• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini ada empat bagian yang akan dijelaskan. Pertama, konsep dasar yang meliputi teori penerjemahan dan bilingual.Kedua, landasan teori yang berhubungan dengan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini yang meliputi teori teknik penerjemahan oleh Molina dan Albir dan teori kewajaran oleh Larson. Ketiga adalah mengenai kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan yang keempat adalah kerangka pikir yang menggambarkan alur pemikiran penulis dalam melakukan penelitian.

2.1 Konsep Dasar

Konsep-konsep dasar dijadikan sebagai definisi operasional yang mempresentasikan cakupan pembahasan dan dijadikan penegasan atas beberapa ide yang berkaitan dalam tesis ini. Konsep-konsep dasar tersebut adalah teori penerjemahan dan bilingual.

2.1.1 Teori Penerjemahan

2.1.1.1Definisi Penerjemahan dan Terjemahan

Terjemahan merujuk pada produk dari suatu proses penerjemahan, hal ini sejalan dengan pendapat Moentaha (2006: 9), “terjemahan sebagai hasil dari proses penerjemahan”. Machali (2009: 26) menyatakan bahwa penerjemahan adalah upaya mengganti teks bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam

(2)

bahasa sasaran, yang diterjemahkan adalah makna sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengarang.

Menerjemahkan adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dan mewujudkannya kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk-bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran. Kewajaran dalam penerjemahan berkaitan erat dan dapat dicapai dengan penguasaan seorang penerjemah terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran, yaitu dalam hal penguasaan gramatikal dan aturan tata krama bahasa tersebut (Simatupang, 2002: 2).

Terjemahan merujuk pada produk suatu proses penerjemahan (Moentaha, 2006:9). Nida dan Taber (1982: 12) menyatakan bahwa translating consists in reproducing in the receptor language to the closed natural equivalent of the source language message, first in the term of meaning secondly in the term of style. Hal ini berarti bahwa penerjemahanadalah proses menghasilkan pesan yang paling dekat,sepadan dan wajar dari bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) baik dalam hal makna maupun dalam hal gaya.

Larson (1989: 3) menyatakan penerjemahan sebagai pengalihan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui langkah yaitu; (1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi, dan konteks budaya dari bahasa sumber, (2) menganalisa teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, dan (3) mengungkapkan kembali makna yang sama dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa sasaran.Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah

(3)

pengalihan makna bahasa sumber (BSu) dengan makna yang sepadan di dalam bahasa sasaran (BSa).

2.2 Bilingual

2.2.1 Pengertian Bilingual

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 192) mendefinisikan bilingualsebagai orang yang mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik; bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Hurlock (1993: 15) menyatakan bahwa bilingual (dwibahasa) adalah kemampuan menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis tetapi juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang lain secara lisan dan tertulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Wei (2000: 6), “The word ‘bilingual’ primaliry describes someone with the possession of two languages.”

Pengajaran bilingualmerupakan model penggunaan dua bahasa untuk menyampaikan materi kurikulum dengan tujuan menguatkan kompetensi siswa dalam berbahasa asing. Dengan menggunakan model ini terdapat dua hal utama yang diperoleh siswa, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan berbicara dalam dua bahasa. Belajar bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan maksud sesuai konteks lingkungan. Semakin luas lingkungan sosial, kebutuhan akan penguasaan bahasa dengan segala kompleksitasnya akan semakin bertambah pula.Contoh bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

(4)

2.2.2 Manfaat Bilingual

Baker (2002: 12) mengungkapkan bahwa bilingual memberi dampak pada kehidupan orang tuanya. Bilingual akan mempengaruhi identitas anak saat dewasa yaitu sekolah, pekerjaan, pernikahan, area, tempat tinggal, perjalanan dan cara berpikir. Kemampuan bilingual bukan hanya sekedar mempunyai dua bahasa akan tetapi mempunyai konsekuensi pendidikan,sosial, ekonomi dan budaya.

Baker (2002: 12) juga mengatakan bahwa terdapat banyak keuntungan dan sangat sedikit kerugian dengan menguasai bilingual. Menguasai bilingual membuat anak mampu berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bangsa dan etnis dalam ruang lingkup yang lebih luas dan bervariasi dibanding anak yang monolingual. Selanjutnya, ketika anak belajar dalam dua bahasa, saat dewasa dapat mengakses dua literature, memahami tradisi yang berbeda, juga cara berpikir dan bertindak.

2.2.2.1 Manfaat Potensial dari Bilingual

Menurut Baker (2002:12) ada lima manfaat potensial dari bilingual yaitu:

1. Manfaat Komunikasi (Communication advantages) yaitu komunikasi yang lebih luas (wider communication) dan memahami dua bahasa (literacy in two languages). Mengembangkan kemampuan komunikasi pada anak dan dapat berkomunikasi dengan mengunakan bahasa yang dipelajari oleh keluarga terhadap anggota keluarga dan orang lain.

2. Manfaaat budaya (Cultural advantages) yaitu penyerapan budaya asing (broader enculturation) dan memiliki rasa toleransi lebih besar dan kurang

(5)

rasisme (greater tolerance and less racism). Pemanfaatan bilingual dalam belajar dapat membantu anak mengenal budaya asing karena setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku dan budaya berbeda. Melalui pengenalan bahasa, anak mampu memahami budaya dari bahasa tersebut, serta membentuk sikap toleransi anak terhadap orang lain yang memiliki budaya yang berbeda.

3. Manfaat kognitif (Congnitive advantages) yaitu menciptakan kreativitas dan sensitivitas dalam berkomunikasi (creativity, sensitivity to communication). Penggunaan bilingual bermanfaat dalam memacu kemampuan berfikir anak, lebih kreatif serta memiliki dua tau lebih kata- kata untuk setiap obyek dan ide, serta membuat anak lebih berhati-hati dalam berkomunikasi terhadap orang- orang yang memiliki bahasa yang berbeda.

4. Manfaat kepribadian (Character advantages; raised self-esteem) yaitu meningkatkan rasa percaya diri. Manfaat bilingual dapat menumbuhkan dan menaikkan rasa percaya diri pada anak, karena dengan menguasai dua bahasa anak lebih berani untuk berkomunikasi dan tetap merasa aman dalam lingkungan yang menggunakan dua bahasa yang dipahami anak. 5. Manfaat pendidikan (Curriculm advantages) yaitu meningkatkan

prestasi pendidikan dan lebih mudah mempelajari bahasa ketiga. Penggunaan bilingual akan memudahkan anak mempelajari bahasa ketiga, ketika anak sudah menguasai dua bahasa. Di samping itu, prestasi anak akan meningkat karena anak memperoleh kata-kata baru dalam bahasa Inggris, untuk kata yang sama dalam bahasa Indonesia.

(6)

2.3 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan teori Molina dan Albir (2002: 509) dalam membahas teknik penerjemahan dan teori Larson (1984: 485) dalam membahas tingkat kewajaran. Alasan menggunakan teori Molina dan Albir adalah karena teori Molina dan Albir memiliki uraian yang sangat terperinci dan jelas. Hal ini dapat dilihat dari dua puluh poin yang berbeda dalam menjelaskan uraian teknik penerjemahan sehingga peneliti mudah mengklasifikasikan data yang diteliti. Selanjutnya, teori kewajaran terjemahan oleh Larson (1984: 497) juga sangat sesuai digunakan untuk menganalisis tingkat kewajaran buku bilingual karena Larson memberikan parameter yang tepat dalam mengukur tingkat kewajaran suatu terjemahan.

2.3.1 Teknik Penerjemahan

Machali (2009: 77) mendefinisikan teknik sebagai (1) hal yang bersifat praktis (2) diberlakukan terhadap tugas sebagai penerjemahan yang secara langsung berkaitan dengan masalah penerjemahaan dan pemecahannya.

Teknik penerjemahan adalah teknik untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina dan Albir, 2002: 509).

Penelitian ini menggunakan tiga belas teknik penerjemahan Molina dan Albir (2002:509). Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan oleh Molina dan Albir.

(7)

1. Amplikasi(amplification)

Teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam bahasa sumber.

Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 10 Itisqualitative, marked by change in function or the ability to conduct physiological function. Gejala perkembanganbersifatkualitatif, yang ditandai dengan adanya perubahanfungsi atau kemampuan melakukan aktivitas fisiologi. Amplifikasi Transposisi Penambahan Peminjaman alamiah Harafiah Kreasi diskursif (Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)

Penerjemah menggunakan teknik amplifikasi dalam menerjemahkan kata itmenjadi gejala perkembangan.Teknik amplifikasi yang digunakan penerjemah bertujuan untuk memperjelas makna yang ingin disampaikan ke dalam bahasa sasaran.

2. Adaptasi (adaptation)

Teknik ini dikenal dengan adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan dengan menggantikan unsur budaya bahasa sumber dengan unsur budaya yang mempunyai sifat yang sama dalam bahasa sasaran. Hal tersebut dapat terjadi karena unsur budaya dalam BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya tersebut lebih akrab bagi pembaca BSa.

Contoh :

BSu : Call my lawyer, you cocksucker! BSa : Hubungi pengacaraku keparat!

(8)

Penerjemah menggunakan teknik adaptasi budaya dalam menerjemahkan kata cocksucker yang terdapat dalam BSu. Kata cocksucker merupakan bahasa slang yang memiliki makna sangat tabu. Kata cocksucker adalah a male who performs fellatio (licking and sucking of the penis)(http: en.wikipedia.org/wiki/cocksucker. Diakses tanggal 20 September 2014;17:20) Jika kata tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran secara literal akan sangat tidak wajar dalam budaya bahasa sasaran sehingga penerjemah menggunakan teknik adaptasi budaya dengan menerjemahkan cocksucker menjadi keparat. Kata keparat mewakili kata cocksucker yang biasanya digunakan untuk mengumpat dan memaki seseorang.

3. Peminjaman (borrowing)

Teknik penerjemahan dengan meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure borrowing) atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing).Pada teknik penerjemahan yang sudah dinaturalisasi, penerjemah melakukan penyesuaian ejaan ataupun pelafalan. Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 67 Metamorphosis and metagenesis Metamofosis dan metagenesis Peminjaman alamiah Peminjaman murni Harafiah

(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)

Penerjemah menggunakan teknik peminjaman alamiah dalam menerjemahkan kata metamorphosis ke dalam bahasa sumber. Kata metamorphosis diterjemahkan menjadi metamorfosisis, sedangkan kata

(9)

metagensisis diterjemahkan dengan menggunakan teknik peminjaman murni menjadi metagenesis.

4. Kreasidiskrusif (discursive creation)

Teknik penerjemahan yang diterapkan untuk memunculkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks.Teknik ini merupakan padanan sementara yang dilakukan penerjemah untuk menarik perhatian pembaca. Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 10 Itisqualitative, marked by change in function or the ability to conduct physiological function. Gejala perkembanganbersifatkualitatif, yang ditandai dengan adanya perubahanfungsi atau kemampuan melakukan aktivitas fisiologi. Amplifikasi Transposisi Penambahan Peminjaman alamiah Harafiah Kreasi diskursif (Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)

Teknik kreasi diskursif digunakan dalam menerjemahkan physiological function menjadi aktivitas fisiologi. Oxford Advanced Learners Dictionary (2003:547) mendefinisikan kata function sebagai a special activity or purpose of person or thing.Kata function yang diterjemahkan dengan aktivitas mengakibatkan penyimpangan makna karena keduanya memiliki makna yang berbeda.Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006: 31) mendefinisikan kata aktivitas sebagai 1) keaktifan, kegiataan, 2) kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan.

(10)

5. Kesepadanan lazim (established equivalent)

Teknik untuk menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari.

Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 25 It meansthatthe leaf

growth span is limited among species

Artinya,masa tumbuh daun terbatas sesuai dengan jenisnya Kesepadanan lazim Reduksi Harafiah Modulasi

(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)

Penerjemah menerjemahkan it means menjadi artinya. Penerjemah menerjemahkan it means dengan menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari) ke dalam bahasa sasaran.

6. Kompresi linguistik (linguistic compression)

Merupakan teknik penerjemahan yang dapat diterapkan penerjemah dalam pengalih bahasa simultan atau dalam penerjemahan teks film, dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran.

BSu : Hey, wait a minute! What you call your self doing? BSa : Tunggu! Apa yang kalian lakukan?

Penerjemah TVmenggunakan teknik kompresi linguistik dalam menerjemahkan Hey, wait a minute!menjadiTunggu!. Pemadatan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan masalah keterbatasan tempat munculnya subtitles serta waktu munculnya subtitles pada layar kaca. Dialog yang cepat,

(11)

perubahan dan gerak gambar yang sangat cepat, sering membuat penerjemah melakukan pemadatan,

7. Harafiah (literal translation)

Teknik harafiah adalah teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan ungkapan secara harafiah. Teknik ini mempersyaratkan pemadanan leksikal yang masih terkait dengan bahasa sumber tetapi susunan leksikal yang membentuk suatu ungkapan sudah disesuaikan dengan kaidah sasaran. Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 05 Definition of growth and

development

Pengertian

pertumbuhan dan perkembangan

Harafiah

(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)

Data sumber nomor05 yang berbunyi Definition of growth and development diterjemahkan secara harafiah menjadi pengertian pertumbuhan dan perkembangan

8. Kalke(calque)

. Tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata yang membentuk frasa-frasa sangat terikat dengan bahasa sumbernya tetapi susunannya sudah disesuaikan dengan susunan kata dalam frasa bahasa Indonesia.

Teknik penerjemahan dengan menerjemahkan frasa atau kata bahasa sumber secara literal. Interferensi sruktur bahasa sumber pada bahasa sasaran adalah ciri khas dari teknik ini. Dalam banyak kasus, teknik kalke mirip dengan teknik peminjaman murni dan alamiah. Perbedaannya adalah bahwa teknik ini biasanya

(12)

diterapkan pada tataran frasa dengan jalan tidak mengubah susunan kata (word-for-word translation) atau mengubah susunan kata (literal translation) tetapi dengan meminjam istilah aslinya.

Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 79 Moulting is regulated by a hormone ecdysone Peristiwa pergantian kulit itu diatur oleh suatu hormon ekdison(ecdyson) Amplifikasi Peminjaman murni Harafiah Kalke (Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)

Frasa hormone ecdysone diterjemahkan dengan menggunakan teknik kalke menjadi hormon ekdison. Penerjemah menerjemahkan frasa tersebut dengan jalan tidak mengubah susunan kata atau meminjam istilah asingnya,

9.Kompensasi (compensation)

Kompensasi adalah teknik memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stilistik (gaya) teks bahasa sumber di tempat lain dalam teks bahasa sasaran. Contoh :

BSu : Never did she visit her aunt

BSa : Wanita itu benar-benar tega tidak menemui bibinya

10.Deskripsi (description)

Teknik penerjemahan dengan menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya.

(13)

Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 07 Growth is the permanent and irreversible addition of

size and/or number ofcell

Pertumbuhan adalah penambahan ukuran dan atau jumlahselyang bersifat tetapatau tidak dapat balik kembali (irreversible) Harafiah Peminjaman alamiah Transposisi Deskripsi Peminjaman murni

Teknik deskripsi digunakan dalam menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya. Penerjemah mendeskripsikan kata irreversible yang terdapat dalam bahasa sumber (BSu) sebagai tidak dapat balik kembali ke dalam bahasa sasaran (BSa).

11. Generalisasi (generalization)

Teknik generalisasi adalah menggunakan istilah yang lebih umum atau lebih netral.

Contoh :

BSu : Penthouse BSa : Tempat tinggal

12. Transposisi (transposition)

Transposisi adalah teknik penerjemahan dengan mengubah kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit. Kata kerja dalam teks bahasa sumberdiubah menjadi kata benda dalam teks bahasa sasaran. Mengingat setiap struktur bahasa berbeda satu dengan yang lain maka pergeseran

(14)

struktur lazim diterapkan. Oleh sebab itu, pergeseran struktur bersifat wajib. Sifat wajib dari pergeseran struktur tersebut berlaku pada penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia untuk menghindari interferensi gramatikal yang dapat menimbulkan terjemahan tidak wajar dan sulit dipahami.

Pergeseran kategori merujuk pada perubahan kelas kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran, dan dalam banyak kasus, pergeseran kelas kata dapat bersifat wajib (obligatory) dan bebas (optional). Pergeseran kategori yang bersifat wajib dilakukan sebagai upaya untuk menghindari distorsi makna, sedangkan pergeseran kategori yang bersifat bebas pada umumnya diterapkan untuk memberikan penekanan topik pembicaraan dan untuk menunjukkan preferensi stilistik penerjemah.

Pergeseran unit merujuk perubahan satuan lingual bahasa sumber dalam bahasa sasaran. Pergeseran unit yang dimaksudkan dapat berbentuk pergeseran dari unit yang rendah ke unit yang lebih tinggidan dari unit yang tinggi ke unit yang lebih rendah. Bahkan pergeseran tersebut dapat pula berupa pergeseran dari konstruksi yang kompleks ke konstruksi yang sederhana atau sebaliknya, perubahan kalimat aktif ke dalam kalimat pasif dan sebaliknya.Penerapan dari teknik pergeseran ini dilandasi oleh suatu konsepsi atau pemahaman berikut ini.

Pertama, penerjemahan selalu ditandai oleh pelibatan dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran. Bahasa sumber dan bahasa sasaran tersebut pada umumnya berbeda satu sama lain baik dalam hal struktur maupun budayanya. Dalam kaitan itu, perubahan struktur sangat diperlukan. Kedua, dalam konteks pemadanan, korespondensi satu lawan satu tidak selalu bisa dicapai sebagai akibat dari adanya perbedaan dalam mengungkapkan makna atau pesan

(15)

antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dalam kondisi yang demikian diperlukan pergeseran unit. Ketiga, penerjemahan dipahami sebagai proses pengambilan keputusan dan suatu keputusan yang diambil oleh penerjemah dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti kompetensi yang dimilikinya, kreativitasnya, preferensi stilistiknya dan pembacanya. Teknik transposisi dalam bentuk pergeseran struktur merupakan teknik yang paling lazim diterapkan apabila struktur bahasa sasaran berbeda dari struktur bahasa sumber. Karena struktur bahasa Inggris dan struktur bahasa Indonesia berbeda, pergeseran struktur menjadi bersifat wajib (obligatory) agar terjemahan yang dihasilkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.

Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 01 One of organismcharacteristics is undergoing growth and development.

Salah satu ciri makhluk hidupadalah mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Transposisi Harafiah

(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)

Tekniktransposisi digunakan dalam menerjemahkan frasa organism characteristics menjadi ciri mahluk hidup. Organism characteristics memiliki struktur M-D dan diterjemahkan menjadi ciri mahluk hidupyang memiliki struktur D-M. Pengubahan kelas kata juga dilakukan, organism characteristics memiliki kelas kata plural (jamak) dan diubah menjadi single ( tunggal). Kata organism (BSu) yang terdiri dari satu kata diterjemahkan menjadi mahluk hidup yang terdiri dari dua kata ke dalam bahasa sasaran (BSa).

(16)

13. Partikularisasi (particularization)

Teknik ini menggunakan istilah yang lebih konkrit atau spesifik (superordinat ke subordinat). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi.

Contoh :

BSu : Air transportation BSa : Helikopter

14. Modulasi (modulation)

Merupakan teknik penerjemahan yaitu mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan Bahasa Sumber (BSu). Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural.

Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 02 All living organism,

including animals, plants and human beings grow and develop

Pertumbuhan dan perkembangan terjadi pada

seluruh makhluk hidup, termasuk hewan, tumbuhan dan manusia

Modulasi

(Sumber : Buku Biology for Junior HighSchool Bilingual)

Data 02 diterjemahkan dengan menggunakan teknik modulasi dengan mengubah sudut penerjemahan. Pengubahan sudut pandang penerjemahan tersebut tidak menimbulkan distorsi makna. Kalimat All living organism, including animals, plants, and human beings grow and develop jika diterjemahkan secara harafiah menjadi Semua makhluk hidup, termasuk hewan, tumbuhan, dan manusia, namun penerjemah mengubah sudut pandang terjemahan menjadi Pertumbuhan dan perkembangan terjadi pada seluruh mahluk hidup,

(17)

termasuk hewan, tumbuhan, dan manusia. Penerjemah memulai dengan mengambil kata pertumbuhan dan perkembangan

15. Reduksi (reduction)

.

Teknik yang diterapkan dengan penghilangan secara parsial, karena penghilangan tersebut dianggap tidak menimbulkan distorsi makna. Dengan kata lain, mengimplisitkan informasi yang eksplisit. Teknik ini kebalikan dari teknik amplikasi. Contoh: No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 37 Which part of anorganism affects growth and development?

Bagian manakah pada mahluk hidupyang mengalami pertumbuhan dan perkembangan?

Transposisi Penambahan Reduksi Harafiah

Penerjemah menggunakan teknik reduksi dalam mereduksi artikelan ke dalam bahasa sasaran dengan anggapan tidak menimbulkan distorsi makna.

16. Penambahan

Teknik yang lazim diterapkan dalam kegiatan penerjemahan berupa penambahan informasi yang pada dasarnya tidak ada pada kalimat sumber.Kehadiran informasi tambahan dalam kalimat sasaran dimaksudkan untuk lebih memperjelas konsep yang hendak disampaikan penulis asli kepada para pembaca sasaran.

(18)

Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 09 Development, however, is

the change infunction;it can be maturationor senescence (progressif) or (regressive) Perkembangan merupakan proses perubahan fungsimenuju pendewasaan(progresif) atau penuaan (regresif)

Harafiah Penambahan Reduksi Peminjaman alamiah Transposisi

Teknik penambahan dilakukan dalam menambahkan kata proses ke dalam bahasa sasaran dengan tujuan memperjelas makna di dalam bahasa sasaran.

17. Amplifikasi linguistik(linguistic amplification)

Teknik ini menambah unsur-unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Teknik ini lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif atau dalam sulih suara (dubbing).

Contoh :

BSu : She saw a ghost

BSa : Tadi malam, dia melihat hantu dan merasa ketakutan

18. Variasi (variation)

Realisasi dari teknik ini adalah dengan mengubah unsur-unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik: perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan naskah drama.

(19)

19. Substitusi (substitution)

Teknik ini mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat).

Contoh : Bahasa isyarat dalam bahasa Arab, dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima kasih.

20. Penghilangan (deletion)

Teknik ini mirip dengan teknik reduksi. Baik teknik reduksi maupun teknik penghilangan menghendaki penerjemah untuk melakukan penghilangan. Teknik reduksi ditandai oleh penghilangan secara parsial sedangkan teknik penghilangan ditandai oleh adanya penghilangan informasi secara menyeluruh yang mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak akurat.

Contoh : No Data Bahasa Sumber ( Bahasa Inggris) Bahasa Sasaran (Bahasa Indonesia) Teknik Penerjemahan 55 The cells produced are

located under the apical meristemthey appear parenchyma cells which are small and dense

Kelompok sel hasil pembelahan terletak di

bawahnyaberupasel parenkim yang rapat dan kecil Penambahan Peminjaman alamiah/Transposisi Penghilangan Kalke/ Transposisi Harafiah

Penerjemah menghilangkan frasa apicalthe meristem ke dalam bahasa sasaran yang menyebabkan distorsi makna.

(20)

2.3.2 Penilaian Terjemahan

Berkualitas tidaknya suatu terjemahan dapat ditentukan melalui tiga sudut pandang yaitu keakuratan, kejelasan, dan kewajaran. Keakuratan menitikberatkan pesan dalam bahasa sumber (BSu) disampaikan dengan benar dalam bahasa penerima (BSa). Kejelasan menitikberatkan pesan yang dikomunikasikan dalam bahasa sasaran dapat dipahami dengan mudah pembaca sasaran. Makna yang ditangkap pembaca bahasa sumber (BSu) sama dengan makna yang ditangkap pembaca bahasa sasaran (BSa). Kewajaran menitikberatkan pesan yang dikomunikasikan dalam bentuk yang lazim, sehingga pembaca teks bahasa sasaran terkesan bahwa naskah yang dibacanya adalah naskah asli yang ditulis dalam bahasanya sendiri. Sesuai dengan tujuan tersebut, ada beberapa teknik penilaian yang dapat digunakan, yaitu uji keakuratan, uji keterbacaan, uji kewajaran, uji keterpahaman, terjemahan balik , dan uji kekonsistenan.

Setiap penerjemah ingin menghasilkan terjemahan berkualitas. Sejak sebuah pekerjaan terjemahan dimulai, ada sejumlah pertanyaan dalam benak penerjemah. Bagaimana memahami pesan pada teks bahasa sumber dengan akurat? Bagaimana pesan BSu dapat dikomunikasikan dengan benar dalam teks BSa? Apakah pesan yang dialihkan itu dapat dipahami dengan baik oleh pembaca BSa? Bagaimana menemukan kata dan kalimat yang akurat, jelas, dan wajar agar pembaca BSa tidak terkesan asing dengan naskah terjemahan (mashadi.staff.gunadarma.ac.id/.../Menilai + terjemahan.

Menurut Larson (1984:485)ada tiga alasan menilai terjemahan. Pertama, penerjemah hendak meyakini bahwa terjemahannya akurat. Terjemahannya mengkomunikasikan makna yang sama dengan makna dalam BSu. Makna yang ditangkap pembaca BSu sama dengan makna yang ditangkap pembaca BSa. Tidak

Diakses tanggal 20 Agustus 2014; 10: 25)

(21)

terjadi penyimpangan atau distorsi makna. Penerjemah perlu meyakini bahwa dalam terjemahannya tidak terjadi penambahan, penghilangan, atau perubahan informasi. Dalam usahanya menangkap dan mengalihkan makna BSu ke BSa, penerjemah bukan tidak mungkin secara tidak sadar menambah, mengurangi, atau menghilangkan informasi penting. Kadang-kadang kekeliruan dilakukan pada saat menganalisis makna BSu atau dalam proses pengalihan. Karena itu, penilaian terhadap keakuratan perlu dilakukan.

Kedua, penerjemah hendak mengetahui bahwa terjemahannya jelas. Artinya, pembaca sasaran dapat memahami terjemahan itu dengan baik. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang elegan, sederhana, dan mudah dipahami. Untuk meyakini bahwa terjemahannya dapat dipahami dengan baik, penerjemah perlu meminta penutur bahasa penerimaBSa untuk membaca naskah terjemahannya agar dapat memberitahukan isi naskah/informasi yang disampaikan dalam terjemahan itu. Penerjemah perlu mendapatkan informasi mengenai bagian naskah yang sulit dipahami. Begitu ada bagian naskah yang sulit dibaca/dipahami, pengecekan ulang harus dilakukan.

Ketiga, penerjemah ingin menguji apakah terjemahannya wajar. Terjemahannya mudah dibaca dan menggunakan tata bahasa dan gaya yang wajar atau lazim digunakan oleh penutur BSa, alami atau tidak kaku. Penerjemah perlu mengetahui bahwa terjemahannya terasa wajar sehingga pembaca BSa seolah-seolah membaca karangan yang ditulis dalam bahasanya sendiri, bukan hasil terjemahan. Penerjemah mengkomunikasikan pesan secara akurat. Dia memahami BSu dengan baik, mengalihkan pesan dengan akurat, dapat dipahami oleh pembaca, tetapi dalam memindahkan pesan ke dalam BSa, menggunakan bahasa

(22)

yang tidak wajar, sehingga terkesan bahwa naskah adalah naskah terjemahan. Penerjemah tidak terikat pada struktur BSu.

2.3.2.1 Kewajaran Terjemahan

Terjemahan yang baik adalah terjemahan yang (1) memakai bentuk-bentuk bahasa sasaran yang wajar, (2)menyampaikan makna atau pesan yang sama kepada penutur bahasa sasaran seperti yang dimengerti oleh penutur bahasa sumber, dan (3) mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, artinya menyajikan terjemahan yang sedemikian rupa sehingga kesan dan respon yang diperoleh penutur asli bahasa sumber sama dengan kesan dan respon penutur bahasa sasaran ketika membaca atau mendengar teks terjemahan (Larson, 1989:6).

Larson (1984:10) menjelaskan bahwa tujuan penerjemahan adalah menghasilkan terjemahan idiomatik, yaitu terjemahan yang maknanya sama dengan bahasa sumber yang dinyatakan dalam bentuk yang wajar dalam BSa.

Selanjutnya Larson (1984:485) mengatakan bahwa suatu terjemahan dikatakan wajar jika (1) makna dalam BSu dikomunikasikan dengan akurat, (2) makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa menggunakan bentuk gramatika dan kosa kata yang alami atau wajar (3)terjemahan itu mencerminkan tindakankomunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antar komunikan dalam BSa.Kewajaran terjemahan berhubungan dengan ketepatan (accuracy). Larson (1984:485) menyatakan “ accurate is reproducing as exactly as possible meaning of the source tex”. Di dalam ketepatan, penerjemah mempertahankan dinamika BSu berarti terjemahan yang disajikan mengundang respon pembaca BSa sama dengan respon pembaca BSu (Larson: 1984:6). Penerjemah harus setia pada BSu. Untuk melakukan hal ini, penerjemah harus mengkomunikasikan

(23)

bukan hanya informasi yang sama, tetapi juga respon emosional yang sama dengan naskah asli.Untuk menghasilkan terjemahan yang memiliki dinamika yang sama dengan naskah aslinya, terjemahan itu haruslah wajar dan mudah dimengerti, sehingga pembaca mudah menangkap pesannya, termasuk informasi dan pengaruh emosional yang dimaksudkan oleh penulis naskah BSu (Larson, 1984:33).

Kewajaran dapat diraih jika bahasa yang digunakan itu sesuai dengan kaidah yang berlaku. Terjemahan yang ditulis dalam bahasa Indonesia dikatakan wajar jika selaras dengan kaidah yang berlaku dan disepakati oleh penutur bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan wajar, alamiah, mengalir dengan lancar sehingga tidak terasa sebagai sebuah terjemahan.Penelitian ini menggunakan format penilaian yang berkaitan dengan aspek kewajaran (naturalnes)terjemahan yang merujuk pada teorikewajaran menurut Larson(1984:485).

Tabel 2.1: Aspek Penilaian Tingkat Kewajaran Terjemahan Aspek Yang

Dinilai

Penjelasan Kesimpulan Skala Penilaian Kewajaran

Terjemahan

• Makna dalam bahasa sumber dikomunikasikan dengan akurat.

• Makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa menggunakan bentuk gramatika dan kosakata yang alami, wajar, dan tidak kaku.

• Terjemahan itu mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antar komunikan BSa. • Tidak terikat pada struktur BSu.

Wajar 3

• Makna dalam bahasa sumber kurang dikomunikasikan dengan akurat.

Kurang wajar

(24)

• Makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa kurang menggunakan bentuk gramatika dan kosakata yang alami, kurang wajar dan terasa kaku.

• Terjemahan itu kurang mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui

dalam konteks dan antar komunikan BSa.

• Terikat pada strukur BSu.

• Makna dalam bahasa sumber tidak dikomunikasikan dengan akurat.

• Makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa tidak menggunakan bentuk gramatika dan kosakata yang alami atau tidak wajar. • Terjemahan itu tidak

mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui

dalam konteks dan antar komunikan BSa.

• Terikat pada strukur BSu.

Tidak wajar

1

2.4PenelitianTerdahuluyang Relevan

Penelitian yang terdahulu dan dijadikan sebagai sumber acuan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Roswita Silalahi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak teknik, metode ideologi penerjemahan pada kualitas terjemahan teks medical-surgical nursing dalam bahasa Indonesia”. Penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan memiliki persamaan yaitu keduanya menggunakan teori Molina Albir dalam menganalisis teknik penerjemahan dan teori Nababan dalam menganalisis tingkat keberterimaan terjemahan. Akan tetapi penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tetap

(25)

memiliki perbedaan yaitu terletak pada data dan sumber data, data penelitian terdahulu adalah frasa, klausa, dan kalimat teks medical-surgical nursing dan terjemahannya. Sumber datanya adalah Bab 1 teks medical-surgical nursing, sedangkan data penelitian ini adalah kata, frasa, klausa, kalimat dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesiadalam Bab 1 buku Biology for Junior High School Bilingual.

Sahat Marulak (2012) dengan penelitian yang berjudul “Analisis teknik penerjemahan dan pergeseran (shifts) pada buku ekonomi SMA Bilingual”. Penelitian tersebut menganalisis buku ekonomi SMA Bilingual sebagai sumber data. Tujuan penelitian terdahulu adalah mendeskripsikan teknik penerjemahan dan pergeseran yang terdapat pada proses penerjemahan buku ekonomi SMA Bilingual.Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian Marulak adalah kualitatif deskriptif dari data tersebut. Penelitian terdahulu mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik yang digunakan disimpulkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat 10 teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan yaitu : teknik adaptasi 2 (1.02%), teknik peminjaman 37 (18,97%), kalke 57 (29,23%), kompensasi 3 (1,53%), generalisasi 3 (1,53%), harfiah 78 (40%), modulasi 1 (0,51%), reduksi 2 (1,02%), penambahan 7 (38%) dan penghilangan 4 (2,50%). Penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan memiliki persamaan yaitu keduanya menggunakan teori Molina dan Albir dalam membahas teknik penerjemahan. Namun, penelitian terdahulu dengan penelitian ini masih memiliki perbedaan yaitu terletak pada data dan tujuan penelitian. Data penelitianterdahulu adalah frasa, klausa dan kalimat pada buku ekonomi SMA bilingual yang

(26)

bertujuan untuk meneliti tentang teknik dan pergeseran (shifts), sedangkan data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, klausa, kalimat dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesiadalam Bab 1 buku Biology for Junior High School Bilingualyang bertujuan untuk meneliti tentang teknik penerjemahan dan tingkat kewajaran terjemahannya.

Rikka Kurki (2012) dalam jurnal yang berjudul “The Finnish Subtitling of Neologisms in the Science Fiction Television Series Strargate SG-1”. Tujuan penelitian Kurki adalah untuk meneliti teknik penerjemahan apakah yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan istilah neologis yang terdapat dalam film Stargate SG-1. Penelitian terdahulu ini menggunakan 22 episode film Stargate SG-1 sebagai sumber data. Film ini bergenre science-fiction sehingga menghasilkan kosa kata yang fiksi dan autentik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 394 data, teknik yang paling banyak digunakan penerjemah adalah kalke (122) yang diikuti oleh peminjaman murni (78), kreasi diskursif (45), reduksi (34), Sinonim ( 22), generalisasi (22), transposisi (14), amplifikasi (10), penghapusan (8) dan kombinasi peminjaman dan kalke (39). Keterkaitan penelitian Rikka Kurki dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah keduanya menggunakan teori teknik penerjemahan oleh Molina dan Albir. Perbedaannya terletak pada sumber data. Sumber data dalam penelitian terdahulu adalah 22 episode film Stargate SG-1, sedangkan sumber data dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah Bab I buku Biology for Junior High School Bilingual.

Singgih Daru Kuncara, M.R. Nababan dan Sri Samiati (2013) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Terjemahan Tindak Tutur Direktif Pada Novel

(27)

The Godfather dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia”. Penelitian ini memberi perhatian khusus terhadap tuturan-tuturan. Hal tersebut disebabkan karena setiap tuturan mengandung maksud tertentu sesuai dengan konteks situasi yang menyertainya. Maksud lain penutur inilah yang harus diungkapkan oleh seorang penerjemah. Konteks situasi yang menaungi suatu tuturan, isi topik tuturan, kedudukan sosial penutur dan mitra tutur merupakan hal yang harus diperhatikan dalam menganalisa suatu ujaran. Penelitan ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan fungsi ilokusi tindak tutur direktif, penggunaan teknik penerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, dan dampaknya terhadap kualitas hasil penerjemahannya. Tindak tutur yang mengandung ilokusi direktif dalam novel the Godfather karya Mario Puzo adalah objek kajian dalam penelitin ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 153 data ditemukan sebanyak delapan fungsi ilokusi direkif. Fungsi tersebut adalah memerintah, menyarankan, meminta, memohon, melarang, menasihati, membujuk, dan menyilakan. Kemudian ditemukan sebanyak 12 teknik penerjemahan dengan frekuensi total penggunaan sebanyak dua kali. Teknik tersebut meliputi teknik harafiah, peminjaman murni, transposisi, reduksi, penambahan, modulasi, partikularisasi, adaptasi, amplifikasi linguistik, penghilangan, padanan lazim, deskripsi dan generalisasi. Teknik yang digunakan cenderung menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan mudah dipahami.Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah bahwa keduanya menggunakan teori Molina dan Albir dalam menganalisis teknik penerjemahan. Perbedaan keduanya terletak pada kajian yang dikaji. Objek kajian terdahulu adalah tindak tutur yang mengandung ilokusi direktif dalam novel the Godfather karya Mario Puzo,

(28)

sedangkan objek kajian dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah teknik penerjemahan dan tingkat kewajaran terjemahan.

Mashadi Said (2010) dalam jurnal yang berjudul “Menilai Terjemahan”. Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana meneliti kualitas terjemahan dan menjelaskan bagaimana menilai teknik terjemahan yang terdiri dari uji keakuratan, uji kewajaran, uji keterbacaan, terjemahan balik, uji keterpahaman, dan uji kekonsistenan. Kontribusi penelitian ini terhadap penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian ini memberikan masukan tentang teori Larson (1984:485) dalam mengkaji penilaian terjemahan.

Salar Manafi Anari (2009) dalam jurnal yang berjudul “Naturalness and Accuracy in English Translation of Hafiz”.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tingkat kewajaran (naturalness) dan keakuratan terjemahan Hafiz dalam bahasa Inggris oleh orang Inggris asli (native) dan orang Persia(non-native).Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1) Apakah ada perbedaan kewajaran(naturalness) dan keakuratan antara terjemahan Hafiz ke bahasa Inggris oleh orang Inggris asli(native) dengan orang Persia(non-native)? (2) Apakah mungkin suatu terjemahan mencapai kewajaran (naturalness) dan keakuratan dalam terjemahan puisi?. Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, beberapa sampel Hafiz dipilih dan dibandingkan antara kedua terjemahan yang berbeda. Terjemahan pertama dilakukan oleh Pazargi, penerjemah Persia, dan kedua dilakukan oleh Clarke, penerjemah Inggris.Penelitian ini menggunakan metode comperative descriptive.Setelah membandingkan antara kedua terjemahan tersebut, peneliti menarik kesimpulan

(29)

bahwa terjemahan yang dilakukan oleh penerjemah Persia lebih akurat, namun terjemahan yang dilakukan oleh penerjemah Inggris lebih wajar (natural). Jika penerjemah native dan non native bekerjasama dalam menerjemahkan suatu karya sastra, khususnya puisi, akan menghasilkan suatu terjemahan yang lebih baik dalam segi kewajaran (naturalness) dan keakuratan.Kontribusi penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian ini memberikan masukan tentang tingkat kewajaran oleh Larson (1984:485) dan bagaimana membedakan antara tingkat keakuratan dan tingkat kewajaran dan cara menganalisis data tersebut.

Kerangka Pikir

Kerangka pikir berikut ini menjelaskan alur pemikiran peneliti dalam pelaksanaan penelitian yang berkaitan erat dengan rumusan masalah yaitu (1) Teknik-teknik penerjemahaan apakah yang diterapkan penerjemah dalam menerjemahkan Bab 1 buku Biology for Junior High School Bilingual? (2) Bagaimanakah tingkat kewajaran terjemahan Bab 1 buku Biology for Junior High School Bilingual?

Berdasarkan rumusan tersebut, kerangka teori penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Kata, frasa, klausa, kalimat berbahasa

Inggrisdalam Bab 1 buku Biology for Junior High School Bilingual

Kata, frasa, klausa, kalimat berbahasa Indonesiadalam Bab 1 buku Biology for Junior High School Bilingual

(30)

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Teknik Penerjemahan

Molina dan Albir (2002:509)

Tingkat Kewajaran Larson(1984:485)

Gambar

Tabel 2.1: Aspek Penilaian Tingkat Kewajaran Terjemahan Aspek Yang

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu alat pengeringan yaitu rotary dryer (pengering putar) yang terdiri dari sebuah selongsong berbentuk silinder yang berputar, horisontal, atau agak miring ke bawah ke

Tidak berbeda dengan melihat hubungan kebutuhan praktis dengan faktor-faktor yang terkait dengan program, keberhasilan program dilihat melalui hubungan besar pinjaman, akses

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas nikmat-Nya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Magang (KKM) STIE PGRI Dewantara Jombang dapat diselesaikan tepat

Tetapi pada penelitian pengeringan tepung tapioka dengan menggunakan pengering unggun terfluidisasi ini, semakin cepat laju alir (4,5 m/s) kadar air produk tidak

Indeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi pedesaan) Bulan Juni 2011 naik sebesar 0,24 persen dari 132,53 pada bulan Mei 2011 menjadi 132,84 bulan Juni 2011, Kenaikan indeks

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39

Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Jabodetabekpunjur tahun 2008 dioverlay dengan peta administrasi Jabodetabek sehingga didapatkan peta RTR Kawasan Jabodetabek yang

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata minat belajar siswa di kelas kontrol adalah 36,39 % dan tergolong minat kurang tinggi, hal ini