• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI

HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Lita Fadhilah

1003387

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Lita Fadhilah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lita Fadhilah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.

PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA

SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh

Lita Fadhilah

1003387

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Effy Mulyasari, M.Pd NIP. 196801182008012003

Diketahui,

(4)
(5)

PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014)

Lita Fadhilah (1003387)

(6)

ABSTRACT

THE USE OF MANIPULATIVE MEDIA TO INCREASE CONCEPT UNDERSTANDING OF INTEGERS ARITHMETIC OPERATION FOR

ELEMENTARY STUDENTS

(7)
(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Hasil Penelitian ... 5

E.Hipotesis Tindakan ... 6

F. Definisi Operasional ... 6

BAB II PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT SISWA SEKOLAH DASAR 1. Pembelajaran Matematika di SD... 8

2. Media Manipulatif ... 10

3. Pemahaman Konsep ... 13

4. Bilangan Bulat ... 17

5. Penelitian yang Relevan ... 24

(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian ... 26

B.Desain Penelitian ... 27

C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

D.Subjek Penelitian ... 29

E.Prosedur Penelitian ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 32

G.Pengolahan dan Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 37

1. Siklus I ... 37

2. Siklus II ... 41

B.Pembahasan ... 50

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Simpulan ... 57

B.Rekomendasi ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 62

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2012, hlm. 1), matematika adalah bahasa

simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang

pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke

dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (dalam Heruman, 2012,

hlm.1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola

pikir yang deduktif.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada di setiap

jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kemampuan dasar yang harus dimiliki

siswa sebagai bekal mempelajari matematika salah satunya adalah kemampuan

berhitung. Kemampuan berhitung siswa perlu dipupuk dan dilatih dengan berbagai

teknik agar tertanam dalam pola berpikir anak sehingga nantinya dalam mempelajari

matematika tak ada kendala dalam hal kemampuan berhitung.

Saat kita bertanya pendapat seorang siswa tentang pembelajaran matematika,

maka akan banyak terdengar keluhan bahwa pelajaran matematika membosankan,

tidak menarik, bahkan penuh misteri, sehingga berujung pada hasil belajar

matematika kurang memuaskan. Hal tersebut diantaranya disebabkan masih

kurangnya kreatifitas guru matematika sebagai pengajar dalam menyajikan media

pembelajaran yang lebih menyenangkan dan dekat dengan dunia siswa. Sebagaimana

Arsyad (2006, hlm. 15) mengemukakan dua unsur yang amat penting dalam proses

pembelajaran di kelas yaitu model/strategi dan media pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah terdapat beberapa

permasalahan. Terkait dengan karekteristik matematika, objeknya yang abstrak,

(11)

memanipulasi bentuk-bentuk membuat siswa seringkali mengalami kesulitan. Objek

tersebut tidak semuanya bisa divisualisasikan dalam tiga dimensi yang bisa diindera

dengan baik oleh siswa. Hal ini menuntut peraga atau media yang tepat, yang mampu

membantu siswa memahami konsep yang diajarkan dan mampu mengatasi

keberagaman kecepatan belajar dan gaya belajar siswa, serta mengatasi keterbatasan

yang ada pada guru.

Menurut Jean Piaget (dalam Nyimas, dkk 2007), menyatakan bahwa ‘proses

berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak’. Menurut Bruner (dalam Nyimas, dkk 2007) mengungkapkan bahwa dalam ‘proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik siswa

dalam memahami suatu konsep matematika’. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu

model pembelajaran operasi bilangan bulat dengan menggunakan alat bantu mengajar

(media) yang mudah didapat atau dibuat oleh guru, dan bermanfaat bagi peningkatan

kualitas pembelajaran matematika.

Peran guru dalam menanamkan konsep terhadap siswa sangat besar dan utama.

Penguasaan materi pelajaran, kemampuan memilih dan menggunakan metode serta

penggunaan media yang tepat ikut menentukan terhadap keberhasilan proses

pembelajaran, disamping potensi dan kemauan siswa itu sendiri. Penggunaan media

pembelajaran akan mendukung dan memberi kontribusi besar dalam menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan. Siswa dapat melihat dan melakukan sendiri

sehingga proses menemukan dapat dialami.

Dari hasil observasi pada hari Kamis tanggal 13 Februari 2014 di kelas IV SDN

3 Cibogo yang berjumlah 25 siswa menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran

masih banyak permasalahan. Dalam proses pembelajaran matematika mengenai

(12)

belajar siswa. Berdasarkan hasil diagnosa, maka ditemukan beberapa kelemahan

diantaranya:

1. Siswa belum dapat menjalankan operasi hitung bilangan bulat dengan tepat. Hal

ini terlihat dari hasil evaluasi siswa yang sebanyak 70% masih dibawah KKM

yaitu <65.

2. Siswa belum dapat memahami masalah pada bilangan bulat yaitu konsep operasi

hitung bilangan bulat dan soal cerita. Hal ini terlihat pada saat siswa diberi soal

cerita, siswa belum bisa membedakan antara bilangan bulat positif dengan

bilangan bulat negatif.

3. Proses pembelajaran di kelas tidak didukung oleh media yang dapat

mempermudah siswa untuk memahami masalah pada materi ini dan pembelajaran

berpusat pada guru bukan pada siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya solusi yang tepat untuk

perbaikan dalam proses pembelajaran di kelas IV SDN 3 Cibogo yaitu perlunya

meningkatkan mutu proses pembelajaran pada aspek kualitas dalam hal perubahan

tindakan proses belajar mengajar.

Belakangan ini, banyak media yang digunakan untuk mendukung proses

pembelajaran yang dapat merangsang siswa menjadi lebih senang mengikuti

pembelajaran yaitu dengan menggunakan media manipulatif. Media manipulative

adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep

dan prosedur matematika. Penggunaan media manipulatif ini dimaksudkan untuk

mempermudah peserta didik dalam memahami konsep dan prosedur matematika.

Berpijak pada uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

(13)

Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran

2013/2014)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, secara

umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana meningkatkan

pemahaman siswa dalam materi pokok operasi hitung bilangan bulat pada mata

pelajaran Matematika di kelas IV SDN 3 Cibogo?

Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu

berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Matematika melalui penggunaan media

manipulatif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi pokok operasi

hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo?

2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan

menggunakan media manipulatif untuk meningkatkan pemahaman siswa pada

materi pokok operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo?

3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika

dengan menggunakan media manipulatif pada materi pokok operasi hitung

bilangan bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1. Perencanaan pembelajaran Matematika ketika menggunakan media manipulatif

(14)

2. Proses pelaksanaan pembelajaran Matematika ketika menggunakan media

manipulatif pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat di kelas IV SDN 3

Cibogo.

3. Hasil penggunaan media manipulatif pada materi pokok operasi hitung bilangan

bulat di kelas IV SDN 3 Cibogo.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia

pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa

peningkatan pemahaman matematika pada operasi hitung bilangan bulat dapat

dilakukan dengan menggunakan media manipulatif.

2. Manfaat Praktis

Bagi siswa :

a. Meningkatkan pemahaman siswa mengenai operasi bilangan bulat.

b. Membiasakan siswa untuk belajar berpikir kritis, aktif, dan kreatif.

Bagi guru :

a. Memberikan informasi untuk menyelenggarakan pembelajaran aktif dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.

b. Memberi wacana baru tentang pembelajaran aktif melalui penggunaan media

manipulatif.

c. Memberikan informasi bahwa dengan adanya pembelajaran yang baik maka

dapat mewujudkan siswa yang cerdas, terampil, bersikap baik dan berprestasi.

(15)

a. Sebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar lebih

menggunakan media pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

b. Sebagai tolak ukur peningkatkan kualitas sekolah dalam melakukan inovasi

pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

c. Meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

E. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul “ Penggunaan Media Manipulatif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat Siswa Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

“Jika pembelajaran matematika dalam materi pokok operasi hitung bilangan bulat menggunakan media manipulatif dimungkinkan dapat meningkatkan

pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebelumnya.”

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Media Manipulatif

Menurut Muhsetyo dkk (2011) : media ini merupakan bagian langsung dari

mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh siswa yaitu dibalik,

dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau

diklasifikasikan. Adapun media manipulatif yang digunakan dalam penelitin ini

adalah media manipulatif operasi hitung bilangan bulat yang dibuat dari stik es

krim yang terdiri dari dua warna. Warna merah diumpamakan sebagai bilangan

(16)

2. Kemampuan Pemahaman Konsep

Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan dalam memahami

konsep, operasi dan relasi dalam matematika. Pemahaman konsep yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep menurut Kilpatrick (2001). Siswa

dikatakan paham apabila siswa telah mampu mencapai indicator. Indikator yang

diukur hanya beberapa indicator pemahaman konsep, diantaranya:

 Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari

 Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk

representasi matematis

 Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma

3. Bilangan Bulat

Himpunan bilangan bulat (Fathani, 2012) adalah himpunan bilangan yang

anggota-anggotanya seluruh bilangan bulat yang meliputi bilangan bulat negatif, nol, dan positif. himpunan {….., -7, -6, -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,…} disebut himpunan bilangan bulat (integer). Himpunan bilangan bulat disimbolkan

(17)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

1. Hakikat Pembelajaran Matematika di SD

Belajar matematika merupakan konsep-konsep dan struktur abstrak yang

terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahan dari

konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep

matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam

bentuk konkrit. Russeffendi (1992) mengungkapkan bahwa ‘alat peraga adalah

alat untuk menerangkan/mewujudkan konsep matematika sehingga materi

pelajaran yang disajikan mudah dipahami oleh siswa.’

Salah satu dari Standar Kompetensi Lulusan SD pada mata pelajaran

matematika yaitu, memahami konsep bilangan pecahan, perbandingan dalam

pemecahan masalah, serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

Depdiknas 2006. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pemahaman

guru tentang hakekat pembelajaran matematika di SD dapat merancang

pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik yang sesuai degan perkembangan

kognitif siswa, penggunaan media, metode, dan pendekatan yang sesuai pula.

Sehingga guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif serta

terselenggaranya kegiatan pembelajaran yang efektif.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat dilihat di dalam kurikulum

tingkat satuan pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar

(18)

matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep

atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,

(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan

dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau

masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan

pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam

penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1)

Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan

dalam kehidupan sehari-hari, (2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat

dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) Mengembangkan kemampuan

dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis,

kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

3. Ruang Lingkup Materi Matematika SD

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi

aspek-aspek sebagai berikut: (1)bilangan, (2)geometri, (3)pengolahan data

Depdiknas, 2006. Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan,

dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi,

(19)

Cakupan pengukuran berkaitan dengan perbandingan kuantitas suatu obyek,

peggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

Pembelajaran matematika pada penelitian kali ini, akan menggunakan media

manipulatif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.

B. MEDIA MANIPULATIF

1. Hakikat Media

Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan , baik untuk bentuk jamak maupun

mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan juga organisasi yang memberikan

batasan mengenai pengertian media. Beberapa diantaranya mengemukakan bahwa

media adalah sebagai berikut:

 Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Schram dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5).

 Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5)

 Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5)

 Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 5).

 Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Gagne dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 6).

 Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso dalam Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 6).

Jadi ditarik kesimpulan bahwa media adalah seperangkat alat bantu yang

digunakan untuk menyampaikan informasi dari pendidik kepada peserta didik

agar dapat menarik minat dan perhatian sehingga proses belajar mengajar yang

(20)

Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsure penting, yaitu unsure

peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsure pesan yang dibawanya

(message/software). Dengan demikian, media pembelajaran memerlukan

peralatan untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu,

tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut.

Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Edgar Dale (dalam

Susilana dan Riyana, 2008, hlm. 7) mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari

yang paling konkrit ke yang paling abstrak.

Gambar 2.1

Kerucut Pengalaman

Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “kerucut pengalaman”

dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu

yang paling sesuai untuk pengalaman belajar.

Media yang bervariasi sangat mempengaruhi kreativitas dan kecepatan

pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran. Guru dapat menyeleksi

media-media yang mudah didapatkan, aman, dan dapat digunakan dengan berbagai cara

(21)

cukup dengan model yang sederhana dan biasa ditemukan oleh siswa dalam

kesehariannya.

2. Fungsi dan Manfaat Media

Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran (Susilana dan Riyana,

2008, hlm. 9-10), dapat ditekankan beberapa hal berikut ini:

1) Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.

2) Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Hal ini mengandung pengertian bahwa media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.

3) Media pembelajaran dalam penggunaannya harus relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai dan isi pembelajaran itu sendiri. Fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan bahan ajar.

4) Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa semata.

5) Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwa dengan media media pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat.

6) Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran memiliki nilai yang tinggi.

7) Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.

Selain fungsi-fungsi sebagaimana telah diuraikan diatas, media

pembelajaran ini juga memiliki nilai dan manfaat (Susilana dan Riyana, 2008,

(22)

1) Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada siswa bisa dikonkritkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran.

2) Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar.

3) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.

4) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

3. Pengertian Media Manipulatif

Menurut Muhsetyo dkk (2011, hlm. 2.20) :

Media ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran matematika dan dimanipulasikan oleh siswa yaitu dibalik, dipotong, digeser, dipindahkan, digambar, dipilah, dikelompokkan atau diklasifikasikan.

Media manipulatif adalah segala benda yang dapat dilihat, disentuh,

didengar, dirasakan, dan dimanipulasikan. Hal ini menunjukkan bahwa segala

sesuatu yang bisa dan biasa ditemukan siswa dalam kesehariannya dapat

dijadikan media pembelajaran yang lebih kontekstual. Media manipulatif

sepatutnya disesuaikan dengan tingkat kesiapan atau kematangan siswa pada

rentang usianya, dapat dimanipulasikan dan bervariasi sehingga menyenangkan

dan memberi kepuasan bagi siswa. Media manipulatif dalam pembelajaran

matematika SD adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan terutama untuk

menjelaskan konsep dan prosedur matematik.

Media manipulatif ini berfungsi untuk membantu siswa dalam memahami

konsep-konsep yang belum jelas sehingga pencapaian hasil belajar yang

diharapkan dapat tercapai.

Adapun media manipulatif yang digunakan dalam penelitin ini adalah media

manipulatif operasi hitung bilangan bulat yang dibuat dari stik es krim yang

(23)

es krim berwarna merah diumpamakan sebagai bilangan bulat positif dan stik es

krim berwarna kuning diumpamakan sebagai bilangan bulat negatif.

C. PEMAHAHAMAN KONSEP

1. Hakikat Pemahaman

Pemahaman adalah pengkonstruksian makna dari pesan-pesan intruksional,

mencakup komunikasi lisan, tertulis, dan grafis.

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar

pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna

atau arti dari sesuatu konsep. Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau

pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.

Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung didalamnya. Kedua pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan dua konsep yang berbeda. Ketiga pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau memperluas wawasan. (Sudjana, 2013, hlm. 50-51).

Klasifikasi pemahaman (Kesuma, 2011), yaitu:

 Menginterpretasi yaitu mengubah sebuah bentuk sajian ke bentuk lainnya.

 Mengeksemplifikasi yaitu menemukan sebuah contoh spesifik atau ilustrasi

dari sebuah konsep atau prinsip.

 Mengklasifikasi yaitu menentukan bahwa sesuatu termasuk kedalam sebuah

kategori.

 Summarizing (mengikhtisarkan) yaitu mengabstraksi sebuah tema umum atau

poin-poin pokok.

 Menyimpulkan yaitu menggambarkan sebuah simpulannlogis dari informasi

(24)

 Membandingkan yaitu mendeteksi korespondensi antara dua ide, objek, dan

lain-lain.

 Menjelaskan, mengeksplanasi yaitu mengkonstruksi sebuah model sebab-akibat dari sebuah sistem.

2. Pemahaman Konsep

Salah satu kecakapan (proficiency) dalam matematika yang penting dimiliki

oleh siswa adalah pemahaman konsep (conceptual understanding).

Menurut Sanjaya (dalam Dedi, 2013) mengemukakan pemahaman konsep

adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran,

tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah

dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang

sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001, hlm. 116) “Pemahaman

konsep (conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep,

operasi dan relasi dalam matematika.”

Kompetensi pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan menguasai

gagasan-gagasan matematika secara fungsional dan terintegrasi. Para siswa yang

memiliki kompetensi pemahaman konsep mengetahui bahwa fakta-fakta dan

metode itu tidak terpisah-pisah. Dia dapat mengorganisir pengetahuannya ke

dalam suatu kesatuan yang koheren, yang memungkinkan mereka untuk

mempelajari gagasan-gagasan matematika yang baru dengan mengaitkannya

dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Pemahaman konsep mendukung

daya ingat, sebab fakta-fakta dan metode dipelajari dengan saling terkait, mereka

lebih mudah untuk mengingat dan menggunakannya, serta mereka dapat

mengkonstruksi ulang ketika lupa (Hiebert dan Carpenter dalam Kilpatrick,

(25)

Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Memang, tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini dalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika (Heruman, 2012, hlm. 2):

1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengn kata “mengenal”. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya. 3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

Salah satu indikator dari conceptual understanding adalah dapat

(26)

mengetahui menggunakan representasi yang berbeda itu dapat digunakan untuk

tujuan-tujuan yang berbeda. Tingkat conceptual understanding siswa saling

berrelasi dengan banyaknya dan keluasan koneksi yang mereka ketahui

(Kilpatrick, Swafford, dan Findell, 2001).

Adapun indikator dari pemahaman konsep matematis siswa (Kilpatrick, Swafford, & Findell, 2001) adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang secara verbal konsep yang telah dipelajari.

b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan untuk membentuk konsep tersebut.

c. Menerapkan konsep secara algoritma.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika. e. Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).

Pada penelitian kali ini, pemahaman konsep yang akan ditingkatkan yaitu

konsep operasi hitung bilangan bulat.

D. BILANGAN BULAT

1. Pengertian, Macam, dan Lawan Bilangan Bulat

Menurut Fathani (2012):

Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang anggota-anggotanya seluruh bilangan bulat yang meliputi bilangan bulat negatif, nol, dan positif. himpunan {….., -7, -6, -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,…} disebut himpunan bilangan bulat (integer). Himpunan bilangan bulat disimbolkan dengan huruf Z.

Perhatikan himpunan bilangan bulat berikut: …., -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5,….

Bilangan disebelah kanan 0 disebut bilangan bulat positif, sedangkan

bilangan disebelah kiri 0 disebut bilangan bulat negatif. Jjadi, bilangan bulat

(27)

Gambar 2.2

Garis Bilangan

Kedudukan sebuah bilangan dengan bilangan yang lain yang berurutan pada

suatu garis bilangan akan mempunyai jarak yang sama.

Lawan suatu bilangan adalah bilangan itu sendiri yang memiliki tanda yang

berlawanan dengan bilangan yang dimaksudkan contohnya -5 merupakan lawan

bilangan dari 5.

Bilangan bulat dapat dikelompokkan ke dalam himpunan bilangan bulat

positif yang merupakan himpunan bilangan asli, bilangan nol, serta bilangan bulat

negatif.

Bilangan-bilangan bulat negatif merupakan lawan bilangan dari

bilangan-bilangan bulat positifnya.

Lambang negatif suatu bilangan adalah menunjuk kepada kedudukan

bilangan tersebut yang berada disebelah kiri dari titik pangkal suatu garis

bilangan sejauh bilangannya itu sendiri.

Suatu bilangan yang tidak bertanda diartikan bahwa bilangan tersebut

adalah positif.

2. Operasi Hitung pada Bilangan Bulat

1) Operasi hitung penjumlahan bilangan bulat terdiri dari:

(28)

2 + 3 = 5

b. Penjumlahan dua bilangan bulat negatif

(-2) + (-3) = -5

c. Penjumlahan bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif

(-2) + 3 = 1

d. Penjumlahan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif

2+ (-3) = -1

2) Operasi hitung pengurangan bilangan bulat

a. Pengurangan dua bilangan bulat positif

(29)

 Siapkan 2 buah stik berwarna merah

 Karena yang akan diambil 3 stik merah, maka perlu ditambahkan lagi 1

stik merah dan 1 stik kuning sehingga hasilnya akan tetap sama yaitu

positif 2.

 Ambilah 3 stik merah karena pengurangnya positif 3

 Hasilnya adalah -1, karena yang bersisa 1 stik kuning

b. Pengurangan dua bilangan bulat negatif

(30)

 Siapkan 2 buah stik berwarna kuning

 Ambil lagi 3 buah stik kuning. Karena ada 2 stik kuning, maka harus

ditambah 1 stik kuning dan 1 stik merah sehingga hasilnya akan tetap

sama yaitu negatif 2.

 Ambilah 3 stik kuning

 Hasilnya adalah 1, karena yang bersisa 1 stik merah

c. Pengurangan bilangan bulat negatif dan bilangan bulat positif

(-2) - 3 = -5

(31)

 Ambil 3 stik merah. Karena tidak ada stik merah, maka harus ditambah 3

buah stik merah dan 3 buah stik kuning sehingga hasilnya tetap sama

yaitu negatif 2.

 Ambil 3 stik merah.

 Hasilnya adalah -5 karena yang bersisa adalah 5 buah stik kuning.

d. Pengurangan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif

2 - (-3) = 5

(32)

 Karena pengurangnya adalah negatif 3, maka yang harus diambil stik

kuning sebanyak 3. Karena tidak ada stik kuning maka tambahkan 3

buah stik kuning dan 3 buah stik merah sehingga hasilnya tetap sama

yaitu positif 2.

 Ambil 3 buah stik kuning

 Hasilnya adalah 5, karena yang masih bersisa adalah 5 buah stik merah.

3) Sifat-sifat operasi hitung pada bilangan bulat.

a. Sifat-sifat operasi hitung penjumlahan pada bilangan bulat

 sifat ketertutupan

(33)

 sifat komutatif

untuk semua a, b, € Z, maka a + b = b + a

 sifat asosiatif

untuk semua a, b, c, € Z, maka a + (b + c) = (a + b) + c

 terdapat unsure identitas penjumlahan

untuk semua a € Z, ada 0 € Z sehingga a + 0 = 0 + a 0 disebut unsure satuan (identitas) penjumlahan.

 terdapat invers penjumlahan

untuk masing-masing a € Z, ada (-a) € Z

sehingga a + (-a) = (-a) + a = 0

(-a) disebut invers perjumlahan dari a.

b. Sifat-sifat operasi hitung pengurangan pada bilangan bulat

 sifat ketertutupan

untuk semua a, b, € Z, maka a - b € Z

E. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan dengan Penelitian Tindakan Kelas mengenai

peningkatan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat degan menggunakan

media juga pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu sebagai berikut.

Vina Muliati, mahasiswi UPI Bandung dengan judul “Penggunaan Local

Materials dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Penjumlahan Bilangan Bulat”. Perbedaan yang terjadi pada penelitian Vina Muliati yaitu pada Variabel X yang menjadi solusi untuk meningkatkan pemahaman

konsep operasi hitung bilangan bulat. Dan terbukti dengan menggunakan media,

pemahaman konsep siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat ketika sebelum

(34)

rendah. Setelah pelaksanaan siklus I rata-rata hasil hasil tes menjadi 64,48. Dan

setelah pelaksanaan siklus II rata-rata hasil tes meningkat menjadi 82,59.

Dapat disimpulkan bahwa menurut penelitian yang telah diuraikan di atas,

untuk meningkatkan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat harus

menggunakan media pembelajaran dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Oleh

karena itu peneliti akan mencoba untuk melakukan penelitian mengenai peningkatan

pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat menggunakan media manipulatif.

F. KERANGKA BERPIKIR

Kemampuan operasi hitung bilangan bulat merupakan kemampuan dasar yang

harus dimiliki siswa, namun masih banyak siswa yang belum bisa cara

mengoperasikan bilangan bulat yang berbeda tanda. Dari permasalahan tersebut,

sikap guru haruslah kreatif dan tanggapi menyikapi masalah itu. Hal ini bisa

dilakukan dengan menerapkan strategi pembelajaran yang lebih menyenangkan

sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Oleh karena itu, peneliti akan mencoba menggunakan media manipulatif yang

dapat mengatasi kesulitan operasi hitung bilangan bulat pada siswa yaitu stik es krim

berwarna. Penggunaan media manipulatif dalam pembelajaran operasi hitung

bilangan bulat dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas. Adapun paparan

kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai

(35)

Gambar 2.3

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan pemahaman

konsep operasi hitung bilangan bulat siswa menggunakan media manipulatif SEB.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung.

Menurut Arikunto (2010) ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK, yaitu

penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek

dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau

informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik minat

dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan

tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang

sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dalam hal ini kelas bukan

wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang sedang belajar.

Kasihani (dalam Sukayati, 2008, hlm. 8) menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki

kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan.

Dari beberapa definisi di atas, penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan

sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di

kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang

lebih baik. Secara umum PTK bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang

(37)

B. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian tindakan kelas

yang diadaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart

(dalam Arikunto, 2010) penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus

spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi),

dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.

Gambar 3.1

Model Kemmis & McTaggart

Merujuk pada model spiral dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2010),

maka rencana tindakan terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut :

a. Perencanaan (Plan)

Setelah menemukan masalah, peneliti merencanakan tindakan yang akan

dilakukan, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan

(38)

b. Tindakan (Act)

Merealisasikan perencanaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Meliputi

tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman

konsep siswa.

c. Pengamatan (Observe)

Mencakup prosedur perekaman data tentang proses dan hasil implementasi

tindakan yang dilakukan. Penggunaan pedoman atau instrument yang telah

disiapkan sebelumnya.

d. Refleksi (Reflect)

Menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi

tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan, serta kriteria

dan rencana tindakan pada siklus berikutnya.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi disesuaikan dengan hasil

pengamatan yang didapatkan dari siklus sebelumnya. Siklus dihentikan jika

ketuntasan klasikal sudah mencapai minimal 85%. Suatu kelas dikatakan tuntas

belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang

telah tuntas belajarnya (Depdikbud dalam Trianto, 2010, hlm. 241).

C. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 3 Cibogo yang terletak di Kecamatan

Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi

tersebut karena sekolah tersebut merupakan tempat sekolah PLP.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di kelas IV semester

(39)

D. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Semester II SD Negeri 3 Cibogo

Tahun Ajaran 2013/ 2014 sebanyak 25 orang terdiri atas 13 perempuan dan 12

laki-laki. Namun ketika dilakukan penelitian, pada siklus I yang hadir 21 siswa dan pada

siklus II 20 siswa yang hadir. Jadi pada penelitian ini hanya 20 siswa yang menjadi

subjek penelitian.

E. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah dalam bentuk pengkajian siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Rencana pelaksanaannya terdiri dari

dua siklus dilakukan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Hal ini dilakukan

untuk melihat sejauh mana kemampuan respon yang telah dicapai siswa.

Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah sebagai berikut:

1) Mengkaji teori-teori yang mendukung ke perpustakaan

2) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument penelitian dan

menyiapkan media/alat/bahan praktikan).

3) Menyiapkan media pembelajaran.

4) Menyusun instrument penelitian

5) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan melakukan

(40)

6) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument

penelitian dan menyiapkan media/alat/bahan yang akan digunakan)

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Melaksanakan pembelajaran materi operasi penjumlahan bilangan bulat

dengan menggunakan media manipulatif SEB.

2) Melaksanakan pembelajaran materi operasi penjumlahan bilangan bulat

menggunakan LKS

3) Meminta rekan guru dan teman sejawat mengobservasi saat pembelajaran.

c. Tahap Observasi Tindakan/ Pengamatan

1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas

penelitian.

2) Mengamati kesesuaian penggunaan media manipulatif dengan materi

bahasan yang berlangsung.

3) Mengamati keterhubungan antara penggunaan media manipulatif dengan

proses dan hasil belajar dalam meningkatkan pemahaman konsep operasi

penjumlahan bilangan bulat.

4) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa saat proses

pembelajaran berlangsung.

d. Tahap Refleksi Tindakan

1) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan yang akan digunakan sebagai

sumber untuk tindakan selanjutnya.

2) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan

yang ditemukan setelah melakukan diskusi dengan mitra peneliti.

Siklus II

(41)

Tahap perencanaan pada siklus 2 yaitu merumuskan hal-hal yang masih

belum tercapai, dan peneliti merasa masih harus melakukan tindak lanjut.

Tahap perencanaan ini didasarkan pada hasil refleksi pada siklus pertama.

Berikut adalah rinciannya:

1) Mengkaji teori-teori yang mendukung ke perpustakaan

2) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument penelitian dan

menyiapkan media/alat/bahan praktikan).

3) Menyiapkan media pembelajaran.

4) Menyusun instrument penelitian

5) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan melakukan

observasi.

6) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS, instrument

penelitian dan menyiapkan media/alat/bahan yang akan digunakan)

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Melaksanakan pembelajaran materi operasi pengurangan bilangan bulat

dengan menggunakan media manipulatif SEB.

2) Melaksanakan pembelajaran materi operasi pengurangan bilangan bulat

menggunakan LKS

3) Meminta rekan guru dan teman sejawat mengobservasi saat pembelajaran.

c. Tahap Observasi Tindakan/ Pengamatan

1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas

penelitian.

2) Mengamati kesesuaian penggunaan media manipulatif dengan materi

bahasan yang berlangsung.

3) Mengamati keterhubungan antara penggunaan media manipulatif dengan

proses dan hasil belajar dalam meningkatkan pemahaman konsep operasi

(42)

4) Melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa saat proses

pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan terhadap apa yang telah

diobservasi berdasarkan catatan lapangan. Informasi tersebut selanjutnya

diurai, diuji, dan dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya kemudian

dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Apabila

masih terdapat kekurangan maka akan dilakukan tindak lanjut pada siklus

berikutnya.

F. INSTRUMEN PENELITIAN

a. Instrumen Pembelajaran

 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai

pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk setiap siklus.

Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator

pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran, dan kegiatan belajar

mengajar.

 Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan untuk memfasilitasi siswa

menyelesaikan masalah pada pembelajaran dengan cara diskusi bersama

teman di kelompok.

b. Instrumen Pengumpulan Data

 Tes

Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa yang

(43)

digunakan setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan kemampuan

siswa dalam pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat setelah

mengikuti pembelajaran dengan penggunaan media manipulatif.

 Observasi

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh data tentang aktivitas

guru dan siswa selama pembelajaran dengan penggunaan media

manipulatif untuk meningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi

hitung bilangan bulat. Lembar observasi juga berfungsi sebagai bahan

refleksi apakah proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung sesuai

dengan perencanaan yang telah disusun atau tidak.

G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1. Deskriptif Kualitatif

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif karena analisis ini bertalian dengan uraian deskriptif tentang

perkembangan proses pembelajaran. Teknik tersebut mencakup kegiatan

mengungkap kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses

belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar

untuk menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.

2. Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan pada data hasil tes kemampuan pemahaman

konsep operasi hitung bilangan bulat dengan statistika deskriptif.

a. Penyekoran hasil tes

Skala poin untuk setiap butir soal memiliki bobot yang berbeda. Oleh

karena itu, dibuat skoring rubrik sebagai pedoman penyekoran hasil tes

(44)

Tabel 3.1

Skoring Rubrik Soal Evaluasi

No.Soal Poin Keterangan

1

0 poin Tidak ada jawaban (kosong)

5 poin Hanya mencontohkan 1 cerita tetapi salah

10 poin Hanya mencontohkan 1 cerita dan benar

atau mencontohkan 2 cerita yang tipe

ceritanya sama.

15 poin Mencontohkan 2 cerita, tetapi hanya 1 yang

benar.

20 poin Mencontohkan 2 cerita dan keduanya benar.

2

0 poin Tidak ada jawaban (kosong)

5 poin Menjawab 1 soal tetapi salah.

10 poin Menjawab 1 soal dan benar.

15 poin Menjawab 2 soal dan hanya 1 soal yang

benar

20 poin Menjawab 2 soal dan semua jawaban benar.

3

0 poin Tidak ada jawaban (kosong).

(45)

b. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:

X = ∑�

Keterangan:

∑N = total nilai yang diperoleh siswa N = jumlah siswa

X = nilai rata-rata kelas

c. Menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan

rumus:

TB = ∑� ≥ x 100 %

Keterangan:

∑S ≥ 65 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 65

n = banyak siswa

100 % = bilangan tetap

TB = ketuntasan belajar

d. Menghitung peningkatan kemampuan siswa setiap siklus

Dari data hasil tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung

bilangan bulat di setiap siklus pembelajaran, ditentukan besarnya gain

dengan perhitungan sebagai berikut (Prabawanto, dalam Permatasari

2013):

(46)

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep operasi

hitung bilangan bulat dari setiap siklus yang telah dilakukan dengan

mengetahui gain rata-rata yang telah dinormalisasi berdasarkan efektivitas

pembelajaran dengan rumus sebagai berikut (Prabawanto dalam

Permatasari, 2013):

<g> = � � �−�+ − � � �−�

� � − � � �−�

Adapun kriteria efektivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Interpretasi Gain yang Ternormalisasi

Nilai <g> Interpretasi

0,00 – 0,30 Rendah

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Tinggi

e. Menghitung Persentase Instrumen RPP

Berdasarkan bimbingan dengan guru, diperoleh persentase instrument

RPP dengan rumus:

% = ∑ � x 100 %

Keterangan:

(47)

f. Menghitung Persentase Pelaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan lembar observasi yang dinilai oleh observer, diperoleh

persentase selama pelaksanaan pembelajaran dengan rumus:

% = ∑ �

8 x 100 % Keterangan:

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Bagian ini memaparkan tentang hasil penelitian yang disusun berdasarkan

rumusan masalah. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan pemaparan hasil setiap siklus

terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan kemampuan pemahaman

konsep operasi hitung bilangan bulat.

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan instrumen yang digunakan

dalam penelitian, baik instrumen pembelajaran maupun instrumen pengumpul data.

Instrumen pembelajaran terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

Lembar Kerja Siswa (LKS). Materi yang tercantum pada RPP siklus I adalah tentang

penjumlahan bilangan bulat. Langkah-langkah pembelajaran pada RPP Siklus I

disesuaikan dengan penggunaan media manipulatif SEB dengan bantuan model NHT

(Number Heads Together). Peneliti meminta bimbingan dari guru untuk mengetahui

kekurangan dalam pembuatan RPP. Peneliti pun menyusun LKS untuk memfasilitasi

siswa dalam mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan penjumlahan bilangan

bulat. Kedua instrumen pembelajaran dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan

direvisi setelah mendapat beberapa masukan, seperti masih terdapat langkah

pembelajaran yang hiden atau kurang jelas.

Instrumen pengumpul data terdiri dari lembar observasi dan tes kemampuan

pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Sebelum membuat tes kemampuan

pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat, peneliti menyusun kisi-kisi soal

(49)

dapat diukur. Setelah mendapatkan izin dari dosen pembimbing untuk melakukan

penelitian, peneliti pun mulai melaksanakan pelaksanaan siklus I.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti datang ke sekolah untuk memohon izin

kepada pihak sekolah, yaitu kepala sekolah, wali kelas IV, dan siswa kelas IV. Pada

kesempatan tersebut, peneliti melakukan konsultasi mengenai jadwal penelitian.

Berdasarkan instrument penilaian RPP yang dinilai guru di Siklus I, persentase

keterlaksanaan pembuatan RPP adalah sebesar 88 % (dapat dilihat di lampiran C.1).

b. Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2014 dari pukul 07.15 sampai

dengan pukul 09.00 WIB di ruang kelas IV SDN 3 Cibogo. Observer pada siklus I

adalah Tati Hendarti, S.Pd.SD yang merupakan guru kelas IV serta Novi Indrawati

dan Arieska Adzantya yang merupakan teman sejawat peneliti.

Kegiatan awal pada pembelajaran antara lain guru memotivasi siswa dan

mengkondisikan siswa agar siap belajar. Setelah itu, guru melakukan apersepsi

dengan mengingat kembali konsep bilangat bulat yang pernah dipelajari. Selanjutnya,

guru menyampaikan pokok materi ajar yang akan dipelajari, yaitu penjumlahan

bilangat bulat. Pada kegiatan inti, guru memberikan ilustrasi cerita berupa soal

penjumlahan bilangan bulat yang ditulis di papan kelas. Beberapa siswa

mengacungkan tangan dan guru menunjuk salah satu diantara mereka. Siswa tersebut

maju dan dapat menyelesaikan masalah yang diajukan guru dengan benar. Maka

siswa tersebut mendapatkan reward berupa stiker bintang dan tepuk tangan. Guru pun

mulai menjelaskan tentang cara-cara menyelesaikan soal dengan menggunakan media

manippulatif SEB. Melalui pembahasan soal yang dikerjakan siswa tadi, guru

memperkenalkan media stik es krim kepada siswa sebagai penunjang dalam

mengerjakan operasi penjumlahan bilangan bulat. Media stik es krim tersebut terdiri

(50)

bilangan bulat positif, sedangkan stik kuning mewakili bilangan bulat negatif.

Apabila setiap stik merah yang menempel berpasangan dengan stik kuning maka

mewakili bilangan nol. Guru memperagakan cara menggunakan media tersebut,

kemudian mempersilakan seorang siswa untuk menggunakan media tersebut di

depan. Beberapa siswa pun mengacungkan tangan dan guru menunjuk salah seorang

diantaranya. Setelah siswa tersebut selesai menggunakan media, siswa lain pun mulai

berebut untuk maju ke depan dan menggunakan media stik es krim. Guru pun

memberi kesempatan salah seorang siswa lagi untuk maju. Setelah itu, guru bertanya

apakah siswa telah paham mengenai materi yang disampaikan guru. Sebagian besar

siswa menjawab paham. Guru pun mulai membagi siswa menjadi 5 kelompok dimana

setiap kelompok terdiri dari 4 orang dan membagi nomor kepada setiap kelompok

serta membagikan media manipulative SEB sebanyak 40 stik (20 stik merah dan 20

stik kuning). Setiap kelompok mengerjakan lembar kerja siswa dan berdiskusi

mengenai soal-soal pada LKS. Setelah selesai, guru mengocok nomor, lalu guru

memanggil nomor tersebut untuk maju dan mempresentasikan hasil pekerjaan

masing-masing. Setelah itu, guru mengumumkan kelompok terbaik, yaitu kelompok

yang memperoleh skor tertinggi. Kelompok terbaik tersebut mendapatkan reward

berupa stiker medali bertuliskan 1. Setelah itu, guru bersama siswa bertanya jawab

meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan.

Setelah itu, siswa mengerjakan soal evaluasi mengenai operasi penjumlahan bilangan

bulat. Pada kegiatan penutup, guru menutup pembelajaran.

Berdasarkan lembar observasi yang dinilai observer di Siklus I, persentase

aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran adalah sebesar 89%

(dapat dilihat di lampiran C.3). Kekurangan guru selama mengajar adalah

menjelaskan tugas kelompok, memotivasi siswa untuk bekerjasama, dan bertanya

(51)

c. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat

Berdasarkan tes yang telah dilakukan di akhir siklus I, diperoleh data skor

mengenai ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 4.1

Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SDN

3 Cibogo adalah 65. Berdasarkan hasil skor tersebut, diperoleh persentase ketuntasan

belajar siswa pada Siklus I sebagai berikut:

TB = ∑� ≥

(52)

TB = x 100% = 80%

Kriteria Ketuntasan Minimal pada Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SDN

3 Cibogo adalah 65. Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas, hal tersebut

dikarenakan hasil belajar siswa kelas IV yang masih rendah, sehingga KKM yang

digunakan hanya 65. Jadi, apabila nilai siswa ≥ 65, maka siswa tersebut dinyatakan

lulus. Namun apabila nilai siswa < 65, maka siswa tersebut dinyatakan belum lulus.

Berdasarkan analisis kuantitatif hasil skor tersebut, diperoleh persentase ketuntasan

belajar siswa pada Siklus I sebesar 80%.

d. Refleksi

Berdasarkan lembar observasi presentase aktivitas guru dan siswa yaitu 89%.

Kekurangan guru selama mengajar adalah menjelaskan tugas kelompok, memotivasi

siswa untuk bekerjasama, dan bertanya jawab tentang hal yang belum dipahami

siswa ketika kegiatan akhir. Peneliti menyadari tidak bertanya hal-hal yang belum

dipahami siswa ketika kegiatan akhir. Sementara itu, dalam kegiatan kelompok,

peneliti pun kurang jelas dalam menjelaskan tugas kelompok dan memotivasi siswa

untuk bekerjasama karena berhubung alokasi waktu pada pembelajaran telah hampir

selesai. Sedangkan kekurangan pada aktivitas siswa terletak pada melakukan

kerjasama di dalam kelompok, memperhatikan dan menanggapi presentasi teman,

serta bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan instrumen yang digunakan

dalam penelitian, baik instrumen pembelajaran maupun instrumen pengumpul data.

(53)

Lembar Kerja Siswa (LKS). Langkah-langkah pembelajaran pada RPP Siklus II

disesuaikan dengan penggunaan media manipulatif SEB dengan bantuan model

Course Review Horray. RPP dalam siklus II adalah tentang pengurangan bilangan

bulat. Peneliti meminta bimbingan dari guru untuk mengetahui kekurangan dalam

pembuatan RPP. LKS disusun untuk memfasilitasi siswa dalam mengerjakan

soal-soal yang berhubungan dengan pengurangan bilangan bulat. Kedua instrumen

pembelajaran dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan direvisi setelah

mendapat beberapa masukan, seperti masih terdapat langkah pembelajaran yang

hiden atau kurang jelas. Selain itu, RPP Siklus II juga dikembangkan berdasarkan

hasil refleksi Siklus I. Berdasarkan lembar observasi dan nilai tes siswa pada Siklus I,

terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki pada Siklus II. Diantaranya adalah:  Guru perlu merencanakan pembelajaran dengan matang.

 Masalah yang digunakan dalam pembelajaran harus kontekstual atau dekat

dengan kehidupan sehari-hari siswa.

 Dalam membimbing diskusi kelompok, perhatian guru harus lebih merata dan optimal.

 Guru tidak bertanya mengenai hal yang belum dipahami siswa.

Sedangkan kelebihannya adalah sebagai berikut:

 Guru memberikan ice breaking yang dapat memotivasi siswa.

 Model pembelajaran telah cukup memfasilitasi mengurangnya kejenuhan siswa

dalam pembelajaran.

Reward bintang yang diberikan guru memotivasi siswa untuk aktif menyelesaikan

masalah di depan kelas.

 Siswa senang berdiskusi di dalam kelompok.

Game yang dilaksanakan dalam pembelajaran cukup mengembangkan jiwa

(54)

Berdasarkan kekurangan dan kelebihan pembelajaran pada Siklus I, maka

perencanaan Siklus II disusun dengan mempertahankan kelebihan dan memperbaiki

kekurangan. Materi yang diajarkan pada Siklus II adalah mengenai pengurangan

bilangan bulat.

Selain instrumen pembelajaran, instrumen yang digunakan pada Siklus II adalah

instrumen pengumpul data. Instrumen pengumpul data terdiri dari lembar observasi

dan tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat. Sebelum

membuat tes kemampuan pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat, peneliti

menyusun kisi-kisi soal agar setiap indikator kemampuan pemahaman konsep operasi

hitung bilangan bulat dapat diukur. Setelah mendapatkan izin dari dosen pembimbing

untuk melakukan penelitian, peneliti pun mulai melaksanakan pelaksanaan siklus II.

Berdasarkan instrument penilaian RPP yang dinilai guru di Siklus II, persentase

keterlaksanaan pembuatan RPP adalah sebesar 96 % (dapat dilihat di lampiran C.2).

Berdasarkan bimbingan dengan guru terhadap instrument RPP, diperoleh

(55)

Gambar 4.1

Persentase Penilaian RPP

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 26 Mei 2013 dari pukul

08.00 sampai dengan pukul 09.45 WIB di ruang kelas IV SDN 3 Cibogo. Observer

pada siklus II adalah Tati Hendarti, S.Pd.SD yang merupakan guru kelas IV serta

Isnie Nendita yang merupakan teman sejawat peneliti.

Pada kegiatan awal, guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali

konsep penjumlahan bilangan bulat yang telah diajarkan, guru memotivasi siswa agar

siap belajar. Selanjutnya, guru menyampaikan pokok materi ajar yang akan dipelajari

yaitu pengurangan bilangan bulat, serta guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Pada kegiatan inti, guru mengilustrasikan sebuah cerita berupa soal pengurangan

bilangan bulat yang ditulis di papan tulis. Lalu guru memberi kesempatan pada siswa

untuk menyelesaikan masalah tersebut. Terdapat banyak siswa yang mengacungkan

tangan dan berebut untuk menjawab di depan. Hal tersebut dipengaruhi oleh reward

stiker bintang yang memotivasi keaktifan siswa untuk berani tampil di depan kelas.

Guru pun menunjuk seorang siswa, namun jawabannya salah. Lalu guru

membenarkan jawaban siswa dengan menggunakan media manipulative SEB (Stik Es

krim Berwarna). Ketika guru mendemonstrasikan media manipulative SEB pada

konsep pengurangan, siswa agak sulit untuk mengerti karena konsep pengurangan

lebih sulit dibanding konsep penjumlahan bilangan bulat dan memang sebagian besar

siswa di kelas ini berkemampuan rendah sehingga guru menjelaskannya lumayan

lama dengan banyak contoh soal yang dijelaskan. Setelah itu, guru menjelaskan

jenis-jenis masalah yang merupakan operasi pengurangan bilangan bulat, yaitu yang

mengandung unsur-unsur kata: turun, mundur, dikurangi, dan sebagainya. Guru juga

(56)

bawah permukaan laut, dan sebagainya. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok

yang setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Teknik pembagian kelompok dengan cara

berhitung 1 sampai 5. Teknik ini dianggap cocok diterapkan di kelas IV SDN 3

Cibogo karena agar pembagian kelompok lebih adil. Selanjutnya guru membagikan

stik es krim berwarna sebanyak 40 buah (20 stik merah dan 20 stik kuning) dan kertas

jawaban yang berisi 4 kotak. Kertas ini digunakan untuk menjawab pertanyaan yang

dibacakan guru dan siswa menjawabnya dalam kotak tersebut. Jika jawaban siswa

benar diberi tanda v, dan jika sudah mendapat tanda v vertical atau horizontal atau

diagonal harus segera berteriak horay dan mendapatkan stiker bintang. Setiap

kelompok mengerjakan LKS mengenai masalah-masalah operasi pengurangan

bilangan bulat. Lalu guru membahas LKS tersebut secara acak, dan jika jawaban

siswa benar jika sudah mendapat benar berbentuk vertical atau horizontal atau

diagonal harus segera berteriak horay dan mendapatkan stiker bintang. Selanjutnya

guru mengumumkan kelompok terbaik yaitu kelompok yang memperoleh skor

tertinggi dan memberi reward berupa stiker bergambar medali bertuliskan 1 untuk

masing-masing anggota kelompok terbaik. Setelah itu, guru bertanya tentang hal-hal

yang belum diketahui siswa dan bersama siswa bertanya jawab, meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan, dan penyimpulan. Setelah itu, siswa

mengerjakan soal evaluasi mengenai operasi pengurangan bilangan bulat. Pada

kegiatan penutup, guru menutup pembelajaran.

Berdasarkan lembar observasi yang dinilai observer di Siklus II, persentase

aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran adalah sebesar 100 %

(dapat dilihat di lampiran C.4).

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif terhadap lembar observasi aktivitas guru

(57)

Gambar 4.2

Persentase Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

c. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat

Berdasarkan tes yang telah dilakukan di akhir siklus II, diperoleh data skor

mengenai ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 4.2

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi pada PUS di Desa Suka dame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2010.. Karya Tulis Ilmiah

Sidang Paripurna Dewan sendiri/ tak mampu memutus satu kata sepakat// Suara Dewan/ terbelah// Usulan membentuk panitia angket untuk menyelidiki gagalnya pembangunan

Sahabat MQ/ realitas menunjukkan/ bahwa pelanggaran HAM/ kerap kali terjadi pada rekan-rekan/ yang selama ini bekerja pada sektor Pekerja rumah tangga// Terjadi fenomena

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Prevalensi Faktor Resiko Mayor Pada Pasien Sindroma Koroner Akut Periode Januari – Desember 2013 yang Rawat Inap di RSUP Haji Adam Malik”,

Sahabat MQ/ penetapan peraturan mengenai nikah siri/ harus dilihat secara komperehensif/ mengingat banyak faktor yang menyebabkan praktik tersebut terjadi di

[r]

yang perilakunya tidak sopan karena memberi kepuasan hati bagi saya.. Pernyataan STS TS S

Puji dan syukur kepada Tuhan YME atas kasih karunia, cinta, hikmat, berkat, anugrah serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis sehinggasehingga akhirnya