FP. Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Pangan
FP. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Pemasaran Produk Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
4. Cara Analisis
Cara evaluasi RKP-2013 Buku II adalah dengan melakukan document review, yaitu, dengan
mencermati dan membandingkan dokumen. Pencermatan terhadap dokumen RKP (RKP 2011, RKP
2012, RKP 2013) dan RPJMN 2010-2014 dilakukan untuk mengidentifikasi dua aspek, yaitu: (1)
aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen perencanaan; serta (2) aspek ketepatan
penyusunan alur pikir dan atribut terkait.
a. Aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen perencanaan,
Aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen perencanaan dengan penekanan pada
kondisi RKP 2013 dicermati melalui dua persandingan, yaitu: (1) persandingan antar dokumen RKP
Buku II, dan (2) persandingan antar dokumen RPJMN 2010-2014 dengan RKP 2013. Berdasarkan
persandingan tersebut, paling tidak terdapat dua hal yang dicermati, yaitu format penulisan dan
indikator (indikator Fokus Prioritas dan indikator Kegiatan Prioritas). Reviu terhadap format
penulisan dilakukan terutama terhadap Matriks 2.2 Target Kinerja Pembangunan, yaitu dengan
melihat atribut FP/KP, Indikator, Rencana 2011/2012/2013, Program, dan Pelaksana.
Sementara itu, reviu terhadap indikator antar dokumen RKP dilakukan terhadap indikator FP dan
KP dengan mengklasifikasikan indikator ke dalam dua kelompok, yaitu indikator sama dan
indikator berbeda. Indikator berbeda kemudian diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam empat
3
kategori, yaitu: (1) indikator berubah; (2) indikator baru; (3) indikator baru dan tidak berubah; dan
(4) indikator tidak berlanjut. Definisi setiap kategori indikator sebagai berikut:
1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk ketiga dokumen
RKP;
2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP;
3. Indikator berubah adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berubah dari dokumen RKP
sebelumnya;
4. Indikator baru adalah indikator yang baru muncul pada dokumen RKP (2012 dan/atau 2013),
yang belum ada pada dokumen RKP sebelumnya;
5. Indikator baru dan tidak berlanjut adalah indikator yang baru muncul pada dokumen tahun
tertentu (biasanya tahun 2012) dan tidak dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya;
6. Indikator tidak berlanjut adalah indikator pada tahun 2011 yang tidak muncul/dilanjutkan pada
tahun berikutnya (bisa tidak dilanjutkan di tahun 2012 ataupun 2013).
Hal yang sama juga dilakukan untuk persandingan dengan dokumen RPJMN 2010-2014, namun
tidak hanya memperhatikan indikator tetapi juga target. Pengklasifikasian sekaligus definisi yang
digunakan adalah:
1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk dokumen RPJMN
2010-2014 dan RKP 2013.
2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berbeda untuk dokumen
RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013.
3. Target sama adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013
memiliki besaran yang sama.
4. Target berbeda adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013
memiliki besaran yang berbeda.
b. Aspek ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut terkait
Aspek ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut terkait dicermati secara sederhana melalui dua
tahapan, yaitu: (1) persandingan permasalahan dengan sasaran bidang, dan (2) persandingan
sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas. Hal ini sejalan dengan
konsep Model Logika yang merupakan alat bantu untuk memetakan pola pikir awal hingga
ekspektasi capaian beserta ukuran-ukurannya (untuk berbagai tingkatan) ketika memformulasikan
apapun, termasuk kebijakan, strategi, program, intervensi, kegiatan dan sebagainya.
Persandingan permasalahan dengan sasaran bidang merupakan cara untuk menelusuri keterkaitan
dan ketepatan penyusunan alur berpikir dalam RKP 2013. Dalam Model Logika (Logic Model),
pemetaan permasalahan, kondisi terkini, dan tantangan yang sedang dihadapi perlu ditentukan
dengan tepat, untuk kemudian dijawab melalui perumusan dampak/ultimate outcome yang hendak
dicapai. Dengan demikian, permasalahan yang berupa pernyataan negatif diterjemahkan menjadi
dampak/ultimate outcome yang berupa pernyataan positif, seperti contoh pada Tabel 2. Berpijak
dari hal tersebut, indikasi sederhana mengenai kelogisan/ketepatan alur pikir penyusunan RKP 2013
diharapkan dapat diperoleh melalui persandingan permasalahan dengan sasaran bidang
pembangunan Buku II RKP 2013 (dianggap sebagai sasaran di level dampak/ultimate outcome).
Persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas merupakan
cara untuk menelusuri ketepatan penyusunan atribut terkait. Hal ini terkait dengan langkah
perumusan model logika, yang diawali dengan menentukan dampak/ultimate outcome terlebih
dahulu sebagai hasil pemetaan permasalahan, kemudian beranjak ke level di bawahnya (mulai dari
outcome sampai dengan input). Berikut pada Tabel 3 adalah contoh penyusunan model logika
Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) secara vertikal,
terdapat tingkatan kinerja mulai dari impacts/ultimate outcome di posisi teratas dan inputs di posisi
4
terbawah; dan (2) secara horisontal, terdapat unsur pernyataan kinerja (dapat disebut sebagai
sasaran), sukses kriteria (mencakup target yang hendak dicapai), dan indikator kinerja. Berangkat
dari hal tersebut, diharapkan persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan
kegiatan prioritas dapat menggambarkan kondisi tingkatan kinerja dokumen perencanaan dan
atribut kinerja yang terkait (sasaran, target dan indikator kinerja).
Tabel 2. Penerjemahan Permasalahan menjadi Pernyataan Outcome
Permasalahan Pernyataan Outcome
Bangunan sekolah tidak dipelihara dan dibangun dari material
yang buruk. → Meningkatkan kondisi struktur gedung sekolah sehingga memenuhi standar yang berlaku.
Banyak anak dari keluarga di perdesaan yang tidak mampu
menempuh jauhnya jarak untuk bersekolah. → Anak-anak di pedesaan mempunyai akses yang sama terhadap layanan pendidikan
Sekolah tidak mendidik pemuda dengan materi pelajaran yang
dibutuhkan di pasar kerja. → Meningkatkan kurikulum sekolah sehingga memenuhi standar pasar kerja.
Masyarakat miskin semakin terpinggirkan dan tidak mendapatkan
pendidikan yang layak. → Anak-anak menerima bantuan yang layak yang berhubungan dengan pendidikan
Sumber: Kusek and Rist (2004: 59-66)
Tabel 3. Penyusunan Model Logika Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Level Uraian Sukses kriteria Indikator kinerja
1. Impacts/ ultimate outcomes
Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 25,8 persen menjadi 20,0 persen
Prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi 20,0 persen.
Prevalensi gizi kurang pada anak balita
2. Intermediate outcomes
Meningkatnya masyarakat yang peduli dan melaksanakan perbaikan gizi
Cakupan masyarakat yang berhasil melaksanakan perbaikan gizi mencapai ….%
Cakupan masyarakat yang berhasil melaksanakan perbaikan gizi
3. Immediate Outcomes
Meningkatnya persentase ASI eksklusif
Meningkatnya persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium yang cukup
Meningkatkan persentase balita yang mendapatkan kapsul vit.A
Persentase ASI ekslusif mencapai 80 %.
Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium mencapai 80 %.
Persentase balita yang menda-patkan kapsul vit.A mencapai 80 %.
Persentase ASI ekslusif Persentase rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beryodium
Persentase balita yang mendapatkan kapsul vitamin A
4. Outputs Terlaksananya pendidikan gizi masyarakat
Terlaksananya penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita
Terlaksananya berbagai kegiatan/ penyuluhan oleh kel gizi masy
Meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat
Seluruh masalah gizi kurang dan gizi buruk berhasil ditangani dengan baik
Penyuluhan kelompok gizi masyarakat dilaksanakan sebanyak ……kali/bulan
Banyaknya masyarakat yang mengikuti pendidikan gizi masyarakat
Banyaknya masalah gizi kurang dan buruk yang berhasil ditangani
Banyaknya penyuluhan yang dilakukan oleh kel gizi masy
5. Activities Peningkatan pendidikan gizi masyarakat;
Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. Perbaikan gizi melalui
pemberdayaan masyarakat.
Terselenggaranya pendidikan gizi masyarakat sebanyak …. kali Tertanganinya seluruh masalah gizi
kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
Seluruh desa memiliki kelompok gizi masyarakat
Frekuensi pelaksanaan pendidikan gizi masyarakat Jumlah penanganan masalah
gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
Banyaknya kelompok gizi masyarakat yang terbentuk
6. Inputs Rp582.000.000, (pagu indikatif RKP 2009) dialokasikan untuk
Program Perbaikan Gizi Masy.
100 persen anggaran terserap pada akhir tahun 2009
Persentase penyerapan anggaran
Needs Persentase balita kekurangan gizi masih cukup tinggi
Some causes:
Kurang energi protein pada ibu hamil, bayi, dan balita Anemia gizi besi
Gangguan akibat kurang yodium Kekurangan vitamin A
Kurang zat gizi mikro lainnya
Persentase balita kurang gizi adalah 34,4% tahun 1999, dan 28,02% pada tahun 2005.
Terjadi penurunan tetapi masih cukup tinggi ditargetkan tahun 2009 menjadi 20%.
5
HASIL REVIU UMUM
Hasil reviu umum merupakan rekapitulasi hasil persandingan antar dokumen RKP Buku II, dan
rekapitulasi hasil persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II dari 19 FP. Rekapitulasi
ini diharapkan dapat menunjukkan seberapa besar aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar
dokumen perencanaan. Sementara itu, berkaitan dengan aspek ketepatan penyusunan alur pikir
dan atribut terkait, hasil reviu umum merupakan kesimpulan dari berbagai kondisi yang terjadi di
sembilan bidang pembangunan.
1. Kesinambungan dan Kekonsistenan antar Dokumen Perencanaan
Rekapitulasi hasil persandingan antar dokumen RKP maupun dengan RPJMN 2010-2014
menunjukkan indikator pada level FP cukup berkesinambungan dan konsisten, yang ditunjukkan
oleh cukup tingginya persentase indikator sama (antara 68-75 persen). Namun pada level KP,
kesinambungan dan kekonsistenan indikator masih rendah karena persentase indikator sama
hanya diantara 20-33 persen.
a. Antar Dokumen RKP (RKP 2013, RKP 2012, RKP 2011)
Dilihat dari format penulisan, ketiga dokumen RKP (RKP 2013, RKP 2012, RKP 2011) memiliki
format yang sama, yaitu mencantumkan atribut FP/KP, Indikator, Rencana 2011/2012/2013,
Program, dan Pelaksana. Perbedaan yang cukup nyata adalah dalam hal penulisan indikator, baik di
level FP maupun KP.
Pada level FP, jumlah FP yang direviu sebanyak 19 FP (sesuai Tabel 1) dengan jumlah indikator FP
yang berbeda-beda pada ketiga dokumen RKP. Jumlah indikator FP pada RKP 2013 sebanyak 41
indikator, lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah indikator FP pada RKP 2012 dan RKP
2011, yaitu 42 indikator. Hasil rekapitulasi persandingan FP secara umum (pada Tabel 2)
mengindikasikan kesinambungan dan kekonsistenan yang cukup baik untuk indikator FP, karena
lebih dari 70 persen indikator FP di ketiga dokumen RKP merupakan indikator yang sama
(pernyataan indikator sama untuk ketiga dokumen RKP). Namun, masih terdapat 30 persen
indikator FP yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP (disebut dengan indikator
berbeda). Hasil reviu atas perbedaan tersebut menunjukkan perbedaan pada RKP 2013, sebagian
besar disebabkan karena adanya indikator baru, sedangkan pada RKP 2012 dan RKP 2011,
perbedaan disebabkan karena sebagian besar indikator tidak berlanjut.
Pada level KP, jumlah KP dan indikator KP yang direviu berbeda pula pada ketiga dokumen RKP.
Jumlah KP dan indikator KP pada RKP 2013 adalah 185 KP dengan 607 indikator KP, lebih sedikit
dibandingkan dengan RKP 2012, yaitu 197 KP dengan 637 indikator, dan RKP 2011, yaitu 195 KP
dengan 680 indikator. Hasil rekapitulasi persandingan KP secara umum (pada Tabel 2)
mengindikasikan hal yang berbeda dari yang sebelumnya ditemui pada level FP, yaitu kurang
baiknya kesinambungan dan kekonsistenan untuk indikator KP pada ketiga dokumen RKP.
Sebagian besar indikator KP (antara 67-71 persen) dalam ketiga dokumen RKP tergolong indikator
berbeda. Pada RKP 2013, perbedaan indikator KP sebagian besar disebabkan oleh adanya indikator
baru, sedangkan pada RKP 2012 dan RKP 2011 disebabkan karena indikator tidak berlanjut.
Besarnya proporsi indikator tidak berlanjut dalam RKP 2012 dan RKP 2011 menunjukkan bahwa
kualitas perencanaan terutama dalam kaitan penentuan dan penetapan indikator dalam
penyusunan RPJMN dan RKP selanjutnya perlu ditingkatkan. Hal tersebut penting dilaksanakan
untuk meminimalisir terjadinya ketidakberlanjutan suatu indikator.
6
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II (19 FP)
Ulasan Buku II RKP 2013 Buku II RKP 2012 Buku II RKP 2011
Format Penulisan sama sama sama
Fokus Prioritas (19 FP) Jumlah Indikator FP 41 42 42 Indikator sama 30 (73,17%) 30 (71,43%) 30 (71.43%) Indikator berbeda 11 (26,83%) 12 (28,57%) 12 (28.57%) Indikator berubah 2 (4,88%) 1 (2,38%) 2 (4,76%) Indikator baru 9 (21,95%) - - Indikator baru dan tidak berlanjut - 6 (14,29%) - Indikator tidak berlanjut - 5 (11,90%) 10 (23,81%)
Kegiatan Prioritas
Jumlah Kegiatan Prioritas 185 197 195 Jumlah Indikator KP 607 637 680
Indikator sama 196 (32,29%) 196 (30,77%) 196 (28,82%) Indikator berbeda 411 (67,71%) 441 (69,23%) 484 (71,18%) Indikator berubah 103 (16,97%) 138 (21,66%) 133 (19,56%) Indikator baru 308 (50,74%) 122 (19,15%) - Indikator baru dan tidak berlanjut - 77 (12,09%) - Indikator tidak berlanjut - 104 (16,33%) 351 (51,62%)
Keterangan:
1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk ketiga dokumen RKP.
2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP.
3. Indikator berubah adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berubah dari dokumen RKP sebelumnya.
4. Indikator baru adalah indikator yang baru muncul pada dokumen RKP (2012 dan/atau 2013), yang belum ada pada dokumen RKP sebelumnya.
5. Indikator baru dan tidak berlanjut adalah indikator yang baru muncul pada dokumen tahun tertentu (biasanya tahun 2012) dan tidak dilanjutkan lagi
pada tahun berikutnya.
6. Indikator tidak berlanjut adalah indikator pada tahun 2011 yang tidak muncul/dilanjutkan pada tahun berikutnya (bisa tidak dilanjutkan di tahun 2012 ataupun 2013)
b. Antar Dokumen RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014
Dalam hal format penulisan, dokumen RKP 2013 dan RPJMN 2010-2014 memiliki sedikit perbedaan
yaitu pada RPJMN 2010-2014 memiliki sasaran pada level FP dan KP, sedangkan pada RKP 2013,
sasaran tersebut tidak ada.
Pada level FP, jumlah FP yang direviu adalah 19 FP (sesuai Tabel 1) dengan jumlah indikator FP
dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 masing-masing berbeda. Dalam RPJMN 2010-2014, jumlah
indikator FP sebanyak 45 indikator, lebih banyak dibandingkan dengan jumlah indikator FP pada
RKP 2013, yaitu 41 indikator. Hasil rekapitulasi persandingan FP secara umum (pada Tabel 3)
mengindikasikan kesinambungan dan kekonsistenan yang cukup baik untuk indikator FP, karena
sebagian besar indikator FP (lebih dari 60 persen) dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki
pernyataan yang sama. Namun sebagian besar target indikator KP dalam kedua dokumen berbeda,
mencapai lebih dari 50 persen.
Pada level KP, jumlah KP dan indikator KP yang direviu dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP
2013 juga berbeda. Jumlah KP pada RPJMN 2010-2014 adalah 188 KP, lebih besar dari jumlah di
RKP 2013 sebanyak 185 KP. Namun dari sisi jumlah indikator KP, dalam RPJMN 2010-2014 lebih
sedikit dibandingkan dengan RKP 2013 yaitu 597 indikator dibandingkan 607 indikator. Sebagian
besar indikator KP dan target indikator KP dalam ketiga dokumen RKP berbeda, yaitu
masing-masing lebih dari 70 persen dan lebih dari 80 persen. Hal ini mengindikasikan kurangnya
kesinambungan dan kekonsistenan dokumen perencanaan atau dalam hal ini terdapat banyak
perubahan indikator dan target KP pada RKP 2013 bila disandingkan dengan RPJMN 2010-2014.
7
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II (19 FP)
Ulasan Buku II RPJMN 2010-2014 Buku II RKP 2013
Format Terdapat sasaran pada level fokus prioritas dan kegiatan prioritas
Tidak terdapat sasaran pada level fokus prioritas dan kegiatan prioritas
Fokus Prioritas (19 FP) Jumlah Indikator FP 45 41 Indikator sama 31 (68,89%) 31 (75,61%) Indikator berbeda 14 (31,11%) 10 (24,39%) Target sama (%) 20 (44,44%) 20 (48,78%) Target berbeda (%) 25 (55,56%) 21 (51,22%) Kegiatan Prioritas
Jumlah Kegiatan Prioritas 188 185 Jumlah Indikator KP 597 607 Indikator sama (%) 131 (21,94%) 131 (21,58%) Indikator berbeda (%) 466 (78,06%) 476 (78,42%) Target sama (%) 65 (10,89%) 67 (11,04%) Target berbeda (%) 532 (89,11%) 540 (88,96%) Keterangan:
1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013. 2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berbeda untuk dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013. 3. Target sama adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki besaran yang sama. 4. Target berbeda adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki besaran yang berbeda.
2. Ketepatan Penyusunan Alur Pikir dan Atribut Terkait
Hasil reviu umum atas ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut terkait pada RKP 2013
menunjukkan kondisi yang bervariasi untuk masing-masing bidang pembangunan Buku II. Namun,
secara umum masih menunjukkan sejumlah kekurangan yang perlu diperbaiki ke depan, yaitu
dalam penyusunan RKP ataupun RPJMN selanjutnya.
Pertama, masih lemahnya penerjemahan permasalahan menjadi pernyataan sasaran bidang (yang
dianggap sebagai sasaran di level dampak/ultimate outcome). Masih ditemui sejumlah
permasalahan yang dinilai cukup penting tetapi tidak teridentifikasi secara jelas pada sasaran
bidang. Sebaliknya juga terdapat sejumlah sasaran bidang yang tiba-tiba muncul dan kurang
berkaitan dengan permasalahan yang dipetakan.
Kedua, tumpang tindihnya penentuan tingkatan kinerja, yang diindikasikan oleh penggunaan
pernyataan indikator yang sama pada dua atau tiga tingkatan kinerja sekaligus, yaitu prioritas
(impact), fokus prioritas (outcomes), dan kegiatan prioritas (output). Hal ini selain berarti kurang
tepatnya penyusunan alur berpikir, juga menunjukkan perumusan indikator yang kurang sesuai.
a. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang
Berikut pada Tabel 6 adalah hasil reviu persandingan permasalahan dengan sasaran bidang buku II
RKP 2013. Hampir di setiap bidang, penerjemahan permasalahan ke dalam sasaran bidang
pembangunan (di level impact/outcome) belum sepenuhnya dilakukan dengan baik, artinya belum
semua permasalahan yang diangkat kemudian dijawab sebagai suatu pernyataan sasaran yang
hendak dicapai. Hal yang terjadi adalah permasalahan berdiri sendiri dan tidak terkait dengan
sasarannya atau sasaran dapat saja serta merta muncul tanpa ada penjelasan di bagian
permasalahan.
Kondisi ini menunjukkan belum digunakannya kerangka berpikir Model Logika sebagai alat yang
membantu atau menuntun cara berpikir yang logis ketika menyusun suatu perencanaan
pembangunan. Kelemahan ini kemudian dapat berimplikasi juga pada lemahnya penyusunan
tingkatan kinerja yang hendak dicapai karena tidak runtutnya proses perencanaan yang
dilaksanakan.
8
Tabel 6. Reviu Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Buku II RKP 2013
No Bidang Pembangunan Reviu Persandingan
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Dari 17 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 4 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 1 sasaran bidang yang tidak memiliki kaitan jelas (tidak menjawab) dengan permasalahan.
2. Bidang Ekonomi Dari 6 permasalahan yang teridentifikasi, seluruhnya tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan sasaran bidang yang ditetapkan tidak memiliki kaitan jelas dengan permasalahan.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Secara umum 3 permasalahan yang diidentifikasi sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan, hanya terdapat satu sasaran yang tidak memiliki kaitan yang jelas dengan permasalahan.
4. Bidang Sarana dan Prasarana
Dari 8 permasalahan yang teridentifikasi, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 2 sasaran yang tidak memiliki kaitan yang jelas dengan permasalahan.
5. Bidang Politik dan Komunikasi
Dari 10 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 2 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 3 sasaran bidang yang tidak memiliki kaitan jelas (tidak menjawab) dengan permasalahan.
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Dari 15 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 3 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.
7. Bidang Hukum dan Aparatur
Dari 2 permasalahan yang teridentifikasi, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.
8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang
Dari 5 permasalahan yang teridentifikasi terkait pembangunan perdesaan, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.
9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Dari 8 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 3 permasalahan yang belum terjawab dengan sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 12 sasaran bidang yang tidak memiliki kaitan jelas (tidak menjawab) dengan permasalahan.
b. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan Prioritas
Berikut pada Tabel 7 adalah hasil reviu persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus
prioritas dan kegiatan prioritas buku II RKP 2013.
Tabel 7. Reviu Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan Prioritas Buku II RKP 2013
No Bidang Pembangunan Reviu Persandingan
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
a. Penggunaan indikator yang sama pada beberapa level indikator (impact, outcome, dan
output):
7 indikator menjadi indikator level impact, outcome, dan output 10 indikator menjadi indikator level outcome dan output 1 indikator menjadi indikator level impact dan output
b. Ketidaklengkapan atribut, yaitu tidak adanya sasaran/indikator bidang pada salah satu FP. 2. Bidang Ekonomi Secara umum tidak ditemukan permasalahan levelling indikator, namun terdapat permasalahan
ketidaklengkapan atribut, yaitu tidak terdapatnya sasaran/indikator Bidang dan FP pada salah satu FP.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Secara umum tidak ditemukan adanya permasalahan levelling indikator, namun terdapat permasalahan kelengkapan atribut, yaitu pada ketiga FP tidak terdapat sasaran/indikator FP. 4. Bidang Sarana dan
Prasarana
Secara umum tidak ditemukan adanya permasalahan levelling indikator, namun terdapat permasalahan kelengkapan atribut, yaitu tidak terdapatnya sasaran/indikator FP.
5. Bidang Politik dan Komunikasi
Terdapat permasalahan penggunaan 1 indikator yang sama di level output dan outcomes, namun tidak terdapat permasalahan kelengkapan atribut.
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Secara umum tidak terdapat permasalahan levelling indikator. Namun terdapat permasalahan kelengkapan atribut, yaitu pada kedua FP tidak terdapat sasaran/indikator FP.
7. Bidang Hukum dan Aparatur
Penggunaan indikator yang sama pada beberapa level indikator (impact, outcome, dan output): 3 indikator menjadi indikator level impact,dan outcome
2 indikator menjadi indikator level outcome dan output 8. Bidang Wilayah dan Tata
Ruang
Secara umum atribut sudah lengkap, namun terdapat permasalahan levelling indikator, yaitu 1 indikator menjadi indikator level outcomes dan output.
9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
9
Persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas buku II RKP
2013 menunjukkan adanya permasalahan pada penentuan tingkat kinerja di hampir semua bidang
pembangunan. Terdapat penggunaan indikator yang sama di beberapa level kinerja (impact,
outcome, dan output). Seharusnya, apabila penyusunan dokumen perencanaan dilakukan dengan
menggunakan kerangka berpikir logis yang tepat, hal yang demikian tidak akan terjadi atau paling
tidak dapat dihindarkan. Selain itu, perumusan indikator yang tepat dan memenuhi kaidah SMART
juga harus menjadi penekanan penting dalam penyusunan dokumen perencanaan, sehingga
kualitas dokumen lebih terjaga.
Kemudian, sebagai satu rangkaian kinerja yang baik, perihal kelengkapan atribut baik di tingkat
prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas semuanya perlu diperhatikan. Kelengkapan
atribut tentunya meliputi sasaran, indikator beserta targetnya, walaupun hasil evaluasi
menunjukkan masih banyak dijumpai permasalahan kelengkapan atribut, terutama pada tidak
adanya sasaran/indikator di level FP.
11