• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,SATISFACTION) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI 2KALIBAGOR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT,SATISFACTION) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI 2KALIBAGOR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 - repository perpustakaan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Menurut Hanafiah dan Cucu (2010:41) model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style). Suprijono (2013:46) berpendapat bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Berdasarkan beberapa pendapat maka dapat disimpulkan pengertian model pembelajaran adalah pedoman perencanaan pembelajaran dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generative yang erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style)

(2)

a. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,

satisfaction)

1) Pengertian Model ARIAS

Menurut Ahmadi, dkk (2011:69-71) model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan singkatan ARCS.

Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar dan pengalaman nyata para instruktur. Namun demikian, pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi merupakan kompenen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambah komponen evaluasi pada model pembelajaran tersebut.

(3)

yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence (percaya/yakin); satisfaction (kepuasan/bangga), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance dan attention menjadi interest. Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance.

Makna dari modifikasi ini adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.

2) Komponen-Komponen dalam Model Pembelajaraan ARIAS

Menurut Ahmadi, dkk (2011:71-77) Komponen dalam model pembelajaran ARIAS ada lima komponen yaitu:

a) Assurance (percaya diri)

(4)

yakin seseorang, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya, yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan.

b) Relevance (relevan)

Komponen kedua dalam model pembelajaran ARIAS adalah relevance (relevan) yaitu berhubugan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang. Siswa merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu jika apa yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan mereka dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah tujuan dan sasaran yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah

(5)

(2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa depan dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.

(3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa. Bahasa yang jelas yaitu bahasa yang dimengerti oleh siswa.

c) Interest (minat/perhatian siswa)

Komponen ketiga dalam model pembelajaran ARIAS adalah interest, yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Keller (Ahmadi, dkk, 2011: 74) menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat atau perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (Ahmadi, dkk, 2011: 74) menunjukan bahwa adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkna tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan minat mereka.

Membangkitkan dan memelihara minat/perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingin tahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil usaha siswa. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain :

(6)

(2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.

(3) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang dan mengubah gaya mengajar.

(4) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi yang menurut Gagne dan Briggs (Ahmadi, dkk, 2011: 75) dapat dilakukan untuk menarik minat/perhatian siswa.

d) Assessment (penilaian)

(7)

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberikan evaluasi antara lain adalah:

(1) Mengadakan evaluasi dan memberikan umpan balik terhadap kinerja siswa. (2) Memberikan evaluasi yang objektif dan adil serta segera menginformasikan

hasil evaluasi kepada siswa.

(3) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.

(4) Memberikan kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman. e) Satisfaction (kepuasan/rasa bangga)

Komponen kelima model pembelajaran ARIAS adalah satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Satisfactiondalam teori belajar adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya. Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.

(8)

puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Dengan demikian, memberikan penghargaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi hasil belajar seseorang.

Jadi, model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model pembelajaran ARCS yang dikembangkan oleh Keller dan Kopp sebagai solusi merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran ARIAS terdiri dari 5 komponen yaitu Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction. Model pembelajaran ARIAS memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat meningkaatkan rasa percaya diri siswa dan dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran karenaa pembelajaran mengaitkan dengan peristiwa relevan dan menarik. Namun, tidak ada model pembelajaran yang sempurna, model pembelajaran ARIAS juga memiliki kekurangan yaitu perasaan bangga yang terlalu berlebihan pada diri siswa dapat membuat siswa cepat puas terhadap apa yang telah dicapai.

b. Model Pembelajaran Langsung

(9)

prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Menurut Suprijono (2013:46) pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching.

Suprijono (2013:47) Modelling adalah pendekatan-pendekatan utama dalam pembelajaran langsung. Modelling berarti mendemonstrasikan sesuatu prosedur kepada peserta didik. Modelling mengikuti urutan-urutan berikut: 1) Guru mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar. 2) Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki

peserta didik.

3) Guru mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan cara yang jelas, terstruktur, dan berurutan disertai penjelasan mengenai apa yang dikerjakan setelah setiap langkah selesai dikerjakan.

4) Peserta didik perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian menirukannya.

(10)

Tabel 2.1. Fase-fase model pembelajaran langsung

Fase-Fase Perilaku Guru

Fase 1: Establishing Set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, mempersiapkan peserta didik untuk belajar

Fase 2: Demonstrating

Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3: Guided Practice Membimbing pelatihan

Merencakan dan memberi pelatihan awal

Fase 4: Feed back

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakan peserta didik telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5: Extended Practice

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjut dan penerapan

Mempersiapkan kesempatan melanjutkan pelatihan lanjut, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber : Suprijono (2013: 50)

Model pembelajaran ARIAS digunakan sebagai model pembelajaran di kelas eksperimen. Tujuannya untuk mengetahui apakah model pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan model pembelajaran langsung digunakan dikelas kontrol untuk membandingkan hasil belajar siswa.

Jadi model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan guru sebagai pengajara dan pembelajaran sepenuhnya dikendalikan oleh guru (teacher center).

2. Hasil Belajar

a) Pengertian Belajar

(11)

Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (Trianto, 2011: 16) yang mendefinisikan belajar sebagai :

Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Changes caused by development (such as growing taller) are not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that are present at brith (such as reflexes and respons the day of their brith (and some say earlier) that learning and development are inseparably linked.

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Slameto (2010: 3-5) memberikan ciri-ciri tentang perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar sebagai berikut :

(1) Terjadinya secara sadar.

(2) Bersifat kontinu dan fungsional. (3) Bersifat positif dan aktif.

(4) Bukan bersifat sementara. (5) Bertujuan dan terarah.

(12)

laku kearah yang positif pada aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.

b) Hasil Belajar

Menurut Purwanto(2013:49)Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidik. Menurut Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Jadi, hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi karena adanya pengalaman belajar. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

(1) Ranah Kognitif

Menurut Sudjana (2011:50-52) kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan penguasaan intelektual. Kategori pada dimensi proses kognitif tersaji pada tabel berikut:

Tabel 2.2Enam Kategori pada Dimensi Proses Kognitif dan Proses-proses Kognitif Terkait

Ketegori Proses Proses Kognitif dan Contohnya 1. MENGINGAT—Mengambil pengetahuan dari memori jangka pendek

1.1. Mengenali

1.2. Mengingat kembali

(Mengenali tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia)

(13)

Ketegori Proses Proses Kognitif dan Contohnya 2. MEMAHAMI—Mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa

yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru

2.1. Menafsirkan

(Memparafrasekan ucapan dan dokumen penting)

(Menberi contoh tentang aliran-aliran seni lukis)

(Mengklasifikasikan kelainan-kelainan mental yang telah diteliti atau dijelaskan)

(Menulis ringkasan pendek tentang peristiwa-peristiwa yang ditayangkan di televisi)

(Dalam belajar bahasa asing, menyimpulkan tata bahasa berdasarkan contoh-contohnya)

(Membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan keadaan sekarang)

(Menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa-peristiwa pada abad ke-18 di Indonesia

3. MENGAPLIKASI—Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu

3.1Mengeksekusi

3.2. Mengimplementasikan

(Membagi satu bilangan dengan bilangan lain, kedua bilangan ini terdiri dari beberapa digit)

(Menggunakan hokum Newton kedua pada konteks yang tepat)

4. MENGANALISIS—Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan antara hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan

4.1. Membedakan

4.2. Mengorganisasi

(Membedakan antara bilangan yang relevan dan bilangan yang tidak relevan dalam soal matematika cerita)

(14)

Ketegori Proses Proses Kognitif dan Contohnya 4.3. Mengatribusikan (Menunjukkan sudut pandang penulis suatu

esai sesuai dengan pandangan politik si penulis)

5. MENGEVALUASI—Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar

5.1. Memeriksa

5.2. Mengkritik

(Memeriksa apakah kesimpulan-kesimpulan seorang ilmuawan sesuai dengan data-data amatan atau tidak)

(menetukan suatu metode terbaik dari dua metode untuk menyelesaikan suatu masalah)

6. MENCIPTAKAN—Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal

6.1. Merumuskan

6.2. Merencanakan

6.3. Memproduksi

(Merumuskan hipotesis tentang sebab-sebab terjadinya suatu fenomena)

(Merencanakan proposal penelitian tentang topik sejarah tertentu)

(Membuat habitat untuk spesies tertentu demi suatu tujuan)

Sumber: Anderson & Krathwohl (2010: 44-45)

Penelitian ini lebih difokuskan pada aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan yang secara lengkap tersaji dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.3. Hasil Belajar Aspek Kognitif Materi Jaring-Jaring Berbagai Bangun Ruang Sederhana

No Indikator Aspek

1 Menggambar jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

Penerapan

(15)

Jadi dapat disimpulakan bahwa hasil belajar ranah kognitif adalah hasil belajar yang berkaitan dengan kecerdasan intelektual siswa dalam suatu disiplin ilmu. Ranah kognitif memiliki 6 tingkatan yang mana semakin tinggi tingkatan semakin kompleks. Pada penelitian ini aspek kognitif yang diamati adalah pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Ketiga tingkatan ini dipilih karena dianggap sesuai dengan ranah perkembangan kognitif siswa di kelas V sekolah dasar.

(2) Ranah Afektif

(16)

Tabel 2.4Taksonomi ranah afektif

Taraf Kemampuan Urian

Mau menerima fenomena tertentu, yaitu mau

menyadari, mau

mendengarkan atau mau memberikan perhatian.

(Reciving phenomena)

Mau menyadari; menunjukan kemauan untuk mendengarkan.

Kata kunci: bertanya, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, menyebut nama, menunjuk, duduk, menjawab pertanyaan.

Contoh: mendengarkan guru atau teman dengan rasa hormat.

Mau memberikan respon terhadap fenomena tertentu, meliputi mau berpartisipasi aktif, mau memberikan perhatian dan reaksi terhadap fenomena tertentu. Hasil belajar yang ditekankan: mau menjawab dan merasakan kepuasan dengan memberikan respon. (Responding to phenomena)

Mau berperan aktif dalam kegiatan belajar; berpartisipasi.

Kata kunci: mau menjawab, memberikan bantuan, mau mengikuti perintah, memberi salam, mau membantu, mau melakukan, memilih. Contoh: mau berpartisipasi dalam diskusi kelas. Mau mengajukan pertanyaan dalam aneka gagasan, konsep, model yang baru didengar untuk lebih memahaminya.mengetahui aturan tentang kebersihan dan mau mematuhinya.

Mau memberikan nilai/mau memandang nilai, memulai dari sekedar menerima sesuatu sebagai bernilai sampai menunjukan komitmen yang lebih kompleks. Kemampuan ini didasari oleh internalisasi terhadap serangkaian nilai-nilai spesifik tertentu.

(Valuing)

Mau memberikan nilai pada sesuatu.

Kata kunci: menunjukan, menjelaskan, mengikuti, mempersilahkan, memberikan pembenaran, mengusulkan, memilih, mempelajari.

Contoh: menunjukan keyakinan tentang keunggulan proses yang demikratis. Peka terhadap keragaman individu maupun budaya. Menunjukan kemampuan memecahkan aneka masalah. Mau mengusulkan suatu rencana perbaikan kehidupan bersama dan mengikutinya dengan penuh komitmen.

Mau mengorganisasikan nilai-nilai.

Mengorganisasikan nilai ke dalam skala prioritas (mengurutkan dari yang paling penting/bernilai sampai yang kuraang penting/kurang bernilai0 dengan cara membandingkan berbagai nilai yang berbeda, mengatasi konflik-konflik yang terjadi antar nilai-nilai yang berbeda tersebut, dan akhirnya mampu menciptakan suatu sistem nilai yang khas bagi dirinya.

(Organization)

Mau mengorganisasikan nilai-nilai mengikuti urutan prioritas tertentu.

Kata kunci: menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menjelaskan, merumuskan, mengeneralisasikan, mengitegrasikan, memodifikasikan, mengorganisasikan, menyintesiskan.

(17)

Taraf Kemampuan Urian

untuk memenuhi kebutuhan belajar dan bermain. Mau menginternalisasikan

nilai-nilai (karakterisasi). memiliki suatu sistem nilai yang dijadikan pedoman berperilaku, sehingga perilaku menjadi konsisten, bisa diprediksikan dan yang terpenting menjadi ciri atau karakteristik pribadi yang bersangkutan (Internalizing Values)

Mau menunjukan perilaku yang dikendalikan oleh suatu sistem nilai.

Kata kunci: bertindak, menunjukan, mempraktekkan, memodifikasikan, mendengarkan, mengusulkan, mengajukan pertanyaan, memverifikasikan, memberikan layanan.

Contoh: menunjukan kemandirian saat mengerjakan sesuatu secara mandiri. Mampu bekerja sama dalam aktivitas kelompok. Menerapkan pendekatan sasaran (objective

approach) dalam memecahkan masalah.

Menunjukan komitmen terhadap etika dalam praktek sehari-hari. Mau mengubah pendapat dan perilaku menyesuaikan diri dengan bukti-bukti baru. Menghargai orang lain apa adanya, bukan berdasarkan penampilan mereka.

Sumber: Lorin Anderson (Supratiknya, 2012: 13-14)

Dalam proses pembelajaran, penilaian aspek afektif terintegrasi di dalam pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut Fakry Gaffar (Kesuma, D., dkk, 2011:5), ―sebuah proses transformasi nilai-nilai dalam kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu‖. Menurut Winton (Samani dan Hariyanto, 2012:43) pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya. Lickona (Samani dan Hariyanto, 2012: 44) mendefinisikan pengertian pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai etis.

(18)

mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada siswa untuk dapat diterapkan dalam perilaku kehidupan siswa.

Pendidikan karakter yang akan ditekankan pada penelitian ini adalah menanamkan rasa percaya diri pada siswa. Percaya diri (assurance) merupakan salah satu komponen yang ada dalam model pembelajaran ARIAS. Menurut Utsman (2005:31) kepercayaan diri berkaitan erat dengan perasaan bahagia yang dirasakan oleh anak, dan bahagia itu sendiri terletak pada perasaan aman dan tenang. Menurut Keller (Ahmadi, dkk,2001: 71) percaya diri yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah suatu perasaan yakin akan keberhasilan yang dapat dicapai yang akan menumbuhkan perasaan bahagia. Menurut Ahmadi, dkk (2011:72) beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri adalah

1. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri.

2. Menggunakan patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan (misalnya dengan mengatakan bahwa kamu tentu dapat menjawab pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku)

(19)

4. Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.

Dalam penelitian, aspek yang difokuskan secara lengkap tersaji dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.5. Hasil Belajar Aspek Afektif Materi Jaring-Jaring Berbagai Bangun Ruang Sederhana

No Indikator Aspek Kegiatan

1 Menyampaikan 2 Mengerjakan sendiri

(20)

(3) Ranah Psikomotor

Menurut Sudjana (2011:30-31) hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), Menurut Supratiknya (2012: 15) ranah psikomotor mencakup kemampuan menggunakan aneka ketrampilan motor, koordinasi dan gerak fisik. Pengembangan ketrampilan ini menuntut praktik atau latihan dan kemajuan atau keberhasilan dapat diukur dari meningkatnya kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur atau teknik dalam melakukan tugas atau aktivitas motor tertentu. Simpson (Supratiknya, 2012: 15) mengembangkan sebuah ranah psikomotor yang mencakup tujuh kategori kemampuan. Secara ringkas, taksonomi ranah psikomotor hasil karya Simpson adalah sebagai berikut

Tabel 2.6Taksonomi ranah psikomotor

Taraf Kemampuan Uraian

Mampu mempersepsikan

Mampu menggunakan petunjuk-isyarat sensoris untuk membimbing aktivitas motor, meliputi kepekaan menangkap stimulasi sensoris kemampuan memilih petunjuk-isyarat sensoris dan kemampuan menerjemahkannya ke dalam tindakan.

(Perception)

Mampu menggunakan tanda-taanda sensoris untuk membimbing aktivitas fisik tertentu.

Kata kunci: memilih, mendeskripsikan, membedakan, mengidentifikasikan, mengisolasi, menghubungkan dan menyeleksi.

Contoh: mampu mendeteksi petunjuk-isyarat komunikasi non-verbal, mampu memperkirakan arah jatuh dari bola yang dilempar dan selanjutnya menunjukan lokasi untuk menangkap bola itu, menyetel panas open untuk mengurangi temperature berdasarkan bau makanan yang sedang dipanggang. Memiliki kesiapan untuk bertindak

Kesiapan untuk bertindak meliputi kesiapan mental, fisik dan emosi. Ketiganya merupakan disposisi yang mendasari respon seseorang terhadap berbagai situasi yang dihadapi (kadang-kadang juga disebut mindset)

(Set)

Menunjukan kesiapan untuk bertindak. Kata kunci: mulai, mempertontonkan, menjelaskan, bereaksi, menyatakan, menunjukan.

(21)

Taraf Kemampuan Uraian

Catatan: sub-kemampuan psikomotorini memiliki kaitan erat dengan

sub-kemampuan ‖Merespon

fenomena‖dalam ranah afektif. Mampu melakukan respon tertentu

dengan bimbingan guru.

Merupakan tahap awal dalam mempelajari suatu ketrampilan kompleks, mencakup kemampuan mencontoh atau coba-salah. Ketrampilan yang memadai akan dicapai lewat latihan.

(guided Response)

Menunjukan tahap awal menguasai suatu ketrampilan kompleks, meliputi kemampuan mengikuti contoh atau mencontoh.

Kata kunci: mencontoh, melacak, mengikuti, mereproduksi, menanggapi, mereaksi.

Contoh: menulis huruf latin tegak bersambung seperti diberi contoh oleh guru di papan tulis, mengikuti petunjuk dalam rangka mengubah sebuah model pesawat. Mengikuti isyarat tangan instruktur saat belajar mengoprasikan

forklift.

Mampu melakukan respon secara mekanik

Merupakan tahap piawai dalam mempelajari suatu ketrampilan kompleks. Hasil belajar sudah menyatu dengan kebiasaan, sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan percaya diri dan lancar.

(Mechanism)

Mampu melakukan suatu ketrampilan motor yang kompleks.

Kata kunci: merakit, membangun, mengonstruksi, memperbaiki, memanipulasikan, mengukur, mengorganisasikan, membuat sketsa. Contoh: mengetik komputer dengan lancar, memperbaiki kran yang bocor,

Mampu melakukan respon kompleks secara lancar

Mampu melakukan tindakan motor secara trampil yang melibatkan pola gerakan yang kompleks. Ketrampilan atau ketangkasan itu ditunjukkan dengan gerakan yang cepat, akurat dan sangat terkoordinasi yang dilakukan dengan energy atau upaya minimum. Kategori ini mencakup mengerjakan tugas tanpa ragu-ragu dan melakukan gerakan secara otomatis.

(Complex Overt Response)

Manunjukan tahap agak lanjut menguasai suatu ketrampilan kompleks. Kata kunci: merakit, membangun, mengkonstruksi, memperbaiki, memanipulasikan, mengukur, mengorganisasikan, membuat sketsa. Contih: Mengetik komputer dengan cepat dan tepat. Menunjukan kepiawaian saat bermain piano.

Catatan: kata-kata kunci kategori ini

sama seperti kategori ―mampu

melakukan secara mekanik‖, namun dengan tambahan kata sifat yang menunjukan bahwa aktivitas atau gerakan tersebut dilakukan secara lebih cepat, lebih baik, lebih tepat.

Mampu beradaptasi

Aneka ketrampilan sudah dikuasai dengan baik, sehingga siswa mampu memodifikasi pola gerakan agar sesuai dengan tuntutan situasi tertentu.

(Adaptation)

Mampu memodifikasi aneka ketrampilan motor disesuaikan dengan tuntutan situasi baru.

(22)

Taraf Kemampuan Uraian

Contoh: mampu memberikan responyang efektif terhadap aneka pengalaman yang tidak diharapkan. Mampu memodifikasi pengajaran olah raga dan kesehatan agar lebih sesuai Mampu mengambil gerakan baru

Mampu menciptakan aneka pola gerak baru sesuai dengan tuntutan suatu situasi atau problem khusus tertentu. Hasil belajar yang ditekankan berupa kreativitas yang dilandasi aneka ketrampilan taraf tinggi.

Mampu menciptakan pola gerakan baru. Kata kunci: menata, membangun, mengombinasi, mengarang (compose), mengkonstruksi, menciptakan mengarang, memulai (initiate),

mengawali (orginate), membuat.

Contoh: merumuskan suatu teori baru tentang cara mencapai kebugaran. Mengembangkan program pelatihan kebugaran baru yang komprehensif. Menciptakan pola senam kesegaran jasmani baru.

Sumber: Lorin Anderson (Supratiknya, 2012: 15-18)

Penelitian ini yang berkenaan dengan aspek psikomotor yaitu keterampilan siswa dalam membuat dan menggunakan alat peraga lebih jelasnya dalam tabel 2.7. berikut ini:

(23)

Jadi, hasil belajar ranah psikomotor adalah hasil belajar yang kaitannya dengan gerak motorik siswa. Siswa yang memiliki psikomotor yang baik adalah siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Keaktif yang dimaksud adalah aktif dalam hal yang positif. Terdapat 6 tingkatan ranah kognitif, namun, pada penilitian ini hanya akan diteliti 2 tingkatan saja yaitu peniruan dan ketepatan.

c) Hasil Belajar Matematika

Menurut Purwanto (2013:49)hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidik. Menurut Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Jadi, hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi karena adanya pengalaman belajar.

Menurut Kline (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

(24)

katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).

Menurut James dan James (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya. Matematika terbagi menjadi tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, geometris, dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.

Berdasarkan beberapa pengertian matematika dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang logika, penalaran mengenai suatu bentuk, susunan, besaran, serta konsep-konsep yang memiliki objek abstrak yang bertujuan untuk membantu manusia dalam memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Jadi, hasil belajar matematika adalah perubahan perilaku yang terjadi karena adanya pengalaman belajar mempelajari tentang logika, penalaran mengenai suatu bentuk, susunan, besaran, serta konsep-konsep yang memiliki objek abstrak yang bertujuan untuk membantu manusia dalam memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

d) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(25)

peserta didik atau faktor lingkungan. Faktor dari dalam diri peserta didik menyangkut kemampuan yang dimiliki, motivasi belajar, minat belajar dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, serta faktor fisik dan psikis. Selain faktor dari diri peserta didik, faktor dari luar peserta didik atau faktor lingkungan juga mempengaruhi hasil belajar.Kedua faktor tersebut berbanding lurus dengan hasil belajar. Semakin tinggi kemampuan peserta didik dan kualitas pembelajaran yang dilakukan, akan semakin tinggi pula hasil belajar peserta didik.

3. Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS Terhadap Hasil Belajar

Matematika

a. Matematika

Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3) kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).

(26)

yaitu aritmatika, aljabar, geometris, dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.

Menurut Kline(Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Berdasarkan beberapa pengertian matematika dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang logika, penalaran mengenai suatu bentuk, susunan, besaran, serta konsep-konsep yang memiliki objek abstrak yang bertujuan untuk membantu manusia dalam memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam.

Siswa Sekolah Dasar (SD) umur berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget (Heruman, 2010:1) mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

(27)

dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya adalah abstrak.

Dalam matematika, setiap konsep yang sifatnya abstrak yang dianggap baru oleh siswa SD dan baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan. Pengetahuan yang baru dipelajarinya ini mampu mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa.

Menurut Heruman (2010:2-3) Konsep-konsep yang ada pada kurikulum matematika SD, dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika diantaranya yaitu:

(28)

jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumya.

(29)

b. Materi Menentukan Jaring-Jaring Berbagai Bangun Ruang Sederhana

Dalam penelitian ini peneliti mengambil materi menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana pada kelas V semester II. Standar kompetansi dan kompetensi dasar yang akan dijadikan bahan penelitian yaitu:

Tabel 2.8. Standard Kompetensi dan Kompetensi dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Memahami sifat-sifat bangun

dan hubungan antar bangun

6.3.Menentukan jaring-jaring

berbagai bangun ruang

sederhana.

Sumber : Pedoman Kurikulum

Dari kompetensi dasar tersebut dapat diketahui mengenai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan untuk penelitian. Standar kompetensinya yaitu memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun. Kompetensi dasar poin 6.3 yaitu menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana.Jaring-jaring bangun ruang terdiri dari beberapa bangun datar yang dirangkai.

1. Jaring-Jaring Kubus

(30)

2. Jaring-Jaring Balok

Gambar 2.2. Jaring-jaring balok 3. Jaring-Jaring Prisma Tegak Segitiga

a) Mengurangkan pecahan yang penyebut

Gambar. 2.3. Jaring-jaring prisma tegak segitiga 4. Jaring-Jaring Limas Segiempat

(31)

5. Jaring-Jaring Tabung

Gambar. 2.5. Jaring-jaring tabung 6. Jaring-Jaring Kerucut

Gambar. 2.6. Jaring-jaring Kerucut

(Heruman, 2010: 109-130) c. Media Pembelajaran

Djamarah dan Aswan (2010: 120) kata ―media‖ berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata ―medium‖ yang secara harfiah

berarti ―perantara atau pengantar‖. Menurut Hanafiah dan Cucu (2010: 60)

(32)

tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat bantu pendengaran atau penglihatan yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan.

Media yang akan digunakan dalam pembelajaran menggunakan media dari kertas karton atau kertas manila. Guru membuat bangun ruang berupa balok dan kubus. Kemudian bangun ruang tersebut dipotong pada bagian rusuknya sehingga akan membentuk jaring-jaring kubus dan balok.

Gambar.2.7. Media jaring-jaring kubus

G.b.2.8. Media jaring-jaring balok d. Langkah-Langkah Model Pembelajaran ARIAS

Langkah-langkah menggunakan model pembelajaran ARIAS yaitu:

1) Guru memberikan arahan kepada siswa agar selalu memiliki rasa percaya diri diawal pembelajaran.

(33)

3) Proses pembelajaran menggunakan media belajar yang dapat menarik perhatian siswa.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih dan mengembangkan rasa percaya diri siswa dalam belajar.

5) Melakukan penilaian sebagai refleksi.

6) Setelah dilakukan analisis penilaian, guru memberikan penguatan kepada siswa baik berupa penguatan verbal maupun non-verbal agar siswa merasa bangga atas prestasinya.

(Jamiah, 2008) B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian model pembelajaran ARIAS yang relevan antaralain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Pangandahen, dkk (2013) tentang ―Pengaruh

Model Pembelajaran ARIAS Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Meteri Tabung dan Kerucut‖ menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model

pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi tabung dan kerucut hal ini ditunjukkan perbedaan rata-rata kelas eksperimen sebesar 80,32 sedangkan kelas kontrol sebesar 70,44. Jenis penelitian yang digunakkan adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Tondano. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IX dan sampel kelas IX C sebagai kelas kontrol dan kelas IX D sebagai kelas eksperimen. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada wilayah penelitian.

(34)

2. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sualang, dkk (2013) tentang

―Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS Terhadap Hasil Belajar Siswa pada

Materi Statistika‖. Penelitian dilakukan karena kejenuhan siswa dan guru

yang dirasakan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen non-aquivalent Control Group Pretest-Postest Design. Wilayah penelitian di SMK Negeri 1 Ratahan, populasi seluruh siswa kelas XI sedangkan populasinya kelas XI multimedia 1 dan kelas XI multimedia 2 yang dipilih menggunakan teknik sampling purposive. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sualang, dkk yaitu hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar siswa pada materi statistika lebih tinggi disbanding hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan uji t pihak kanan menunjukan bahwa thitung

lebih besar dari ttabel yaitu 3,052 > 1,697.

(Sualang, 2013) C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian relevan maka disusun kerangka berpikir sebagai berikut:

1. Pengaruh model ARIAS terhadap hasil belajar aspek kognitif.

(35)

pelajaran dengan baik. Rasa bangga akan sebuah prestasi yang diperoleh akan meningkatkan semangat belajar siswa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Ketiga komponen dalam model pembelajaran ARIAS yaitu Relevance, Interest dan Satisfaction sesuai dengan kajian teori diduga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa aspek kognitif.

2. Pengaruh model ARIASterhadap hasil belajar aspek afektif.

Assurance atau rasa percaya diri merupakan salah satu komponen dari model pembelajaran ARIAS, pada tahap ini siswa diberi rangsangan yang bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Salah satu komponen model pembelajaran ARIAS yakni Assurance sesuai dengan kajian toerdiduga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa aspek afektif.

3. Pengaruh model ARIAS terhadap hasil belajar aspek psikomotor.

(36)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang lebih baik penerapan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar Matematika pada aspek kognitif siswa kelas V SD Negeri 2 Kalibagor.

2. Ada pengaruh yang lebih baik penerapan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar Matematika pada aspek afektif siswa kelas V SD Negeri 2 Kalibagor.

Gambar

Tabel 2.1. Fase-fase model pembelajaran langsung
Tabel 2.2Enam Kategori pada Dimensi Proses Kognitif dan Proses-proses
Tabel 2.3. Hasil Belajar Aspek Kognitif Materi Jaring-Jaring Berbagai
Tabel 2.4Taksonomi ranah afektif
+7

Referensi

Dokumen terkait

For the random variables that denote times in Example 5-2, determine the conditional probability density function for Y given that X ⫽ x. First the marginal density function of x

Penelitian ini menggambarkan hubungan kebiasaan belajar siswa dan hasil akademik siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris para siswa kelas II SMP Pangudi Luhur Sedayu

[r]

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) pada Program

Saat menggunakan beban 9 Ons dengan tujuan meja 1, robot berhasil mengantar namun sangat lambat (kadang berhenti sesaat) dan untuk mengantar ke meja

menghatu gan dan ban annya penuli hormat: elaku Dekan bimbing Skr imbingan sk ng Skripsi II n mencurah am penyusun Hukum U emberikan ala nikmat, isan skripsi Rasulullah

Keluarga tercinta, Mamah tercinta yang tak pernah lupa bangun setiap tengah malam untuk mendoakan anak anaknya yang semuanya tinggal jauh dengan orang tuanya, Bapak tersayang