• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI EX-ANTE TERHADAP DOKUMEN BUKU II RKP 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI EX-ANTE TERHADAP DOKUMEN BUKU II RKP 2013"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

`

EVALUASI EX-ANTE TERHADAP

DOKUMEN BUKU II RKP 2013

BUKU I

HASIL REVIU

KEDEPUTIAN EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS

2012

(4)
(5)

i

KATA PENGANTAR

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2013 sebagai dokumen perencanaan jangka pendek yang disusun

oleh Bappenas bersama seluruh kementerian/lembaga setiap tahun tidak lepas dari proses

perbaikan yang berkelanjutan (living document). Proses perbaikan ini salah satunya diperoleh dari

hasil evaluasi ex-ante atas dokumen RKP yang tersusun, sebelum melangkah ke tahapan

implementasi.

Evaluasi ex-ante dilakukan secara sederhana dengan melakukan persandingan atas sejumlah

dokumen, yaitu RKP mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, dan RPJMN 2010-2014 dengan

penitikberatan hanya kepada Buku II. Evaluasi Ex-ante terhadap Dokumen Buku II RKP 2013 terbagi

menjadi 2 (dua) buku. Buku Pertama (Hasil Reviu) menyajikan hasil rekapitulasi dari persandingan

antar dokumen dan reviu kesinambungan dan ketepatan penyusunan alur pikir beserta atribut yang

digunakan. Buku Kedua (Matriks Persandingan) menyajikan persandingan antar dokumen secara

lengkap yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi permasalahan kesinambungan

dokumen perencanaan, terutama kaitannya dengan Buku II RKP 2013.

Dengan demikian akan didapatkan gambaran yang cukup jelas mengenai kesinambungan antar

dokumen perencanaan, dan lebih jauh lagi mengenai ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut

yang digunakan pada Buku II RKP 2013. Walaupun masih jauh dari sempurna, evaluasi ex-ante

terhadap dokumen RKP 2013 merupakan awal yang baik untuk meningkatkan kualitas dokumen

perencanaan sekaligus meningkatkan efektivitas pemanfaatan hasil evaluasi dalam proses

perencanaan. Secara praktis, hasil evaluasi ini dapat dipergunakan sebagai masukan dalam

penyusunan RKP 2014 dan RPJMN 2015-2019.

Jakarta, Desember 2012

Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional

Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan

(6)
(7)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ...

iv

PENDAHULUAN ...

1

1. Latar Belakang ...

1

2. Tujuan ...

1

3. Ruang Lingkup ...

2

4. Cara Analisis ...

2

HASIL REVIU UMUM ...

5

1. Kesinambungan dan Kekonsistenan antar Dokumen Perencanaan ...

5

2. Ketepatan Penyusunan Alur Pikir dan Atribut Terkait ...

7

HASIL REVIU PER BIDANG ... 11

1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama ... 11

2. Bidang Ekonomi ... 19

3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ... 23

4. Bidang Sarana dan Prasarana ... 28

5. Bidang Politik dan Komunikasi ... 32

6. Bidang Pertahanan dan Keamanan ... 37

7. Bidang Hukum dan Aparatur ... 41

8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang ... 46

9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ... 51

(8)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Fokus Prioritas yang Direviu ...

2

Tabel 2. Penerjemahan Permasalahan menjadi Pernyataan Outcome ...

4

Tabel 3. Penyusunan Model Logika Program Perbaikan Gizi Masyarakat ...

4

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II (19 FP) ...

6

Tabel 5.

Rekapitulasi Hasil Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II (19

FP) ...

7

Tabel 6.

Reviu Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Buku II RKP 2013 ...

8

Tabel 7.

Reviu Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan

Kegiatan Prioritas Buku II RKP 2013 ...

8

Tabel 8. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan

Beragama ... 12

Tabel 9.

Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Sosial Budaya

dan Kehidupan Beragama ... 14

Tabel 10. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Pembangunan Sosial Budaya

dan Kehidupan Beragama ... 15

Tabel 11. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan

Prioritas RKP 2013 Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama ... 18

Tabel 12. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Ekonomi ... 20

Tabel 13. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Ekonomi ... 21

Tabel 14. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Pembangunan Ekonomi ... 22

Tabel 15. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan

Prioritas RKP 2013 Bidang Ekonomi ... 23

Tabel 16. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi ... 24

Tabel 17. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi ... 26

Tabel 18. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Pembangunan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi ... 27

Tabel 19. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan

Prioritas RKP 2013 Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ... 27

Tabel 20. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Sarana dan Prasarana ... 29

Tabel 21. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Sarana dan

Prasarana... 29

Tabel 22. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Pembangunan Sarana dan

Prasarana... 30

Tabel 23. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan

Prioritas RKP 2013 Bidang Sarana dan Prasarana ... 31

Tabel 24. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Politik dan Komunikasi ... 33

Tabel 25. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Politik dan

Komunikasi ... 34

Tabel 26. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Politik dan Komunikasi ... 35

Tabel 27. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan

Prioritas RKP 2013 Bidang Politik dan Komunikasi ... 36

Tabel 28. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Pertahanan dan Keamanan ... 37

Tabel 29. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Pertahanan dan

Keamanan ... 38

(9)

v

Tabel 31. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan

Prioritas RKP 2013 Bidang Pertahanan dan Keamanan ... 41

Tabel 32. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Hukum dan Aparatur ... 42

Tabel 33. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Hukum dan

Aparatur ... 44

Tabel 34. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Hukum dan Aparatur ... 44

Tabel 35. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan

Prioritas RKP 2013 Bidang Hukum dan Aparatur ... 45

Tabel 36. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Wilayah dan Tata Ruang ... 47

Tabel 37. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Wilayah dan

Tata Ruang ... 48

Tabel 38. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Wilayah dan Tata Ruang ... 49

Tabel 39. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan

Prioritas RKP 2013 Bidang Wilayah dan Tata Ruang ... 50

Tabel 40. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup ... 51

Tabel 41. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Sumber Daya

Alam dan Lingkungan Hidup ... 53

Tabel 42. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup ... 54

Tabel 43. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan

Prioritas RKP 2013 Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ... 55

(10)
(11)

1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada bulan Juni 2012, Bappenas telah selesai menyusun RKP 2013, dan membahasnya dengan

Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat. Kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam RKP

2013 disusun dengan mempertimbangkan arahan visioner, dinamika perubahan lingkungan

strategis, arahan Presiden, isu strategis pembangunan nasional, dan utamanya prioritas

pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2010-2014.

Berdasarkan kinerja yang telah dicapai, potensi yang dimiliki, tantangan dan masalah yang

dihadapi, serta keinginan untuk mencapai sasaran RPJMN 2010–2014 yaitu “Mewujudkan

Indonesia yang Demokratis, Sejahtera dan Berkeadilan”, maka, TEMA RKP 2013 adalah

“Memperkuat Perekonomian Domestik Bagi Peningkatan Dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat”.

Dengan mempertimbangkan kapasitas sumber daya yang dimiliki, tema tersebut dituangkan lebih

lanjut ke dalam 11 Prioritas Nasional dan tiga Prioritas lainnya dengan penekanan pada isu-isu

strategis peningkatan daya saing, peningkatan daya tahan ekonomi, peningkatan dan perluasan

kesejahteraan rakyat, serta pemantapan stabilitas sosial politik. Penyusunan RKP-2013 ini bersifat

sangat strategis, karena nantinya dijadikan sebagai pedoman bagi penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, serta pedoman pelaksanaan pembangunan

bagi Pemerintah Pusat/Daerah, masyarakat, dan dunia usaha.

Dengan pertimbangan bahwa dokumen RKP-2013 bersifat sangat strategis sebagaimana telah

diuraikan

sebelumnya,

maka

kualitasnya

harus

benar-benar

terjaga

dan

dapat

dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun politis. Dalam kerangka itu, Deputi Bidang

Evaluasi Kinerja Pembangunan, sesuai dengan tugas dan fungsinya, melakukan evaluasi ex-ante

terhadap dokumen RKP-2013. Konsep evaluasi dapat meliputi metode dan jenis yang beragam,

tergantung tujuannya. Adapun, arti evaluasi ex-ante di sini adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan

pada dokumen hasil suatu perencanaan, sebut saja dokumen perencanaan, sebelum melangkah

pada tahap berikutnya, yaitu mengimplementasikan semua rencana yang ada dalam dokumen

tersebut. Semangat melakukan evaluasi bukan untuk mencari-cari kesalahan, namun lebih kepada

continuous improvement. Hasil evaluasi ex-ante dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas,

relevansi, dan kelengkapan suatu rencana program.

Berdasarkan pembagian tugas yang diberikan oleh Deputi EKP, Direktorat EKPS berkontribusi

untuk melakukan evaluasi ex-ante atas dokumen Buku II RKP 2013 untuk merevieu kualitas

dokumen tersebut, secara spesifik dalam hal kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen

RKP dan dengan dokumen RPJMN 2010-2014, serta ketepatan penyusunan dokumen berdasarkan

kerangka berpikir yang logis.

2. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan evaluasi ex-ante atas dokumen Buku II RKP 2013 adalah untuk mereviu

kualitas dokumen perencanaan yang disusun, yang meliputi dua pokok identifikasi sebagai berikut:

a. Kesinambungan dan kekonsistenan dokumen RKP 2013 dengan RKP sebelumnya; dan antara

RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014.

b. Ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut yang terkait, seperti sasaran, indikator dan target;

berdasarkan kerangka berpikir logis.

(12)

2

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penyusunan evaluasi ex-ante atas dokumen Buku II RKP 2013 meliputi sembilan

bidang pembangunan, dimana pada setiap bidang dipilih 2-3 fokus prioritas (FP) yang mewakili

untuk kemudian direviu lebih lanjut. Berikut ini adalah daftar FP dari setiap bidang yang direviu,

dengan jumlah total 19 FP.

Tabel 1. Daftar Fokus Prioritas yang Direviu

No. Bidang Pembangunan Fokus Prioritas

1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

FP. Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata FP. Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan

FP. Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita

2. Bidang Ekonomi FP. Peningkatan harmonisasi kebijakan dan penyederhanaan perijinan investasi. FP. Peningkatan Jaringan Distribusi Untuk Menunjang Pengembangan Logistik Nasional 3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi

FP. Penataan Kelembagaan Iptek FP. Penguatan Sumber Daya Iptek FP. Penataan Jaringan Iptek

4. Bidang Sarana dan Prasarana FP. Peningkatan Pelayanan Infrastruktur Sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) 5. Bidang Politik dan Komunikasi FP. Peningkatan Peran dan Kepemimpinan Indonesia Dalam ASEAN Khususnya Dalam

Implementasi Piagam ASEAN dan Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 FP. Peningkatan Akuntabilitas Lembaga Demokrasi

6. Bidang Pertahanan dan Keamanan

FP. Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba FP. Deradikalisasi Penangkalan Terorisme

7. Bidang Hukum dan Aparatur FP. Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

FP. Pemantapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Instansi 8. Bidang Wilayah dan Tata

Ruang

FP. Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan

FP. Meningkatkan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana serta penataan ruang perdesaan

9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

FP. Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Pangan

FP. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Pemasaran Produk Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

4. Cara Analisis

Cara evaluasi RKP-2013 Buku II adalah dengan melakukan document review, yaitu, dengan

mencermati dan membandingkan dokumen. Pencermatan terhadap dokumen RKP (RKP 2011, RKP

2012, RKP 2013) dan RPJMN 2010-2014 dilakukan untuk mengidentifikasi dua aspek, yaitu: (1)

aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen perencanaan; serta (2) aspek ketepatan

penyusunan alur pikir dan atribut terkait.

a. Aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen perencanaan,

Aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen perencanaan dengan penekanan pada

kondisi RKP 2013 dicermati melalui dua persandingan, yaitu: (1) persandingan antar dokumen RKP

Buku II, dan (2) persandingan antar dokumen RPJMN 2010-2014 dengan RKP 2013. Berdasarkan

persandingan tersebut, paling tidak terdapat dua hal yang dicermati, yaitu

format penulisan dan

indikator (indikator Fokus Prioritas dan indikator Kegiatan Prioritas). Reviu terhadap format

penulisan dilakukan terutama terhadap Matriks 2.2 Target Kinerja Pembangunan, yaitu dengan

melihat atribut FP/KP, Indikator, Rencana 2011/2012/2013, Program, dan Pelaksana.

Sementara itu, reviu terhadap indikator antar dokumen RKP dilakukan terhadap indikator FP dan

KP dengan mengklasifikasikan indikator ke dalam dua kelompok, yaitu indikator sama dan

indikator berbeda. Indikator berbeda kemudian diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam empat

(13)

3

kategori, yaitu: (1) indikator berubah; (2) indikator baru; (3) indikator baru dan tidak berubah; dan

(4) indikator tidak berlanjut. Definisi setiap kategori indikator sebagai berikut:

1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk ketiga dokumen

RKP;

2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP;

3. Indikator berubah adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berubah dari dokumen RKP

sebelumnya;

4. Indikator baru adalah indikator yang baru muncul pada dokumen RKP (2012 dan/atau 2013),

yang belum ada pada dokumen RKP sebelumnya;

5. Indikator baru dan tidak berlanjut adalah indikator yang baru muncul pada dokumen tahun

tertentu (biasanya tahun 2012) dan tidak dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya;

6. Indikator tidak berlanjut adalah indikator pada tahun 2011 yang tidak muncul/dilanjutkan pada

tahun berikutnya (bisa tidak dilanjutkan di tahun 2012 ataupun 2013).

Hal yang sama juga dilakukan untuk persandingan dengan dokumen RPJMN 2010-2014, namun

tidak hanya memperhatikan indikator tetapi juga target. Pengklasifikasian sekaligus definisi yang

digunakan adalah:

1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk dokumen RPJMN

2010-2014 dan RKP 2013.

2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berbeda untuk dokumen

RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013.

3. Target sama adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013

memiliki besaran yang sama.

4. Target berbeda adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013

memiliki besaran yang berbeda.

b. Aspek ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut terkait

Aspek ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut terkait dicermati secara sederhana melalui dua

tahapan, yaitu: (1) persandingan permasalahan dengan sasaran bidang, dan (2) persandingan

sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas. Hal ini sejalan dengan

konsep Model Logika yang merupakan alat bantu untuk memetakan pola pikir awal hingga

ekspektasi capaian beserta ukuran-ukurannya (untuk berbagai tingkatan) ketika memformulasikan

apapun, termasuk kebijakan, strategi, program, intervensi, kegiatan dan sebagainya.

Persandingan permasalahan dengan sasaran bidang merupakan cara untuk menelusuri keterkaitan

dan ketepatan penyusunan alur berpikir dalam RKP 2013. Dalam Model Logika (Logic Model),

pemetaan permasalahan, kondisi terkini, dan tantangan yang sedang dihadapi perlu ditentukan

dengan tepat, untuk kemudian dijawab melalui perumusan dampak/ultimate outcome yang hendak

dicapai. Dengan demikian, permasalahan yang berupa pernyataan negatif diterjemahkan menjadi

dampak/ultimate outcome yang berupa pernyataan positif, seperti contoh pada Tabel 2. Berpijak

dari hal tersebut, indikasi sederhana mengenai kelogisan/ketepatan alur pikir penyusunan RKP 2013

diharapkan dapat diperoleh melalui persandingan permasalahan dengan sasaran bidang

pembangunan Buku II RKP 2013 (dianggap sebagai sasaran di level dampak/ultimate outcome).

Persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas merupakan

cara untuk menelusuri ketepatan penyusunan atribut terkait. Hal ini terkait dengan langkah

perumusan model logika, yang diawali dengan menentukan dampak/ultimate outcome terlebih

dahulu sebagai hasil pemetaan permasalahan, kemudian beranjak ke level di bawahnya (mulai dari

outcome sampai dengan input). Berikut pada Tabel 3 adalah contoh penyusunan model logika

Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) secara vertikal,

terdapat tingkatan kinerja mulai dari impacts/ultimate outcome di posisi teratas dan inputs di posisi

(14)

4

terbawah; dan (2) secara horisontal, terdapat unsur pernyataan kinerja (dapat disebut sebagai

sasaran), sukses kriteria (mencakup target yang hendak dicapai), dan indikator kinerja. Berangkat

dari hal tersebut, diharapkan persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan

kegiatan prioritas dapat menggambarkan kondisi tingkatan kinerja dokumen perencanaan dan

atribut kinerja yang terkait (sasaran, target dan indikator kinerja).

Tabel 2. Penerjemahan Permasalahan menjadi Pernyataan Outcome

Permasalahan Pernyataan Outcome

Bangunan sekolah tidak dipelihara dan dibangun dari material

yang buruk. → Meningkatkan kondisi struktur gedung sekolah sehingga memenuhi standar yang berlaku. Banyak anak dari keluarga di perdesaan yang tidak mampu

menempuh jauhnya jarak untuk bersekolah. → Anak-anak di pedesaan mempunyai akses yang sama terhadap layanan pendidikan Sekolah tidak mendidik pemuda dengan materi pelajaran yang

dibutuhkan di pasar kerja. → Meningkatkan kurikulum sekolah sehingga memenuhi standar pasar kerja. Masyarakat miskin semakin terpinggirkan dan tidak mendapatkan

pendidikan yang layak. → Anak-anak menerima bantuan yang layak yang berhubungan dengan pendidikan

Sumber: Kusek and Rist (2004: 59-66)

Tabel 3. Penyusunan Model Logika Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Level Uraian Sukses kriteria Indikator kinerja

1. Impacts/ ultimate outcomes

 Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 25,8 persen menjadi 20,0 persen

 Prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi 20,0 persen.

 Prevalensi gizi kurang pada anak balita

2. Intermediate outcomes

 Meningkatnya masyarakat yang peduli dan melaksanakan perbaikan gizi

 Cakupan masyarakat yang berhasil melaksanakan perbaikan gizi mencapai ….%

 Cakupan masyarakat yang berhasil melaksanakan perbaikan gizi

3. Immediate Outcomes

 Meningkatnya persentase ASI eksklusif

 Meningkatnya persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium yang cukup

 Meningkatkan persentase balita yang mendapatkan kapsul vit.A

 Persentase ASI ekslusif mencapai 80 %.

 Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium mencapai 80 %.

 Persentase balita yang menda-patkan kapsul vit.A mencapai 80 %.

 Persentase ASI ekslusif  Persentase rumah tangga yang

mengkonsumsi garam beryodium

 Persentase balita yang mendapatkan kapsul vitamin A

4. Outputs  Terlaksananya pendidikan gizi masyarakat

 Terlaksananya penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita

 Terlaksananya berbagai kegiatan/ penyuluhan oleh kel gizi masy

 Meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat

 Seluruh masalah gizi kurang dan gizi buruk berhasil ditangani dengan baik

 Penyuluhan kelompok gizi masyarakat dilaksanakan sebanyak ……kali/bulan

 Banyaknya masyarakat yang mengikuti pendidikan gizi masyarakat

 Banyaknya masalah gizi kurang dan buruk yang berhasil ditangani

 Banyaknya penyuluhan yang dilakukan oleh kel gizi masy

5. Activities  Peningkatan pendidikan gizi masyarakat;

 Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.  Perbaikan gizi melalui

pemberdayaan masyarakat.

 Terselenggaranya pendidikan gizi masyarakat sebanyak …. kali  Tertanganinya seluruh masalah gizi

kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.

 Seluruh desa memiliki kelompok gizi masyarakat

 Frekuensi pelaksanaan pendidikan gizi masyarakat  Jumlah penanganan masalah

gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.

 Banyaknya kelompok gizi masyarakat yang terbentuk

6. Inputs  Rp582.000.000, (pagu indikatif RKP 2009) dialokasikan untuk

Program Perbaikan Gizi Masy.

 100 persen anggaran terserap pada akhir tahun 2009

 Persentase penyerapan anggaran

Needs  Persentase balita kekurangan gizi masih cukup tinggi

Some causes:

 Kurang energi protein pada ibu hamil, bayi, dan balita  Anemia gizi besi

 Gangguan akibat kurang yodium  Kekurangan vitamin A

 Kurang zat gizi mikro lainnya

 Persentase balita kurang gizi adalah 34,4% tahun 1999, dan 28,02% pada tahun 2005.

 Terjadi penurunan tetapi masih cukup tinggi ditargetkan tahun 2009 menjadi 20%.

(15)

5

HASIL REVIU UMUM

Hasil reviu umum merupakan rekapitulasi hasil persandingan antar dokumen RKP Buku II, dan

rekapitulasi hasil persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II dari 19 FP. Rekapitulasi

ini diharapkan dapat menunjukkan seberapa besar aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar

dokumen perencanaan. Sementara itu, berkaitan dengan aspek ketepatan penyusunan alur pikir

dan atribut terkait, hasil reviu umum merupakan kesimpulan dari berbagai kondisi yang terjadi di

sembilan bidang pembangunan.

1. Kesinambungan dan Kekonsistenan antar Dokumen Perencanaan

Rekapitulasi hasil persandingan antar dokumen RKP maupun dengan RPJMN 2010-2014

menunjukkan indikator pada level FP cukup berkesinambungan dan konsisten, yang ditunjukkan

oleh cukup tingginya persentase indikator sama (antara 68-75 persen). Namun pada level KP,

kesinambungan dan kekonsistenan indikator masih rendah karena persentase indikator sama

hanya diantara 20-33 persen.

a. Antar Dokumen RKP (RKP 2013, RKP 2012, RKP 2011)

Dilihat dari format penulisan, ketiga dokumen RKP (RKP 2013, RKP 2012, RKP 2011) memiliki

format yang sama, yaitu mencantumkan atribut FP/KP, Indikator, Rencana 2011/2012/2013,

Program, dan Pelaksana. Perbedaan yang cukup nyata adalah dalam hal penulisan indikator, baik di

level FP maupun KP.

Pada level FP, jumlah FP yang direviu sebanyak 19 FP (sesuai Tabel 1) dengan jumlah indikator FP

yang berbeda-beda pada ketiga dokumen RKP. Jumlah indikator FP pada RKP 2013 sebanyak 41

indikator, lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah indikator FP pada RKP 2012 dan RKP

2011, yaitu 42 indikator. Hasil rekapitulasi persandingan FP secara umum (pada Tabel 2)

mengindikasikan kesinambungan dan kekonsistenan yang cukup baik untuk indikator FP, karena

lebih dari 70 persen indikator FP di ketiga dokumen RKP merupakan indikator yang sama

(pernyataan indikator sama untuk ketiga dokumen RKP). Namun, masih terdapat 30 persen

indikator FP yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP (disebut dengan indikator

berbeda). Hasil reviu atas perbedaan tersebut menunjukkan perbedaan pada RKP 2013, sebagian

besar disebabkan karena adanya indikator baru, sedangkan pada RKP 2012 dan RKP 2011,

perbedaan disebabkan karena sebagian besar indikator tidak berlanjut.

Pada level KP, jumlah KP dan indikator KP yang direviu berbeda pula pada ketiga dokumen RKP.

Jumlah KP dan indikator KP pada RKP 2013 adalah 185 KP dengan 607 indikator KP, lebih sedikit

dibandingkan dengan RKP 2012, yaitu 197 KP dengan 637 indikator, dan RKP 2011, yaitu 195 KP

dengan 680 indikator. Hasil rekapitulasi persandingan KP secara umum (pada Tabel 2)

mengindikasikan hal yang berbeda dari yang sebelumnya ditemui pada level FP, yaitu kurang

baiknya kesinambungan dan kekonsistenan untuk indikator KP pada ketiga dokumen RKP.

Sebagian besar indikator KP (antara 67-71 persen) dalam ketiga dokumen RKP tergolong indikator

berbeda. Pada RKP 2013, perbedaan indikator KP sebagian besar disebabkan oleh adanya indikator

baru, sedangkan pada RKP 2012 dan RKP 2011 disebabkan karena indikator tidak berlanjut.

Besarnya proporsi indikator tidak berlanjut dalam RKP 2012 dan RKP 2011 menunjukkan bahwa

kualitas perencanaan terutama dalam kaitan penentuan dan penetapan indikator dalam

penyusunan RPJMN dan RKP selanjutnya perlu ditingkatkan. Hal tersebut penting dilaksanakan

untuk meminimalisir terjadinya ketidakberlanjutan suatu indikator.

(16)

6

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II (19 FP)

Ulasan Buku II RKP 2013 Buku II RKP 2012 Buku II RKP 2011

Format Penulisan sama sama sama

Fokus Prioritas (19 FP) Jumlah Indikator FP 41 42 42 Indikator sama 30 (73,17%) 30 (71,43%) 30 (71.43%) Indikator berbeda 11 (26,83%) 12 (28,57%) 12 (28.57%)  Indikator berubah 2 (4,88%) 1 (2,38%) 2 (4,76%)  Indikator baru 9 (21,95%) - -  Indikator baru dan tidak berlanjut - 6 (14,29%) -  Indikator tidak berlanjut - 5 (11,90%) 10 (23,81%)

Kegiatan Prioritas

Jumlah Kegiatan Prioritas 185 197 195 Jumlah Indikator KP 607 637 680

Indikator sama 196 (32,29%) 196 (30,77%) 196 (28,82%) Indikator berbeda 411 (67,71%) 441 (69,23%) 484 (71,18%)  Indikator berubah 103 (16,97%) 138 (21,66%) 133 (19,56%)  Indikator baru 308 (50,74%) 122 (19,15%) -  Indikator baru dan tidak berlanjut - 77 (12,09%) -  Indikator tidak berlanjut - 104 (16,33%) 351 (51,62%)

Keterangan:

1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk ketiga dokumen RKP.

2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP.

3. Indikator berubah adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berubah dari dokumen RKP sebelumnya.

4. Indikator baru adalah indikator yang baru muncul pada dokumen RKP (2012 dan/atau 2013), yang belum ada pada dokumen RKP sebelumnya.

5. Indikator baru dan tidak berlanjut adalah indikator yang baru muncul pada dokumen tahun tertentu (biasanya tahun 2012) dan tidak dilanjutkan lagi

pada tahun berikutnya.

6. Indikator tidak berlanjut adalah indikator pada tahun 2011 yang tidak muncul/dilanjutkan pada tahun berikutnya (bisa tidak dilanjutkan di tahun 2012 ataupun 2013)

b. Antar Dokumen RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014

Dalam hal format penulisan, dokumen RKP 2013 dan RPJMN 2010-2014 memiliki sedikit perbedaan

yaitu pada RPJMN 2010-2014 memiliki sasaran pada level FP dan KP, sedangkan pada RKP 2013,

sasaran tersebut tidak ada.

Pada level FP, jumlah FP yang direviu adalah 19 FP (sesuai Tabel 1) dengan jumlah indikator FP

dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 masing-masing berbeda. Dalam RPJMN 2010-2014, jumlah

indikator FP sebanyak 45 indikator, lebih banyak dibandingkan dengan jumlah indikator FP pada

RKP 2013, yaitu 41 indikator. Hasil rekapitulasi persandingan FP secara umum (pada Tabel 3)

mengindikasikan kesinambungan dan kekonsistenan yang cukup baik untuk indikator FP, karena

sebagian besar indikator FP (lebih dari 60 persen) dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki

pernyataan yang sama. Namun sebagian besar target indikator KP dalam kedua dokumen berbeda,

mencapai lebih dari 50 persen.

Pada level KP, jumlah KP dan indikator KP yang direviu dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP

2013 juga berbeda. Jumlah KP pada RPJMN 2010-2014 adalah 188 KP, lebih besar dari jumlah di

RKP 2013 sebanyak 185 KP. Namun dari sisi jumlah indikator KP, dalam RPJMN 2010-2014 lebih

sedikit dibandingkan dengan RKP 2013 yaitu 597 indikator dibandingkan 607 indikator. Sebagian

besar indikator KP dan target indikator KP dalam ketiga dokumen RKP berbeda, yaitu

masing-masing lebih dari 70 persen dan lebih dari 80 persen. Hal ini mengindikasikan kurangnya

kesinambungan dan kekonsistenan dokumen perencanaan atau dalam hal ini terdapat banyak

perubahan indikator dan target KP pada RKP 2013 bila disandingkan dengan RPJMN 2010-2014.

(17)

7

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II (19 FP)

Ulasan Buku II RPJMN 2010-2014 Buku II RKP 2013

Format Terdapat sasaran pada level fokus prioritas dan kegiatan prioritas

Tidak terdapat sasaran pada level fokus prioritas dan kegiatan prioritas

Fokus Prioritas (19 FP) Jumlah Indikator FP 45 41 Indikator sama 31 (68,89%) 31 (75,61%) Indikator berbeda 14 (31,11%) 10 (24,39%) Target sama (%) 20 (44,44%) 20 (48,78%) Target berbeda (%) 25 (55,56%) 21 (51,22%) Kegiatan Prioritas

Jumlah Kegiatan Prioritas 188 185 Jumlah Indikator KP 597 607 Indikator sama (%) 131 (21,94%) 131 (21,58%) Indikator berbeda (%) 466 (78,06%) 476 (78,42%) Target sama (%) 65 (10,89%) 67 (11,04%) Target berbeda (%) 532 (89,11%) 540 (88,96%) Keterangan:

1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013. 2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berbeda untuk dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013. 3. Target sama adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki besaran yang sama. 4. Target berbeda adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki besaran yang berbeda.

2. Ketepatan Penyusunan Alur Pikir dan Atribut Terkait

Hasil reviu umum atas ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut terkait pada RKP 2013

menunjukkan kondisi yang bervariasi untuk masing-masing bidang pembangunan Buku II. Namun,

secara umum masih menunjukkan sejumlah kekurangan yang perlu diperbaiki ke depan, yaitu

dalam penyusunan RKP ataupun RPJMN selanjutnya.

Pertama, masih lemahnya penerjemahan permasalahan menjadi pernyataan sasaran bidang (yang

dianggap sebagai sasaran di level dampak/ultimate outcome). Masih ditemui sejumlah

permasalahan yang dinilai cukup penting tetapi tidak teridentifikasi secara jelas pada sasaran

bidang. Sebaliknya juga terdapat sejumlah sasaran bidang yang tiba-tiba muncul dan kurang

berkaitan dengan permasalahan yang dipetakan.

Kedua, tumpang tindihnya penentuan tingkatan kinerja, yang diindikasikan oleh penggunaan

pernyataan indikator yang sama pada dua atau tiga tingkatan kinerja sekaligus, yaitu prioritas

(impact), fokus prioritas (outcomes), dan kegiatan prioritas (output). Hal ini selain berarti kurang

tepatnya penyusunan alur berpikir, juga menunjukkan perumusan indikator yang kurang sesuai.

a.

Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang

Berikut pada Tabel 6 adalah hasil reviu persandingan permasalahan dengan sasaran bidang buku II

RKP 2013. Hampir di setiap bidang, penerjemahan permasalahan ke dalam sasaran bidang

pembangunan (di level impact/outcome) belum sepenuhnya dilakukan dengan baik, artinya belum

semua permasalahan yang diangkat kemudian dijawab sebagai suatu pernyataan sasaran yang

hendak dicapai. Hal yang terjadi adalah permasalahan berdiri sendiri dan tidak terkait dengan

sasarannya atau sasaran dapat saja serta merta muncul tanpa ada penjelasan di bagian

permasalahan.

Kondisi ini menunjukkan belum digunakannya kerangka berpikir Model Logika sebagai alat yang

membantu atau menuntun cara berpikir yang logis ketika menyusun suatu perencanaan

pembangunan. Kelemahan ini kemudian dapat berimplikasi juga pada lemahnya penyusunan

tingkatan kinerja yang hendak dicapai karena tidak runtutnya proses perencanaan yang

dilaksanakan.

(18)

8

Tabel 6. Reviu Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Buku II RKP 2013

No Bidang Pembangunan Reviu Persandingan

1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Dari 17 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 4 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 1 sasaran bidang yang tidak memiliki kaitan jelas (tidak menjawab) dengan permasalahan.

2. Bidang Ekonomi Dari 6 permasalahan yang teridentifikasi, seluruhnya tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan sasaran bidang yang ditetapkan tidak memiliki kaitan jelas dengan permasalahan.

3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Secara umum 3 permasalahan yang diidentifikasi sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan, hanya terdapat satu sasaran yang tidak memiliki kaitan yang jelas dengan permasalahan.

4. Bidang Sarana dan Prasarana

Dari 8 permasalahan yang teridentifikasi, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 2 sasaran yang tidak memiliki kaitan yang jelas dengan permasalahan.

5. Bidang Politik dan Komunikasi

Dari 10 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 2 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 3 sasaran bidang yang tidak memiliki kaitan jelas (tidak menjawab) dengan permasalahan.

6. Bidang Pertahanan dan Keamanan

Dari 15 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 3 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.

7. Bidang Hukum dan Aparatur

Dari 2 permasalahan yang teridentifikasi, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.

8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang

Dari 5 permasalahan yang teridentifikasi terkait pembangunan perdesaan, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.

9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Dari 8 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 3 permasalahan yang belum terjawab dengan sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 12 sasaran bidang yang tidak memiliki kaitan jelas (tidak menjawab) dengan permasalahan.

b.

Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan Prioritas

Berikut pada Tabel 7 adalah hasil reviu persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus

prioritas dan kegiatan prioritas buku II RKP 2013.

Tabel 7. Reviu Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan Prioritas Buku II RKP 2013

No Bidang Pembangunan Reviu Persandingan

1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

a. Penggunaan indikator yang sama pada beberapa level indikator (impact, outcome, dan

output):

7 indikator menjadi indikator level impact, outcome, dan output 10 indikator menjadi indikator level outcome dan output 1 indikator menjadi indikator level impact dan output

b. Ketidaklengkapan atribut, yaitu tidak adanya sasaran/indikator bidang pada salah satu FP. 2. Bidang Ekonomi Secara umum tidak ditemukan permasalahan levelling indikator, namun terdapat permasalahan

ketidaklengkapan atribut, yaitu tidak terdapatnya sasaran/indikator Bidang dan FP pada salah satu FP.

3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Secara umum tidak ditemukan adanya permasalahan levelling indikator, namun terdapat permasalahan kelengkapan atribut, yaitu pada ketiga FP tidak terdapat sasaran/indikator FP. 4. Bidang Sarana dan

Prasarana

Secara umum tidak ditemukan adanya permasalahan levelling indikator, namun terdapat permasalahan kelengkapan atribut, yaitu tidak terdapatnya sasaran/indikator FP.

5. Bidang Politik dan Komunikasi

Terdapat permasalahan penggunaan 1 indikator yang sama di level output dan outcomes, namun tidak terdapat permasalahan kelengkapan atribut.

6. Bidang Pertahanan dan Keamanan

Secara umum tidak terdapat permasalahan levelling indikator. Namun terdapat permasalahan kelengkapan atribut, yaitu pada kedua FP tidak terdapat sasaran/indikator FP.

7. Bidang Hukum dan Aparatur

Penggunaan indikator yang sama pada beberapa level indikator (impact, outcome, dan output): 3 indikator menjadi indikator level impact,dan outcome

2 indikator menjadi indikator level outcome dan output 8. Bidang Wilayah dan Tata

Ruang

Secara umum atribut sudah lengkap, namun terdapat permasalahan levelling indikator, yaitu 1 indikator menjadi indikator level outcomes dan output.

9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

(19)

9

Persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas buku II RKP

2013 menunjukkan adanya permasalahan pada penentuan tingkat kinerja di hampir semua bidang

pembangunan. Terdapat penggunaan indikator yang sama di beberapa level kinerja (impact,

outcome, dan output). Seharusnya, apabila penyusunan dokumen perencanaan dilakukan dengan

menggunakan kerangka berpikir logis yang tepat, hal yang demikian tidak akan terjadi atau paling

tidak dapat dihindarkan. Selain itu, perumusan indikator yang tepat dan memenuhi kaidah SMART

juga harus menjadi penekanan penting dalam penyusunan dokumen perencanaan, sehingga

kualitas dokumen lebih terjaga.

Kemudian, sebagai satu rangkaian kinerja yang baik, perihal kelengkapan atribut baik di tingkat

prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas semuanya perlu diperhatikan. Kelengkapan

atribut tentunya meliputi sasaran, indikator beserta targetnya, walaupun hasil evaluasi

menunjukkan masih banyak dijumpai permasalahan kelengkapan atribut, terutama pada tidak

adanya sasaran/indikator di level FP.

(20)
(21)

11

HASIL REVIU PER BIDANG

Hasil reviu per bidang merupakan telaah lebih detil pada setiap bidang pembangunan mengenai

hasil persandingan antar dokumen RKP Buku II (RKP 2011, RKP 2012, dan RKP 2013), dan antar

dokumen RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II.

Setiap bidang pembangunan akan diwakili oleh beberapa FP yang diharapkan dapat

menggambarkan kondisi dokumen perencanaan, baik dalam aspek kesinambungan dan

kekonsistenan antar dokumen perencanaan, maupun aspek ketepatan penyusunan alur pikir dan

atribut terkait.

1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Pada Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama dipilih 3 Fokus Prioritas, yaitu: (1) FP.

Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata, (2) FP.

Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan, dan (3) FP.

Peningkatan Kesehatan Ibu,

Bayi, dan Balita.

a. Kesinambungan dan Kekonsistenan antar Dokumen Perencanaan

Hasil reviu persandingan antar dokumen RKP (RKP 2013, RKP 2012, RKP 2011) pada Bidang

Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama (Tabel 8) menunjukkan kondisi yang berimbang untuk

indikator sama dan indikator berbeda di level FP. Sementara untuk indikator KP, sebagian besar

merupakan indikator yang memiliki perbedaan di antara ketiga dokumen RKP. Hal ini

mengindikasikan, kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen RKP pada Bidang Sosial

Budaya dan Kehidupan Beragama cenderung masih kurang baik karena banyak terdapat indikator

yang tidak berlanjut, mengalami perubahan, maupun indikator yang baru muncul di periode RKP

tertentu.

Pada FP. Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata,

jumlah indikator FP yang direviu berbeda-beda dari ketiga dokumen RKP. Jumlah indikator FP pada

RKP 2013 sebanyak 15 indikator, lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah indikator FP

pada RKP 2012 dan RKP 2011, yaitu 18 indikator dan 17 indikator. Sebagian besar indikator FP pada

ketiga dokumen RKP (antara 53-61 persen) merupakan indikator yang berbeda. Dalam RKP 2013,

perbedaan yang terjadi disebabkan karena adanya indikator baru, sedangkan pada RKP 2012 dan

RKP 2011 disebabkan karena indikator tidak berlanjut. Di level KP, jumlah KP dan indikator KP yang

direviu berbeda pula pada ketiga dokumen RKP. Jumlah KP dan indikator KP pada RKP 2013 adalah

5 KP dengan 39 indikator KP, lebih sedikit dibandingkan dengan RKP 2012, yaitu 6 KP dengan 57

indikator, dan RKP 2011, yaitu 6 KP dengan 48 indikator. Sebagian besar indikator KP (antara 58-74

persen) dalam ketiga dokumen RKP tergolong indikator berbeda. Pada RKP 2013, dan RKP 2012

perbedaan indikator KP sebagian besar disebabkan oleh adanya indikator baru, sedangkan pada

RKP 2011 disebabkan karena indikator tidak berlanjut.

Pada FP. Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan, satu indikator FP yang

direviu merupakan indikator yang sama dalam ketiga dokumen RKP. Jumlah KP dan jumlah

indikator KP yang direviu dalam ketiga dokumen RKP memiliki jumlah yang sama, yaitu 6 KP dan 6

indikator KP. Namun seluruh indikator KP merupakan indikator berbeda dan seluruhnya merupakan

indikator yang memiliki pernyataan yang berubah dari RKP sebelumnya (100 persen).

(22)

12

Tabel 8. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Ulasan Buku II RKP 2013 Buku II RKP 2012 Buku II RKP 2011

Format Penulisan sama sama sama

Fokus Prioritas: Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata

Jumlah Indikator FP 15 18 17 Indikator sama 7 (46,67%) 7 (38,89%) 7 (41,18%) Indikator berbeda 8 (53,33%) 11 (61,11%) 10 (58,82%)  Indikator berubah - - -  Indikator baru 8 (53,33%) - -  Indikator baru dan tidak berlanjut - 6 (33,33%) -  Indikator tidak berlanjut - 5 (27,78%) 10 (58,82%) Jumlah Kegiatan Prioritas 5 6 6 Jumlah Indikator KP 39 57 48

Indikator sama 15 (26,32%) 15 (26,32%) 15 (31,25) Indikator berbeda 24 (58,97%) 42 (73,68%) 33 (68,75%)  Indikator berubah - - -  Indikator baru 24 (58,97%) 23 (40,35%) -  Indikator baru dan tidak berlanjut - 16 (28,07%) -  Indikator tidak berlanjut - 3 (5,26%) 33 (68,75%)

Fokus Prioritas: Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan

Jumlah Indikator FP 1 1 1 Indikator sama 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) Indikator berbeda - - -  Indikator berubah - - -  Indikator baru - - -  Indikator baru dan tidak berlanjut - - -  Indikator tidak berlanjut - - - Jumlah Kegiatan Prioritas 6 6 6 Jumlah Indikator KP 6 6 6 Indikator sama - - - Indikator berbeda 6 (100%) 6 (100%) 6 (100%)  Indikator berubah 6 (100%) 6 (100%) 6 (100%)  Indikator baru - - -  Indikator baru dan tidak berlanjut - - -  Indikator tidak berlanjut - - -

Fokus Prioritas: Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita

Jumlah Indikator FP 2 2 2 Indikator sama 2 (100%) 2 (100%) 2 (100%) Indikator berbeda - - -  Indikator berubah - - -  Indikator baru - - -  Indikator baru dan tidak berlanjut - - -  Indikator tidak berlanjut - - - Jumlah Kegiatan Prioritas 3 3 3 Jumlah Indikator KP 10 8 8

Indikator sama 7 (70,00%) 7 (87,5%) 7 (87,5%) Indikator berbeda 3 (30,00%) 1 (12,50%) 1 (12,50%)  Indikator berubah - - -  Indikator baru 3 (30,00%) 1 (12,50%) -  Indikator baru dan tidak berlanjut - - -  Indikator tidak berlanjut - - 1 (12,50%)

Sumber: Keterangan:

1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk ketiga dokumen RKP.

2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP.

3. Indikator berubah adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berubah dari dokumen RKP sebelumnya.

4. Indikator baru adalah indikator yang baru muncul pada dokumen RKP (2012 dan/atau 2013), yang belum ada pada dokumen RKP sebelumnya.

5. Indikator baru dan tidak berlanjut adalah indikator yang baru muncul pada dokumen tahun tertentu (biasanya tahun 2012) dan tidak dilanjutkan

lagi pada tahun berikutnya.

6. Indikator tidak berlanjut adalah indikator pada tahun 2011 yang tidak muncul/dilanjutkan pada tahun berikutnya (bisa tidak dilanjutkan di tahun 2012 ataupun 2013)

(23)

13

Pada FP.

Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita, dua indikator FP yang direviu dalam ketiga

dokumen RKP merupakan indikator sama. Sementara itu, jumlah KP dalam ketiga dokumen sama,

yaitu tiga3 KP, namun dengan jumlah indikator KP yang berbeda. Dalam RKP 2013, jumlah indikator

KP adalah 10 indikator, lebih banyak dibandingkan RKP 2012 dan RKP 2011, yaitu masing-masing 8

indikator. Sebagian besar indikator KP dalam ketiga dokumen RKP memiliki pernyataan yang sama,

yaitu mencapai lebih dari 70 persen. Perbedaan pernyataan indikator pada RKP 2013 dan 2012

disebabkan seluruhnya karena adanya indikator baru, sedangkan dalam RKP 2011, seluruh indikator

berbeda disebabkan indikator tidak berlanjut.

Hasil reviu persandingan antar dokumen RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 pada Bidang

Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama (Tabel 9) menunjukkan kondisi yang berimbang untuk

indikator sama dan indikator berbeda di level FP. Sementara untuk indikator KP, sebagian besar

merupakan indikator yang memiliki perbedaan di antara kedua dokumen tersebut. Hal ini

mengindikasikan, kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen RKP 2013 dengan RPJMN

2010-2014 pada Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama cenderung masih kurang baik

karena banyak terdapat perbedaan indikator dan target KP.

Pada FP. Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata,

jumlah indikator FP yang direviu dalam RPJMN 2010-2014 dengan RKP 2013 masing-masing

berbeda. Jumlah indikator FP dalam RPJMN 2010-2014 sebanyak 17 indikator, lebih banyak apabila

dibandingkan dengan jumlah indikator FP pada RKP 2013, yaitu 15 indikator. Sebagian besar

indikator FP dalam RPJMN 2010-2014 berbeda dengan RKP 2013 (>50 persen) dengan target

indikator FP yang juga sebagian besar berbeda (>80 persen). Di level KP, jumlah KP dan indikator

KP dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 juga berbeda. Jumlah KP dan indikator KP

pada RPJMN 2010-2014 adalah 8 KP dengan 43 indikator, lebih banyak dibandingkan dengan RKP

2013, yaitu 5 KP dengan 39 indikator. Sebagian besar indikator KP dalam RPJMN 2010-2014 dan

RKP 2013 sama (>50 persen) namun dengan target indikator KP yang sebagian besar berbeda (>90

persen).

Pada FP. Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan, satu indikator FP yang

direviu dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 merupakan indikator sama dengan target yang juga

sama. Di level KP, jumlah KP dan indikator KP dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013

masing-masing berbeda. Dalam dokumen RPJMN 2010-2014, jumlah KP dan indikator KP adalah 5

KP dengan 5 indikator, lebih sedikit dibandingkan dengan RKP 2013 yaitu 6 KP dengan 6 indikator.

Seluruh indikator KP dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 berbeda (100 persen) namun dengan

target yang sebagian besar sama (>60 persen).

Pada FP. Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita, dua indikator FP yang direviu dalam

RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 merupakan indikator sama dengan target yang juga sama.

Sementara itu, jumlah KP dan indikator KP dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013

masing-masing berbeda. Jumlah KP dan indikator KP dalam RPJMN 2010-2014 sebanyak 4 KP

dengan 8 indikator, sedangkan jumlah KP dan indikator KP dalam RKP 2013 sebanyak 3 KP dengan

10 indikator. Sebagian besar indikator KP dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 sama (>60

persen) namun dengan target yang sebagian besar berbeda (>60 persen).

(24)

14

Tabel 9. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Ulasan Buku II RPJMN 2010-2014 Buku II RKP 2013

Format Terdapat sasaran pada level fokus prioritas dan kegiatan prioritas

Tidak terdapat sasaran pada level fokus prioritas dan kegiatan prioritas

Fokus Prioritas: Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata

Jumlah Indikator FP 17 15 Indikator sama 7 (41,18%) 7 (46,67%) Indikator berbeda 10 (58,82%) 8 (53,33%) Target sama 2 (11,76%) 2 (13,33%) Target berbeda 15 (88,24%) 13 (86,67%) Jumlah Kegiatan Prioritas 8 5 Jumlah Indikator KP 43 39

Indikator sama 25 (58,14%) 25 (64,10%) Indikator berbeda 18 (41,86%) 14(35,90%) Target sama 2 (4,65%) 2 (5,13%) Target berbeda 41 (95,35%) 37 (94,87%)

Fokus Prioritas: Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan

Jumlah Indikator FP 1 1 Indikator sama 1 (100%) 1 (100%) Indikator berbeda - -

Target sama - -

Target berbeda 1 (100%) 1 (100%) Jumlah Kegiatan Prioritas 5 6 Jumlah Indikator KP 5 6 Indikator sama - - Indikator berbeda 5 (100,00%) 6 (100%) Target sama 4 (80,00%) 4 (66,67%) Target berbeda 1 (20,00%) 2 (33,33%)

Fokus Prioritas: Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita

Jumlah Indikator FP 2 2 Indikator sama 2 (100%) 2 (100%) Indikator berbeda - - Target sama 2 (100%) 2 (100%) Target berbeda - - Jumlah Kegiatan Prioritas 4 3 Jumlah Indikator KP 8 10 Indikator sama 6 (75,00%) 6 (60,00%) Indikator berbeda 2 (25,00%) 4 (40,00%) Target sama 2 (25,00%) 4 (40,00%) Target berbeda 6 (75,00%) 6 (60,00%) Keterangan:

1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013. 2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berbeda untuk dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013. 3. Target sama adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki besaran yang sama. 4. Target berbeda adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki besaran yang berbeda.

b. Ketepatan Penyusunan Alur Pikir dan Atribut Terkait

Hasil reviu persandingan permasalahan dengan sasaran bidang Sosial Budaya dan Kehidupan

Beragama buku II RKP 2013 (Tabel 10) menunjukkan dari 17 permasalahan yang teridentifikasi,

terdapat 4 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.

Keempat permasalahan tersebut adalah: (1) belum optimalnya pendidikan karakter bangsa; (2)

terbatasnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan; (3) belum efektifnya manajemen dan

tatakelola pendidikan; (3) belum efektifnya manajemen pembangunan kesehatan, termasuk dalam

pengelolaan administrasi, hukum, dan penelitian pengembangan kesehatan; dan (4) masih lebarnya

kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi.

(25)

15

Selain itu, terdapat penetapan sasaran bidang pembangunan yang tidak memiliki kaitan jelas

dengan permasalahan yang sudah diidentifikasi, yaitu pada sasaran meningkatnya kesehatan

lingkungan, yang ditandai dengan: (a) meningkatnya persentase kualitas air minum yang

memenuhi syarat menjadi 100 persen; dan (b) meningkatnya jumlah desa yang melaksanakan

sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) menjadi 16.000 desa.

Tabel 10. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Permasalahan Sasaran Bidang Pembangunan

Pendidikan

1. Belum optimalnya pendidikan karakter bangsa

?

-

2. Masih terbatasnya kesempatan memperoleh

pendidikan

 Meningkatnya taraf pendidikan masyarakat yang ditandai dengan:

a) Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas b) Angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas c) APM SD/SDLB/MI/Paket A

d) APM SMP/SMPLB/MTs/Paket B e) APK SD/SDLB/MI/Paket A f) APK SMP/SMPLB/MTs/Paket B g) APK SMA/SMK/MA/Paket C h) APK PT usia 19-23 tahun i) APS penduduk usia 7-12 tahun j) APS penduduk usia 13-15 tahun

k) Meningkatnya tingkat efisiensi internal yang ditandai dengan meningkatnya angka melanjutkan dan menurunnya angka putus sekolah untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah;

l) Menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan antarwilayah, gender, dan sosial ekonomi, serta antarsatuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.

3. Masih rendahnya kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan

Meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan yang ditandai dengan:

a) meningkatnya APK pendidikan anak usia dini (PAUD); b) meningkatnya tingkat kebekerjaan lulusan pendidikan

kejuruan;

c) meningkatnya proporsi satuan pendidikan baik negeri maupun swasta yang terakreditasi minimal B pada jenjang SD/SDLB/MI menjadi sebesar 75,0 persen; SMP/SMPLB/MTs menjadi sebesar 85,0 persen; SMA/SMALB/MA menjadi sebesar 35,8 persen; dan SMK menjadi sebesar 28,0 persen; d) meningkatnya proporsi program studi PT yang terakreditasi

minimal B menjadi sebesar 77,0 persen dan jumlah PT masuk 500 terbaik versi lembaga pemeringkatan independen internasional menjadi 8 PT; dan

e) tercapainya Standar Pendidikan Nasional (SNP) bagi satuan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan paling lambat pada tahun 2013.

4. Masih rendahnya profesionalisme guru dan belum meratanya distribusi guru;

 Meningkatnya kualifikasi dan kompetensi guru, dosen, dan tenaga kependidikan yang ditandai dengan:

a) Persentase guru yang memenuhi kualifikasi S1/D4 b) Persentase guru yang bersertifikat pendidik

c) Persentase dosen PTP program sarjana/diploma/profesi berkualifikasi S2

d) Persentase dosen PTM program sarjana/diploma/profesi berkualifikasi S2

e) Persentase dosen PTP program pascasarjana berkualifikasi S3

f) Persentase dosen PTM program pascasarjana berkualifikasi S3

g) Semakin membaiknya pemerataan distribusi guru antarsatuan pendidikan dan antarwilayah termasuk terpenuhinya kebutuhan guru di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan sesuai dengan standar pelayanan minimal

(26)

16

Permasalahan Sasaran Bidang Pembangunan

termasuk kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam pengelolaan dan penjaminan mutu pendidikan 5. Terbatasnya kualitas sarana dan prasarana

pendidikan

?

-

6. Belum efektifnya manajemen dan tatakelola

pendidikan;

?

-

7. Belum terwujudnya pembiayaan pendidikan yang

berkeadilan.

Meningkatnya pembiayaan pendidikan yang berkeadilan yang ditandai:

a) Terselenggaranya pendidikan dasar sembilan tahun bermutu yang terjangkau bagi semua dalam kerangka pelaksanaan standar pelayanan minimal pendidikan dasar untuk mencapai standarnasional pendidikan; dan

b) Meningkatnya proporsi peserta didik yang mendapatkan beasiswa bagi keluarga miskin untuk jenjang pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi.

Kesehatan

1. Masih rendahnya status kesehatan ibu dan anak, yang ditandai dengan masih rendahnya persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal, masih rendahnya cakupan imunisasi lengkap pada bayi, dan masih rendahnya cakupan kunjungan neonatal

 Meningkatnya status kesehatan ibu dan anak, yang ditandai dengan:

a) meningkatnya persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN) menjadi 89 persen; b) meningkatnya persentase ibu hamil yang mendapatkan

pelayanan antenatal (cakupan kunjungan kehamilan keempat/K4) menjadi 93 persen; dan

c) meningkatnya cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) menjadi 89 persen.

2. Belum optimalnya upaya perbaikan status gizi masyarakat, yang ditandai dengan masih rendahnya pemantauan pertumbuhan bayi dan balita melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

 Meningkatnya status gizi masyarakat, yang ditandai dengan: a) meningkatnya persentase balita gizi buruk yang mendapat

perawatan menjadi sebesar 100 persen; dan

b) meningkatnya persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) menjadi sebesar 80 persen.

3. Belum optimalnya upaya pengendalian penyakit yang ditandai dengan tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular (terutama tuberkulosis, HIV dan AIDS, malaria, diare, dan DBD) dan penyakit tidak menular serta masih rendahnya kualitas kesehatan lingkungan

 Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular, yang ditandai dengan:

a) Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11bulan

b) Meningkatnya imunisasi campak pada bayi usia 0-11bulan c) Terkendalikannya prevalensi kasus HIV

d) Meningkatnya jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing HIV e) Meningkatnya persentase orang dengan HIV dan AIDS

(ODHA) yang mendapatkan anti retroviral treatment (ART) f) Menurunnya jumlah kasus TB per 100.000 penduduk g) Meningkatnya persentase kasus baru TB Paru (BTA positif)

yang ditemukan

h) Meningkatnya persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan

i) Menurunnya angka penemuan kasus malaria per 1.000 penduduk

j) Menurunnya jumlah kasus diare per 1.000 penduduk k) Menurunnya angka kesakitan penderita DBD per 100.000

penduduk

l) Meningkatnya persentase kasus zoonosis yang ditemukan dan ditangani sesuai standar

m) Meningkatnya persentase provinsi yang melakukan

pembinaan, pencegahan, dan penanggulangan penyakit tidak menular (surveilans epidemiologi, deteksi dini, KIE, dan tata laksana)

4. Sumber daya manusia kesehatan masih terbatas, yang ditandai dengan masih rendahnya jumlah, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan, terutama di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan

 Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, yang ditandai dengan:

a) Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan diberi insentif di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan di daerah bermasalah kesehatan (DBK) sebanyak 5.320 orang; dan

b) meningkatnya residen yang didayagunakan dan diberi insentif sebanyak 3.650 orang.

5. Masih terbatasnya ketersediaan obat serta pengawasan obat dan makanan, yang ditandai

 Meningkatnya ketersediaan obat dan pengawasan obat dan makanan, yang ditandai dengan:

(27)

17

Permasalahan Sasaran Bidang Pembangunan

dengan belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang berkualitas; belum optimalnya penyediaan dan pemerataan obat esensial generik dan alat kesehatan dasar; dan belum optimalnya cakupan pengawasan sarana produksi obat, alat kesehatan dan makanan

a) Meningkatnya persentase ketersediaan obat dan vaksin b) Meningkatnya persentase cakupan pengawasan sarana

produksi obat dan makanan

c) Meningkatnya persentase cakupan pengawasan sarana distribusi obat dan makanan

d) Meningkatnya jumlah parameter uji obat dan makanan untuk setiap sampel

6. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan bagi seluruh masyarakat masih terbatas yang ditandai dengan masih rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat terutama penduduk miskin dan pekerja sektor informal

 Meningkatnya cakupan pembiayaan kesehatan, yang ditandai dengan:

a) Meningkatnya persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan menjadi 75,4 persen;

b) Meningkatnya persentase RS yang melayani pasien penduduk miskin peserta program Jamkesmas menjadi 90 persen;

c) Jumlah TT Kelas III RS yang digunakan untuk pelayanan Jamkesmas sebanyak 10.544 unit TT;

d) Meningkatnya jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi penduduk miskin menjadi 9.323 puskesmas; dan

e) Meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang telah melayani program jaminan persalinan (jampersal) menjadi 2.663 fasilitas pelayanan kesehatan.

7. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan, yang ditandai oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat

 Meningkatnya persentase rumah tangga yang melaksanakan PHBS menjadi sebesar 65 persen

8. Masih rendahnya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas

 Meningkatnya akses dan kualitas sarana pelayanan kesehatan, yang ditandai dengan:

a) Meningkatnya persentase puskesmas yang mampu melaksanakan pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar (PONED)

b) Meningkatnya persentase RS kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pelayanan obstetrik neonatal emergensi komprehensif (PONEK)

c) Meningkatnya jumlah puskesmas yang mendapatkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

d) Meningkatnya jumlah kota di Indonesia yang memiliki RS standar kelas dunia

e) Meningkatnya jumlah puskesmas yang menerapkan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman

f) Meningkatnya persentase RSJ yang memberikan layanan sub spesialis dasar dan NAPZA sesuai standar

g) Jumlah fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan wajib lapor bagi pecandu narkoba

9. Belum efektifnya manajemen pembangunan kesehatan, termasuk dalam pengelolaan

administrasi, hukum, dan penelitian pengembangan kesehatan

?

-

10. Masih lebarnya kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi.

?

-

-

?

Meningkatnya kesehatan lingkungan, yang ditandai dengan: a) Meningkatnya persentase kualitas air minum yang memenuhi

syarat menjadi 100 persen; dan

b) Meningkatnya jumlah desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) menjadi 16.000 desa.

Hasil reviu persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan

prioritas bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama buku II RKP 2013 (Tabel 11)

menunjukkan permasalahan penggunaan indikator yang sama pada beberapa level indikator

(impact, outcome, dan output) dan ketidaklengkapan atribut (tidak adanya sasaran/indikator).

Gambar

Tabel 1. Daftar Fokus Prioritas yang Direviu
Tabel 2. Penerjemahan Permasalahan menjadi Pernyataan Outcome
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II (19 FP)
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II (19 FP)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikian pula sebaliknya responden yang berpersepsi bahwa rencana proyek dipandang merugikan dikarenakan khawatir rencana kegiatan ini akan merugikan (30,3%) dengan

mendefinisikan Electronic Health Record ( EHR) adalah catatan rekam medik pasien seumur hidup pasien dalam format elektronik tentang informasi kesehatan

Kombinasi penambahan campuran ekstrak kunyit dan jahe serta blanching pada pengolahan bakso memberikan efek sinergis paling baik yakni dapat memperpanjang umur

Kusumaning Hapri dari FBS UKSW 2010 mengidikasikan bahwa mempelajari Vocabulary baru melalui gambar lebih efektif dari pada melalui lagu. Pembelajaran Bahasa Inggris

Alasan terbesar dalam pembuatan bahasa pemrograman java adalah keinginan akan terbentuknya suatu bahasa pemrograman yang bisa berjalan di berbagai perangkat tanpa

Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa loyal lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit – unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus -

Petugas menanyakan keadaan bayi kepada orang tuanya ( keadaan bayi yang memungkinkan untuk diberikan imunisasi atau bila tidak akan dirujuk ke Ruang

1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah dan lembaga amil zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah. 2)