`
EVALUASI EX-ANTE TERHADAP
DOKUMEN BUKU II RKP 2013
BUKU I
HASIL REVIU
KEDEPUTIAN EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS
2012
i
KATA PENGANTAR
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2013 sebagai dokumen perencanaan jangka pendek yang disusun
oleh Bappenas bersama seluruh kementerian/lembaga setiap tahun tidak lepas dari proses
perbaikan yang berkelanjutan (living document). Proses perbaikan ini salah satunya diperoleh dari
hasil evaluasi ex-ante atas dokumen RKP yang tersusun, sebelum melangkah ke tahapan
implementasi.
Evaluasi ex-ante dilakukan secara sederhana dengan melakukan persandingan atas sejumlah
dokumen, yaitu RKP mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, dan RPJMN 2010-2014 dengan
penitikberatan hanya kepada Buku II. Evaluasi Ex-ante terhadap Dokumen Buku II RKP 2013 terbagi
menjadi 2 (dua) buku. Buku Pertama (Hasil Reviu) menyajikan hasil rekapitulasi dari persandingan
antar dokumen dan reviu kesinambungan dan ketepatan penyusunan alur pikir beserta atribut yang
digunakan. Buku Kedua (Matriks Persandingan) menyajikan persandingan antar dokumen secara
lengkap yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi permasalahan kesinambungan
dokumen perencanaan, terutama kaitannya dengan Buku II RKP 2013.
Dengan demikian akan didapatkan gambaran yang cukup jelas mengenai kesinambungan antar
dokumen perencanaan, dan lebih jauh lagi mengenai ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut
yang digunakan pada Buku II RKP 2013. Walaupun masih jauh dari sempurna, evaluasi ex-ante
terhadap dokumen RKP 2013 merupakan awal yang baik untuk meningkatkan kualitas dokumen
perencanaan sekaligus meningkatkan efektivitas pemanfaatan hasil evaluasi dalam proses
perencanaan. Secara praktis, hasil evaluasi ini dapat dipergunakan sebagai masukan dalam
penyusunan RKP 2014 dan RPJMN 2015-2019.
Jakarta, Desember 2012
Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...
i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ...
iv
PENDAHULUAN ...
1
1. Latar Belakang ...
1
2. Tujuan ...
1
3. Ruang Lingkup ...
2
4. Cara Analisis ...
2
HASIL REVIU UMUM ...
5
1. Kesinambungan dan Kekonsistenan antar Dokumen Perencanaan ...
5
2. Ketepatan Penyusunan Alur Pikir dan Atribut Terkait ...
7
HASIL REVIU PER BIDANG ... 11
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama ... 11
2. Bidang Ekonomi ... 19
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ... 23
4. Bidang Sarana dan Prasarana ... 28
5. Bidang Politik dan Komunikasi ... 32
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan ... 37
7. Bidang Hukum dan Aparatur ... 41
8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang ... 46
9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ... 51
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar Fokus Prioritas yang Direviu ...
2
Tabel 2. Penerjemahan Permasalahan menjadi Pernyataan Outcome ...
4
Tabel 3. Penyusunan Model Logika Program Perbaikan Gizi Masyarakat ...
4
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II (19 FP) ...
6
Tabel 5.
Rekapitulasi Hasil Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II (19
FP) ...
7
Tabel 6.
Reviu Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Buku II RKP 2013 ...
8
Tabel 7.
Reviu Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan
Kegiatan Prioritas Buku II RKP 2013 ...
8
Tabel 8. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan
Beragama ... 12
Tabel 9.
Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Sosial Budaya
dan Kehidupan Beragama ... 14
Tabel 10. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Pembangunan Sosial Budaya
dan Kehidupan Beragama ... 15
Tabel 11. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan
Prioritas RKP 2013 Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama ... 18
Tabel 12. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Ekonomi ... 20
Tabel 13. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Ekonomi ... 21
Tabel 14. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Pembangunan Ekonomi ... 22
Tabel 15. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan
Prioritas RKP 2013 Bidang Ekonomi ... 23
Tabel 16. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi ... 24
Tabel 17. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi ... 26
Tabel 18. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Pembangunan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi ... 27
Tabel 19. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan
Prioritas RKP 2013 Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ... 27
Tabel 20. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Sarana dan Prasarana ... 29
Tabel 21. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Sarana dan
Prasarana... 29
Tabel 22. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Pembangunan Sarana dan
Prasarana... 30
Tabel 23. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan
Prioritas RKP 2013 Bidang Sarana dan Prasarana ... 31
Tabel 24. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Politik dan Komunikasi ... 33
Tabel 25. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Politik dan
Komunikasi ... 34
Tabel 26. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Politik dan Komunikasi ... 35
Tabel 27. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan
Prioritas RKP 2013 Bidang Politik dan Komunikasi ... 36
Tabel 28. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Pertahanan dan Keamanan ... 37
Tabel 29. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Pertahanan dan
Keamanan ... 38
v
Tabel 31. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan
Prioritas RKP 2013 Bidang Pertahanan dan Keamanan ... 41
Tabel 32. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Hukum dan Aparatur ... 42
Tabel 33. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Hukum dan
Aparatur ... 44
Tabel 34. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Hukum dan Aparatur ... 44
Tabel 35. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan
Prioritas RKP 2013 Bidang Hukum dan Aparatur ... 45
Tabel 36. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Wilayah dan Tata Ruang ... 47
Tabel 37. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Wilayah dan
Tata Ruang ... 48
Tabel 38. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Wilayah dan Tata Ruang ... 49
Tabel 39. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan
Prioritas RKP 2013 Bidang Wilayah dan Tata Ruang ... 50
Tabel 40. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup ... 51
Tabel 41. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup ... 53
Tabel 42. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup ... 54
Tabel 43. Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan
Prioritas RKP 2013 Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup ... 55
1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada bulan Juni 2012, Bappenas telah selesai menyusun RKP 2013, dan membahasnya dengan
Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat. Kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam RKP
2013 disusun dengan mempertimbangkan arahan visioner, dinamika perubahan lingkungan
strategis, arahan Presiden, isu strategis pembangunan nasional, dan utamanya prioritas
pembangunan yang digariskan dalam RPJMN 2010-2014.
Berdasarkan kinerja yang telah dicapai, potensi yang dimiliki, tantangan dan masalah yang
dihadapi, serta keinginan untuk mencapai sasaran RPJMN 2010–2014 yaitu “Mewujudkan
Indonesia yang Demokratis, Sejahtera dan Berkeadilan”, maka, TEMA RKP 2013 adalah
“Memperkuat Perekonomian Domestik Bagi Peningkatan Dan Perluasan Kesejahteraan Rakyat”.
Dengan mempertimbangkan kapasitas sumber daya yang dimiliki, tema tersebut dituangkan lebih
lanjut ke dalam 11 Prioritas Nasional dan tiga Prioritas lainnya dengan penekanan pada isu-isu
strategis peningkatan daya saing, peningkatan daya tahan ekonomi, peningkatan dan perluasan
kesejahteraan rakyat, serta pemantapan stabilitas sosial politik. Penyusunan RKP-2013 ini bersifat
sangat strategis, karena nantinya dijadikan sebagai pedoman bagi penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, serta pedoman pelaksanaan pembangunan
bagi Pemerintah Pusat/Daerah, masyarakat, dan dunia usaha.
Dengan pertimbangan bahwa dokumen RKP-2013 bersifat sangat strategis sebagaimana telah
diuraikan
sebelumnya,
maka
kualitasnya
harus
benar-benar
terjaga
dan
dapat
dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun politis. Dalam kerangka itu, Deputi Bidang
Evaluasi Kinerja Pembangunan, sesuai dengan tugas dan fungsinya, melakukan evaluasi ex-ante
terhadap dokumen RKP-2013. Konsep evaluasi dapat meliputi metode dan jenis yang beragam,
tergantung tujuannya. Adapun, arti evaluasi ex-ante di sini adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan
pada dokumen hasil suatu perencanaan, sebut saja dokumen perencanaan, sebelum melangkah
pada tahap berikutnya, yaitu mengimplementasikan semua rencana yang ada dalam dokumen
tersebut. Semangat melakukan evaluasi bukan untuk mencari-cari kesalahan, namun lebih kepada
continuous improvement. Hasil evaluasi ex-ante dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas,
relevansi, dan kelengkapan suatu rencana program.
Berdasarkan pembagian tugas yang diberikan oleh Deputi EKP, Direktorat EKPS berkontribusi
untuk melakukan evaluasi ex-ante atas dokumen Buku II RKP 2013 untuk merevieu kualitas
dokumen tersebut, secara spesifik dalam hal kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen
RKP dan dengan dokumen RPJMN 2010-2014, serta ketepatan penyusunan dokumen berdasarkan
kerangka berpikir yang logis.
2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan evaluasi ex-ante atas dokumen Buku II RKP 2013 adalah untuk mereviu
kualitas dokumen perencanaan yang disusun, yang meliputi dua pokok identifikasi sebagai berikut:
a. Kesinambungan dan kekonsistenan dokumen RKP 2013 dengan RKP sebelumnya; dan antara
RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014.
b. Ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut yang terkait, seperti sasaran, indikator dan target;
berdasarkan kerangka berpikir logis.
2
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan evaluasi ex-ante atas dokumen Buku II RKP 2013 meliputi sembilan
bidang pembangunan, dimana pada setiap bidang dipilih 2-3 fokus prioritas (FP) yang mewakili
untuk kemudian direviu lebih lanjut. Berikut ini adalah daftar FP dari setiap bidang yang direviu,
dengan jumlah total 19 FP.
Tabel 1. Daftar Fokus Prioritas yang Direviu
No. Bidang Pembangunan Fokus Prioritas
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
FP. Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata FP. Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan
FP. Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita
2. Bidang Ekonomi FP. Peningkatan harmonisasi kebijakan dan penyederhanaan perijinan investasi. FP. Peningkatan Jaringan Distribusi Untuk Menunjang Pengembangan Logistik Nasional 3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
FP. Penataan Kelembagaan Iptek FP. Penguatan Sumber Daya Iptek FP. Penataan Jaringan Iptek
4. Bidang Sarana dan Prasarana FP. Peningkatan Pelayanan Infrastruktur Sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) 5. Bidang Politik dan Komunikasi FP. Peningkatan Peran dan Kepemimpinan Indonesia Dalam ASEAN Khususnya Dalam
Implementasi Piagam ASEAN dan Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 FP. Peningkatan Akuntabilitas Lembaga Demokrasi
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
FP. Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba FP. Deradikalisasi Penangkalan Terorisme
7. Bidang Hukum dan Aparatur FP. Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
FP. Pemantapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Instansi 8. Bidang Wilayah dan Tata
Ruang
FP. Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan
FP. Meningkatkan kualitas dan ketersediaan sarana dan prasarana serta penataan ruang perdesaan
9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
FP. Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Pangan
FP. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Pemasaran Produk Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
4. Cara Analisis
Cara evaluasi RKP-2013 Buku II adalah dengan melakukan document review, yaitu, dengan
mencermati dan membandingkan dokumen. Pencermatan terhadap dokumen RKP (RKP 2011, RKP
2012, RKP 2013) dan RPJMN 2010-2014 dilakukan untuk mengidentifikasi dua aspek, yaitu: (1)
aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen perencanaan; serta (2) aspek ketepatan
penyusunan alur pikir dan atribut terkait.
a. Aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen perencanaan,
Aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen perencanaan dengan penekanan pada
kondisi RKP 2013 dicermati melalui dua persandingan, yaitu: (1) persandingan antar dokumen RKP
Buku II, dan (2) persandingan antar dokumen RPJMN 2010-2014 dengan RKP 2013. Berdasarkan
persandingan tersebut, paling tidak terdapat dua hal yang dicermati, yaitu
format penulisan dan
indikator (indikator Fokus Prioritas dan indikator Kegiatan Prioritas). Reviu terhadap format
penulisan dilakukan terutama terhadap Matriks 2.2 Target Kinerja Pembangunan, yaitu dengan
melihat atribut FP/KP, Indikator, Rencana 2011/2012/2013, Program, dan Pelaksana.
Sementara itu, reviu terhadap indikator antar dokumen RKP dilakukan terhadap indikator FP dan
KP dengan mengklasifikasikan indikator ke dalam dua kelompok, yaitu indikator sama dan
indikator berbeda. Indikator berbeda kemudian diklasifikasikan lebih lanjut ke dalam empat
3
kategori, yaitu: (1) indikator berubah; (2) indikator baru; (3) indikator baru dan tidak berubah; dan
(4) indikator tidak berlanjut. Definisi setiap kategori indikator sebagai berikut:
1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk ketiga dokumen
RKP;
2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP;
3. Indikator berubah adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berubah dari dokumen RKP
sebelumnya;
4. Indikator baru adalah indikator yang baru muncul pada dokumen RKP (2012 dan/atau 2013),
yang belum ada pada dokumen RKP sebelumnya;
5. Indikator baru dan tidak berlanjut adalah indikator yang baru muncul pada dokumen tahun
tertentu (biasanya tahun 2012) dan tidak dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya;
6. Indikator tidak berlanjut adalah indikator pada tahun 2011 yang tidak muncul/dilanjutkan pada
tahun berikutnya (bisa tidak dilanjutkan di tahun 2012 ataupun 2013).
Hal yang sama juga dilakukan untuk persandingan dengan dokumen RPJMN 2010-2014, namun
tidak hanya memperhatikan indikator tetapi juga target. Pengklasifikasian sekaligus definisi yang
digunakan adalah:
1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk dokumen RPJMN
2010-2014 dan RKP 2013.
2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berbeda untuk dokumen
RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013.
3. Target sama adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013
memiliki besaran yang sama.
4. Target berbeda adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013
memiliki besaran yang berbeda.
b. Aspek ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut terkait
Aspek ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut terkait dicermati secara sederhana melalui dua
tahapan, yaitu: (1) persandingan permasalahan dengan sasaran bidang, dan (2) persandingan
sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas. Hal ini sejalan dengan
konsep Model Logika yang merupakan alat bantu untuk memetakan pola pikir awal hingga
ekspektasi capaian beserta ukuran-ukurannya (untuk berbagai tingkatan) ketika memformulasikan
apapun, termasuk kebijakan, strategi, program, intervensi, kegiatan dan sebagainya.
Persandingan permasalahan dengan sasaran bidang merupakan cara untuk menelusuri keterkaitan
dan ketepatan penyusunan alur berpikir dalam RKP 2013. Dalam Model Logika (Logic Model),
pemetaan permasalahan, kondisi terkini, dan tantangan yang sedang dihadapi perlu ditentukan
dengan tepat, untuk kemudian dijawab melalui perumusan dampak/ultimate outcome yang hendak
dicapai. Dengan demikian, permasalahan yang berupa pernyataan negatif diterjemahkan menjadi
dampak/ultimate outcome yang berupa pernyataan positif, seperti contoh pada Tabel 2. Berpijak
dari hal tersebut, indikasi sederhana mengenai kelogisan/ketepatan alur pikir penyusunan RKP 2013
diharapkan dapat diperoleh melalui persandingan permasalahan dengan sasaran bidang
pembangunan Buku II RKP 2013 (dianggap sebagai sasaran di level dampak/ultimate outcome).
Persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas merupakan
cara untuk menelusuri ketepatan penyusunan atribut terkait. Hal ini terkait dengan langkah
perumusan model logika, yang diawali dengan menentukan dampak/ultimate outcome terlebih
dahulu sebagai hasil pemetaan permasalahan, kemudian beranjak ke level di bawahnya (mulai dari
outcome sampai dengan input). Berikut pada Tabel 3 adalah contoh penyusunan model logika
Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) secara vertikal,
terdapat tingkatan kinerja mulai dari impacts/ultimate outcome di posisi teratas dan inputs di posisi
4
terbawah; dan (2) secara horisontal, terdapat unsur pernyataan kinerja (dapat disebut sebagai
sasaran), sukses kriteria (mencakup target yang hendak dicapai), dan indikator kinerja. Berangkat
dari hal tersebut, diharapkan persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan
kegiatan prioritas dapat menggambarkan kondisi tingkatan kinerja dokumen perencanaan dan
atribut kinerja yang terkait (sasaran, target dan indikator kinerja).
Tabel 2. Penerjemahan Permasalahan menjadi Pernyataan Outcome
Permasalahan Pernyataan Outcome
Bangunan sekolah tidak dipelihara dan dibangun dari material
yang buruk. → Meningkatkan kondisi struktur gedung sekolah sehingga memenuhi standar yang berlaku. Banyak anak dari keluarga di perdesaan yang tidak mampu
menempuh jauhnya jarak untuk bersekolah. → Anak-anak di pedesaan mempunyai akses yang sama terhadap layanan pendidikan Sekolah tidak mendidik pemuda dengan materi pelajaran yang
dibutuhkan di pasar kerja. → Meningkatkan kurikulum sekolah sehingga memenuhi standar pasar kerja. Masyarakat miskin semakin terpinggirkan dan tidak mendapatkan
pendidikan yang layak. → Anak-anak menerima bantuan yang layak yang berhubungan dengan pendidikan
Sumber: Kusek and Rist (2004: 59-66)
Tabel 3. Penyusunan Model Logika Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Level Uraian Sukses kriteria Indikator kinerja
1. Impacts/ ultimate outcomes
Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 25,8 persen menjadi 20,0 persen
Prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi 20,0 persen.
Prevalensi gizi kurang pada anak balita
2. Intermediate outcomes
Meningkatnya masyarakat yang peduli dan melaksanakan perbaikan gizi
Cakupan masyarakat yang berhasil melaksanakan perbaikan gizi mencapai ….%
Cakupan masyarakat yang berhasil melaksanakan perbaikan gizi
3. Immediate Outcomes
Meningkatnya persentase ASI eksklusif
Meningkatnya persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium yang cukup
Meningkatkan persentase balita yang mendapatkan kapsul vit.A
Persentase ASI ekslusif mencapai 80 %.
Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium mencapai 80 %.
Persentase balita yang menda-patkan kapsul vit.A mencapai 80 %.
Persentase ASI ekslusif Persentase rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beryodium
Persentase balita yang mendapatkan kapsul vitamin A
4. Outputs Terlaksananya pendidikan gizi masyarakat
Terlaksananya penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita
Terlaksananya berbagai kegiatan/ penyuluhan oleh kel gizi masy
Meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat
Seluruh masalah gizi kurang dan gizi buruk berhasil ditangani dengan baik
Penyuluhan kelompok gizi masyarakat dilaksanakan sebanyak ……kali/bulan
Banyaknya masyarakat yang mengikuti pendidikan gizi masyarakat
Banyaknya masalah gizi kurang dan buruk yang berhasil ditangani
Banyaknya penyuluhan yang dilakukan oleh kel gizi masy
5. Activities Peningkatan pendidikan gizi masyarakat;
Penanganan masalah gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. Perbaikan gizi melalui
pemberdayaan masyarakat.
Terselenggaranya pendidikan gizi masyarakat sebanyak …. kali Tertanganinya seluruh masalah gizi
kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
Seluruh desa memiliki kelompok gizi masyarakat
Frekuensi pelaksanaan pendidikan gizi masyarakat Jumlah penanganan masalah
gizi kurang dan gizi buruk pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
Banyaknya kelompok gizi masyarakat yang terbentuk
6. Inputs Rp582.000.000, (pagu indikatif RKP 2009) dialokasikan untuk
Program Perbaikan Gizi Masy.
100 persen anggaran terserap pada akhir tahun 2009
Persentase penyerapan anggaran
Needs Persentase balita kekurangan gizi masih cukup tinggi
Some causes:
Kurang energi protein pada ibu hamil, bayi, dan balita Anemia gizi besi
Gangguan akibat kurang yodium Kekurangan vitamin A
Kurang zat gizi mikro lainnya
Persentase balita kurang gizi adalah 34,4% tahun 1999, dan 28,02% pada tahun 2005.
Terjadi penurunan tetapi masih cukup tinggi ditargetkan tahun 2009 menjadi 20%.
5
HASIL REVIU UMUM
Hasil reviu umum merupakan rekapitulasi hasil persandingan antar dokumen RKP Buku II, dan
rekapitulasi hasil persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II dari 19 FP. Rekapitulasi
ini diharapkan dapat menunjukkan seberapa besar aspek kesinambungan dan kekonsistenan antar
dokumen perencanaan. Sementara itu, berkaitan dengan aspek ketepatan penyusunan alur pikir
dan atribut terkait, hasil reviu umum merupakan kesimpulan dari berbagai kondisi yang terjadi di
sembilan bidang pembangunan.
1. Kesinambungan dan Kekonsistenan antar Dokumen Perencanaan
Rekapitulasi hasil persandingan antar dokumen RKP maupun dengan RPJMN 2010-2014
menunjukkan indikator pada level FP cukup berkesinambungan dan konsisten, yang ditunjukkan
oleh cukup tingginya persentase indikator sama (antara 68-75 persen). Namun pada level KP,
kesinambungan dan kekonsistenan indikator masih rendah karena persentase indikator sama
hanya diantara 20-33 persen.
a. Antar Dokumen RKP (RKP 2013, RKP 2012, RKP 2011)
Dilihat dari format penulisan, ketiga dokumen RKP (RKP 2013, RKP 2012, RKP 2011) memiliki
format yang sama, yaitu mencantumkan atribut FP/KP, Indikator, Rencana 2011/2012/2013,
Program, dan Pelaksana. Perbedaan yang cukup nyata adalah dalam hal penulisan indikator, baik di
level FP maupun KP.
Pada level FP, jumlah FP yang direviu sebanyak 19 FP (sesuai Tabel 1) dengan jumlah indikator FP
yang berbeda-beda pada ketiga dokumen RKP. Jumlah indikator FP pada RKP 2013 sebanyak 41
indikator, lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah indikator FP pada RKP 2012 dan RKP
2011, yaitu 42 indikator. Hasil rekapitulasi persandingan FP secara umum (pada Tabel 2)
mengindikasikan kesinambungan dan kekonsistenan yang cukup baik untuk indikator FP, karena
lebih dari 70 persen indikator FP di ketiga dokumen RKP merupakan indikator yang sama
(pernyataan indikator sama untuk ketiga dokumen RKP). Namun, masih terdapat 30 persen
indikator FP yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP (disebut dengan indikator
berbeda). Hasil reviu atas perbedaan tersebut menunjukkan perbedaan pada RKP 2013, sebagian
besar disebabkan karena adanya indikator baru, sedangkan pada RKP 2012 dan RKP 2011,
perbedaan disebabkan karena sebagian besar indikator tidak berlanjut.
Pada level KP, jumlah KP dan indikator KP yang direviu berbeda pula pada ketiga dokumen RKP.
Jumlah KP dan indikator KP pada RKP 2013 adalah 185 KP dengan 607 indikator KP, lebih sedikit
dibandingkan dengan RKP 2012, yaitu 197 KP dengan 637 indikator, dan RKP 2011, yaitu 195 KP
dengan 680 indikator. Hasil rekapitulasi persandingan KP secara umum (pada Tabel 2)
mengindikasikan hal yang berbeda dari yang sebelumnya ditemui pada level FP, yaitu kurang
baiknya kesinambungan dan kekonsistenan untuk indikator KP pada ketiga dokumen RKP.
Sebagian besar indikator KP (antara 67-71 persen) dalam ketiga dokumen RKP tergolong indikator
berbeda. Pada RKP 2013, perbedaan indikator KP sebagian besar disebabkan oleh adanya indikator
baru, sedangkan pada RKP 2012 dan RKP 2011 disebabkan karena indikator tidak berlanjut.
Besarnya proporsi indikator tidak berlanjut dalam RKP 2012 dan RKP 2011 menunjukkan bahwa
kualitas perencanaan terutama dalam kaitan penentuan dan penetapan indikator dalam
penyusunan RPJMN dan RKP selanjutnya perlu ditingkatkan. Hal tersebut penting dilaksanakan
untuk meminimalisir terjadinya ketidakberlanjutan suatu indikator.
6
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II (19 FP)
Ulasan Buku II RKP 2013 Buku II RKP 2012 Buku II RKP 2011
Format Penulisan sama sama sama
Fokus Prioritas (19 FP) Jumlah Indikator FP 41 42 42 Indikator sama 30 (73,17%) 30 (71,43%) 30 (71.43%) Indikator berbeda 11 (26,83%) 12 (28,57%) 12 (28.57%) Indikator berubah 2 (4,88%) 1 (2,38%) 2 (4,76%) Indikator baru 9 (21,95%) - - Indikator baru dan tidak berlanjut - 6 (14,29%) - Indikator tidak berlanjut - 5 (11,90%) 10 (23,81%)
Kegiatan Prioritas
Jumlah Kegiatan Prioritas 185 197 195 Jumlah Indikator KP 607 637 680
Indikator sama 196 (32,29%) 196 (30,77%) 196 (28,82%) Indikator berbeda 411 (67,71%) 441 (69,23%) 484 (71,18%) Indikator berubah 103 (16,97%) 138 (21,66%) 133 (19,56%) Indikator baru 308 (50,74%) 122 (19,15%) - Indikator baru dan tidak berlanjut - 77 (12,09%) - Indikator tidak berlanjut - 104 (16,33%) 351 (51,62%)
Keterangan:
1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk ketiga dokumen RKP.
2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP.
3. Indikator berubah adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berubah dari dokumen RKP sebelumnya.
4. Indikator baru adalah indikator yang baru muncul pada dokumen RKP (2012 dan/atau 2013), yang belum ada pada dokumen RKP sebelumnya.
5. Indikator baru dan tidak berlanjut adalah indikator yang baru muncul pada dokumen tahun tertentu (biasanya tahun 2012) dan tidak dilanjutkan lagi
pada tahun berikutnya.
6. Indikator tidak berlanjut adalah indikator pada tahun 2011 yang tidak muncul/dilanjutkan pada tahun berikutnya (bisa tidak dilanjutkan di tahun 2012 ataupun 2013)
b. Antar Dokumen RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014
Dalam hal format penulisan, dokumen RKP 2013 dan RPJMN 2010-2014 memiliki sedikit perbedaan
yaitu pada RPJMN 2010-2014 memiliki sasaran pada level FP dan KP, sedangkan pada RKP 2013,
sasaran tersebut tidak ada.
Pada level FP, jumlah FP yang direviu adalah 19 FP (sesuai Tabel 1) dengan jumlah indikator FP
dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 masing-masing berbeda. Dalam RPJMN 2010-2014, jumlah
indikator FP sebanyak 45 indikator, lebih banyak dibandingkan dengan jumlah indikator FP pada
RKP 2013, yaitu 41 indikator. Hasil rekapitulasi persandingan FP secara umum (pada Tabel 3)
mengindikasikan kesinambungan dan kekonsistenan yang cukup baik untuk indikator FP, karena
sebagian besar indikator FP (lebih dari 60 persen) dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki
pernyataan yang sama. Namun sebagian besar target indikator KP dalam kedua dokumen berbeda,
mencapai lebih dari 50 persen.
Pada level KP, jumlah KP dan indikator KP yang direviu dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP
2013 juga berbeda. Jumlah KP pada RPJMN 2010-2014 adalah 188 KP, lebih besar dari jumlah di
RKP 2013 sebanyak 185 KP. Namun dari sisi jumlah indikator KP, dalam RPJMN 2010-2014 lebih
sedikit dibandingkan dengan RKP 2013 yaitu 597 indikator dibandingkan 607 indikator. Sebagian
besar indikator KP dan target indikator KP dalam ketiga dokumen RKP berbeda, yaitu
masing-masing lebih dari 70 persen dan lebih dari 80 persen. Hal ini mengindikasikan kurangnya
kesinambungan dan kekonsistenan dokumen perencanaan atau dalam hal ini terdapat banyak
perubahan indikator dan target KP pada RKP 2013 bila disandingkan dengan RPJMN 2010-2014.
7
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II (19 FP)
Ulasan Buku II RPJMN 2010-2014 Buku II RKP 2013
Format Terdapat sasaran pada level fokus prioritas dan kegiatan prioritas
Tidak terdapat sasaran pada level fokus prioritas dan kegiatan prioritas
Fokus Prioritas (19 FP) Jumlah Indikator FP 45 41 Indikator sama 31 (68,89%) 31 (75,61%) Indikator berbeda 14 (31,11%) 10 (24,39%) Target sama (%) 20 (44,44%) 20 (48,78%) Target berbeda (%) 25 (55,56%) 21 (51,22%) Kegiatan Prioritas
Jumlah Kegiatan Prioritas 188 185 Jumlah Indikator KP 597 607 Indikator sama (%) 131 (21,94%) 131 (21,58%) Indikator berbeda (%) 466 (78,06%) 476 (78,42%) Target sama (%) 65 (10,89%) 67 (11,04%) Target berbeda (%) 532 (89,11%) 540 (88,96%) Keterangan:
1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013. 2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berbeda untuk dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013. 3. Target sama adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki besaran yang sama. 4. Target berbeda adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki besaran yang berbeda.
2. Ketepatan Penyusunan Alur Pikir dan Atribut Terkait
Hasil reviu umum atas ketepatan penyusunan alur pikir dan atribut terkait pada RKP 2013
menunjukkan kondisi yang bervariasi untuk masing-masing bidang pembangunan Buku II. Namun,
secara umum masih menunjukkan sejumlah kekurangan yang perlu diperbaiki ke depan, yaitu
dalam penyusunan RKP ataupun RPJMN selanjutnya.
Pertama, masih lemahnya penerjemahan permasalahan menjadi pernyataan sasaran bidang (yang
dianggap sebagai sasaran di level dampak/ultimate outcome). Masih ditemui sejumlah
permasalahan yang dinilai cukup penting tetapi tidak teridentifikasi secara jelas pada sasaran
bidang. Sebaliknya juga terdapat sejumlah sasaran bidang yang tiba-tiba muncul dan kurang
berkaitan dengan permasalahan yang dipetakan.
Kedua, tumpang tindihnya penentuan tingkatan kinerja, yang diindikasikan oleh penggunaan
pernyataan indikator yang sama pada dua atau tiga tingkatan kinerja sekaligus, yaitu prioritas
(impact), fokus prioritas (outcomes), dan kegiatan prioritas (output). Hal ini selain berarti kurang
tepatnya penyusunan alur berpikir, juga menunjukkan perumusan indikator yang kurang sesuai.
a.
Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang
Berikut pada Tabel 6 adalah hasil reviu persandingan permasalahan dengan sasaran bidang buku II
RKP 2013. Hampir di setiap bidang, penerjemahan permasalahan ke dalam sasaran bidang
pembangunan (di level impact/outcome) belum sepenuhnya dilakukan dengan baik, artinya belum
semua permasalahan yang diangkat kemudian dijawab sebagai suatu pernyataan sasaran yang
hendak dicapai. Hal yang terjadi adalah permasalahan berdiri sendiri dan tidak terkait dengan
sasarannya atau sasaran dapat saja serta merta muncul tanpa ada penjelasan di bagian
permasalahan.
Kondisi ini menunjukkan belum digunakannya kerangka berpikir Model Logika sebagai alat yang
membantu atau menuntun cara berpikir yang logis ketika menyusun suatu perencanaan
pembangunan. Kelemahan ini kemudian dapat berimplikasi juga pada lemahnya penyusunan
tingkatan kinerja yang hendak dicapai karena tidak runtutnya proses perencanaan yang
dilaksanakan.
8
Tabel 6. Reviu Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Buku II RKP 2013
No Bidang Pembangunan Reviu Persandingan
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Dari 17 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 4 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 1 sasaran bidang yang tidak memiliki kaitan jelas (tidak menjawab) dengan permasalahan.
2. Bidang Ekonomi Dari 6 permasalahan yang teridentifikasi, seluruhnya tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan sasaran bidang yang ditetapkan tidak memiliki kaitan jelas dengan permasalahan.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Secara umum 3 permasalahan yang diidentifikasi sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan, hanya terdapat satu sasaran yang tidak memiliki kaitan yang jelas dengan permasalahan.
4. Bidang Sarana dan Prasarana
Dari 8 permasalahan yang teridentifikasi, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 2 sasaran yang tidak memiliki kaitan yang jelas dengan permasalahan.
5. Bidang Politik dan Komunikasi
Dari 10 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 2 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 3 sasaran bidang yang tidak memiliki kaitan jelas (tidak menjawab) dengan permasalahan.
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Dari 15 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 3 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.
7. Bidang Hukum dan Aparatur
Dari 2 permasalahan yang teridentifikasi, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.
8. Bidang Wilayah dan Tata Ruang
Dari 5 permasalahan yang teridentifikasi terkait pembangunan perdesaan, seluruhnya sudah diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.
9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Dari 8 permasalahan yang teridentifikasi, terdapat 3 permasalahan yang belum terjawab dengan sasaran bidang pembangunan dan terdapat penetapan 12 sasaran bidang yang tidak memiliki kaitan jelas (tidak menjawab) dengan permasalahan.
b.
Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan Prioritas
Berikut pada Tabel 7 adalah hasil reviu persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus
prioritas dan kegiatan prioritas buku II RKP 2013.
Tabel 7. Reviu Persandingan Sasaran/Indikator Prioritas Bidang, Fokus Prioritas dan Kegiatan Prioritas Buku II RKP 2013
No Bidang Pembangunan Reviu Persandingan
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
a. Penggunaan indikator yang sama pada beberapa level indikator (impact, outcome, dan
output):
7 indikator menjadi indikator level impact, outcome, dan output 10 indikator menjadi indikator level outcome dan output 1 indikator menjadi indikator level impact dan output
b. Ketidaklengkapan atribut, yaitu tidak adanya sasaran/indikator bidang pada salah satu FP. 2. Bidang Ekonomi Secara umum tidak ditemukan permasalahan levelling indikator, namun terdapat permasalahan
ketidaklengkapan atribut, yaitu tidak terdapatnya sasaran/indikator Bidang dan FP pada salah satu FP.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Secara umum tidak ditemukan adanya permasalahan levelling indikator, namun terdapat permasalahan kelengkapan atribut, yaitu pada ketiga FP tidak terdapat sasaran/indikator FP. 4. Bidang Sarana dan
Prasarana
Secara umum tidak ditemukan adanya permasalahan levelling indikator, namun terdapat permasalahan kelengkapan atribut, yaitu tidak terdapatnya sasaran/indikator FP.
5. Bidang Politik dan Komunikasi
Terdapat permasalahan penggunaan 1 indikator yang sama di level output dan outcomes, namun tidak terdapat permasalahan kelengkapan atribut.
6. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Secara umum tidak terdapat permasalahan levelling indikator. Namun terdapat permasalahan kelengkapan atribut, yaitu pada kedua FP tidak terdapat sasaran/indikator FP.
7. Bidang Hukum dan Aparatur
Penggunaan indikator yang sama pada beberapa level indikator (impact, outcome, dan output): 3 indikator menjadi indikator level impact,dan outcome
2 indikator menjadi indikator level outcome dan output 8. Bidang Wilayah dan Tata
Ruang
Secara umum atribut sudah lengkap, namun terdapat permasalahan levelling indikator, yaitu 1 indikator menjadi indikator level outcomes dan output.
9. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
9
Persandingan sasaran/indikator prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas buku II RKP
2013 menunjukkan adanya permasalahan pada penentuan tingkat kinerja di hampir semua bidang
pembangunan. Terdapat penggunaan indikator yang sama di beberapa level kinerja (impact,
outcome, dan output). Seharusnya, apabila penyusunan dokumen perencanaan dilakukan dengan
menggunakan kerangka berpikir logis yang tepat, hal yang demikian tidak akan terjadi atau paling
tidak dapat dihindarkan. Selain itu, perumusan indikator yang tepat dan memenuhi kaidah SMART
juga harus menjadi penekanan penting dalam penyusunan dokumen perencanaan, sehingga
kualitas dokumen lebih terjaga.
Kemudian, sebagai satu rangkaian kinerja yang baik, perihal kelengkapan atribut baik di tingkat
prioritas bidang, fokus prioritas dan kegiatan prioritas semuanya perlu diperhatikan. Kelengkapan
atribut tentunya meliputi sasaran, indikator beserta targetnya, walaupun hasil evaluasi
menunjukkan masih banyak dijumpai permasalahan kelengkapan atribut, terutama pada tidak
adanya sasaran/indikator di level FP.
11
HASIL REVIU PER BIDANG
Hasil reviu per bidang merupakan telaah lebih detil pada setiap bidang pembangunan mengenai
hasil persandingan antar dokumen RKP Buku II (RKP 2011, RKP 2012, dan RKP 2013), dan antar
dokumen RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II.
Setiap bidang pembangunan akan diwakili oleh beberapa FP yang diharapkan dapat
menggambarkan kondisi dokumen perencanaan, baik dalam aspek kesinambungan dan
kekonsistenan antar dokumen perencanaan, maupun aspek ketepatan penyusunan alur pikir dan
atribut terkait.
1. Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Pada Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama dipilih 3 Fokus Prioritas, yaitu: (1) FP.
Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata, (2) FP.
Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan, dan (3) FP.
Peningkatan Kesehatan Ibu,
Bayi, dan Balita.
a. Kesinambungan dan Kekonsistenan antar Dokumen Perencanaan
Hasil reviu persandingan antar dokumen RKP (RKP 2013, RKP 2012, RKP 2011) pada Bidang
Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama (Tabel 8) menunjukkan kondisi yang berimbang untuk
indikator sama dan indikator berbeda di level FP. Sementara untuk indikator KP, sebagian besar
merupakan indikator yang memiliki perbedaan di antara ketiga dokumen RKP. Hal ini
mengindikasikan, kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen RKP pada Bidang Sosial
Budaya dan Kehidupan Beragama cenderung masih kurang baik karena banyak terdapat indikator
yang tidak berlanjut, mengalami perubahan, maupun indikator yang baru muncul di periode RKP
tertentu.
Pada FP. Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata,
jumlah indikator FP yang direviu berbeda-beda dari ketiga dokumen RKP. Jumlah indikator FP pada
RKP 2013 sebanyak 15 indikator, lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah indikator FP
pada RKP 2012 dan RKP 2011, yaitu 18 indikator dan 17 indikator. Sebagian besar indikator FP pada
ketiga dokumen RKP (antara 53-61 persen) merupakan indikator yang berbeda. Dalam RKP 2013,
perbedaan yang terjadi disebabkan karena adanya indikator baru, sedangkan pada RKP 2012 dan
RKP 2011 disebabkan karena indikator tidak berlanjut. Di level KP, jumlah KP dan indikator KP yang
direviu berbeda pula pada ketiga dokumen RKP. Jumlah KP dan indikator KP pada RKP 2013 adalah
5 KP dengan 39 indikator KP, lebih sedikit dibandingkan dengan RKP 2012, yaitu 6 KP dengan 57
indikator, dan RKP 2011, yaitu 6 KP dengan 48 indikator. Sebagian besar indikator KP (antara 58-74
persen) dalam ketiga dokumen RKP tergolong indikator berbeda. Pada RKP 2013, dan RKP 2012
perbedaan indikator KP sebagian besar disebabkan oleh adanya indikator baru, sedangkan pada
RKP 2011 disebabkan karena indikator tidak berlanjut.
Pada FP. Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan, satu indikator FP yang
direviu merupakan indikator yang sama dalam ketiga dokumen RKP. Jumlah KP dan jumlah
indikator KP yang direviu dalam ketiga dokumen RKP memiliki jumlah yang sama, yaitu 6 KP dan 6
indikator KP. Namun seluruh indikator KP merupakan indikator berbeda dan seluruhnya merupakan
indikator yang memiliki pernyataan yang berubah dari RKP sebelumnya (100 persen).
12
Tabel 8. Persandingan Antar Dokumen RKP Buku II Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Ulasan Buku II RKP 2013 Buku II RKP 2012 Buku II RKP 2011
Format Penulisan sama sama sama
Fokus Prioritas: Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata
Jumlah Indikator FP 15 18 17 Indikator sama 7 (46,67%) 7 (38,89%) 7 (41,18%) Indikator berbeda 8 (53,33%) 11 (61,11%) 10 (58,82%) Indikator berubah - - - Indikator baru 8 (53,33%) - - Indikator baru dan tidak berlanjut - 6 (33,33%) - Indikator tidak berlanjut - 5 (27,78%) 10 (58,82%) Jumlah Kegiatan Prioritas 5 6 6 Jumlah Indikator KP 39 57 48
Indikator sama 15 (26,32%) 15 (26,32%) 15 (31,25) Indikator berbeda 24 (58,97%) 42 (73,68%) 33 (68,75%) Indikator berubah - - - Indikator baru 24 (58,97%) 23 (40,35%) - Indikator baru dan tidak berlanjut - 16 (28,07%) - Indikator tidak berlanjut - 3 (5,26%) 33 (68,75%)
Fokus Prioritas: Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan
Jumlah Indikator FP 1 1 1 Indikator sama 1 (100%) 1 (100%) 1 (100%) Indikator berbeda - - - Indikator berubah - - - Indikator baru - - - Indikator baru dan tidak berlanjut - - - Indikator tidak berlanjut - - - Jumlah Kegiatan Prioritas 6 6 6 Jumlah Indikator KP 6 6 6 Indikator sama - - - Indikator berbeda 6 (100%) 6 (100%) 6 (100%) Indikator berubah 6 (100%) 6 (100%) 6 (100%) Indikator baru - - - Indikator baru dan tidak berlanjut - - - Indikator tidak berlanjut - - -
Fokus Prioritas: Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita
Jumlah Indikator FP 2 2 2 Indikator sama 2 (100%) 2 (100%) 2 (100%) Indikator berbeda - - - Indikator berubah - - - Indikator baru - - - Indikator baru dan tidak berlanjut - - - Indikator tidak berlanjut - - - Jumlah Kegiatan Prioritas 3 3 3 Jumlah Indikator KP 10 8 8
Indikator sama 7 (70,00%) 7 (87,5%) 7 (87,5%) Indikator berbeda 3 (30,00%) 1 (12,50%) 1 (12,50%) Indikator berubah - - - Indikator baru 3 (30,00%) 1 (12,50%) - Indikator baru dan tidak berlanjut - - - Indikator tidak berlanjut - - 1 (12,50%)
Sumber: Keterangan:
1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk ketiga dokumen RKP.
2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki perbedaan pada ketiga dokumen RKP.
3. Indikator berubah adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berubah dari dokumen RKP sebelumnya.
4. Indikator baru adalah indikator yang baru muncul pada dokumen RKP (2012 dan/atau 2013), yang belum ada pada dokumen RKP sebelumnya.
5. Indikator baru dan tidak berlanjut adalah indikator yang baru muncul pada dokumen tahun tertentu (biasanya tahun 2012) dan tidak dilanjutkan
lagi pada tahun berikutnya.
6. Indikator tidak berlanjut adalah indikator pada tahun 2011 yang tidak muncul/dilanjutkan pada tahun berikutnya (bisa tidak dilanjutkan di tahun 2012 ataupun 2013)
13
Pada FP.
Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita, dua indikator FP yang direviu dalam ketiga
dokumen RKP merupakan indikator sama. Sementara itu, jumlah KP dalam ketiga dokumen sama,
yaitu tiga3 KP, namun dengan jumlah indikator KP yang berbeda. Dalam RKP 2013, jumlah indikator
KP adalah 10 indikator, lebih banyak dibandingkan RKP 2012 dan RKP 2011, yaitu masing-masing 8
indikator. Sebagian besar indikator KP dalam ketiga dokumen RKP memiliki pernyataan yang sama,
yaitu mencapai lebih dari 70 persen. Perbedaan pernyataan indikator pada RKP 2013 dan 2012
disebabkan seluruhnya karena adanya indikator baru, sedangkan dalam RKP 2011, seluruh indikator
berbeda disebabkan indikator tidak berlanjut.
Hasil reviu persandingan antar dokumen RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 pada Bidang
Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama (Tabel 9) menunjukkan kondisi yang berimbang untuk
indikator sama dan indikator berbeda di level FP. Sementara untuk indikator KP, sebagian besar
merupakan indikator yang memiliki perbedaan di antara kedua dokumen tersebut. Hal ini
mengindikasikan, kesinambungan dan kekonsistenan antar dokumen RKP 2013 dengan RPJMN
2010-2014 pada Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama cenderung masih kurang baik
karena banyak terdapat perbedaan indikator dan target KP.
Pada FP. Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata,
jumlah indikator FP yang direviu dalam RPJMN 2010-2014 dengan RKP 2013 masing-masing
berbeda. Jumlah indikator FP dalam RPJMN 2010-2014 sebanyak 17 indikator, lebih banyak apabila
dibandingkan dengan jumlah indikator FP pada RKP 2013, yaitu 15 indikator. Sebagian besar
indikator FP dalam RPJMN 2010-2014 berbeda dengan RKP 2013 (>50 persen) dengan target
indikator FP yang juga sebagian besar berbeda (>80 persen). Di level KP, jumlah KP dan indikator
KP dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 juga berbeda. Jumlah KP dan indikator KP
pada RPJMN 2010-2014 adalah 8 KP dengan 43 indikator, lebih banyak dibandingkan dengan RKP
2013, yaitu 5 KP dengan 39 indikator. Sebagian besar indikator KP dalam RPJMN 2010-2014 dan
RKP 2013 sama (>50 persen) namun dengan target indikator KP yang sebagian besar berbeda (>90
persen).
Pada FP. Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan, satu indikator FP yang
direviu dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 merupakan indikator sama dengan target yang juga
sama. Di level KP, jumlah KP dan indikator KP dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013
masing-masing berbeda. Dalam dokumen RPJMN 2010-2014, jumlah KP dan indikator KP adalah 5
KP dengan 5 indikator, lebih sedikit dibandingkan dengan RKP 2013 yaitu 6 KP dengan 6 indikator.
Seluruh indikator KP dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 berbeda (100 persen) namun dengan
target yang sebagian besar sama (>60 persen).
Pada FP. Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita, dua indikator FP yang direviu dalam
RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 merupakan indikator sama dengan target yang juga sama.
Sementara itu, jumlah KP dan indikator KP dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013
masing-masing berbeda. Jumlah KP dan indikator KP dalam RPJMN 2010-2014 sebanyak 4 KP
dengan 8 indikator, sedangkan jumlah KP dan indikator KP dalam RKP 2013 sebanyak 3 KP dengan
10 indikator. Sebagian besar indikator KP dalam RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 sama (>60
persen) namun dengan target yang sebagian besar berbeda (>60 persen).
14
Tabel 9. Persandingan RKP 2013 dengan RPJMN 2010-2014 Buku II Bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Ulasan Buku II RPJMN 2010-2014 Buku II RKP 2013
Format Terdapat sasaran pada level fokus prioritas dan kegiatan prioritas
Tidak terdapat sasaran pada level fokus prioritas dan kegiatan prioritas
Fokus Prioritas: Peningkatan Kualitas Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Yang Merata
Jumlah Indikator FP 17 15 Indikator sama 7 (41,18%) 7 (46,67%) Indikator berbeda 10 (58,82%) 8 (53,33%) Target sama 2 (11,76%) 2 (13,33%) Target berbeda 15 (88,24%) 13 (86,67%) Jumlah Kegiatan Prioritas 8 5 Jumlah Indikator KP 43 39
Indikator sama 25 (58,14%) 25 (64,10%) Indikator berbeda 18 (41,86%) 14(35,90%) Target sama 2 (4,65%) 2 (5,13%) Target berbeda 41 (95,35%) 37 (94,87%)
Fokus Prioritas: Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan
Jumlah Indikator FP 1 1 Indikator sama 1 (100%) 1 (100%) Indikator berbeda - -
Target sama - -
Target berbeda 1 (100%) 1 (100%) Jumlah Kegiatan Prioritas 5 6 Jumlah Indikator KP 5 6 Indikator sama - - Indikator berbeda 5 (100,00%) 6 (100%) Target sama 4 (80,00%) 4 (66,67%) Target berbeda 1 (20,00%) 2 (33,33%)
Fokus Prioritas: Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, dan Balita
Jumlah Indikator FP 2 2 Indikator sama 2 (100%) 2 (100%) Indikator berbeda - - Target sama 2 (100%) 2 (100%) Target berbeda - - Jumlah Kegiatan Prioritas 4 3 Jumlah Indikator KP 8 10 Indikator sama 6 (75,00%) 6 (60,00%) Indikator berbeda 2 (25,00%) 4 (40,00%) Target sama 2 (25,00%) 4 (40,00%) Target berbeda 6 (75,00%) 6 (60,00%) Keterangan:
1. Indikator sama adalah indikator yang memiliki pernyataan yang sama untuk dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013. 2. Indikator berbeda adalah indikator yang memiliki pernyataan yang berbeda untuk dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013. 3. Target sama adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki besaran yang sama. 4. Target berbeda adalah target suatu indikator dalam dokumen RPJMN 2010-2014 dan RKP 2013 memiliki besaran yang berbeda.
b. Ketepatan Penyusunan Alur Pikir dan Atribut Terkait
Hasil reviu persandingan permasalahan dengan sasaran bidang Sosial Budaya dan Kehidupan
Beragama buku II RKP 2013 (Tabel 10) menunjukkan dari 17 permasalahan yang teridentifikasi,
terdapat 4 permasalahan yang tidak diterjemahkan ke dalam sasaran bidang pembangunan.
Keempat permasalahan tersebut adalah: (1) belum optimalnya pendidikan karakter bangsa; (2)
terbatasnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan; (3) belum efektifnya manajemen dan
tatakelola pendidikan; (3) belum efektifnya manajemen pembangunan kesehatan, termasuk dalam
pengelolaan administrasi, hukum, dan penelitian pengembangan kesehatan; dan (4) masih lebarnya
kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi.
15
Selain itu, terdapat penetapan sasaran bidang pembangunan yang tidak memiliki kaitan jelas
dengan permasalahan yang sudah diidentifikasi, yaitu pada sasaran meningkatnya kesehatan
lingkungan, yang ditandai dengan: (a) meningkatnya persentase kualitas air minum yang
memenuhi syarat menjadi 100 persen; dan (b) meningkatnya jumlah desa yang melaksanakan
sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) menjadi 16.000 desa.
Tabel 10. Persandingan Permasalahan dengan Sasaran Bidang Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Permasalahan Sasaran Bidang Pembangunan
Pendidikan
1. Belum optimalnya pendidikan karakter bangsa
?
-
2. Masih terbatasnya kesempatan memperolehpendidikan
Meningkatnya taraf pendidikan masyarakat yang ditandai dengan:
a) Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas b) Angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas c) APM SD/SDLB/MI/Paket A
d) APM SMP/SMPLB/MTs/Paket B e) APK SD/SDLB/MI/Paket A f) APK SMP/SMPLB/MTs/Paket B g) APK SMA/SMK/MA/Paket C h) APK PT usia 19-23 tahun i) APS penduduk usia 7-12 tahun j) APS penduduk usia 13-15 tahun
k) Meningkatnya tingkat efisiensi internal yang ditandai dengan meningkatnya angka melanjutkan dan menurunnya angka putus sekolah untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah;
l) Menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan antarwilayah, gender, dan sosial ekonomi, serta antarsatuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat.
3. Masih rendahnya kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan
Meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan yang ditandai dengan:
a) meningkatnya APK pendidikan anak usia dini (PAUD); b) meningkatnya tingkat kebekerjaan lulusan pendidikan
kejuruan;
c) meningkatnya proporsi satuan pendidikan baik negeri maupun swasta yang terakreditasi minimal B pada jenjang SD/SDLB/MI menjadi sebesar 75,0 persen; SMP/SMPLB/MTs menjadi sebesar 85,0 persen; SMA/SMALB/MA menjadi sebesar 35,8 persen; dan SMK menjadi sebesar 28,0 persen; d) meningkatnya proporsi program studi PT yang terakreditasi
minimal B menjadi sebesar 77,0 persen dan jumlah PT masuk 500 terbaik versi lembaga pemeringkatan independen internasional menjadi 8 PT; dan
e) tercapainya Standar Pendidikan Nasional (SNP) bagi satuan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan paling lambat pada tahun 2013.
4. Masih rendahnya profesionalisme guru dan belum meratanya distribusi guru;
Meningkatnya kualifikasi dan kompetensi guru, dosen, dan tenaga kependidikan yang ditandai dengan:
a) Persentase guru yang memenuhi kualifikasi S1/D4 b) Persentase guru yang bersertifikat pendidik
c) Persentase dosen PTP program sarjana/diploma/profesi berkualifikasi S2
d) Persentase dosen PTM program sarjana/diploma/profesi berkualifikasi S2
e) Persentase dosen PTP program pascasarjana berkualifikasi S3
f) Persentase dosen PTM program pascasarjana berkualifikasi S3
g) Semakin membaiknya pemerataan distribusi guru antarsatuan pendidikan dan antarwilayah termasuk terpenuhinya kebutuhan guru di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan sesuai dengan standar pelayanan minimal
16
Permasalahan Sasaran Bidang Pembangunan
termasuk kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam pengelolaan dan penjaminan mutu pendidikan 5. Terbatasnya kualitas sarana dan prasarana
pendidikan
?
-
6. Belum efektifnya manajemen dan tatakelola
pendidikan;
?
-
7. Belum terwujudnya pembiayaan pendidikan yangberkeadilan.
Meningkatnya pembiayaan pendidikan yang berkeadilan yang ditandai:
a) Terselenggaranya pendidikan dasar sembilan tahun bermutu yang terjangkau bagi semua dalam kerangka pelaksanaan standar pelayanan minimal pendidikan dasar untuk mencapai standarnasional pendidikan; dan
b) Meningkatnya proporsi peserta didik yang mendapatkan beasiswa bagi keluarga miskin untuk jenjang pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Kesehatan
1. Masih rendahnya status kesehatan ibu dan anak, yang ditandai dengan masih rendahnya persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal, masih rendahnya cakupan imunisasi lengkap pada bayi, dan masih rendahnya cakupan kunjungan neonatal
Meningkatnya status kesehatan ibu dan anak, yang ditandai dengan:
a) meningkatnya persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN) menjadi 89 persen; b) meningkatnya persentase ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal (cakupan kunjungan kehamilan keempat/K4) menjadi 93 persen; dan
c) meningkatnya cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) menjadi 89 persen.
2. Belum optimalnya upaya perbaikan status gizi masyarakat, yang ditandai dengan masih rendahnya pemantauan pertumbuhan bayi dan balita melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
Meningkatnya status gizi masyarakat, yang ditandai dengan: a) meningkatnya persentase balita gizi buruk yang mendapat
perawatan menjadi sebesar 100 persen; dan
b) meningkatnya persentase balita ditimbang berat badannya (D/S) menjadi sebesar 80 persen.
3. Belum optimalnya upaya pengendalian penyakit yang ditandai dengan tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular (terutama tuberkulosis, HIV dan AIDS, malaria, diare, dan DBD) dan penyakit tidak menular serta masih rendahnya kualitas kesehatan lingkungan
Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular, yang ditandai dengan:
a) Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11bulan
b) Meningkatnya imunisasi campak pada bayi usia 0-11bulan c) Terkendalikannya prevalensi kasus HIV
d) Meningkatnya jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing HIV e) Meningkatnya persentase orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA) yang mendapatkan anti retroviral treatment (ART) f) Menurunnya jumlah kasus TB per 100.000 penduduk g) Meningkatnya persentase kasus baru TB Paru (BTA positif)
yang ditemukan
h) Meningkatnya persentase kasus baru TB Paru (BTA positif) yang disembuhkan
i) Menurunnya angka penemuan kasus malaria per 1.000 penduduk
j) Menurunnya jumlah kasus diare per 1.000 penduduk k) Menurunnya angka kesakitan penderita DBD per 100.000
penduduk
l) Meningkatnya persentase kasus zoonosis yang ditemukan dan ditangani sesuai standar
m) Meningkatnya persentase provinsi yang melakukan
pembinaan, pencegahan, dan penanggulangan penyakit tidak menular (surveilans epidemiologi, deteksi dini, KIE, dan tata laksana)
4. Sumber daya manusia kesehatan masih terbatas, yang ditandai dengan masih rendahnya jumlah, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan, terutama di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan
Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, yang ditandai dengan:
a) Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang didayagunakan dan diberi insentif di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan di daerah bermasalah kesehatan (DBK) sebanyak 5.320 orang; dan
b) meningkatnya residen yang didayagunakan dan diberi insentif sebanyak 3.650 orang.
5. Masih terbatasnya ketersediaan obat serta pengawasan obat dan makanan, yang ditandai
Meningkatnya ketersediaan obat dan pengawasan obat dan makanan, yang ditandai dengan:
17
Permasalahan Sasaran Bidang Pembangunan
dengan belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang berkualitas; belum optimalnya penyediaan dan pemerataan obat esensial generik dan alat kesehatan dasar; dan belum optimalnya cakupan pengawasan sarana produksi obat, alat kesehatan dan makanan
a) Meningkatnya persentase ketersediaan obat dan vaksin b) Meningkatnya persentase cakupan pengawasan sarana
produksi obat dan makanan
c) Meningkatnya persentase cakupan pengawasan sarana distribusi obat dan makanan
d) Meningkatnya jumlah parameter uji obat dan makanan untuk setiap sampel
6. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan bagi seluruh masyarakat masih terbatas yang ditandai dengan masih rendahnya cakupan jaminan kesehatan bagi masyarakat terutama penduduk miskin dan pekerja sektor informal
Meningkatnya cakupan pembiayaan kesehatan, yang ditandai dengan:
a) Meningkatnya persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan menjadi 75,4 persen;
b) Meningkatnya persentase RS yang melayani pasien penduduk miskin peserta program Jamkesmas menjadi 90 persen;
c) Jumlah TT Kelas III RS yang digunakan untuk pelayanan Jamkesmas sebanyak 10.544 unit TT;
d) Meningkatnya jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi penduduk miskin menjadi 9.323 puskesmas; dan
e) Meningkatnya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang telah melayani program jaminan persalinan (jampersal) menjadi 2.663 fasilitas pelayanan kesehatan.
7. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan, yang ditandai oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
Meningkatnya persentase rumah tangga yang melaksanakan PHBS menjadi sebesar 65 persen
8. Masih rendahnya akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas
Meningkatnya akses dan kualitas sarana pelayanan kesehatan, yang ditandai dengan:
a) Meningkatnya persentase puskesmas yang mampu melaksanakan pelayanan obstetrik neonatal emergensi dasar (PONED)
b) Meningkatnya persentase RS kabupaten/kota yang mampu melaksanakan pelayanan obstetrik neonatal emergensi komprehensif (PONEK)
c) Meningkatnya jumlah puskesmas yang mendapatkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
d) Meningkatnya jumlah kota di Indonesia yang memiliki RS standar kelas dunia
e) Meningkatnya jumlah puskesmas yang menerapkan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai standar dan pedoman
f) Meningkatnya persentase RSJ yang memberikan layanan sub spesialis dasar dan NAPZA sesuai standar
g) Jumlah fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan wajib lapor bagi pecandu narkoba
9. Belum efektifnya manajemen pembangunan kesehatan, termasuk dalam pengelolaan
administrasi, hukum, dan penelitian pengembangan kesehatan
?
-
10. Masih lebarnya kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi.
?
-
-
?
Meningkatnya kesehatan lingkungan, yang ditandai dengan: a) Meningkatnya persentase kualitas air minum yang memenuhisyarat menjadi 100 persen; dan
b) Meningkatnya jumlah desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) menjadi 16.000 desa.