• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Purwanto (2011: 38-39) belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Selanjutnya menurut Sudjana (2011:28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sagala (2010:11) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi).

(2)

Selanjutnya ada yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu- individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.Jelasnya menyangkut segala aspek organism dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Sardiman, 2007: 21).

Dari uraian tentang belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan mengamati, meniru, membaca, mendengarkan untuk membawa perubahan pada diri setiap individu-individu.Ketercapaian belajar tersebut berupa kemampuan-kemampuan baru yang meliputi pola perbuatan, nilai, motivasi, makna, sikap, apresiasi, kecakapan, keterampilan. Belajar juga merupakan suatu kegiatan yang kompleks yaitu tindakan belajar dari siswa.

(3)

b. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya Mudjiono (2006:3) mengatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

Penjelasan tiga ranah hasil belajar tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu (1) Tipe hasil belajar pengetahuan merupakan tipe hasil belajar tingkat rendah rendah.Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar selanjutnya. (2) Tipe hasil belajar pemahaman merupakan tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori yakni. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemah. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, pemahaman tingkat

(4)

ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi yakni membuat ramalan tentang konsekuensi. (3) Tipe hasil belajar aplikasi merupakan penggunaan abstraksi pada situasi kengkret atau situasinkhusus, abstraksi berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. (4) Tipe hasil belajar analisis merupakan usaha memilah suatu integrasi menjadi unsure-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman dan aplikasi. (5) Tipe hasil belajar Sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. (6) Tipe hasil belajar evaluasi merupakan pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dan lain-lain. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu.

(5)

Tabel 2.1

Hasil Belajar Aspek Kognitif Pada Materi Keliling dan Luas Jajargenjang dan Segitiga

No Indikator Aspek kognitif Soal

1. Mengetahui rumus keliling dan luas

jajargenjang dan segitiga Pengetahuan

Menyebutkan rumus keliling dan luas

jajargenjang dan segitiga 2. Memahami konsep rumus

keliling dan luas

jajargenjang dan segitiga Pemahaman

Menuliskan rumus keliling dan luas

jajargenjang dan segitiga 3. Menghitung keliling dan

luas jajargenjang dan segitiga

Penerapan

Menerapkan rumus keliling dan luas

jajargenjang dan segitiga yang sesuai dalam mengerjakan soal 4. Menghitung keliling dan

luas jajargenjang dan

segitiga Analisis

Mengerjakan soal dengan rumus yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga 2. Ranah Afektif

Karakter menurut Gordon Allport (Sulistyowati 2012:20) adalah sebagai kumpulan atau kristalisasi dari kebiasaan-kebiasaan seorang individu.

Sementara itu Aunillah (2011:18) pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen-komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.

Mustari (2011:42) disiplin diri adalah penundukan diri untuk mengatasi hasrat-hasrat yang mendasar. Disiplin diri biasanya disamakan artinya dengan “kontrol diri” (self-control).

(6)

disiplin merujuk pada instruksi sistematis yang diberikan pada murid (disciple).

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan social. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu (1) Reciving/ attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar, (2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya, (3) Valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut, (4) Organisasi, yakni pengembangan diri nilai ke dalam satu system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya, yang

(7)

termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi system nilai dan lain-lain, (5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya, kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

Tabel 2.2

Hasil Belajar Aspek Afektif Pada Materi Keliling dan Luas Jajargenjang dan Segitiga

No Aspek Afektif Indikator Kegiatan

1 Disiplin 1. Melaksanakan pembelajaran dengan baik 1. Siswa mengerjakaan setiap tugas yang diberika oleh guru 2. Siswa mengerjakan tugas-tugas dari guru pada waktunya. 3. Siswa berangkat tepat waktu 4. Siswa mencatat sesuatu yang dibaca maupun yang diamati saat pelajaran berlangsung. 3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni (1) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak

(8)

sadar), (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain, (4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan, (5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks, (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan akspresif dan interpretative.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku secara menyeluruh bukan hanya pada satu aspek saja tetapi secara utuh yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut tidak bisa bersiri sendiri karena satu dengan yang lain mempunyai keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

(9)

Tabel 2.3

Hasil Belajar Aspek Psikomotor Pada Materi Keliling dan Luas Jajargenjang dan Segitiga

No Indikator Aspek Psikomotor Kegiatan

1. Menyiapkan alat tulis

dengan lengkap Kelengkapan

Siswa menyiapkan alat tulis lengkap 2. Menggunakan alat

tulis sesuai kegunaan Peniruan

Siswa tepat dalam menggunakan alat tulis 3. Kerapihan dan ketepatan dalam pekerjaan Peniruan Siswa dapat menyelesaikan soal dengan tepat dan rapi

4. Merapikan alat tulis

Ketepatan Siswa tepat dalam merapikan alat tulis

2. Pembelajaran langsung

Pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas kontrol yaitu pembelajaran langsung.

Pembelajaran langsung (Direct instruction) merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan secara langsung oleh guru kepada peserta didik secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi dan tanya jawab) yang akan melibatkan seluruh kelas (Roy Killen dalam Kemendiknas, 2010: 23).

Dengan demikian, model pembelajaran ini berpusat kepada guru, guru akan menyampaikan isi materi pelajaran dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para peserta didik dan mempertahankan pencapaian akademik.

Menurut Kemendiknas (2010: 23-24) tujuan utama pembelajaran langsung untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar peserta didik. Pembelajaran langsung juga memiliki beberapa karakteristik yaitu (1) transformasi dan keterampilan secara langsung, (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu, (3) materi pembelajaran yang telah terstruktur, dan (5) distruktur oleh guru. Berikut ini akan disajikan tahapan model pembelajaran langsung:

(10)

Tabel 2.4. Tahapan pembelajaran langsung Tahap Bentuk Kegiatan

Orientasi 1. Kegiatan pendahuluan

2. Menginformasikan tujuan pembelajaran

3. Arahan mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan 4. Menginformasikan materi pelajaran

5. Menginformasikan kerangka pelajaran

Presentasi Guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep maupun keterampilan. Selain itu, pemberian contoh-contoh konsep, pemodelan keterampilan dengan cara demonstrasi, dan menjelaskan hal-hal yang sulit juga termasuk dalam langkah ini. Latihan

terstruktur

Guru memandu peserta didik untuk megadakan latihan. Peran guru sangat peting dalam memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik, memberi penguatan terhadap respon peserta didik yang benar, dan mengoreksi tanggapan peserta didik yang salah.

Latihan terbimbing

Peserta didik diberi kesempatan oleh guru untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing oleh guru untuk menilai kemampuan peserta didik dalam melaksanakan tugasnya. Dalam tahap ini peran guru yaitu memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.

Latihan mandiri

Peserta didik melakukan latihan secara mandiri. Tahap ini dpat dilalui peserta didik jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam tahap latihan.

Bruce dan Well (dalam kemendiknas, 2010:25) 3. Pengertian Matematika

Matematika menurut Ruseffendi (dalam Heruman 2010: 1), adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsure yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Matematika menurut Kerami (2002:158) adalah pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berkaitan. Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan

(11)

dengan idea, proses, dan penalaran (Russeffendi dalam Suwangsih dan Tiurlina, 2006:4).

Zevenbergen (2004:9-10) Mathematics is the social filter that facilitates the access of some students to professions of high status, wealth and power while excluding others. Developing nations actively seek their young to have access to mathematics, for they know that such knowledge will benefit them in the future.

Menurut Heruman (2010: 2-3), bahwa pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika adalah sebagai berikut:

1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengan kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman

(12)

konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

3) Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

Dari beberapa pengertian matematika tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, struktur yang terorganisasi yang terdapat beberapa konsep yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan .

(13)

4. Model Belajar Group Investigation a. Model Belajar Group Investigation

Menurut Lie (2008 : 28) menyebut bahwa model pembelajaran kooperatif dengan istilah model pembelajarna gotong-royong, berdasarkan pada falsafah homo homini socius artinya manusia adalah makluk sosial. Sedangkan pembelajaran kooperatif menurut Johnson (Isjoni, 2011 : 15) menjabarkan bahwa pembelajaran kooperatif mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama.

Model ini berasal dari premis bahwa dalam bidang sosial maupun intelektual proses pembelajaran di sekolah menggabungkan nilai-nilai yang didapatnya, keberhasilan model penggunaan ini sangat tergantung dengan latihan komunikasi dan berbagai keterampilan sosial yang dilakukan sebelumnya.

Menurut Uno (2011: 109) model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang berpusat pada guru. Pendekatan ini juga mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang benar.

Dalam implementasi investigasi kelompok guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5-6 orang yang sifatnya heterogen. Kelompok ini dapat dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan, atau minat yang sama dalam topik untuk

(14)

diselidik, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang terpilih. Kemudian, ia menyiapkan dan mempresentasikan laporan kelompoknya kepada seluruh kelas.

Adapun tahap-tahap pembelajaran group investigation menurut Uno (2011: 109), dibagi dalam lima tahap, yakni:

a. Tahap 1 : mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan ke dalam masing-masing kelompok kerja.

b. Tahap 2: merencanakan investigasi dalam kelompok c. Tahap 3: melaksanakan investigasi

d. Tahap 4: mempersiapkan laporan e. Tahap 5: mengevaluasi

Model pembelajaran group investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran cooperative learning yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi atau informasi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia,misalnya buku pelajaran, buku perpustakaan, koran, majalah, dan/atau internet. Model group investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses diskusi kelompok.

Menurut Slavin (Taniredja 2012:74) strategi kooperatif Group Investigation sebenarnya dilandasi oleh filosofi belajar John Dewey.

(15)

Sharan (Taniredja 2012: 75-76) karakteristik unik investigasi kelompok ada pada integrasi dari 4 fitur dasar yaitu investigasi, interaksi, penafsiran dan motivasi intrinsik dan diuraikan sebagai berikut:

1) Investigasi

Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah yang menantang dan rumit kepada kelas. Di tengah-tengah berlangsungnya penelitian mereka untuk mencari jawaban masalah, siswa membangun pengetahuan yang mereka peroleh, bukannya menerima apa yang diberikan guru kepada mereka.

2) Interaksi

Interaksi di antara siswa penting bagi investigasi kelompok. Ini adalah kendaraan yang dengannya siswa saling memberikan dorongan, saling mengembangkan gagasan satu sama lain, saling membantu untuk memfokuskan perhatian mereka terhadap tugas, dan bahkan saling mempertentangkan gagasan dengan menggunakan sudut pandang yang berseberangan.

3) Penafsiran

Pada saat siswa menjalankan penelitian, mereka secara individual, berpasangan dan dalam bentuk kelompok kecil, mereka mengumpulkan banyak sekali informasi dari berbagai sumber berbeda. Secara berkala mereka bertemu dengan anggota kelompok mereka untuk bertukar informasi dan gagasan.

(16)

4) Motivasi Intrinsik

Dengan mengundang siswa untuk menghubungkan masalah-masalah yang akan mereka selidiki berdasarkan keingintahuan, pengetahuan dan perasaan mereka, investigasi kelompok meningkatkan minat pribadi mereka untuk mencari informasi yang mereka perlukan. b. Langkah-langkah pelaksanaan model group investigation

Implementasi model pembelajaran group investigation menurut Kiranawati (2007), harus memenuhi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan terlebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang eranggotakan 2 sampai 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. 2) Merencanakan kerja sama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai belajar khusus, tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang telah dipilih.

3) Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan, pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk

(17)

menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. 4) Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5) Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu prespektif yang luas mengenai topik tersebut yang dikoordinir oleh guru.

6) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.

c. Materi Pelajaran Matematika

Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi keliling dan luas jajargenjang dan seitiga pada kelas IV semester I. Keliling dan luas jajarenjang dan segitiga merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran matematika.

(18)

Pada kurikulum dasar kelas IV SD, mata pelajaran matematika materi keliling dan luas jajargenjang dan segitiga, siswa dituntut untuk mampu menemukan atau mencari rumus dari keliling dan luas jajargenjang dan segitiga.

Materi geometri keliling dan luas jajargenjang dan segitiga

SK : 4. Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah.

KD: 4.1 Menentukan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga. 1) Keliling Segitiga

Seperti telah kita bahas sebelumnya, keliling adalah ukuran panjang sisi yang mengitari bangun datar. Mari kita tuliskan rumus keliling segitiga bersama-sama.

C

A B

Keliling segitiga ABC adalah jumlah panjang sisi-sisinya. Dituliskan sebagai berikut.

(19)

2) Luas Segitiga

Dalam segitiga, tidak ada ukuran panjang dan lebar. Sisi bawah disebut alas (a) dan sisi tegak disebut tinggi (t). Sehingga luassegitiga dirumuskan:

3) Keliling Jajargenjang

4) Luas Jajargenjang

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Sudarto dengan judul “upaya peningkatan hasil belajar pendidikan kewarganegraan menggunakan metode group investigation tema lingkungan di kelas III semester II tahun pelajaran 2009/2010 sekolah dasar negeri kesugihan kidul 01 kecamatan kesugihan”, peneliti melaksanakan selama 3 siklus dalam 3 pertemuan dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode group investigation dapat meningkatkan hasil belajar

L = x alas (a) x tinggi (t)

K = 2 x (AB + BC)

(20)

mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan tema lingkungan di kelas III sekolah dasar negeri kesugihan kidul 1 unit pelaksana teknis dinas pendidikan, pemuda dan olah raga kecamatan kesugihan kabupaten cilacap.

Terbukti adanya peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari pencapaian nilai rata-rata kelas dari pelaksanaan pre tes 6,05 pelaksanaan post tes siklus pertama 6,70 ada peningkatan 0,65 atau 10,74%. Nilai rata-rata kelas pada post tes siklus ke dua 7,15 ada peningkatan 0,45 atau 6,71% dan pelaksanaan siklus ke tiga 7,61 ada peningkatan 0,46 atau 6,43% maka peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa dari pelaksanaan pre tes 6,05 sampai post tes siklus ke tiga 7,61 mencapai 1,56 atau 25,785%.

C. Kerangka Pemikiran

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah banyak dipengaruhi dari berbagai faktor yang ada di lingkungan sekolah tersebut. Salah satunya adalah kualitas dari pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Diharapkan dengan menerapkan model belajar group investigation, siswa yang tidak suka dengan pelajaran matematika, cenderung pasif, dan hasil belajar yamg meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotor yang rendah akan lebih aktif, kreatif, dan merasa senang dalam belajar matematika yang berdampak pula pada peningkatan hasil belajar matematika.

Dengan penggunaan model belajar group investigastion dapat menumbuhkan rasa senang belajar matematika kepada siswa dan menumbuhkan pembelajaan yang menyenangkan. Dengan model group

(21)

investigation siswa bisa menginvestigasi mengenai hal baru dan menerangkannya di depan kelas.

Penggunaan model pembelajaran group investigation diharapkan dapat menumbuhkan rasa disiplin siswa sehingga dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

Bila dirumuskan dalam skema dapat digambarkan sebagai berikut:

Apabila diuraikan bagan diatas menjelaskan bahwa (X) yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan perlakuan atau kelas eksperimen menggunakan model belajar group investigation akan menghasilkan produk belajar siswa yaitu hasil belajar matematika (kognitif, afektif dan psikomotor).

Model pembelajaran group investigation diterapkan pada kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan khusus dan diharapkan dengan perlakuan berbeda akan menghasilkan hasil belajar matematika yang lebih baik.

Penerapan Model Belajar group

investigation (X)

Hasil Belajar Matematika (Kognitif, Afektif,

Psikomotor) (Y)

(22)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir diatas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif siswa kelas IV SD Negeri 3 Siwarak.

2. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap hasil belajar matematika aspek afektif siswa kelas IV SD Negeri 3 Siwarak.

3. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation terhadap hasil belajar matematika aspek psikomotor siswa kelas IV SD Negeri 3 Siwarak.

Gambar

Tabel 2.4. Tahapan  pembelajaran langsung   Tahap Bentuk Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

yang perilakunya tidak sopan karena memberi kepuasan hati bagi saya.. Pernyataan STS TS S

Kutipan (57),(58),(59),(60) menjelaskan bahwa tokoh Pak Wignyo di ibaratkan seperti Pohon kelapa yang kurus kering menjulang tinggi dikala kemarau di Parokinya. Ia seorang

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada Program

No BidangdanSubbidang Keg. Bidang dan Subbidang Keg. Bidang dan Subbidang Keg.. PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN INDIVIDUAL KULIAH KERJA NYATA REGULER UNIVERSITAS AHMAD

Saat menggunakan beban 9 Ons dengan tujuan meja 1, robot berhasil mengantar namun sangat lambat (kadang berhenti sesaat) dan untuk mengantar ke meja

Pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar bilangan pecahan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya motivasi belajar pada siklus

Bagi guru dan lembaga pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan pengetahuan dalam penggunaan pembelajaran yang tepat untuk proses