• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

4

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar

Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi belajar. Anitah (2008:2.5) berpendapat bahwa hakikat belajar adalah suatu proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah, menyimak, dan latihan yang diharapkan muncul perubahan sikap. Menurut, Slameto (2010:2) mendefinisikan belajar adalah suatu rangkaian upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan, melalui hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Gulo (1999:8) belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang baik dalam berfikir, bersikap, dan bertindak. Sejalan dengan pendapat tersebut, Bahri dan Aswan (2010:10-11) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku kerena pengalaman dan latihan yang dilakukannya. Yamin (2007:7) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku yang diakibatkan oleh interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, siswa harus aktif untuk mencari informasi, pengalaman, maupun keterampilan tersebut, dalam rangka membangun sebuah makna dari hasil proses belajar.

Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar untuk menambah pengetahuan atau kecakapan yang dapat digunakan untuk diri sendiri atau lingkungannya. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan formal dan nonformal. Contoh dari lingkungan formal adalah sekolah, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan nonformal adalah lingkungan sekitar dimana siswa dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan peningkatan pengetahuan, keterampilan serta perubahan perilaku, maka sebenarnya belum mengalami proses belajar. Faktor yang berperan belajar yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, kebosanan,

(2)

psikologis dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Uno (2008:213), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam diri seseorang dikarenakan adanya interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Suprijono (2009:7) bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiyono (2006:3) hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar, sedangkan dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.

Slameto (2010:54) menyertakan sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:

a. Faktor intern, merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, yang termasuk di dalamnya:

1) Faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh).

2) Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan).

3) Faktor kelelahan.

b. Faktor ekstern, merupakan faktor yang ada di luar individu, yang termasuk di dalamnya:

1) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan).

2) Faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,

(3)

waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah).

3) Faktor masyarakat (kegiatan anak dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Dari beberapa pengertian oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku dan pikiran setelah melakukan pembelajaran. Perubahan tersebut mencakup semua perubahan yang bersifat progresif yang diharapkan kearah yang lebih baik. Bagi seorang siswa hasil belajar ini dapat dilihat melalui perubahan yang terjadi pada seorang siswa mulai dari belum pandai setelah belajar maka menjadi pandai. Perubahan ini tentunya setelah siswa berinteraksi dengan lingkungannya yang diukur melalui tes, tugas, pengamatan, atau evaluasi.

2.1.3 Pembelajaran Konvensional

Dalam dunia pendidikan, pembelajaran ini juga disebut dengan pembelajaran ekspositori. Pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran yang sering digunakan oleh para guru dan pembelajaran ini memiliki ciri-ciri diantaranya: lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada ketrampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses dan pembelajaran berpusat pada guru. Paradigma yang menjadi acuan dari pembelajaran konvensional ini adalah paradigma mengajar. Menurut Sanjaya dalam Rusmono (2012: 66) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori dengan nama strategi pembelajaran langsung, karena dalam strategi ini materi pembelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu, karena materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:

a. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.

b. Pembelajaran ini lebih mengutamakan hasil daripada proses.

c. Kegiatan utamanya adalah menerangkan dan siswa mendengarkan/mencatat yang disampaikan guru.

(4)

d. Dalam pembelajaran konvensional, metode yang sering digunakan adalah metode ceramah dengan diiringi penjelasan serta pembagian tugas dan latihan, atau, metode ekspositori yang kemudian memberikan contoh soal dan penyelesaiannya serta memberi soal-soal latihan dan siswa disuruh mengerjakannya.

e. Aktivitas guru mendominasi kelas dengan metode konvensional (ekspositori) dan aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar.

2.1.4 Vocabulary

Ada banyak definisi tentang vocabulary. Menurut Zimmerman (dalam Susanto, 2009:6), vocabulary adalah inti dari sebuah bahasa dan untuk para siswa,

vocabulary adalah kepentingan yang krusial dalam mempelajari sebuah bahasa. Martin (dalam Susanto, 2009:6) memaparkan bahawa vocabulary adalah bagian dari bahasa yang sering diselaraskan berdasar pada situasi kemasyarakatan sesorang, dan dapat berganti dari satu ke lainnya.

Karena banyaknya daftar dari kata, cara dalam pembelajaran adalah hal penting untuk membuat murid menguasai vocabulary. Guru harus memilih cara yang tepat dalam mengejar, khususnya di sekolah dasar.

2.1.5 Pembelajaran Vocabulary di Sekolah Dasar

Pembelajaran vocabulary dapat difokuskan untuk membantu siswa dalam membangun pengetahuan tentang kata dalam rangka penggunaan kata secara baik dan efektif (Cameron, 2009:75). Cameron (2009:84) menyatakan ada lima tahapan penting yang mendasari pembelajaran terhadap vocabulary, yaitu:

a. Memiliki sumber untuk menemukan kata-kata baru,

b. Gunakan gambar yang jelas, atau dapat dipadukan dengan suara untuk menggambarkan kata baru tersebut,

c. Pelajari arti dari kata baru tersebut,

d. Buat ikatan ingatan yang kuat antara bentuk dan arti dari kata tersebut, e. Menggunakan kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Nation (dalam Cameron, 2009:85) ada beberapa daftar teknik dasar yang dapat digunakan guru untuk mengajarkan kosakata baru, keseluruhan yang

(5)

ada pada daftar ini dapat digunakan di dalam ruang kelas anak sekolah dasar, antara lain:

a. Menggunakan sebuah benda atau objek, b. Menggunakan potongan dari sebuah bentuk, c. Menggunakan gerakan anggota tubuh, d. Menampikan sebuat tindakan,

e. Foto,

f. Menggambar diagram di papan tulis, g. Gambar dari buku;

h. Menganalisis definisi dari suatu kata dari penjelasan guru, i. Meletakkan kata tersebut dalam konteks kalimat, serta j. Menerjemahkan ke bahasa lain.

2.1.6 Lingkup Materi Vocabulary kelas II SDN Salatiga 06 Semester II

Dari silabus pegangan guru Bahasa Inggris kelas II A dan II B SDN Salatiga 06, tertera bahwa materi pokok adalah penguasaan istilah-istilah sederhana yang ditemui di jalan, terutama nama-nama alat transportasi yang berada di darat (Silabus, 2007:8). Pengenalan vocabulary baru pada materi ini diantaranya adalah

car, bus, train, taxi, jeep, pedestrian, pavement, dan lain-lain (Suprapti, 2006:3-13). Sebagian besar materi gambar diambil dari buku ETAS tahun 2010 hal 1 sampai 7.

Dari kajian materi Bahasa Inggris khususnya vocabulary kelas II SDN Salatiga 06 di atas, peneliti menyimpulkan bahwa materi vocabulary pada kelas II A dan II B adalah benda- benda yang ada di sekitar jalan raya terutama alat- alat transportasi.

2.1.7 Media Pembelajaran

Menurut Indriana (2011:13) media adalah sebuah alat untuk menyalurkan komunikasi. Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Bila dipandang dari sisi kebahasaan, media adalah perantara antara sumber pesan dan penerima pesan. Beberapa contoh yang perlu diketahui diantaranya adalah film, televisi, media cetak, komputer, instruktur. Contoh tersebut dapat dijadikan media pembelajaran apabila dapat mengangkut

(6)

pesan-pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, harus ada kecocokan antara media, metode, dan pesan yang akan dikirim.

Briggs (dalam Indriana 2011:2) mengutarakan bahwa media pembelajaran adalah alat fisik untuk menyampaikan materi dalam bentuk film, rekaman video, gambar, dan sebagainya. Briggs menambahkan bahwa penggunaan media dapat merangsang peserta didik supaya terjadi proses belajar. Sujana dan Rivai (1990) memberikan pendapat bahwa media pembelajaran adalah suatu alat yang digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media untuk kepentingan pembelajaran di antaranya:

a. Ketepatannya terhadap tujuan pembelajaran b. Dukungan terhadap isi meteri pelajaran c. Kemudahan memperoleh media

d. Ketrampilan guru dalam menggunakannya e. Ketersediaan waktu dalam pelaksanaannya f. Sesuai dengan taraf belajar siswa.

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang sangat berguna dalam proses belajar mengajar, karena penggunaan media pembelajaran dapat membuat siswa belajar dengan lebih baik, serta terangsang untuk memahami subjek yang tengah diajarkan dalam bentuk komunikasi yang lebih efektif dan efisien. Alat ini mencakup semua bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk menerapkan pembelajaran dan memfasilitasi prestasi siswa untuk meraih tujuan pembelajaran. 2.1.8 Media Gambar

Media gambar atau bisa disebut media gambar diam adalah media visual yang dihasilkan melalui proses fotografi. Keunggulan dari media ini adalah sudah umum digunakan, mudah dipahami, menarik, banyak memuat penjelasan daripada menggunakan media verbal. Media gambar dapat memberikan detail dalam bentuk gambar apa adanya yang berdampak pada meningkatnya taraf ingatan siswa dibandingkan menggunakan metode verbal. Selain itu media gambar bersifat konkret; mengatasi ruang dan waktu; mengatasi keterbatasan pengamatan; mudah penggunaannya, murah pembuatannya. Namun kelemahan dari media

(7)

gambar adalah hanya menekankan pada penggunaan indera mata, ukuran terbatas pada kelompok besar (Indriana, 2011:64-65).

Menurut Indriana (2011:66) media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa aspek dibawah ini:

a. Harus bersifat asli dan dapat dipercaya b. Harus sederhana agar mudah dipahami

c. Ukuran harus menyesuaikan keadaan pebelajar d. Mengandung gerak dan perbuatan

e. Pemilihan gambar harus tepat, jangan sampai terlalu rumit atau terlalu sederhana

Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque proyektor (Hamalik, 1994:95).

Menurut Rohani (1997:6-7), fungsi praktis yang dijalankan oleh media gambar adalah:

a. Mengatasi perbedaan pengalaman antar peserta didik

b. Mengatasi batas ruang dan waktu, jadi bisa dipergunakan di mana saja serta kapan saja.

c. Menyerderhanakan kerumitan materi

Kelebihan penggunaan media gambar menurut Sadiman (1996:31) adalah:

d. Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal

e. Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu f. Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita g. Memperjelas masalah bidang apa saja

h. Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan

Kelebihan media gambar yang lain menurut Suleiman (1981:29) diantaranya:

a. Mudah diperoleh.

(8)

c. Mudah pemakaiannya.

Adapun kelemahan media gambar menurut Rahadi (2003:27) diantaranya adalah:

a. Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa.

b. Gambar diinterpretasikan secara personal dan subjektif.

c. Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran.

Hamalik (1994:81) Landasan dalam proses penggunaan media gambar diantaranya adalah:

a. Gambar bersifat konkret yang mudah dipahami siswa.

b. Gambar mengatasi batas ruang dan waktu dengan cara mewakili objek aslinya.

c. Membantu mengatasi daya pancaindra manusia. Contohnya mengamati objek yang sangat kecil.

d. Dapat menjelaskan suatu masalah. e. Murah dan mudah didapat.

f. Mudah digunakan.

Pemilihan gambar yang baik harus meliputi kriteria-kriteria di bawah ini (Hamalik, 1994:85-86):

a. Keaslian gambar dengan objek aslinya. b. Kesederhanaan dalam gambar.

c. Gambar sebaiknya berobjek sesuatu yang sedang bergerak. d. Gunakan bentuk yang sudah umum untuk anak- anak. e. Tidak perlu menggunakan teknik fotografi yang tinggi. f. Sesuaikan dengan tujuan yang dicapai.

2.1.9 Flashcard

Flashcard biasanya berisi kata-kata, gambar, atau kombinasinya untuk mengembangkan perbendaharaan kosakata pada umumnya dan vocabulary bahasa asing pada khususnya (Wibawa, 1991:30). penggunaan flashcard sangat cocok untuk meningkatkan perbendaharaan vocabulary, karena dalam flashcard ada dua

(9)

sisi yang saling membelakangi. Sisi tersebuat berisi kata asing baru dan sisi belakangnya diberi keterangan yang memuat keterangan dari sisi depannya. Penggunaan gambar pada sebuah muka kartu memiliki dampak besar pada proses belajar dan penanaman konsep dalam ingatan (Madden, 2002:244-245).

Flashcard adalah media pembelajaran berbentuk kartu bergambar yang berukuran 25 cm×30 cm. gambar yang ditampilkan adalah gambaran tangan, foto, atau gambar yang sudah ada yang ditempelkan pada lembaran kartu-kartu tersebut. Kelebihan dari media flashcard adalah bersifat portabel, praktis pembuatan dan penggunaannya, gampang diingat karena gambar-gambar berwarna sangat menarik perhatian, menyenangkan sebagai media pembelajaran bahkan bisa digunakan dalam bentuk permainan (Indriana, 2011:68-69).

Proses dasar penggunaan flashcard dalam pembelajaran menurut Indriana (2011:136):

a. Proses Pembuatan Flashcard.

1) Siapkan kertas tebal sebagai penampang gambar,

2) Tandai dengan menggunakan pensil dan penggaris ukuran 25 x 30 cm,

3) Potong kertas sesuai tanda lalu tempelkan gambar,

4) Berikan tulisan atau pesan pada bagian belakang kartu tersebut sesuai dengan objek yang ada di bagian depannya.

b. Proses Persiapan

1) Kuasai dan latih terlebih dahulu ketrampilan untuk menggunakan

flashcard. Siapkan pula bahan dan alat-alat pendukung yang diperlukan.

2) Siapkan jumlah flashcard yang cukup dan susun sesuai urutannya. Dan, tentukan juga butuh atau tidaknya terhadap bantuan media lain.

3) Atur posisi tempat duduk antara guru dan pebelajar. Hal ini berhubungan dengan posisi guru sebagai penyampai pesan harus dapat disimak oleh seluruh siswa.

(10)

4) Mengkondisikan siswa serta menempatkannya pada posisi duduk yang memungkinkan siswa dapat melihat media dengan jelas. Posisi yang baik adalah dengan membentuk lingkaran, sedangkan guru menerangkan dengan cara memutar pada poros lingkaran. c. Proses Pengoprasian Flashcard

1) Kartu-kartu yang telah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke siswa,

2) Cabut satu-persatu kartu setelah guru selesai menerangkan,

3) Berikan kartu-kartu pada siswa yang berada di dekat guru, mintalah untuk mengamati kartu tersebut, lalu teruskan kepada siswa yang lain hingga seluruh siswa kebagian,

4) Padukan dengan permainan yang kreatif.

Dari kajian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa penggunaan

flashcard dapat membantu pembelajaran Bahasa Inggris. Kerena gambar berwarna yang ada di dalam flashcard dapat menarik minat dari peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran terhadap kosakata baru. Tahapan penggunaan flashcard adalah menyiapkan materi dan flashcard, mengatur posisi peserta ajar, menunjukkan gambar diiringi penerangan tentang gambar tersebut, lalu gunakan permainan sederhana dan kreatif untuk mematangkan konsep yang telah tertanam dalam otak siswa.

2.1.10 Flashing Picture

Permainan Flashing Picture dipilih sebagai paduan permainan kreatif karena pemainan ini salah satu yang cocok untuk penggunaan media gambar

flashcard. Permainan ini menggunakan flashcard untuk tebak-tebakan dalam sebuah kelompok kecil. Wright dalam Joklová (2009:18-19) berpendapat bahwa

Flashing Picture game adalah permainan yang cocok untuk pelatihan dan pengujian vocabulary. Prosedur permainannya adalah:

a.Membagi kelas menjadi beberapa keompok kecil,

b.Pada tiap kelompok seorang siswa menampilkan gambar yang ada pada

flashcard miliknya lalu siswa lain menebak apa nama gambar tersebut c.Dilakukan bergiliran sampai siswa terakhir.

(11)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Di bawah ini adalah beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian “Efektivitas Penggunaan Media Gambar Flashcard dalam meningkatkan penguasaan vocabulary Bahasa Inggris siswa Kelas I B SDN Salatiga 06 Kota Salatiga” adalah:

a. “The Effectiveness of Using Picture and Texts in Teaching Vocabulary”, oleh

Cindy Revani Dethan salah satu mahasiswi dari FBS UKSW yang diterbitkan tahun 2011. Di akhir penelitiannya, Dethan berhasil menyimpulkan bahwa belajar vocabulary menggunakan gambar lebih efektif daripada menggunakan teks.

b. “The Use of Picture Storybook in teaching Vocabulary to 5th graders of Elementary School” yang diteliti oleh Novita Mayang Hapsari dari FBS

UKSW menyatakan bahwa dalam pembelajaran vocabulary penggunaan buku cerita bergambar lebih efektif dari pada penggunaan buku cerita teks.

c. “The Effectiveness of Using Picture and Song in Developing Children’s Vocabulary: A Comparative Study” yang telah diselesaikan oleh Niki Ayu

Kusumaning Hapri dari FBS UKSW 2010 mengidikasikan bahwa mempelajari Vocabulary baru melalui gambar lebih efektif dari pada melalui lagu.

2.3 Kerangka Pikir

Bahasa Inggris adalah bahasa asing untuk siswa SDN Salatiga 06. Pembelajaran Bahasa Inggris sering dianggap susah untuk dipahami. Hal ini dikarenakan mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua harus menggunakan cara dan pendukung pembelajaran yang tepat. Kesulitan ini dapat dilihat dari nilai yang belum memuaskan. Pembelajaran yang masih umum digunakan adalah pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pusatnya. Hal ini membuat siswa menjadi pasif dan kurang berminat mengikuti jalannya pembelajaran. Padahal, minat siswa adalah faktor penting dalam belajar. Minat dapat tumbuh apabila proses pembelajaran berjalan dengan menyenangkan, bervariasi, dan suasana yang kondusif. Banyak faktor yang dapat medukung adanya peningkatan hasil belajar. Diantaranya guru, siswa, materi, metode penyampaian, media, dan faktor lainnya.

(12)

Salah satu faktor yang dapat membantu pembelajaran siswa adalah penggunaan media pembelajaran. Media yang dipilih peneliti adalah media gambar flashcard. Flashcard adalah suatu media yang berwujud kartu berukuran 25 cm × 30 cm untuk flashcard besar dan 9 cm × 6 cm untuk flashcard kecil. Ada gambar di sisi depan dan keterangan mengenai gambar tersebut di sisi belakangnya. Flashcard sangat menarik karena penampilan gambar berwarna dapat menarik perhatian siswa SD. Kelebihan lainnya adalah penggunaan

flashcard memungkinkan diadakannya metode permainan yang edukatif sekaligus menyenangkan. Mereka dapat memainkannya secara berpasangan atau berkelompok secara mandiri.

Prinsip penggunaan media ini adalah 1) mempersiapkan flashcard, 2) mengatur tempat duduk siswa menjadi bentuk melingkar dengan guru berada di tengah-tengah, 3) menerangkan satu per satu flashcard, 4) memberikan flashcard

kepada siswa untuk diamati secara mandiri dan bergantian, 5) memadukan dengan permainan kreatif.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara kelas konvensional (tidak menggunakan media gambar flashcard) dengan kelas yang menggunakan media gambar flashcard dimana pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan seperti biasa dan kelas eksperimen pembelajaran menggunakan media gambar flashcard. Jika siswa belajar dengan diberikan perlakuan menggunakan media gambar flashcard memperoleh penguasaan vocabulary yang lebih tinggi daripada kelas konvensional maka penggunaan media gambar flashcard efektif dalam meningkatkan penguasaan vocabulary Bahasa Inggris siswa kelas II SDN Salatiga 06. Adapun gambar dari kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:

(13)

Bagan 2.1 Kerangka Pikir 2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka berfikir, peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan pada hasil belajar Bahasa Inggris yang menggunaan media gambar flashcard sebagai berikut:

2.4.1. Hipotesis nol

H0 : X1 = X2. Yaitu “Rata-rata hasil belajar Bahasa Inggris kelas eksperimen (Kelas II B) sama dengan rata-rata hasil belajar Bahasa Inggris Kelas kontrol (Kelas II A). Artinya tidak ada perbedaan efektivan penggunaan media pembelajaran dengan pembelajaran konvensional”

2.4.2. Hipotesis alternatif

H1 : X1 > X2. Yaitu “Rata-rata hasil belajar Bahasa Inggris kelas eksperimen (Kelas IIB) lebih besar dari rata-rata hasil belajar Bahasa Inggris Kelas kontrol (Kelas IIA). Artinya ada keefektifan penggunaan media gambar

flashcard dengan pembelajaran konvensional”

Kegiatan Belajar Mengajar Kelas II Pembelajaran Pembelajaran Menggunakan media gambar flashcard Pembelajaran konvensional 1. Mempersiapkan flashcard 2. Mengatur tempat duduk 3. Menerangkan flashcard 4. Siswa mengamati flashcard 5. Permainan kreatif 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Evaluasi Hasil Penguasaan vocabulary kelas yang menggunakan media gambar flashcard Hasil Penguasaan vocabulary kelas Konvensional

Gambar

gambar adalah hanya menekankan pada penggunaan indera mata, ukuran terbatas  pada kelompok besar (Indriana, 2011:64-65)

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan potensi retribusi pasar Gede dengan realisasi pendapatan retribusi perhitungan realisasi pendapatan retribusi pasar berdasarkan perhitungan Dinas Pengelola

Jika pantulan itu terjadi pada ujung bebas, maka gelombang pantul merupakan kelanjutan dari gelombang datang (fasenya tetap), tetapi jika pantulan itu terjadi pada ujung tetap,

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas nikmat-Nya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Magang (KKM) STIE PGRI Dewantara Jombang dapat diselesaikan tepat

Pada penelitian ini telah dilakukan studi mengenai modifikasi struktur permukaan pelat aluminium dengan bubuk besi menggunakan metoda mechanical alloying (MA) yang bertujuan

Apabila terjadi keterlambatan dalam proses penerbitan izin usaha sesuai waktu yang telah ditentukan, maka Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pengukuran hasil jarak lompat jauh.. Pelaksanaan tes

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi boron-10 yang optimal untuk terapi kanker pada rentang konsentrasi 20 µg/gram sampai 35 µg/gram dengan metode Boron

Dengan begitu, untuk menelaah tingkat produktivitas usaha budi- daya rumput laut ini maka secara khusus studi ini bertujuan untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang