PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI
HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Lita Fadhilah
1003387
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT
SISWA SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)
Oleh Lita Fadhilah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Lita Fadhilah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.
PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA
SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)
Oleh
Lita Fadhilah
1003387
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Effy Mulyasari, M.Pd NIP. 196801182008012003
Diketahui,
PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)
Lita Fadhilah (1003387)
ABSTRACT
THE USE OF MANIPULATIVE MEDIA TO INCREASE CONCEPT UNDERSTANDING OF INTEGERS ARITHMETIC OPERATION FOR
ELEMENTARY STUDENTS
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Hasil Penelitian ... 5
E.Hipotesis Tindakan ... 6
F. Definisi Operasional ... 6
BAB II PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR 1. Pembelajaran Matematika di SD... 8
2. Media Manipulatif ... 10
3. Pemahaman Konsep ... 13
4. Bilangan Bulat ... 17
5. Penelitian yang Relevan ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian ... 26
B.Desain Penelitian ... 27
C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
D.Subjek Penelitian ... 29
E.Prosedur Penelitian ... 29
F. Instrumen Penelitian ... 32
G.Pengolahan dan Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 37
1. Siklus I ... 37
2. Siklus II ... 41
B.Pembahasan ... 50
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan ... 57
B.Rekomendasi ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN ... 62
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2012, hlm. 1), matematika adalah bahasa
simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang
pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak
didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke
dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (dalam Heruman, 2012,
hlm.1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola
pikir yang deduktif.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada di setiap
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kemampuan dasar yang harus dimiliki
siswa sebagai bekal mempelajari matematika salah satunya adalah kemampuan
berhitung. Kemampuan berhitung siswa perlu dipupuk dan dilatih dengan berbagai
teknik agar tertanam dalam pola berpikir anak sehingga nantinya dalam mempelajari
matematika tak ada kendala dalam hal kemampuan berhitung.
Saat kita bertanya pendapat seorang siswa tentang pembelajaran matematika,
maka akan banyak terdengar keluhan bahwa pelajaran matematika membosankan,
tidak menarik, bahkan penuh misteri, sehingga berujung pada hasil belajar
matematika kurang memuaskan. Hal tersebut diantaranya disebabkan masih
kurangnya kreatifitas guru matematika sebagai pengajar dalam menyajikan media
pembelajaran yang lebih menyenangkan dan dekat dengan dunia siswa. Sebagaimana
Arsyad (2006, hlm. 15) mengemukakan dua unsur yang amat penting dalam proses
pembelajaran di kelas yaitu model/strategi dan media pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah terdapat beberapa
permasalahan. Terkait dengan karekteristik matematika, objeknya yang abstrak,
memanipulasi bentuk-bentuk membuat siswa seringkali mengalami kesulitan. Objek
tersebut tidak semuanya bisa divisualisasikan dalam tiga dimensi yang bisa diindera
dengan baik oleh siswa. Hal ini menuntut peraga atau media yang tepat, yang mampu
membantu siswa memahami konsep yang diajarkan dan mampu mengatasi
keberagaman kecepatan belajar dan gaya belajar siswa, serta mengatasi keterbatasan
yang ada pada guru.
Menurut Jean Piaget (dalam Nyimas, dkk 2007), menyatakan bahwa ‘proses
berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak’. Menurut Bruner (dalam Nyimas, dkk 2007) mengungkapkan bahwa dalam ‘proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik siswa
dalam memahami suatu konsep matematika’. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu
model pembelajaran operasi bilangan bulat dengan menggunakan alat bantu mengajar
(media) yang mudah didapat atau dibuat oleh guru, dan bermanfaat bagi peningkatan
kualitas pembelajaran matematika.
Peran guru dalam menanamkan konsep terhadap siswa sangat besar dan utama.
Penguasaan materi pelajaran, kemampuan memilih dan menggunakan metode serta
penggunaan media yang tepat ikut menentukan terhadap keberhasilan proses
pembelajaran, disamping potensi dan kemauan siswa itu sendiri. Penggunaan media
pembelajaran akan mendukung dan memberi kontribusi besar dalam menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan. Siswa dapat melihat dan melakukan sendiri
sehingga proses menemukan dapat dialami.
Dari hasil observasi pada hari Kamis tanggal 13 Februari 2014 di kelas IV SDN
3 Cibogo yang berjumlah 25 siswa menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran
masih banyak permasalahan. Dalam proses pembelajaran matematika mengenai
belajar siswa. Berdasarkan hasil diagnosa, maka ditemukan beberapa kelemahan
diantaranya:
1. Siswa belum dapat menjalankan operasi hitung bilangan bulat dengan tepat. Hal
ini terlihat dari hasil evaluasi siswa yang sebanyak 70% masih dibawah KKM
yaitu <65.
2. Siswa belum dapat memahami masalah pada bilangan bulat yaitu konsep operasi
hitung bilangan bulat dan soal cerita. Hal ini terlihat pada saat siswa diberi soal
cerita, siswa belum bisa membedakan antara bilangan bulat positif dengan
bilangan bulat negatif.
3. Proses pembelajaran di kelas tidak didukung oleh media yang dapat
mempermudah siswa untuk memahami masalah pada materi ini dan pembelajaran
berpusat pada guru bukan pada siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya solusi yang tepat untuk
perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas IV SDN 3 Cibogo yaitu perlunya
meningkatkan mutu proses pembelajaran pada aspek kualitas dalam hal perubahan
tindakan proses belajar mengajar.
Belakangan ini, banyak media yang digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran yang dapat merangsang siswa menjadi lebih senang mengikuti
pembelajaran yaitu dengan menggunakan media manipulatif. Media manipulative
adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep
dan prosedur matematika. Penggunaan media manipulatif ini dimaksudkan untuk
mempermudah peserta didik dalam memahami konsep dan prosedur matematika.
Berpijak pada uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran
2013/2014)”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, secara
umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa dalam materi pokok operasi hitung bilangan bulat pada mata
pelajaran Matematika di kelas IV SDN 3 Cibogo?
Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu
berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Matematika melalui penggunaan media
manipulatif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pokok operasi
hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo?
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan
menggunakan media manipulatif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada
materi pokok operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo?
3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika
dengan menggunakan media manipulatif pada materi pokok operasi hitung
bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Perencanaan pembelajaran Matematika ketika menggunakan media manipulatif
2. Proses pelaksanaan pembelajaran Matematika ketika menggunakan media
manipulatif pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3
Cibogo.
3. Hasil penggunaan media manipulatif pada materi pokok operasi hitung bilangan
bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia
pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa
peningkatan pemahaman matematika pada operasi hitung bilangan bulat dapat
dilakukan dengan menggunakan media manipulatif.
2. Manfaat Praktis
Bagi siswa :
a. Meningkatkan pemahaman siswa mengenai operasi bilangan bulat.
b. Membiasakan siswa untuk belajar berpikir kritis, aktif, dan kreatif.
Bagi guru :
a. Memberikan informasi untuk menyelenggarakan pembelajaran aktif dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.
b. Memberi wacana baru tentang pembelajaran aktif melalui penggunaan media
manipulatif.
c. Memberikan informasi bahwa dengan adanya pembelajaran yang baik maka
dapat mewujudkan siswa yang cerdas, terampil, bersikap baik dan berprestasi.
a. Sebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar lebih
menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
b. Sebagai tolak ukur peningkatkan kualitas sekolah dalam melakukan inovasi
pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
c. Meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
E. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul “ Penggunaan Media Manipulatif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat Siswa Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Jika pembelajaran matematika dalam materi pokok operasi hitung bilangan bulat menggunakan media manipulatif dimungkinkan dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebelumnya.”
F. DEFINISI OPERASIONAL
1. Media Manipulatif
Menurut Muhsetyo dkk (2011) : media ini merupakan bagian langsung dari
mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh siswa yaitu dibalik,
dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau
diklasifikasikan. Adapun media manipulatif yang digunakan dalam penelitin ini
adalah media manipulatif operasi hitung bilangan bulat yang dibuat dari stik es
krim yang terdiri dari dua warna. Warna merah diumpamakan sebagai bilangan
2. Kemampuan Pemahaman Konsep
Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan dalam memahami
konsep, operasi dan relasi dalam matematika. Pemahaman konsep yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep menurut Kilpatrick (2001). Siswa
dikatakan paham apabila siswa telah mampu mencapai indicator. Indikator yang
diukur hanya beberapa indicator pemahaman konsep, diantaranya:
Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari
Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk
representasi matematis
Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma
3. Bilangan Bulat
Himpunan bilangan bulat (Fathani, 2012) adalah himpunan bilangan yang
anggota-anggotanya seluruh bilangan bulat yang meliputi bilangan bulat negatif, nol, dan positif. himpunan {….., -7, -6, -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,…} disebut himpunan bilangan bulat (integer). Himpunan bilangan bulat disimbolkan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD
1. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD
Belajar matematika merupakan konsep-konsep dan struktur abstrak yang
terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan dari
konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep
matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam
bentuk konkrit. Russeffendi (1992) mengungkapkan bahwa ‘alat peraga adalah
alat untuk menerangkan/mewujudkan konsep matematika sehingga materi
pelajaran yang disajikan mudah dipahami oleh siswa.’
Salah satu dari Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran
matematika yaitu, memahami konsep bilangan pecahan, perbandingan dalam
pemecahan masalah, serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari
Depdiknas 2006. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman
guru tentang hakekat pembelajaran matematika di SD dapat merancang
pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik yang sesuai degan perkembangan
kognitif siswa, penggunaan media, metode, dan pendekatan yang sesuai pula.
Sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta
terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang efektif.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep
atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,
(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan
pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam
penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1)
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan
dalam kehidupan sehari-hari, (2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat
dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) Mengembangkan kemampuan
dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis,
kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.
3. Ruang Lingkup Materi Matematika SD
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi
aspek-aspek sebagai berikut: (1)bilangan, (2)geometri, (3)pengolahan data
Depdiknas, 2006. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan,
dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi,
Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek,
peggunaan satuan ukuran dan pengukuran.
Pembelajaran matematika pada penelitian kali ini, akan menggunakan media
manipulatif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.
B. MEDIA MANIPULATIF
1. Hakikat Media
Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan , baik untuk bentuk jamak maupun
mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan juga organisasi yang memberikan
batasan mengenai pengertian media. Beberapa diantaranya mengemukakan bahwa
media adalah sebagai berikut:
Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Schram dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5).
Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5)
Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5)
Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5).
Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Gagne dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 6).
Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 6).
Jadi ditarik kesimpulan bahwa media adalah seperangkat alat bantu yang
digunakan untuk menyampaikan informasi dari pendidik kepada peserta didik
agar dapat menarik minat dan perhatian sehingga proses belajar mengajar yang
Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsure penting, yaitu unsure
peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsure pesan yang dibawanya
(message/software). Dengan demikian, media pembelajaran memerlukan
peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu,
tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale (dalam
Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 7) mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari
yang paling konkrit ke yang paling abstrak.
Gambar 2.1
Kerucut Pengalaman
Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman”
dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu
yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.
Media yang bervariasi sangat mempengaruhi kreativitas dan kecepatan
pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran. Guru dapat menyeleksi
media-media yang mudah didapatkan, aman, dan dapat digunakan dengan berbagai cara
cukup dengan model yang sederhana dan biasa ditemukan oleh siswa dalam
kesehariannya.
2. Fungsi dan Manfaat Media
Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran (Susilana dan Riyana,
2008, hlm. 9-10), dapat ditekankan beberapa hal berikut ini:
1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
3) Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.
4) Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata.
5) Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.
6) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.
7) Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.
Selain fungsi-fungsi sebagaimana telah diuraikan diatas, media
pembelajaran ini juga memiliki nilai dan manfaat (Susilana dan Riyana, 2008,
1) Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada siswa bisa dikonkritkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran.
2) Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar.
3) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.
4) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
3. Pengertian Media Manipulatif
Menurut Muhsetyo dkk (2011, hlm. 2.20) :
Media ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh siswa yaitu dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau diklasifikasikan.
Media manipulatif adalah segala benda yang dapat dilihat, disentuh,
didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan. Hal ini menunjukkan bahwa segala
sesuatu yang bisa dan biasa ditemukan siswa dalam kesehariannya dapat
dijadikan media pembelajaran yang lebih kontekstual. Media manipulatif
sepatutnya disesuaikan dengan tingkat kesiapan atau kematangan siswa pada
rentang usianya, dapat dimanipulasikan dan bervariasi sehingga menyenangkan
dan memberi kepuasan bagi siswa. Media manipulatif dalam pembelajaran
matematika SD adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan terutama untuk
menjelaskan konsep dan prosedur matematik.
Media manipulatif ini berfungsi untuk membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep yang belum jelas sehingga pencapaian hasil belajar yang
diharapkan dapat tercapai.
Adapun media manipulatif yang digunakan dalam penelitin ini adalah media
manipulatif operasi hitung bilangan bulat yang dibuat dari stik es krim yang
es krim berwarna merah diumpamakan sebagai bilangan bulat positif dan stik es
krim berwarna kuning diumpamakan sebagai bilangan bulat negatif.
C. PEMAHAHAMAN KONSEP
1. Hakikat Pemahaman
Pemahaman adalah pengkonstruksian makna dari pesan-pesan intruksional,
mencakup komunikasi lisan, tertulis, dan grafis.
Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar
pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna
atau arti dari sesuatu konsep. Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau
pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.
Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung didalamnya. Kedua pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan dua konsep yang berbeda. Ketiga pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau memperluas wawasan. (Sudjana, 2013, hlm. 50-51).
Klasifikasi pemahaman (Kesuma, 2011), yaitu:
Menginterpretasi yaitu mengubah sebuah bentuk sajian ke bentuk lainnya.
Mengeksemplifikasi yaitu menemukan sebuah contoh spesifik atau ilustrasi
dari sebuah konsep atau prinsip.
Mengklasifikasi yaitu menentukan bahwa sesuatu termasuk kedalam sebuah
kategori.
Summarizing (mengikhtisarkan) yaitu mengabstraksi sebuah tema umum atau
poin-poin pokok.
Menyimpulkan yaitu menggambarkan sebuah simpulannlogis dari informasi
Membandingkan yaitu mendeteksi korespondensi antara dua ide, objek, dan
lain-lain.
Menjelaskan, mengeksplanasi yaitu mengkonstruksi sebuah model sebab-akibat dari sebuah sistem.
2. Pemahaman Konsep
Salah satu kecakapan (proficiency) dalam matematika yang penting dimiliki
oleh siswa adalah pemahaman konsep (conceptual understanding).
Menurut Sanjaya (dalam Dedi, 2013) mengemukakan pemahaman konsep
adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran,
tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang
sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001, hlm. 116) “Pemahaman
konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep,
operasi dan relasi dalam matematika.”
Kompetensi pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan menguasai
gagasan-gagasan matematika secara fungsional dan terintegrasi. Para siswa yang
memiliki kompetensi pemahaman konsep mengetahui bahwa fakta-fakta dan
metode itu tidak terpisah-pisah. Dia dapat mengorganisir pengetahuannya ke
dalam suatu kesatuan yang koheren, yang memungkinkan mereka untuk
mempelajari gagasan-gagasan matematika yang baru dengan mengaitkannya
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pemahaman konsep mendukung
daya ingat, sebab fakta-fakta dan metode dipelajari dengan saling terkait, mereka
lebih mudah untuk mengingat dan menggunakannya, serta mereka dapat
mengkonstruksi ulang ketika lupa (Hiebert dan Carpenter dalam Kilpatrick,
Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Memang, tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini dalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika (Heruman, 2012, hlm. 2):
1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengn kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.
2) Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya. 3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
Salah satu indikator dari conceptual understanding adalah dapat
mengetahui menggunakan representasi yang berbeda itu dapat digunakan untuk
tujuan-tujuan yang berbeda. Tingkat conceptual understanding siswa saling
berrelasi dengan banyaknya dan keluasan koneksi yang mereka ketahui
(Kilpatrick, Swafford, dan Findell, 2001).
Adapun indikator dari pemahaman konsep matematis siswa (Kilpatrick, Swafford, & Findell, 2001) adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan ulang secara verbal konsep yang telah dipelajari.
b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan untuk membentuk konsep tersebut.
c. Menerapkan konsep secara algoritma.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika. e. Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).
Pada penelitian kali ini, pemahaman konsep yang akan ditingkatkan yaitu
konsep operasi hitung bilangan bulat.
D. BILANGAN BULAT
1. Pengertian, Macam, dan Lawan Bilangan Bulat
Menurut Fathani (2012):
Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang anggota-anggotanya seluruh bilangan bulat yang meliputi bilangan bulat negatif, nol, dan positif. himpunan {….., -7, -6, -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,…} disebut himpunan bilangan bulat (integer). Himpunan bilangan bulat disimbolkan dengan huruf Z.
Perhatikan himpunan bilangan bulat berikut: …., -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5,….
Bilangan disebelah kanan 0 disebut bilangan bulat positif, sedangkan
bilangan disebelah kiri 0 disebut bilangan bulat negatif. Jjadi, bilangan bulat
Gambar 2.2
Garis Bilangan
Kedudukan sebuah bilangan dengan bilangan yang lain yang berurutan pada
suatu garis bilangan akan mempunyai jarak yang sama.
Lawan suatu bilangan adalah bilangan itu sendiri yang memiliki tanda yang
berlawanan dengan bilangan yang dimaksudkan contohnya -5 merupakan lawan
bilangan dari 5.
Bilangan bulat dapat dikelompokkan ke dalam himpunan bilangan bulat
positif yang merupakan himpunan bilangan asli, bilangan nol, serta bilangan bulat
negatif.
Bilangan-bilangan bulat negatif merupakan lawan bilangan dari
bilangan-bilangan bulat positifnya.
Lambang negatif suatu bilangan adalah menunjuk kepada kedudukan
bilangan tersebut yang berada disebelah kiri dari titik pangkal suatu garis
bilangan sejauh bilangannya itu sendiri.
Suatu bilangan yang tidak bertanda diartikan bahwa bilangan tersebut
adalah positif.
2. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat
1) Operasi hitung penjumlahan bilangan bulat terdiri dari:
2 + 3 = 5
b. Penjumlahan dua bilangan bulat negatif
(-2) + (-3) = -5
c. Penjumlahan bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif
(-2) + 3 = 1
d. Penjumlahan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif
2+ (-3) = -1
2) Operasi hitung pengurangan bilangan bulat
a. Pengurangan dua bilangan bulat positif
Siapkan 2 buah stik berwarna merah
Karena yang akan diambil 3 stik merah, maka perlu ditambahkan lagi 1
stik merah dan 1 stik kuning sehingga hasilnya akan tetap sama yaitu
positif 2.
Ambilah 3 stik merah karena pengurangnya positif 3
Hasilnya adalah -1, karena yang bersisa 1 stik kuning
b. Pengurangan dua bilangan bulat negatif
Siapkan 2 buah stik berwarna kuning
Ambil lagi 3 buah stik kuning. Karena ada 2 stik kuning, maka harus
ditambah 1 stik kuning dan 1 stik merah sehingga hasilnya akan tetap
sama yaitu negatif 2.
Ambilah 3 stik kuning
Hasilnya adalah 1, karena yang bersisa 1 stik merah
c. Pengurangan bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif
(-2) - 3 = -5
Ambil 3 stik merah. Karena tidak ada stik merah, maka harus ditambah 3
buah stik merah dan 3 buah stik kuning sehingga hasilnya tetap sama
yaitu negatif 2.
Ambil 3 stik merah.
Hasilnya adalah -5 karena yang bersisa adalah 5 buah stik kuning.
d. Pengurangan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif
2 - (-3) = 5
Karena pengurangnya adalah negatif 3, maka yang harus diambil stik
kuning sebanyak 3. Karena tidak ada stik kuning maka tambahkan 3
buah stik kuning dan 3 buah stik merah sehingga hasilnya tetap sama
yaitu positif 2.
Ambil 3 buah stik kuning
Hasilnya adalah 5, karena yang masih bersisa adalah 5 buah stik merah.
3) Sifat-sifat operasi hitung pada bilangan bulat.
a. Sifat-sifat operasi hitung penjumlahan pada bilangan bulat
sifat ketertutupan
sifat komutatif
untuk semua a, b, € Z, maka a + b = b + a
sifat asosiatif
untuk semua a, b, c, € Z, maka a + (b + c) = (a + b) + c
terdapat unsure identitas penjumlahan
untuk semua a € Z, ada 0 € Z sehingga a + 0 = 0 + a 0 disebut unsure satuan (identitas) penjumlahan.
terdapat invers penjumlahan
untuk masing-masing a € Z, ada (-a) € Z
sehingga a + (-a) = (-a) + a = 0
(-a) disebut invers perjumlahan dari a.
b. Sifat-sifat operasi hitung pengurangan pada bilangan bulat
sifat ketertutupan
untuk semua a, b, € Z, maka a - b € Z
E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang relevan dengan Penelitian Tindakan Kelas mengenai
peningkatan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat degan menggunakan
media juga pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu sebagai berikut.
Vina Muliati, mahasiswi UPI Bandung dengan judul “Penggunaan Local
Materials dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Penjumlahan Bilangan Bulat”. Perbedaan yang terjadi pada penelitian Vina Muliati yaitu pada Variabel X yang menjadi solusi untuk meningkatkan pemahaman
konsep operasi hitung bilangan bulat. Dan terbukti dengan menggunakan media,
pemahaman konsep siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat ketika sebelum
rendah. Setelah pelaksanaan siklus I rata-rata hasil hasil tes menjadi 64,48. Dan
setelah pelaksanaan siklus II rata-rata hasil tes meningkat menjadi 82,59.
Dapat disimpulkan bahwa menurut penelitian yang telah diuraikan di atas,
untuk meningkatkan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat harus
menggunakan media pembelajaran dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu peneliti akan mencoba untuk melakukan penelitian mengenai peningkatan
pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat menggunakan media manipulatif.
F. KERANGKA BERPIKIR
Kemampuan operasi hitung bilangan bulat merupakan kemampuan dasar yang
harus dimiliki siswa, namun masih banyak siswa yang belum bisa cara
mengoperasikan bilangan bulat yang berbeda tanda. Dari permasalahan tersebut,
sikap guru haruslah kreatif dan tanggapi menyikapi masalah itu. Hal ini bisa
dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran yang lebih menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Oleh karena itu, peneliti akan mencoba menggunakan media manipulatif yang
dapat mengatasi kesulitan operasi hitung bilangan bulat pada siswa yaitu stik es krim
berwarna. Penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran operasi hitung
bilangan bulat dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas. Adapun paparan
kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai
Gambar 2.3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman
konsep operasi hitung bilangan bulat siswa menggunakan media manipulatif SEB.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung.
Menurut Arikunto (2010) ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, yaitu
penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek
dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat
dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan
wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang sedang belajar.
Kasihani (dalam Sukayati, 2008, hlm. 8) menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan.
Dari beberapa definisi di atas, penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan
sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di
kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang
lebih baik. Secara umum PTK bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang
B. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian tindakan kelas
yang diadaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart
(dalam Arikunto, 2010) penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus
spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi),
dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
Gambar 3.1
Model Kemmis & McTaggart
Merujuk pada model spiral dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2010),
maka rencana tindakan terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut :
a. Perencanaan (Plan)
Setelah menemukan masalah, peneliti merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan
b. Tindakan (Act)
Merealisasikan perencanaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Meliputi
tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman
konsep siswa.
c. Pengamatan (Observe)
Mencakup prosedur perekaman data tentang proses dan hasil implementasi
tindakan yang dilakukan. Penggunaan pedoman atau instrument yang telah
disiapkan sebelumnya.
d. Refleksi (Reflect)
Menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi
tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan, serta kriteria
dan rencana tindakan pada siklus berikutnya.
Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi disesuaikan dengan hasil
pengamatan yang didapatkan dari siklus sebelumnya. Siklus dihentikan jika
ketuntasan klasikal sudah mencapai minimal 85%. Suatu kelas dikatakan tuntas
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang
telah tuntas belajarnya (Depdikbud dalam Trianto, 2010, hlm. 241).
C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 3 Cibogo yang terletak di Kecamatan
Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi
tersebut karena sekolah tersebut merupakan tempat sekolah PLP.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di kelas IV semester
D. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Semester II SD Negeri 3 Cibogo
Tahun Ajaran 2013/ 2014 sebanyak 25 orang terdiri atas 13 perempuan dan 12
laki-laki. Namun ketika dilakukan penelitian, pada siklus I yang hadir 21 siswa dan pada
siklus II 20 siswa yang hadir. Jadi pada penelitian ini hanya 20 siswa yang menjadi
subjek penelitian.
E. PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah dalam bentuk pengkajian siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Rencana pelaksanaannya terdiri dari
dua siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Hal ini dilakukan
untuk melihat sejauh mana kemampuan respon yang telah dicapai siswa.
Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah sebagai berikut:
1) Mengkaji teori-teori yang mendukung ke perpustakaan
2) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument penelitian dan
menyiapkan media/alat/bahan praktikan).
3) Menyiapkan media pembelajaran.
4) Menyusun instrument penelitian
5) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan melakukan
6) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument
penelitian dan menyiapkan media/alat/bahan yang akan digunakan)
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Melaksanakan pembelajaran materi operasi penjumlahan bilangan bulat
dengan menggunakan media manipulatif SEB.
2) Melaksanakan pembelajaran materi operasi penjumlahan bilangan bulat
menggunakan LKS
3) Meminta rekan guru dan teman sejawat mengobservasi saat pembelajaran.
c. Tahap Observasi Tindakan/ Pengamatan
1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas
penelitian.
2) Mengamati kesesuaian penggunaan media manipulatif dengan materi
bahasan yang berlangsung.
3) Mengamati keterhubungan antara penggunaan media manipulatif dengan
proses dan hasil belajar dalam meningkatkan pemahaman konsep operasi
penjumlahan bilangan bulat.
4) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa saat proses
pembelajaran berlangsung.
d. Tahap Refleksi Tindakan
1) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan yang akan digunakan sebagai
sumber untuk tindakan selanjutnya.
2) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan
yang ditemukan setelah melakukan diskusi dengan mitra peneliti.
Siklus II
Tahap perencanaan pada siklus 2 yaitu merumuskan hal-hal yang masih
belum tercapai, dan peneliti merasa masih harus melakukan tindak lanjut.
Tahap perencanaan ini didasarkan pada hasil refleksi pada siklus pertama.
Berikut adalah rinciannya:
1) Mengkaji teori-teori yang mendukung ke perpustakaan
2) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument penelitian dan
menyiapkan media/alat/bahan praktikan).
3) Menyiapkan media pembelajaran.
4) Menyusun instrument penelitian
5) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan melakukan
observasi.
6) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument
penelitian dan menyiapkan media/alat/bahan yang akan digunakan)
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Melaksanakan pembelajaran materi operasi pengurangan bilangan bulat
dengan menggunakan media manipulatif SEB.
2) Melaksanakan pembelajaran materi operasi pengurangan bilangan bulat
menggunakan LKS
3) Meminta rekan guru dan teman sejawat mengobservasi saat pembelajaran.
c. Tahap Observasi Tindakan/ Pengamatan
1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas
penelitian.
2) Mengamati kesesuaian penggunaan media manipulatif dengan materi
bahasan yang berlangsung.
3) Mengamati keterhubungan antara penggunaan media manipulatif dengan
proses dan hasil belajar dalam meningkatkan pemahaman konsep operasi
4) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa saat proses
pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan terhadap apa yang telah
diobservasi berdasarkan catatan lapangan. Informasi tersebut selanjutnya
diurai, diuji, dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya kemudian
dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Apabila
masih terdapat kekurangan maka akan dilakukan tindak lanjut pada siklus
berikutnya.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
a. Instrumen Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk setiap siklus.
Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator
pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, dan kegiatan belajar
mengajar.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan untuk memfasilitasi siswa
menyelesaikan masalah pada pembelajaran dengan cara diskusi bersama
teman di kelompok.
b. Instrumen Pengumpulan Data
Tes
Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa yang
digunakan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan kemampuan
siswa dalam pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat setelah
mengikuti pembelajaran dengan penggunaan media manipulatif.
Observasi
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas
guru dan siswa selama pembelajaran dengan penggunaan media
manipulatif untuk meningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi
hitung bilangan bulat. Lembar observasi juga berfungsi sebagai bahan
refleksi apakah proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun atau tidak.
G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Deskriptif Kualitatif
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif karena analisis ini bertalian dengan uraian deskriptif tentang
perkembangan proses pembelajaran. Teknik tersebut mencakup kegiatan
mengungkap kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar
untuk menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.
2. Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan pada data hasil tes kemampuan pemahaman
konsep operasi hitung bilangan bulat dengan statistika deskriptif.
a. Penyekoran hasil tes
Skala poin untuk setiap butir soal memiliki bobot yang berbeda. Oleh
karena itu, dibuat skoring rubrik sebagai pedoman penyekoran hasil tes
Tabel 3.1
Skoring Rubrik Soal Evaluasi
No.Soal Poin Keterangan
1
0 poin Tidak ada jawaban (kosong)
5 poin Hanya mencontohkan 1 cerita tetapi salah
10 poin Hanya mencontohkan 1 cerita dan benar
atau mencontohkan 2 cerita yang tipe
ceritanya sama.
15 poin Mencontohkan 2 cerita, tetapi hanya 1 yang
benar.
20 poin Mencontohkan 2 cerita dan keduanya benar.
2
0 poin Tidak ada jawaban (kosong)
5 poin Menjawab 1 soal tetapi salah.
10 poin Menjawab 1 soal dan benar.
15 poin Menjawab 2 soal dan hanya 1 soal yang
benar
20 poin Menjawab 2 soal dan semua jawaban benar.
3
0 poin Tidak ada jawaban (kosong).
b. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:
X = ∑�
Keterangan:
∑N = total nilai yang diperoleh siswa N = jumlah siswa
X = nilai rata-rata kelas
c. Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan
rumus:
TB = ∑� ≥ x 100 %
Keterangan:
∑S ≥ 65 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 65
n = banyak siswa
100 % = bilangan tetap
TB = ketuntasan belajar
d. Menghitung peningkatan kemampuan siswa setiap siklus
Dari data hasil tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung
bilangan bulat di setiap siklus pembelajaran, ditentukan besarnya gain
dengan perhitungan sebagai berikut (Prabawanto, dalam Permatasari
2013):
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi
hitung bilangan bulat dari setiap siklus yang telah dilakukan dengan
mengetahui gain rata-rata yang telah dinormalisasi berdasarkan efektivitas
pembelajaran dengan rumus sebagai berikut (Prabawanto dalam
Permatasari, 2013):
<g> = � � �−�+ − � � �−�
� � − � � �−�
Adapun kriteria efektivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Interpretasi Gain yang Ternormalisasi
Nilai <g> Interpretasi
0,00 – 0,30 Rendah
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Tinggi
e. Menghitung Persentase Instrumen RPP
Berdasarkan bimbingan dengan guru, diperoleh persentase instrument
RPP dengan rumus:
% = ∑ � x 100 %
Keterangan:
f. Menghitung Persentase Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan lembar observasi yang dinilai oleh observer, diperoleh
persentase selama pelaksanaan pembelajaran dengan rumus:
% = ∑ �
8 x 100 % Keterangan:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Bagian ini memaparkan tentang hasil penelitian yang disusun berdasarkan
rumusan masalah. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan pemaparan hasil setiap siklus
terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan kemampuan pemahaman
konsep operasi hitung bilangan bulat.
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan instrumen yang digunakan
dalam penelitian, baik instrumen pembelajaran maupun instrumen pengumpul data.
Instrumen pembelajaran terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kerja Siswa (LKS). Materi yang tercantum pada RPP siklus I adalah tentang
penjumlahan bilangan bulat. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP Siklus I
disesuaikan dengan penggunaan media manipulatif SEB dengan bantuan model NHT
(Number Heads Together). Peneliti meminta bimbingan dari guru untuk mengetahui
kekurangan dalam pembuatan RPP. Peneliti pun menyusun LKS untuk memfasilitasi
siswa dalam mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan penjumlahan bilangan
bulat. Kedua instrumen pembelajaran dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan
direvisi setelah mendapat beberapa masukan, seperti masih terdapat langkah
pembelajaran yang hiden atau kurang jelas.
Instrumen pengumpul data terdiri dari lembar observasi dan tes kemampuan
pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Sebelum membuat tes kemampuan
pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat, peneliti menyusun kisi-kisi soal
dapat diukur. Setelah mendapatkan izin dari dosen pembimbing untuk melakukan
penelitian, peneliti pun mulai melaksanakan pelaksanaan siklus I.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti datang ke sekolah untuk memohon izin
kepada pihak sekolah, yaitu kepala sekolah, wali kelas IV, dan siswa kelas IV. Pada
kesempatan tersebut, peneliti melakukan konsultasi mengenai jadwal penelitian.
Berdasarkan instrument penilaian RPP yang dinilai guru di Siklus I, persentase
keterlaksanaan pembuatan RPP adalah sebesar 88 % (dapat dilihat di lampiran C.1).
b. Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2014 dari pukul 07.15 sampai
dengan pukul 09.00 WIB di ruang kelas IV SDN 3 Cibogo. Observer pada siklus I
adalah Tati Hendarti, S.Pd.SD yang merupakan guru kelas IV serta Novi Indrawati
dan Arieska Adzantya yang merupakan teman sejawat peneliti.
Kegiatan awal pada pembelajaran antara lain guru memotivasi siswa dan
mengkondisikan siswa agar siap belajar. Setelah itu, guru melakukan apersepsi
dengan mengingat kembali konsep bilangat bulat yang pernah dipelajari. Selanjutnya,
guru menyampaikan pokok materi ajar yang akan dipelajari, yaitu penjumlahan
bilangat bulat. Pada kegiatan inti, guru memberikan ilustrasi cerita berupa soal
penjumlahan bilangan bulat yang ditulis di papan kelas. Beberapa siswa
mengacungkan tangan dan guru menunjuk salah satu diantara mereka. Siswa tersebut
maju dan dapat menyelesaikan masalah yang diajukan guru dengan benar. Maka
siswa tersebut mendapatkan reward berupa stiker bintang dan tepuk tangan. Guru pun
mulai menjelaskan tentang cara-cara menyelesaikan soal dengan menggunakan media
manippulatif SEB. Melalui pembahasan soal yang dikerjakan siswa tadi, guru
memperkenalkan media stik es krim kepada siswa sebagai penunjang dalam
mengerjakan operasi penjumlahan bilangan bulat. Media stik es krim tersebut terdiri
bilangan bulat positif, sedangkan stik kuning mewakili bilangan bulat negatif.
Apabila setiap stik merah yang menempel berpasangan dengan stik kuning maka
mewakili bilangan nol. Guru memperagakan cara menggunakan media tersebut,
kemudian mempersilakan seorang siswa untuk menggunakan media tersebut di
depan. Beberapa siswa pun mengacungkan tangan dan guru menunjuk salah seorang
diantaranya. Setelah siswa tersebut selesai menggunakan media, siswa lain pun mulai
berebut untuk maju ke depan dan menggunakan media stik es krim. Guru pun
memberi kesempatan salah seorang siswa lagi untuk maju. Setelah itu, guru bertanya
apakah siswa telah paham mengenai materi yang disampaikan guru. Sebagian besar
siswa menjawab paham. Guru pun mulai membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana
setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan membagi nomor kepada setiap kelompok
serta membagikan media manipulative SEB sebanyak 40 stik (20 stik merah dan 20
stik kuning). Setiap kelompok mengerjakan lembar kerja siswa dan berdiskusi
mengenai soal-soal pada LKS. Setelah selesai, guru mengocok nomor, lalu guru
memanggil nomor tersebut untuk maju dan mempresentasikan hasil pekerjaan
masing-masing. Setelah itu, guru mengumumkan kelompok terbaik, yaitu kelompok
yang memperoleh skor tertinggi. Kelompok terbaik tersebut mendapatkan reward
berupa stiker medali bertuliskan 1. Setelah itu, guru bersama siswa bertanya jawab
meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan.
Setelah itu, siswa mengerjakan soal evaluasi mengenai operasi penjumlahan bilangan
bulat. Pada kegiatan penutup, guru menutup pembelajaran.
Berdasarkan lembar observasi yang dinilai observer di Siklus I, persentase
aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran adalah sebesar 89%
(dapat dilihat di lampiran C.3). Kekurangan guru selama mengajar adalah
menjelaskan tugas kelompok, memotivasi siswa untuk bekerjasama, dan bertanya
c. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat
Berdasarkan tes yang telah dilakukan di akhir siklus I, diperoleh data skor
mengenai ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 4.1
Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SDN
3 Cibogo adalah 65. Berdasarkan hasil skor tersebut, diperoleh persentase ketuntasan
belajar siswa pada Siklus I sebagai berikut:
TB = ∑� ≥
TB = x 100% = 80%
Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SDN
3 Cibogo adalah 65. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas, hal tersebut
dikarenakan hasil belajar siswa kelas IV yang masih rendah, sehingga KKM yang
digunakan hanya 65. Jadi, apabila nilai siswa ≥ 65, maka siswa tersebut dinyatakan
lulus. Namun apabila nilai siswa < 65, maka siswa tersebut dinyatakan belum lulus.
Berdasarkan analisis kuantitatif hasil skor tersebut, diperoleh persentase ketuntasan
belajar siswa pada Siklus I sebesar 80%.
d. Refleksi
Berdasarkan lembar observasi presentase aktivitas guru dan siswa yaitu 89%.
Kekurangan guru selama mengajar adalah menjelaskan tugas kelompok, memotivasi
siswa untuk bekerjasama, dan bertanya jawab tentang hal yang belum dipahami
siswa ketika kegiatan akhir. Peneliti menyadari tidak bertanya hal-hal yang belum
dipahami siswa ketika kegiatan akhir. Sementara itu, dalam kegiatan kelompok,
peneliti pun kurang jelas dalam menjelaskan tugas kelompok dan memotivasi siswa
untuk bekerjasama karena berhubung alokasi waktu pada pembelajaran telah hampir
selesai. Sedangkan kekurangan pada aktivitas siswa terletak pada melakukan
kerjasama di dalam kelompok, memperhatikan dan menanggapi presentasi teman,
serta bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan instrumen yang digunakan
dalam penelitian, baik instrumen pembelajaran maupun instrumen pengumpul data.
Lembar Kerja Siswa (LKS). Langkah-langkah pembelajaran pada RPP Siklus II
disesuaikan dengan penggunaan media manipulatif SEB dengan bantuan model
Course Review Horray. RPP dalam siklus II adalah tentang pengurangan bilangan
bulat. Peneliti meminta bimbingan dari guru untuk mengetahui kekurangan dalam
pembuatan RPP. LKS disusun untuk memfasilitasi siswa dalam mengerjakan
soal-soal yang berhubungan dengan pengurangan bilangan bulat. Kedua instrumen
pembelajaran dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan direvisi setelah
mendapat beberapa masukan, seperti masih terdapat langkah pembelajaran yang
hiden atau kurang jelas. Selain itu, RPP Siklus II juga dikembangkan berdasarkan
hasil refleksi Siklus I. Berdasarkan lembar observasi dan nilai tes siswa pada Siklus I,
terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki pada Siklus II. Diantaranya adalah: Guru perlu merencanakan pembelajaran dengan matang.
Masalah yang digunakan dalam pembelajaran harus kontekstual atau dekat
dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Dalam membimbing diskusi kelompok, perhatian guru harus lebih merata dan optimal.
Guru tidak bertanya mengenai hal yang belum dipahami siswa.
Sedangkan kelebihannya adalah sebagai berikut:
Guru memberikan ice breaking yang dapat memotivasi siswa.
Model pembelajaran telah cukup memfasilitasi mengurangnya kejenuhan siswa
dalam pembelajaran.
Reward bintang yang diberikan guru memotivasi siswa untuk aktif menyelesaikan
masalah di depan kelas.
Siswa senang berdiskusi di dalam kelompok.
Game yang dilaksanakan dalam pembelajaran cukup mengembangkan jiwa
Berdasarkan kekurangan dan kelebihan pembelajaran pada Siklus I, maka
perencanaan Siklus II disusun dengan mempertahankan kelebihan dan memperbaiki
kekurangan. Materi yang diajarkan pada Siklus II adalah mengenai pengurangan
bilangan bulat.
Selain instrumen pembelajaran, instrumen yang digunakan pada Siklus II adalah
instrumen pengumpul data. Instrumen pengumpul data terdiri dari lembar observasi
dan tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Sebelum
membuat tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat, peneliti
menyusun kisi-kisi soal agar setiap indikator kemampuan pemahaman konsep operasi
hitung bilangan bulat dapat diukur. Setelah mendapatkan izin dari dosen pembimbing
untuk melakukan penelitian, peneliti pun mulai melaksanakan pelaksanaan siklus II.
Berdasarkan instrument penilaian RPP yang dinilai guru di Siklus II, persentase
keterlaksanaan pembuatan RPP adalah sebesar 96 % (dapat dilihat di lampiran C.2).
Berdasarkan bimbingan dengan guru terhadap instrument RPP, diperoleh
Gambar 4.1
Persentase Penilaian RPP
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 26 Mei 2013 dari pukul
08.00 sampai dengan pukul 09.45 WIB di ruang kelas IV SDN 3 Cibogo. Observer
pada siklus II adalah Tati Hendarti, S.Pd.SD yang merupakan guru kelas IV serta
Isnie Nendita yang merupakan teman sejawat peneliti.
Pada kegiatan awal, guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali
konsep penjumlahan bilangan bulat yang telah diajarkan, guru memotivasi siswa agar
siap belajar. Selanjutnya, guru menyampaikan pokok materi ajar yang akan dipelajari
yaitu pengurangan bilangan bulat, serta guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti, guru mengilustrasikan sebuah cerita berupa soal pengurangan
bilangan bulat yang ditulis di papan tulis. Lalu guru memberi kesempatan pada siswa
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Terdapat banyak siswa yang mengacungkan
tangan dan berebut untuk menjawab di depan. Hal tersebut dipengaruhi oleh reward
stiker bintang yang memotivasi keaktifan siswa untuk berani tampil di depan kelas.
Guru pun menunjuk seorang siswa, namun jawabannya salah. Lalu guru
membenarkan jawaban siswa dengan menggunakan media manipulative SEB (Stik Es
krim Berwarna). Ketika guru mendemonstrasikan media manipulative SEB pada
konsep pengurangan, siswa agak sulit untuk mengerti karena konsep pengurangan
lebih sulit dibanding konsep penjumlahan bilangan bulat dan memang sebagian besar
siswa di kelas ini berkemampuan rendah sehingga guru menjelaskannya lumayan
lama dengan banyak contoh soal yang dijelaskan. Setelah itu, guru menjelaskan
jenis-jenis masalah yang merupakan operasi pengurangan bilangan bulat, yaitu yang
mengandung unsur-unsur kata: turun, mundur, dikurangi, dan sebagainya. Guru juga
bawah permukaan laut, dan sebagainya. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok
yang setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Teknik pembagian kelompok dengan cara
berhitung 1 sampai 5. Teknik ini dianggap cocok diterapkan di kelas IV SDN 3
Cibogo karena agar pembagian kelompok lebih adil. Selanjutnya guru membagikan
stik es krim berwarna sebanyak 40 buah (20 stik merah dan 20 stik kuning) dan kertas
jawaban yang berisi 4 kotak. Kertas ini digunakan untuk menjawab pertanyaan yang
dibacakan guru dan siswa menjawabnya dalam kotak tersebut. Jika jawaban siswa
benar diberi tanda v, dan jika sudah mendapat tanda v vertical atau horizontal atau
diagonal harus segera berteriak horay dan mendapatkan stiker bintang. Setiap
kelompok mengerjakan LKS mengenai masalah-masalah operasi pengurangan
bilangan bulat. Lalu guru membahas LKS tersebut secara acak, dan jika jawaban
siswa benar jika sudah mendapat benar berbentuk vertical atau horizontal atau
diagonal harus segera berteriak horay dan mendapatkan stiker bintang. Selanjutnya
guru mengumumkan kelompok terbaik yaitu kelompok yang memperoleh skor
tertinggi dan memberi reward berupa stiker bergambar medali bertuliskan 1 untuk
masing-masing anggota kelompok terbaik. Setelah itu, guru bertanya tentang hal-hal
yang belum diketahui siswa dan bersama siswa bertanya jawab, meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan. Setelah itu, siswa
mengerjakan soal evaluasi mengenai operasi pengurangan bilangan bulat. Pada
kegiatan penutup, guru menutup pembelajaran.
Berdasarkan lembar observasi yang dinilai observer di Siklus II, persentase
aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran adalah sebesar 100 %
(dapat dilihat di lampiran C.4).
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif terhadap lembar observasi aktivitas guru
Gambar 4.2
Persentase Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
c. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat
Berdasarkan tes yang telah dilakukan di akhir siklus II, diperoleh data skor
mengenai ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 4.2