• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bidang Penyediaan Sarana dan Prasarana

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasi (Halaman 84-92)

UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN mengamanatkan bahwa pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur harus memperhatikan situasi dan kondisi suatu wilayah agar pemanfaatan dari infrastruktur tersebut dapat dioptimalkan bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan antarwilayah, serta menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam upaya percepatan pembangungan infrastruktur di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, keseimbangan pembangunan tetap dijaga dengan meningkatkan konektivitas antara pusat pertumbuhan dengan wilayah hinterland maupun wilayah pendukungnya dengan tetap menjaga manfaat ekonomi yang positif terhadap masyarakat di wilayah tersebut dan menjaga kualitas daya dukung lingkungannya.

Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur serta dalam rangka mendukung pencapaian target infrastruktur Middle Income Country maka, percepatan pembangunan bidang infrastruktur yang terkait tata ruang dan pertanahan menekankan lima prioritas utama yaitu: (1) Percepatan Pembangunan Perumahan, (2) Pembangunan Infrastruktur/Prasarana Dasar Kawasan Permukiman serta Energi dan Ketenagalistrikan, (3) Menjamin ketahanan air untuk mendukung ketahanan nasional, (4) Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan, (5) Pembangunan Transportasi Massal Perkotaan.

2015-2019 terkait subbidang tata ruang dan pertanahan adalah:

1. Terpenuhinya jaringan Infrastruktur yang sesuai dengan perencanaan tata ruang nasional;

2. Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa Infrastruktur ke seluruh pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran distribusi barang, jasa dan mobilitas penumpang dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pengendalian laju inflasi, serta pertumbuhan ekonomi yang berkualitas;

3. Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa Infrastruktur ke seluruh pelosok tanah air dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dan menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan berdaulat;

Percepatan pembangunan perumahan

Arah kebijakan dalam mendorong percepatan pembangunan perumahan rakyat akan dicapai dengan upaya peningkatan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai serta diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah melalui strategi yang terkait bidang tata ruang dan pertanahan diantaranya adalah (i) revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan; (ii) Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui pengembangan instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land consolidation), bank tanah (land banking), serta pemanfaatan lahan seperti lahan milik Negara, BUMN, swasta, dan masyarakat, tanah terlantar, serta tanah wakaf.

Pembangunan prasarana dasar kawasan permukiman serta energi dan ketenagalistrikan

Arah kebijakan dan strategi terkait bidang tata ruang dan pertanahan adalah penyempurnaan kelembagaan melalui (i) pembentukan lembaga khusus untuk pengadaan lahan bagi infrastruktur energi dan ketenagalistrikan dan (ii) memasilitasi kebijakan- kebijakan pemerintah dalam penyempurnaan sikronisasi regulasi dalam memperlancar penyediaan lahan untuk pembangunan infrastruktur energi dan ketenagalistrikan secara berkelanjutan dan berkualitas.

Menjamin ketahanan air untuk mendukung ketahanan nasional Arah kebijakan pembangunan untuk ketahanan air adalah:

1. Pemeliharaan dan pemulihan sumber air dan ekosistemnya, dengan strategi

a. Pengelolaan kawasan hulu DAS secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas dan kapasitas sumber daya air, melalui:

(i) Peningkatan kualitas Rencana Tata Ruang Wilayah (kabupaten/kota) dengan berbasis DAS melalui perbaikan koordinasi dan pemahaman para pihak;

3 ACEH: 5.062 MW SUMUT: 3.808 MW SUMSEL, JAMBI, BENGKULU & LAMPUNG:

3.102 MW

JABAR: 2.861 MW

JATENG: 813 MW SUMBAR & RIAU:

3.607 MW JATIM: 525 MW BALI NUSRA:624 MW KALBAR: 4.737 MW KALSELTENGTIM: 16.844 MW SULUTTENG: 3.967 MW SULSELRA: 6.340 MW MALUKU: 430 MW PAPUA: 22.371 MW

Hydro Power Potential Map

(Potential: 75.000 MW, Plan to developed 12,900 MW up to 2027)

RUPTL 2015 –2024 : Hydro : 9,1 GW

KALTARA 1.000 MW

(ii) Penataan aktivitas masyarakat, pertanian, industri berdasarkan rencana tata ruang dan wilayah dalam rangka menjamin ketersediaan dan kualitas air.

b. Konservasi sumber daya air, melalui Perbaikan Sistem Monitoring Hidrologis dan Kualitas Air di 15 Danau prioritas/Situ-Situ kritis, dan danau cemar sedang berupa Pengembangan metode pengelolaan rawa berdasarkan prinsip zonasi pemanfaatan dan konservasi secara adaptif dengan menyeimbangkan pertimbangan ekonomi dan ekologis secara berkelanjutan yang dituangkan dalam RTRW.

Gambar 9

Rencana Pembangunan 49 Waduk

Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum

Gambar 10

Rencana Pembangunan Hydro Power

Peningkatan ketangguhan masyarakat dalam mengurangi risiko daya rusak air termasuk perubahan iklim, melalui strategi

a. Percepatan penyusunan Flood Risk Map sebagai acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan pengendalian pemanfaatan ruang pada setiap wilayah sungai

b. Pengelolaan wilayah pantai secara berkelanjutan dengan mengkombinasikan secara seimbang antara pendekatan nonstruktural dan struktural, melalui: (i) Penyusunan zonasi area terbangun dan area publik pantai untuk diintegrasikan ke RDTR, dan (ii) Pembangunan dan Revitalisasi Pantai Terpadu untuk Jakarta dan Semarang dengan mempercepat pelaksanaan NCICD dan memprakarsai kegiatan inisiasi untuk wilayah pesisir lainnya

Membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan

Mempercepat pembangunan sistem transportasi multimoda

Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan Sistem Transportasi Multimoda terkait bidang tata ruang dan pertanahan memerlukan strategi Pembangunan akses kereta api menuju ke pelabuhan dan bandara internasional, diantaranya pada Bandara Soekarno-Hatta,

Minangkabau, Kualanamu, Hang Nadim, Juanda, Kertajati, Kulon Progo, Syamsudin Noor, dan Pelabuhan Kuala Tanjung, Belawan, Panjang, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Teluk Lamong dan Penyeberangan Merak - Bakauheni.

Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global

Untuk menunjang pengembangan sistem logistik nasional dibutuhkan strategi perkuatan infrastruktur logistik, antara lain :

1. Penempatan transportasi laut sebagai tulang punggung sistem logistik nasional melalui pengembangan 24 pelabuhan strategis untuk mendukung tol laut

Gambar 11

Rencana Pengembangan Konsep Tol Laut

Sabuk Utara

Sabuk Selatan

Sabuk Tengah

2. Pembangunan sarana dan prasarana serta industri transportasi, diantaranya: a. Pengembangan pelabuhan hub internasional Kuala Tanjung dan Bitung.

b. Penyelesaian jalur kereta api Trans Sumatera, pembangunan kereta api Trans Kalimantan, Sulawesi dan Papua, serta peningkatan kapasitas jalur eksisting menjadi jalur ganda di Sumatera dan Jawa terutama di lintas selatan Jawa.

Gambar 12

Rencana Pengembangan Perkeretaapian 2015 – 2019

Sumber: Kementerian Perhubungan 2014

3. Pembangunan Jalan High Grade Highway Sumatera, Pembangunan Jalur Ro-Ro Dumai-Malaka, Ro-Ro Belawan-Penang, dan Ro-Ro Bitung-Sangihe-General Santos, Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung dan pelabuhan Bitung

Gambar 13

Pola Sabuk Penyeberangan Utara, Tengah, dan Selatan

Sumber: Cetak Biru Pengembangan Transportasi Penyeberangan 2010-2030 ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 06/2010.

4. Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional menjadi 162 juta/penumpang/tahun dengan membangun 15 bandara baru di Kertajati, Letung, Tambelan, Tebelian, Muara Teweh, Samarinda Baru,Maratua, Buntu Kunik, Morowali, Miangas, Siau, Namniwel, Kabir Patar, Werur, Koroy Batu, dan pengembangan dan rehabilitasi yang lama tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.

5. Pengembangan 9 (sembilan) bandara untuk pelayanan kargo udara di Kualanamu, Soekarno - Hatta, Juanda, Syamsuddin Noor, Sepinggan, Hassanuddin, Samratulanggi, Frans Kaisepo, Sentani.

Gambar 14

Rencana Pembangunan 15 Bandara Baru dan Pengembangan 9 Bandara Kargo

Sumber: Hasil Koordinasi Kementerian PPN dan Kemenhub, 2014

Menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan

Strategi yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan transportasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan adalah

1. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayahwilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar;

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan bandara melalui pembangunan dan pengembangan bandara terutama yang berada pada pusat kegiatan nasional (ibukota propinsi), pusat kegiatan wilayah dan wilayah yang mempunyai potensi ekonomi dan pariwisata;

mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah nonkoridor ekonomi.

Untuk mendukung pengembangan kawasan industri, dirumuskan kebijakan antara lain:

1. Pembangunan pelabuhan-pelabuhan strategis, antara lain: Pelabuhan Kuala Tanjung, Tanjung Perak, Pontianak, Bitung, Makassar, Banjarmasin, Kupang, Halmahera, dan pelabuhan lainnya.

2. Pembangunan Jalan Tol di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

3. Pembangunan Jalan Lingkar Batulicin, Palu-Parigi, Lingkar Kupang, Jalan Susumuk- Bintuni, dan jalan lingkar lainnya.

4. Pembangunan jalur kereta api antara Manado – Bitung, Sei Mangke –Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Pasoso – Tanjung Priok, DDT Elektrifikasi Manggarai–Bekasi - Cikarang, Lingkar Luar KeretaApi, dan lainnya.

5. Pembangunan pembangkit listrik, antara lain: PLTU Kuala Tanjung, Asahan 3, Pangkalan Susu, PLTU Palu, PLTA Poso, PLTMG Morowali, PLTU NTT-2 Kupang, PLTU Ketapang (FTP2), PLTG/MG Pontianak Peaker, PLTU Bengkayang, Parit Baru, PulauPisau, PLTA Konawe, PLTA/MH Morowali, Bantaeng dan PLTGU Tangguh. 6. Pengembangan bandara-bandara di sekitar kawasan industri maupun kawasan

ekonomi khusus dan kawasan strategis lainnya, antara lain: Bandara Mutiara Palu, Eltari Kupang, Pengembangan, Halu Oleo Kendari. Sam Ratulangi Manado Bandara Syamsuddin Noor-Banjarmasin, dan bandara lainnya.

Gambar 15

Membangun transportasi umum massal perkotaan

Arah Kebijakan dan strategi yang disusun lima tahun kedepan adalah :

1. Mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern dan maju dengan orientasi kepada bus maupun rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu, melalui strategi:

a. Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel antara lain MRT di wilayah Jabodetabek, dan jalur lingkar layang KA Jabodetabek, serta LRT/monorail/Tram di Surabaya, Bandung, dan Palembang,

b. Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: Batam, Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.

c. Pengembangan BRT di 34 kota besar antara lain Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Makassar, Gorontalo, dan Ambon.

d. Penyediaan dana subsidi/PSO yang terarah untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan.

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan kota, melalui strategi:

a. Memperbesar rasio jalan kota minimum 10 persen dari luas wilayah sepanjang memungkinkan.

b. Pengembangan kapasitas dan kualitas jalan yang mempertimbangkan aksesibilitas masyarakat terhadap transportasi publik.

c. Penataan kembali status Jalan Nasional di perkotaan.

3. Mengembangkan manajemen transportasi perkotaan yang berimbang dengan memperhatikan interaksi antara transportasi dan tata guna lahan, melalui strategi:

a. Peningkatan akses terhadap angkutan umum dengan Pembangunan Berorientasi Angkutan (TOD)

b. Penyediaan fasilitas pendukung untuk alih moda seperti Park and Ride,

c. Penerapan sistem informasi lalu lintas secara real time, penerapan ATCS dan Virtual Mobility.

d. Penguatan mekanisme implementasi sistem transportasi perkotaan dan penurunan kemacetan transportasi perkotaan melalui Manajemen Permintaan Transportasi dengan pendekatan Push and Pull.

4. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi perkotaan melalui percepatan pembentukan Kelembagaan pengelolaan transportasi perkotaan yang memiliki kewenangan kuat dalam mengintegrasikan dan mengawal dari konsep, strategi, kebijakan, perencanaan, program, implementasi, manajemen, dan pembiayaan sistem transportasi perkotaan di kota-kota megapolitan lainnya.

Sinkronisasi infrastruktur

Integrasi perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang memperhitungkan kesesuaian dengan arah pengembangan sektor lainnya maupun

pengembangan wilayah sangat diperlukan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang lebih luas. Kesesuaian ini dituangkan dalam langkah strategis berupa Rencana dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) sebagai instrumen yang mengikat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

RPI2-JM merupakan daftar yang memuat rencana dan program investasi infrastruktur terpadu untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. RPI2-JM telah mengintergrasikan kebijakan sektoral dan kebijakan spasial beserta pembiayaanya. Penyusunan RPI2-JM mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) terkait dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah.

RPI2-JM digunakan sebagai bahan pembahasan dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. RPI2-JM pada tingkat nasional mengikuti jangka waktu RPJMN periode 2015-2019. RPI2-JM Provinsi dan Kawasan Strategis Provinsi serta RPI2-JM Kabupaten/Kota dan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota mengikuti jangka waktu RPJMD Provinsi dan RPJMD Kabupaten/Kota yang sedang berjalan.

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasi (Halaman 84-92)

Dokumen terkait