• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Metode Pembelajaran Pair Check - PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PAIR CHECK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI KARANGCEGAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Metode Pembelajaran Pair Check - PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PAIR CHECK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI KARANGCEGAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014 - repository perpustakaan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Metode Pembelajaran Pair Check

Pair check merupakan metode pembelajaran berkelompok antar dua orang atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan pada 1990. Metode ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan. Metode ini juga melatih tanggung jawab sosial siswa, kerjasama, dan kemampuan memberi penilaian. Secara umum, sintak pembelajaran pair check adalah

1) Bekerja berpasangan

2) Pembagian peran partner dan pelatih 3) Pelatih memberi soal, partner menjawab 4) Pengecekan jawaban

5) Bertukar peran 6) Penyimpulan 7) Evaluasi 8) Refleksi

(2)

1) Guru menjelaskan konsep

2) Siswa dibagi kedalam beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu tim ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim dibebani masing-masing satu peran yang berbeda: pelatih dan partner.

3) Partner menjawab soal, dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat satu kupon dari pelatih.

4) Pelatih dan partner saling bertukar peran. Pelatih menjadi partner dan partner menjadi pelatih.

5) Guru membagikan soal kepada partner

6) Partner menjawab soal dan pelatih bertugas mengecek jawabannya. Partner yang menjawab satu soal dengan benar berhak mendapat kupon dari pelatih.

7) Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain

8) Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaban dari berbagai soal

9) Setiap tim mengecek jawabannya

10) Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah atau reward oleh guru

Metode pair check memiliki kelebihan-kelebihannya tersendiri antara lain: 1) Meningkatkan kerjasama antar siswa

(3)

3) Meningkatkan pemahaman atas konsep dan atau proses pembelajaran 4) Melatih siswa berkomunikasi dengan baik dengan teman sebangkunya

Metode ini juga memiliki kekurangan, diantaranya yaitu 1) Waktu yang benar-benar memadai

2) Kesiapan siswa untuk menjadi pelatih dan partner yang jujur dan memahami soal dengan baik

2. Pembelajaran Langsung

Pada kelas kontrol akan dilakukan dengan menggunakan pembelajaran langsung, pembelajaran langsung menurut Kardi (1997: 3) dalam Hamzah dan Nurdin (2011: 118) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat, waktu yang akan digunakan. Pada pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru menurut Hamzah dan Nurdin (2011: 118).

(4)

kepada siswa. Pembelajaran ini berpusat pada guru sebagai pemberi materi sedangkan peserta didik sebagai pengamat dan pendengar.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada hakikatnya perubahan tingkah laku, diperlihatkan setelah menempuh pengalaman belajarnya atau setelah proses belajar mengajar (Sudjana, 2012: 2-3). Hasil belajar siswa sangat terkait dengan proses belajar. Proses belajar ditandai adanya interaksi antara individu dengan lingkungan, di dalam interaksi terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar menurut William dalam Hamalik (2007: 28). Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:

a) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa. Motivasi instrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. Siswa tidak akan mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya. Sebaliknya, hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk meningkatkan setidak-tidaknya mempertahankan apa yang telah dicapainya.

(5)

c) Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya. d) Hasil belajar diperoleh secara menyeluruh (komprehensif), yakni

mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotorisdiperoleh sebagai efek dari proses belajarnya, baik efek instuksional maupun efek nurturant atau efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran.

e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Ia tahu dan sadar bahwa tinggi-rendahnya hasil belajar yang dicapainya bergantung pada usaha dan motivasi belajar dirinya sendiri (Sudjana, 2012: 56).

(6)

Terdapat tiga klasifikasi tipe hasil belajar dari Benyamin Bloom (Sudjana, 2012:22) yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

1) Ranah Kognitif

(7)

Dalam penelitian, aspek ini akan lebih difokuskan pada pengetahuan, pemahaman, penerapan.

2) Ranah afektif

Secara umum, aspek afektif berkaitan dengan sikap dan nilai (Sudjana, 2012:29). Ada beberapa jenis kategori ranah afektif yaitu (1)reciving / attending, (2) responding atau jawaban, (3) valuing (penilaian), (4) organisasi, (5) karakteristik nilai atau internalisasi nilai. Pada penelitian ini nilai–nilai yang akan dikembangkan di dalam ranah afektif adalah karakter disiplin.

(8)

Tabel 2.1 Indikator Karakter Disiplin

No Indikator Aspek Afektif Kegiatan

1. Datang ke sekolah dan

(9)

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak individu (Sudijono, 2009: 57). Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson dalam (Sudijono, 2009: 57) yang menyatakan hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni (1) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain, (4) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan, (5) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks, (6) kemampuan yang berkenalan dengan komunilasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatife (Sudjana, 2012:30). Penelitian ini yang berkenaan dengan aspek psikomotor yaitu keterampilan siswa dalam membuat dan menggunakan alat peraga

4. Pembelajaran Matematika

(10)

dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada

orang supaya diketahui (dituruti) ditambah dengan awalan “pe” dan

akhiran “an” menjadi pembelajaran, yang berarti proses, perbuatan, cara

mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Pembelajaran hendaknya dipandang sebagai variabel bebas (independent variable), yakni suatu kondisi yang harus dimanipulasikan, suatu rangkaian strategi yang harus diambil dan dilaksanakan oleh guru. Pandangan semacam ini akan memungkinkan guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Mengusahakan lingkungan yang menguntungkan bagi kegiatan belajar

b) Mengatur bahan pelajaran dalam suatu organisasi yang memudahkan siswa untuk mencerna

c) Memilih strategi mengajar yang optimal berdasarkan pertimbangan efektivitas dan kondisi psikologis siswa serta pertimbangan lainnya yang sesuai dengan konteks objektif di lapangan.

d) Memilih jenis alat-alat audio visual atau media pembelajaran lain yang tepat untuk keperluan belajar siswa.

(11)

Dalam penelitian ini menggunakan mata pelajaran matematika. Matematika adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan menurut Ruseffendi (Heruman, 2007: 1), sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (Heruman, 2007: 1), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran matematika adalah suatu mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep terlebih dahulu karena banyaknya rumus-rumus yang terdapat pada mata pelajaran matematika. Pembelajaran matematika ini merupakan pelajaran yang konkrit karena berpedoman pada rumus-rumus yang ada. Jadi pada intinya pada pembelajaran matematika memerlukan penalaran dan pada pembelajaran matematika berbeda dengan mata pelajaran yang mengkhususkan teori karena sudah ada ketentuannya dan tidak bisa dikarang.

(12)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa SD dilihat dalam perkembangan kognitif pola pikirnya masih sesuai dengan kenyataan atau dapat dikatakan masih terikat dengan objek yang konkret. Pada kenyataannya dalam pembelajaran matematika yang bersifat abstrak siswa memerlukan suatu media atau alat bantu yang dapat digunakan saat proses pembelajaran guna membantu mengarahkan pola pemikiran yang tadinya konkret menuju pola pemikiran yang bersifat abstrak.

Di dalam matematika, setiap konsep yang sifatnya abstrak yang dianggap baru oleh siswa SD dan baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan. Pengetahuan yang baru dipelajarinya ini mampu mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

(13)

pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika diantaranya yaitu :

1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengan kata "mengenal". Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dila-kukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumya.

(14)

konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan se-belumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

a. Materi Pelajaran Matematika

Penelitian ini akan menggunakan materi menghitung volume kubus dan balok di kelas V semester I. Berikut adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar seperti dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4 Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

4.1. Menghitung volume kubus dan balok

Sumber : Panduan KTSP

b. Volume Kubus dan Balok

(15)

balok dengan menggunakan bangun ruang kubus dan balok yang diisi pasir dipilih sebagai alat peraga dikarenakan cara pembuatan alat peraga cukup mudah dengan menggunakan kertas manila. Siswa secara berkelompok akan membuat jarring-jaring kubus dan balok terlebih dahulu dengan ketentuan ukuran yang sudah ditentukan guru kemudian membentuknya menjadi bangun ruang kubus dan balok dengan bahan kertas, kegiatan yang selanjutnya adalah mengisi bangun ruang tersebut dengan pasir. Kegiatan yang selanjutnya yaitu tuangkan pasir yang ada dalam kubus dan balok ke dalam gelas ukur berskala cc atau ml, kemudian siswa diminta mencatat volumenya. Pada bangun ruang kubus siswa diminta untuk mengalikan jumlah skala pada bagian panjang, bagian lebar dan pada bagian tinggi.

Kegiatan yang dilakukan tersebut menunjukan bahwasanya volume pasir dalam gelas ukuran sama dengan hasil kali jumlah skala pada bagian panjang, lebar dan tinggi dari kubus sehingga volume kubus adalah sisi x sisi x sisi.

Gambar 2.1 Kubus yang terisi pasir

Pada bangun ruang balok siswa diminta untuk mengalikan jumlah skala pada bagian panjang, bagian lebar dan pada bagian tinggi. Kegiatan yang dilakukan tersebut menunjukan bahwasanya volume pasir dalam gelas ukuran sama dengan hasil kali jumlah skala pada bagian panjang,

(16)

lebar dan tinggi dari kubus sehingga volume balok adalah panjang x lebar x tinggi, karena panjang x lebar adalah luas alas balok maka volume balok dinyatakan dengan rumus : luas alas x tinggi. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Gambar 2.2 Balok yang terisi pasir

Pada kegiatan diatas penilaian dalam aspek psikomotor yaitu penilaian unjuk kerja dalam membuat dan menggunakan alat peraga secara berkelompok serta menampakkan aspek afektif karena dibutuhkan kerjasama yang baik dalam membuat alat peraga tersebut.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang menerapkan model pembelajaran pair check terhadap hasil belajar siswa pernah dilakukan oleh R. Lestari dan S. Linuwih pada tahun 2012 halaman 190-194, Universitas Negeri Semarang dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Checks Pemecahan

Masalah Untuk Meningkatkan Social Skill Siswa”. Penelitian yang dilakukan oleh R. Lestari dan S. Linuwih menunjukan hasil belajar yang lebih baik setelah menerapkan model pair check. Hal ini terlihat dari terjadinya peningkatan sebesar 81,82% dari nilai sebelumnya 87,88% sehingga dapat disimpulkan penelitian dengan judul tersebut dinyatakan berhasil. Adapun penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tidak akan sama persis

(17)

dikarenakan situasi dan kondisi variabel yang diteliti oleh R. Lestari dan S. Linuwih yaitu tentang hasil belajar matematika sedangkan dalam penelitian ini akan meneliti tentang pengaruh metode pembelajaran pair check terhadap hasil belajar matematika di kelas V.

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut:

1. Pengaruh metode pembelajaran pair check terhadap hasil belajar kognitif. Berdasarkan landasan teori di atas, dapat dikemukakan bahwa keberhasilan hasil belajar siswa sangat diharapkan pada pembelajaran matematika. Dalam mencapai tujuan proses pembelajaran ditentukan pula oleh metode pembelajaran yang digunakan, sehingga guru dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi atau bahan ajar.

(18)

2. Pengaruh metode pembelajaran pair check terhadap hasil belajar afektif. Pada metode pembelajaran pair check siswa dituntut untuk aktif dan disiplin ketika diajarkan pelajaran matematika dibandingkan dengan sebelum menggunakan metode pembelajaran pair check. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diduga bahwa ada pengaruh metode pembelajaran pair check terhadap hasil belajar matematika ranah afektif. 3. Pengaruh metode pembelajaran pair check terhadap hasil belajar

psikomotor.

Proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sesuai materi yang akan diajarkan. Alat peraga dibuat untuk penanaman konsep terhadap suatu materi, keterampilan siswa dalam membuat dan menggunakan alat peraga merupakan bentuk dari aspek psikomotor. Siswa diharapkan mampu memiliki keterampilan dalam membuat alat peraga sesuai perintah guru. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diduga bahwa ada pengaruh metode pembelajaran pair check terhadap hasil belajar matematika ranah psikomotorik.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(19)

2. Terdapat pengaruh metode pembelajaran pair check terhadap hasil belajar matematika aspek afektif peserta didik kelas V SD Negeri Karangcegak. 3. Terdapat pengaruh metode pembelajaran pair check terhadap hasil belajar

Gambar

Tabel 2.1 Indikator Karakter Disiplin
Tabel 2.2 Standar Kompetensi
Gambar 2.1 Kubus yang terisi pasir
Gambar 2.2 Balok yang terisi pasir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan di beberapa negara yang membandingkan pertanian organik dan pertanian konvensional sebagian besar menyatakan bahwa keuntungan yang didapat dari

menghatu gan dan ban annya penuli hormat: elaku Dekan bimbing Skr imbingan sk ng Skripsi II n mencurah am penyusun Hukum U emberikan ala nikmat, isan skripsi Rasulullah

yang perilakunya tidak sopan karena memberi kepuasan hati bagi saya.. Pernyataan STS TS S

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada Program

Saat menggunakan beban 9 Ons dengan tujuan meja 1, robot berhasil mengantar namun sangat lambat (kadang berhenti sesaat) dan untuk mengantar ke meja

• Nilai dengan superscript (angka) yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata antar perlakuan. dalam satu kolom (p<0,05) berdasarkan uji One Way Anova ,

Dengan adanya kesepakatan tersebut, Indonesia sebagai negara anggota ASEAN memiliki jumlah penduduk yang mencapai 242,3 juta jiwa atau setara dengan dua perlima total

Dalam melaksanakan analisis pengembangan sistem informasi perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan puskesmas berdasarkan beban kerja, dilakukan wawancara mendalam ( indepth interview