang bersifat lintas kabupaten/kota; 3) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK.

Sub Bidang Drainase

Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah kebijakan dan strategi provinsi berdasarkan kebijakan dan strategi nasional; 2) Penetapan peraturan daerah NSPK provinsi berdasarkan SPM yang ditetapkan oleh pemerintah di wilayah provinsi.

Pembinaan, meliputi: 1) Bantuan teknis pembangunan, pemeliharaan dan pengelolaan); 2) Peningkatan kapasitas teknik dan manajemen penyelenggara drainase dan pematusan genangan di wilayah provinsi.

Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi penyelesaian masalah dan permasalahan operasionalisasi sistem drainase dan penanggulangan

banjir lintas kabupaten/kota; 2) Fasilitasi penyelenggaraan

pembangunan dan pemeliharaan PS drainase di wilayah provinsi; 3) Penyusunan rencana induk PS drainase skala regional/lintas daerah.

(17)

Sub Bidang Permukiman

1. Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) yang berdiri sendiri:

Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah kebijakan dan strategi Kasiba/Lisiba di wilayah provinsi; 2) Penetapan Peraturan Daerah NSPK Kasiba dan Lisiba di wilayah provinsi.

Pembinaan, meliputi: 1) Fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen dalam pembangunan Kasiba dan Lisiba; 2) Fasilitasi penyelesaian pembangunan Kasiba/Lisiba antar kab/kota.

Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi penyeleng-garaan pembangunan Kasiba/Lisiba lintas kabupaten/kota; 2) Fasilitasi kerjasama swasta, masyarakat tingkat nasional dalam pembangunan Kasiba/Lisiba lintas kabupaten/ kota; 3) Penetapan izin lokasi Kasiba/ Lisiba lintas kabupaten/kota.

Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan pelaksanaan kelayakan program Kasiba dan Lisiba di provinsi; 2) Evaluasi penyelenggaraan pembangunan Kasiba dan Lisiba di provinsi; 3) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK di provinsi.

2. Permukiman Kumuh/ Nelayan:

Pembinaan, meliputi: Fasilitasi peningkatan kapasitas manajemen dalam penanganan permukiman kumuh di wilayah provinsi.

Pembangunan, meliputi: 1) Fasilitasi penyelenggaraan penanganan permukiman kumuh di wilayahnya; 2) Fasilitasi peremajaan/ perbaikan permukiman kumuh/nelayan.

Pengawasan, meliputi: 1) Monitoring evaluasi pelaksanaan program penanganan permukiman kumuh di wilayahnya; 2) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK di provinsi.

3. Pembangunan Kawasan:

(18)

Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan dan pengendalian pembangunan kawasan di wilayah provinsi; 2) Evaluasi pelaksanaan program pembangunan kawasan di provinsi; 3) Pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan NSPK di provinsi.

Sub Bidang Bangunan Gedung dan Lingkungan

Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah Provinsi, mengenai bangunan gedung dan lingkungan mengacu pada norma, standar, prosedur dan kriteria nasional; 2) Penetapan kebijakan dan strategi wilayah provinsi mengenai bangunan gedung dan lingkungan.

Pembinaan, meliputi: 1) Pemberdayaan kepada pemerintah daerah dan penyelenggara bangunan gedung dan lingkungannya; 2) Fasilitasi penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan.

Pembangunan, meliputi: 1) Penyelenggaraan model bangunan gedung dan lingkungan; 2) Pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang menjadi aset pemerintah provinsi; 3) Penetapan status bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala provinsi atau lintas kabupaten/kota.

Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan secara regional terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pedoman dan standar teknis bangunan gedung dan lingkungannya gedung dan rumah negara; 2) Pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala provinsi atau lintas kabupaten/kota.

Sub Bidang Jasa Konstruksi

Pengaturan meliputi: 1) Pelaksanaan kebijakan pembinaan jasa konstruksi yang telah ditetapkan.

Pemberdayaan, meliputi: 1) Pengembangan sistem informasi jasa konstruksi dalam wilayah provinsi yang bersangkutan; 2) Penelitian dan

pengembangan jasa konstruksi dalam wilayah provinsi yang

(19)

pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan dalam wilayah provinsi; 6) Pelaksanaan pemberdayaan terhadap LPJK daerah dan asosiasi di provinsi yang bersangkutan.

Pengawasan, meliputi: 1) Pengawasan tata lingkungan yang bersifat lintas kabupaten/ kota; 2) Pengawasan sesuai kewenangannya untuk

terpenuhinya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi; 3)

Pengawasan terhadap LPJK daerah dan asosiasi di provinsi yang bersangkutan.

2.

Bidang Penataan Ruang

(4 Sub Bidang)

Sub Bidang Pengaturan meliputi: 1) Penetapan peraturan daerah bidang penataan ruang tingkat provinsi; 2) Penetapan pedoman pelaksanaan NSPK bidang penataan ruang; 3) Penetapan penataan ruang perairan di luar 4 (empat) mil sampai 12 (dua belas) mil dari garis pantai; 4) Penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan lintas kabupaten/ kota dalam rangka penyusunan tata ruang khususnya untuk menjaga keseimbangan ekosistem, sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh pemerintah; 5) Penetapan kawasan strategis provinsi; 6) Pemberian arahan pengelolaan kawasan andalan sebagai bagian RTRWP.

Sub Bidang Pembinaan, meliputi: 1) Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang wilayah kabupaten/kota; 2) Sosialisasi NSPK bidang penataan ruang; 3) Sosialisasi SPM bidang penataan ruang; 4) Pemberian bimbingan,

supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang terhadap

kabupaten/kota; 5) Pendidikan dan pelatihan; 6) Penelitian dan pengembangan; 7) Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang provinsi; 8) Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; 9) Pengembangan kesadaran dan tanggungjawab

masyarakat; 10) Koordinasi dan fasilitasi penataan ruang lintas

kabupaten/kota; 11) Pembinaan penataan ruang untuk lintas

kabupaten/kota.

Sub Bidang Pembangunan.

(20)

Pemanfaatan Ruang, meliputi: 1) Penyusunan program dan anggaran provinsi di bidang penataan ruang, serta fasilitasi dan koordinasi antar kabupaten/kota; 2) Pemanfaatan kawasan strategis provinsi; 3) Pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari RTRWP; 4) Pemanfaatan investasi di kawasan strategis provinsi dan kawasan lintas kabupaten/kota bekerjasama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha; 5) Pemanfaatan SPM di bidang penataan ruang; 6) Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWP dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi; 7) Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kawasan strategis provinsi; 8) Pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan kawasan strategis provinsi.

Pengendalian Pemanfaatan Ruang, meliputi: 1) Pengendalian

pemanfaatan ruang wilayah provinsi termasuk lintas lintas

kabupaten/kota; 2) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi; 3) Penyusunan peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang provinsi; 4) Pemberian izin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWP; 5) Pembatalan izin

pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRWP; 6)

Pengambilalihan kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam hal pemerintah kabupaten/kota tidak dapat memenuhi SPM di bidang penataan ruang; 7) Pemberian pertimbangan atau penyelesaian permasalahan penataan ruang yang tidak dapat diselesaikan pada tingkat kabupaten/kota; 8) Fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan penataan antar kabupaten/kota; 9) Pembentukan lembaga yang bertugas melaksanakan pengendalian pemanfaatan ruang tingkat provinsi.

(21)

3.

Bidang Perumahan

(7 Sub Bidang)

Sub Bidang Pembiayaan:

Pembangunan Baru, meliputi: 1) Penetapan kebijakan, strategi, dan program provinsi di bidang pembiayaan perumahan; 2) Penyusunan NSPM provinsi bidang pembiayaan perumahan; 3) Koordinasi penyelenggaraan dan mendorong terciptanya pengaturan instrumen

pembiayaan dalam rangka penerapan sistem pembiayaan

perumahan; 4) Fasilitasi bantuan teknis bidang pembiayaan perumahan kepada para pelaku di tingkat provinsi; 5) Pemberdayaan pelaku pasar dan pasar perumahan di tingkat provinsi; 6) Fasilitasi bantuan

pembiayaan pembangunan dan pemilikan rumah serta

penyelenggaraan rumah sewa; 7) Pengendalian penyelenggaraan bidang pembiayaan perumahan di tingkat provinsi; 8) Melakukan evaluasi penyelenggaraan bidang pembiayaan perumahan di tingkat provinsi.

Perbaikan, meliputi: 1) Penetapan kebijakan, strategi, dan program provinsi di bidang pembiayaan perumahan; 2) Penyusunan NSPM

provinsi bidang pembiayaan perumahan; 3) Koordinasi

penyelenggaraan dan mendorong terciptanya pengaturan instrumen

pembiayaan dalam rangka penerapan sistem pembiayaan

perumahan; 4) Fasilitasi bantuan teknis bidang pembiayaan perumahan kepada para pelaku di tingkat provinsi; 5) Pemberdayaan pelaku pasar dan pasar perumahan di tingkat provinsi; 6) Fasilitasi bantuan pembiayaan perbaikan/ pembangunan rumah swadaya milik; 7) Pengendalian penyelenggaraan bidang pembiayaan perumahan di tingkat provinsi; 8) Melakukan evaluasi penyelenggaraan bidang pembiyaan perumahan di tingkat provinsi.

Sub Bidang Pembinaan Perumahan Formal

Pembangunan Baru, meliputi: 1a) Koordinasi masukan penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan

di Kabupaten/Kota; b) Koordinasi peninjauan kembali (review)

kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan bidang

(22)

perundang-undangan terkait; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pembangunan dan pengembangan pada skala provinsi; 3) Koordinasi upaya efisensi pasar dan industri perumahan skala provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan, produk NSPM, serta kebijakan dan strategi nasional perumahan skala provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan bantuan teknis penyelenggaraan perumahan; 6) Pembinaan terhadap badan usaha pembangunan perumahan, baik BUMD, koperasi, perorangan maupun swasta, yang bergerak di bidang usaha industri bahan bangunan, industri komponen bangunan, konsultan, kontraktor dan pengembang; 7) Penyusunan pedoman perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan PSU lintas kabupaten/ kota; 8) Koordinasi pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan, produk SPM, serta kebijakan dan strategi nasional perumahan dan provinsi bersangkutan; 9) Koordinasi pelaksanaan peningkatan kapasitas penyelenggara dan pelaku pembangunan perumahan; 10) Koordinasi pelaksanaan bantuan teknis penyelenggaraan perumahan; 11) Pembinaan terhadap badan usaha pembangunan perumahan, baik BUMD, koperasi, perorangan maupun swasta, yang bergerak di bidang usaha industri bahan bangunan, industri komponen bangunan, konsultan, kontraktor dan pengembang di provinsi; 12) Fasilitasi pelaksanaan tindakan turun tangan dalam

penyelenggaraan pembangunan perumahan dan PSU yang

berdampak lintas kabupaten/kota; 13) Perumusan RPJP dan RPJM provinsi; 14) Fasilitasi percepatan pembangunan perumahan skala provinsi; 15) Pelaksanaan pembangunan Rusunawa dan Rusunami sebagai stimulan di perkotaan, perbatasan internasional, pusat

kegiatan perdagangan/produksi dan fasilitasi pengelolaan,

pemeliharaan kepada kabupaten/kota; 16) Pelaksanaan

pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai stimulan di RSH, Rusun, Rusus dan fasilitasi pengelolaan, pemeliharaan kepada kabupaten/kota; 17) Pelaksanaan pembangunan rumah contoh (RSH) sebagai stimulan pada daerah terpencil dan uji coba serta fasilitasi

pengelolaan, pemeliharaan kepada kabupaten/kota; 18)

Pembangunan rumah untuk korban bencana dan khusus lainnya serta pengelolaan depo dan pendistribusiannya.

(23)

penanganan pengungsi akibat bencana skala provinsi; 3) Penyusunan SPM perumahan dan PSU pesisir dan pantai serta pulau kecil, khususnya di perbatasan antar kabupaten/kota; 4) Koordinasi penetapan sasaran penerima bantuan perumahan dan pengawasannya; 5) Koordinasi pengendalian penetapan harga sewa rumah; 6) Koordinasi usulan pembangunan perumahan untuk penampungan pengungsi lintas kabupaten/ kota.

Pemanfaatan, meliputi: 1) Koordinasi usulan penerima bantuan pembangunan dan kelembagaan perumahan di provinsi serta

penyelenggaraan perumahan dengan dana dekonsentrasi; 2)

Koordinasi penetapan penerima bantuan investasi rumah susun untuk MBR dan rumah khusus, rumah nelayan, perbatasan internasional dan pulau-pulau kecil; 3) Koordinasi penetapan penerima bantuan PSU; 4) Fasilitasi pembentukan kelembagaan perumahan skala provinsi; 5) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pengembangan perumahan di provinsi; 6) Koordinasi penyusunan pedoman pembangunan, penghunian dan pengelolaan perumahan lintas kabupaten/kota; 7) Pengawasan langsung terhadap penghunian dan pengelolaan rusun dan rusus penerima bantuan investasi ke kabupaten/kota.

Sub Bidang Pembinaan Perumahan Swadaya

Pembangunan Baru, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan,

pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku

pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM

provinsi tentang perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM

(24)

pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di pusat; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya.

Pemugaran, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan,

pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku

pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan

kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 6) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di tingkat provinsi; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya.

Perbaikan, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan,

pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku

pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan

(25)

dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya.

Perluasan, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan

perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi

perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya tingkat provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan

strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan

perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku

pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan

kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 6) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang

lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan

perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya.

Pemeliharaan, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan,

pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku

pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan

(26)

pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 6) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya.

Pemanfaatan, meliputi: 1) Perumusan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 2) Penyusunan RPJP dan RPJM provinsi perumahan swadaya; 3) Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 4) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan,

pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku

pembangunan perumahan swadaya; 5) Fasilitasi pelaksanaan

kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 6) Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi provinsi tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya; 7) Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di provinsi; 8) Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah provinsi yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya.

Sub Bidang Pengembangan Kawasan.

Sistem Pengembangan Kawasan, meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi provinsi dalam pengembangan kawasan; 2) Penyusunan

Rencana Provinsi dalam Pembangunan dan Pengembangan

(27)

pelaksanaan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan dan

RP4D skala provinsi; 6) Pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi

pengembangan kawasan dan RP4D di wilayahnya.

Kawasan Skala Besar, meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan

kawasan skala besar; 2) Pembinaan teknis pelaksanaan

penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar di wilayahnya; 3) Fasilitasi, bantuan teknis dan bantuan stimulan pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar di wilayahnya; 4) Monitoring dan evaluasi

pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan

skala besar di wilayahnya; 5) Pengendalian pelaksanaan

penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya.

Kawasan Khusus, meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus; 2) Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala khusus di wilayahnya; 3) Fasilitasi, bantuan teknis dan bantuan stimulan pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya; 4) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya; Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya.

Keterpaduan Prasarana Kawasan, meliputi: 1) Penetapan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan; 2) Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya; 3) Fasilitasi dan bantuan teknis pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya; 4) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya; 5) Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya.

(28)

keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya; 3) Fasilitasi dan bantuan teknis pelaksanaan penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya; 4) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya; 5) Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya.

Sub Bidang Pembinaan Hukum, Peraturan Perundang-undangan dan Pertanahan untuk Perumahan.

Pembangunan Baru, meliputi: 1) Koordinasi penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan

di tingkat provinsi; 2) Peninjauan kembali (review) kesesuaian peraturan

daerah kabupaten/kota dengan peraturan perundang-undangan terkait di bidang perumahan; 3) Sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang perumahan dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam bermukim di provinsi; 4) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 6) Koordinasi fasilitasi penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 7) Fasilitasi penyusunan, koordinasi dan sosialisasi NSPM bidang perumahan di tingkat provinsi; 8) Koordinasi dan sosialiasi NSPM penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan tingkat provinsi lintas kabupaten/kota; 9) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan lintas kabupaten/kota; 10) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 11) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 12) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan

ruang dan penataan pertanahan; 13) Fasilitasi penyelesaian

(29)

Pemugaran, meliputi: 1) Koordinasi penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di tingkat provinsi;

2) Peninjauan kembali (review) kesesuaian peraturan daerah

kabupaten/kota dengan peraturan perundang-undangan terkait di bidang perumahan; 3) Sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang perumahan dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam bermukim di provinsi; 4) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan penangangan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 6) Koordinasi fasilitasi penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 7) Fasilitasi penyusunan, koordinasi dan sosialisasi NSPM bidang perumahan di tingkat provinsi; 8) Koordinasi dan sosialiasi NSPM penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan tingkat provinsi lintas kabupaten/

kota; 9) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang

pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan

penataan pertanahan lintas kabupaten/kota; 10) Koordinasi

pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanaha; 11) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan

perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan

pertanahan; 12) Koordinasi pengawasan dan pengendalian

pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 13) Fasilitasi

penyelesaian eksternalitas pembangunan perumahan lintas

kabupaten/ kota.

Perbaikan, meliputi: 1) Koordinasi penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di tingkat provinsi;

2) Peninjauan kembali (review) kesesuaian peraturan daerah

(30)

perundang-undangan bidang perumahan di provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 6) Koordinasi fasilitasi penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 7) Fasilitasi penyusunan, koordinasi dan sosialisasi NSPM bidang perumahan di tingkat provinsi; 8) Koordinasi dan sosialisasi NSPM penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan tingkat provinsi lintas kabupaten/kota; 9) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang Pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan lintas kabupaten/kota; 10) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 11) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 12) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan fruang dan penataan pertanahan; 13) Fasilitasi penyelesaian eksternasitas pembangunan perumahan lintas kabupaten/ kota.

Perluasan, meliputi: 1) Koordinasi penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di tingkat provinsi;

2) Peninjauan kembali (review) kesesuaian peraturan daerah

(31)

dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 11) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 12) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan

ruang dan penataan pertanahan; 13) Fasilitasi penyelesaian

eksternalitas pembangunan perumahan lintas kabupaten/kota.

Pemeliharaan, meliputi: 1) Koordinasi penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di tingkat provinsi;

2) Peninjauan kembali (review) kesesuaian peraturan daerah

kabupaten/ kota dengan peraturan perundang-undangan terkait di bidang perumahan; 3) Sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang perumahan dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam bermukim di provinsi; 4) Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di di provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan penangangan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 6) Koordinasi fasilitasi penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 7) Fasilitasi penyusunan, koordinasi dan sosialisasi NSPM bidang perumahan di tingkat provinsi; 8) Koordinasi dan sosialiasi NSPM penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan tingkat provinsi lintas kabupaten/

kota; 9) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang

pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan

penataan pertanahan lintas kabupaten/kota; 10) Koordinasi

pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 11) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan

perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan

pertanahan; 12) Koordinasi pengawasan dan pengendalian

pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 13) Fasilitasi

penyelesaian eksternasitas pembangunan perumahan lintas

kabupaten/kota.

(32)

2) Peninjauan kembali (review) kesesuaian peraturan daerah kabupaten/ kota dengan peraturan perundang-undangan terkait di bidang perumahan; 3) Sosialisasi peraturan perundang-undangan

bidang perumahan dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian

hukum dan perlindungan hukum dalam bermukim di provinsi; 4)

Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan di provinsi; 5) Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan penanganan masalah dan sengketa

bidang perumahan di provinsi; 6) Koordinasi fasilitasi penanganan

masalah dan sengketa bidang perumahan di provinsi; 7) Fasilitasi penyusunan, koordinasi dan sosialisasi NSPM bidang perumahan di tingkat provinsi; 8) Koordinasi dan sosialiasi NSPM penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan tingkat provinsi lintas kabupaten/

kota; 9) Koordinasi pelaksanaan kebijakan Provinsi tentang

pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan

penataan pertanahan lintas kabupaten/kota; 10) Koordinasi

pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan yang sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 11) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan

perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan

pertanahan; 12) Koordinasi pengawasan dan pengendalian

pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan; 13) Fasilitasi

penyelesaian eksternasitas pembangunan perumahan lintas

kabupaten/kota.

Sub Bidang Pembinaan Teknologi dan Industri

(33)

pengendalian pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan.

Pemugaran, meliputi: 1) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan; 3) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU

pendukung perumahan; 4) Pengawasan dan pengendalian

pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan

pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan.

Perbaikan, meliputi: 1) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan; 3) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU

pendukung perumahan; 4) Pengawasan dan pengendalian

pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan

pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan

Pemeliharaan, meliputi: 1) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan; 3) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU

(34)

pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan.

Pemanfaatan, meliputi: 1) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan; 3) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU

pendukung perumahan; 4) Pengawasan dan pengendalian

pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan

pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan.

Sub Bidang Pengembangan Pelaku Pembangunan Perumahan, Peranserta Masyarakat dan Sosial Budaya.

Pengembangan Baru, meliputi: 1) Koordinasi pelaksanaan kebijakan

provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung

pembangunan perumahan; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan

provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung

pembangunan perumahan; 3) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 4)Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 5) Koordinasi fasilitasi kemitraan antara pemerintah daerah kabupaten/kota, badan usaha, dan kelompok masyarakat dalam pembangunan perumahan; 6) Fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan pemerintah, swasta dan masyarakat di tingkat provinsi.

Pemugaran, meliputi: 1)Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 3) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para

(35)

pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan kabupaten/ kota tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 5) Koordinasi fasilitasi kemitraan antara pemerintah daerah kabupaten/kota, badan usaha, dan kelompok masyarakat dalam pembangunan perumahan; 6) Fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan pemerintah, swasta dan masyarakat di tingkat provinsi.

Perbaikan, meliputi: 1) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 3) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para

pelaku pendukung pembangunan perumahan; 4) Koordinasi

pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan kabupaten/ kota tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 5) Koordinasi fasilitasi kemitraan antara pemerintah daerah kabupaten/kota, badan usaha, dan kelompok masyarakat dalam pembangunan perumahan; 6) Fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan pemerintah, swasta dan masyarakat di tingkat provinsi.

Perluasan, meliputi: 1) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 3) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para

pelaku pendukung pembangunan perumahan; 4) Koordinasi

pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan kabupaten/ kota tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 5) Koordinasi fasilitasi kemitraan antara pemerintah daerah kabupaten/kota, badan usaha, dan kelompok masyarakat dalam pembangunan perumahan; 6) Fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan pemerintah, swasta dan masyarakat di tingkat provinsi.

(36)

pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 3) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para

pelaku pendukung pembangunan perumahan; 4) Koordinasi

pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan kabupaten/ kota tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 5) Koordinasi fasilitasi kemitraan antara pemerintah daerah kabupaten/kota, badan usaha, dan kelompok masyarakat dalam pembangunan perumahan; 6) Fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan pemerintah, swasta dan masyarakat di tingkat provinsi.

Pemanfaatan, meliputi: 1) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 3) Fasilitasi pelaksanaan kebijakan provinsi tentang pemberdayaan para

pelaku pendukung pembangunan perumahan; 4) Koordinasi

pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan kabupaten/ kota tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan; 5) Koordinasi fasilitasi kemitraan antara pemerintah daerah kabupaten/kota, badan usaha, dan kelompok masyarakat dalam

pembangunan perumahan; 6) Fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku

pembangunan perumahan pemerintah, swasta dan masyarakat di tingkat provinsi.

2.1.2. Struktur Organisasi:

Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT terdiri atas Kepala Dinas, Sekretariat dan Bidang, Unit Pelaksana Teknis dan Kelompok Jabatan Fungsional.

(37)

Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris dan Kepala Bidang.

Mengingat wilayah NTT adalah wilayah kepulauan, maka berdasarkan Perda Provinsi NTT Nomor 36 Tahun 2008 dibentuk 3 (tiga) Unit Pelaksana Teknis Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas PU yaitu: 1) UPTD PSDA Wilayah Timor, 2) UPTD PSDA Wilayah Flores dan UPTD PSDA Wilayah Sumba.

Masing-masing UPTD PSDA terdiri atas Kepala, Sub Bagian dan Seksi-Seksi. Kepala UPTD PSDA berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Sub Bagian dan Seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPTD PSDA.

(38)
(39)

2.2. SUMBER DAYA

Sumber daya yang dimiliki Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam menjalankan tugas dan fungsinya, mencakup:

2.2.1. Sumber Daya Manusia

PNS Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur seluruhnya berjumlah 488 orang, dengan profil sebagai berikut:

a. PNS Berdasarkan Jenis Kelamin:

363

125

0 50 100 150 200 250 300 350 400

LAKI-LAKI PEREMPUAN

b. PNS Berdasarkan Golongan:

JENIS KELAMIN GOLONGAN JUMLAH I II III IV

Laki-Laki 15 126 211 11 363

Perempuan 0 53 70 2 125

(40)

c. PNS Berdasakan Eselon:

JENIS KELAMIN ESELON JUMLAH

I II III IV

Laki-Laki 0 1 7 17 25

Perempuan 0 0 1 3 4

JUMLAH 0 1 8 20 29

d. PNS Berdasakan Tingkat Pendidikan:

JENIS KELAMIN

TINGKAT PENDIDIKAN

JML S3 S2 S1 DIV DIII DII SLTA SLTP SD

Laki-Laki 1 29 97 15 31 5 161 14 10 363

Perempuan 0 9 54 0 12 0 50 0 0 125

JUMLAH 1 38 151 15 43 5 211 14 10 488

e. PNS Berdasarkan Pendidikan/Jurusan:

TINGKAT PENDIDIKAN

JURUSAN

JUMLAH

TEKNIK NON TEKNIK

SD 0 10 10

SLTP 0 14 14

SLTA 52 159 211

D.I/DII 4 1 5

D.III 39 4 43

D.IV 15 0 15

S1 99 52 151

S2 33 5 38

S3 1 0 1

(41)

f. PNS Berdasarkan Usia:

USIA JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

>56 0 0 0

51 - 55 119 33 152

46 - 50 67 27 94

41 - 45 81 23 104

36 - 40 43 12 55

31 - 35 34 17 51

26 - 30 17 11 28

21 - 25 2 2 4

< 20 0 0 0

JUMLAH 363 125 488

g. PNS Berdasarkan Agama:

AGAMA JENIS KELAMIN JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN

Islam 38 16 54

Protestan 200 79 279

Katolik 124 30 154

Hindu 1 0 1

Budha 0 0 0

(42)

h. PNS Berdasarkan Unit/ Bidang Kerja:

Unit/Bidang Kerja Jenis Kelamin JUMLAH Laki-Laki Perempuan

Sekretariat 33 24 57

Bidang SDA-I 117 27 144

Bidang BPBT 37 12 49

Bidang Bina Marga 97 17 114

Bidang Cipta Karya 47 31 78

UPTD Timor 15 6 21

UPTD Flores 12 4 16

UPTD Sumba 5 4 9

JUMLAH 363 125 488

2.2.2. Asset/Modal

Jenis dan nilai asset/ modal yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT sampai dengan tahun 2013 adalah sevagai berikut:

NO URAIAN NILAI (Rp)

1. Tanah 21,779,912,892

2. Peralatan dan Mesin 18,454,854,850 3. Gedung dan Bangunan 12,130,174,030 4. Jalan, Irigasi dan Jaringan 2,982,689,468,836 5. Aset Tetap Lainnya 67,049,700 6. Konstruksi Dalam Pengerjaan 50,599,120,700 Jumlah Aset Tetap 3,085,720,581,008

(43)

2.3.

Kinerja Pelayanan Dinas PU.

2.3.1. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009-2013 sebagai berikut :

Bidang Sumber Daya Air:

a. Meningkatnya prosentase tingkat fungsional daerah irigasi

terhadap lahan potensial dengan Target SPM 70 %, Target Renstra 62,25 % sedangkan realisasi pencapaian hanya sebesar 12,13 %

b. Meningkatnya ketersediaan air baku dan irigasi dengan

Target SPM 100 %, Target Renstra 20,30 % sedangkan realisasi pencapaian hanya sebesar 2,89 %

Bidang Jalan:

a. Meningkatnya permukaan jalan provinsi dalam kondisi

mantap dengan Target SPM 100%, Target Renstra 69,47 % sedangkan realisasi pencapaian hanya sebesar 16,34 %

b.Meningkatnya kecepatan rata-rata layanan jalan provinsi

menjadi 50 Km/jam (sama dengan jalan nasional) di NTT dengan Target SPM 60%, Target Renstra 14,7 % sedangkan realisasi pencapaian hanya sebesar 14,54 %

Bidang Cipta Karya:

a. Tersedianya sarana dan prasarana perumahan

(44)

b. Tercapainya cakupan layanan air minum di kawasan kota / desa se – NTT Target SPM 100 %, Target Renstra 60 % sedangkan realisasi pencapaian sebesar 52,44 %

c. Terwujudnya peningkatan kualitas lingkungan permukiman

Target Renstra 100 % sedangkan realisasi pencapaian sebesar 60 %

Bidang Bina Program dan Bina Teknik:

a. Tersedianya data/informasi dan terwujudnya sistim

penanganan tentaninfrastruktur Bidang Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Peruahan di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Target Renstra 100 % sedangkan realisasi pencapaian hanya sebesar 18,85 %

b. Meningkatnya kualitas pelayanan dan penyelenggaraan

jasa konstruksi baik administrasi maupun teknis dengan Target SPM 100 % Target Renstra 100 % sedangkan realisasi pencapaian hanya sebesar 28,89 %

c. Meningkatnya pemahaman dan pengetahuan

masyarakat dunia usaha (bidang jasa dan konstruksi)

d. Peralatan ke PU an dapat berfungsi secara optimal

(alat-alat laboratorium)

e. Meningkatnya kualitas dan ketersediaan peralatan dan

(45)

Sedangkan pelayanan Dinas Pekerjaan Umum yang belum dilaksanakan karena tidak dialokasikan anggaran adalah sebagai berikut :

Bidang Sumber Daya Air:

a. Meningkatnya ketersediaan air baku untuk air bersih dan

irigasi melalui pembangunan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT)

b. Mengurangi resiko bahaya akibat banjir dan erosi pantai

c. Meningkatnya upaya penyediaan dan pelestarian daerah

tangkapan air

Bidang Bina Marga:

a.Tersedianya data kondisi Jalan dan Jembatan sebagai data

dasar dalam penentuan prioritas penanganan.

Bidang Cipta Karya:

a. Terwujudnya peningkatan kualitas lingkungan permukiman

perkotaan (Persampahan, Drainase, Sanitasi dan Air Limbah

b. Terwujudnya penyelenggaraan bangunan gedung

(termasuk bangunan gedung negara) yang fungsional dan tertib administrasi dan teknis, serta terwujudnya

peningkatan kualitas lingkungan (baik kawasan

(46)

Bidang Bina Program dan Bina Teknik:

a. Tersedianya Sistem Informasi Jasa Konstruksi.

b. Tersedianya Tenaga Kerja Konstruksi yang bersertifikat

(Terampil/ Ahli)

Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2009-2013, disajikan pada

(47)

2.3.2. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas PU.

Alokasi anggaran pelayanan Dinas Pekerjaan Umum pada priode 2009 – 2013 rata-rata setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 11 Milyar lebih dengan rata-rata realisasi setiap tahunnya 87.01 % sebagaimana grafik berikut :

Grafik Alokasi Anggaran dan Realisasi Priode 2009-2013

Gambar

Grafik Alokasi Anggaran dan Realisasi Priode 2009-2013
 Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTT
Tabel 6.1

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Surat Penetapan Pemenang Pelelangan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tanjungbalai, dengan ini diumumkan Pemenang untuk

Sehubungan dengan Surat Penetapan Pemenang Pelelangan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tanjungbalai, dengan ini diumumkan Pemenang untuk

Sehubungan dengan Surat Penetapan Pemenang Pelelangan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tanjungbalai, dengan ini diumumkan Pemenang untuk

bahwa Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberikan landasan untuk pengaturan ruang terbuka hijau dalam rangka mewujudkan ruang kawasan perkotaan yang

Penetapan norma, standar dan pedoman yang berisi kebijakan kabupaten/kota berpedoman kebijakan provinsi dan nasional, meliputi :.. Penetapan peraturan dan kebijakan

Penetapan norma, standar dan pedoman yang berisi kebijakan kabupaten/kota berpedoman kebijakan provinsi dan nasional, meliputi :.. Penetapan peraturan dan kebijakan

Ruang, Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran serta mempercepat kegiatan Seksi di Bidang Penataan Ruang dan Bangunan;.. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan

Penyusunan program dan anggaran nasional di bidang penataan ruang, serta fasilitasi dan koordinasi antar provinsi4. Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah