• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan manusia yang dilakukan secara terus menerus. Sejak bayi yang baru dilahirkan pun telah membawa beberapa naluri dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidup, tetapi hal itu tidak dapat berkembang tanpa bantuan orang lain. Menurut Dimyati & Mudjiono (2006), belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan guru. Lain halnya dengan Hakim (2007), belajar adalah “suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersbut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuam, sikap, kebiasaan, pemahaman, dan keterampilan”. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Prayitno (2009), yaitu belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang diperoleh melalui pegalaman, melalui proses stimulus respon, melalui pembiasaan, melalui peniruan, melalui pemahaman, dan penghayatan dan melalu aktivitas individu meraih sesuatu yang dikehendakinya. Menurut Raymond & Simamora (2009) belajar diartikan sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan atas sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam hal sasaran khusus yang berkaitan dengan pola perilaku. Lain halnya dengan Sagala (2010), mengatakan bahwa “belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit”.

Ciri- ciri belajar menurut Baharuddin & Wahyuni (2008), adalah :

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya

(2)

perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil.

2) Perubahan perilaku relatif permanen. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tetentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.

3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial 4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah kegiatan seseorang yang dilakukan secara aktif dan terfokus untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Misalnya dalam perubahan tingkah laku baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak dan perubahan perilaku yang bersifat permanen.

2.2 Pembelajaran IPS SD

Menurut Susanto (2013), Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering disebut dengan IPS, adalah “ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik”. Sama halnya dengan Widiarto & suwarso (2007), yang mengatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial atau IPS adalah “program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora”. Lain halnya dengan Sapriya (2009), yang mengatakan bahwa IPS merupakan “mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat fakta, generalisasi, konsep, dan peristiwa, yang berkaitan dengan isu sosial”. Melalui mata pelajaran IPS anak diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pendapat ini senada dengan Gunawan (2011), yang menyatakan bahwa IPS adalah “mata pelajaran yang mengkaji seperangkat konsep,

(3)

fakta, generalisasi dan peristiwa yang berkaitan dengan isu sosial. Materi IPS memuat sejarah, antropologi, geografi, ekonomi,dan sosiologi”. Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Trianto (2012), bahwa IPS merupakan “integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, ekonomi, politik, budaya dan hukum”.

Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial seperti sejarah, antropologi, geografi, ekonomi, sosiologi yang mengkaji seperangkat konsep, fakta, generalisasi dan peristiwa.

Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh peserta didik yang dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

Ada beberapa tujuan pendidikan IPS yang menggambarkan bahwa pendidikan IPS merupakan bentuk pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang memungkinkan anak berpartisipasi dalam kelompoknya, baik itu keluarga, teman bermain, sekolah, masyarakat yang lebih luas, bangsa, dan Negara. Menurut Susanto (2013), tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat dan memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Lain halnya dengan Sapriya (2009), mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal ide-ide yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat serta lingkungan.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir secara logis dan kritis, dapa menemukan sebuah masalah dan dapat memecahkan suatu masalah,

(4)

memperoleh keterampilan dalam kehidupan sosial, dan mempunyai rasa ingin tahu.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkompetisi dan mampu berkomunikasi dengan masyarakat sekitar.

Dari uraian yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan IPS adalah agar peserta didik dapat peka terhadap masalah sosial yang terjadi dan mempunyai kemampuan untuk mengenal konsep-konsep, dapat bekerjasama dan mampu berfikir logis dan kritis untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Untuk melaksanakan tujuan tersebut, sekolah sebagai lembaga yang resmi dan formal dapat mengembangkan dan melatih potensi diri siswa yang mampu melahirkan manusia yang cerdas, baik dalam bidang akademik maupun dalam aspek moralnya melalui proses belajar didalam kelas. Bukan hanya sekolah, namun proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru hjuga harus diperhatikan, salah satunya dengan menggunkan model/metode/pendekatan yang tepat.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Warsono (2013), pembelajaran kooperatif disebut juga kelompok pembelajaran (group learning), yang melibatkan siswa untuk berkelompok dalam kelompok kecil yang interaktif. Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan guru dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok mereka serta dengan kelompok yang lain. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Shoimin (2014), mengatakan bahwa kooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, anggota satu dengan yang lain saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran

(5)

Pendapat lain dikemukakan oleh Sanjaya (2011), bahwa model kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam model kooperatif, yaitu:

1. Adanya peserta dalam kelompok 2. Adanya aturan kelompok

3. Ada usaha belajar setiap anggota kelompok 4. Ada tujuan yang harus dicapai

Lain halnya dengan Riyanto (2009) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik, sekaligus keterampilan sosial. Ada beberapa jenis model pembelajaran kooperatif yaitu: STAD, TGT, JIGSAW, KI, KBS, Think- Pair -Share, Mind Mapping, Snowball Throwing, Dua Tinggal Dua Tamu, Tim Token, Debate, Picture and Picture, CIRC, SFE, dan CS.

Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model kooperatif adalah model yang menekankan pada proses pembelajaran dengan siswa berkelompok untuk memecahkan suatu masalah. Dengan menggunakan model kooperatif ini diharapkan dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi lebih baik, meyenangkan, dan saling membantu dalam beberapa perilaku sosial. Ada beberapa model dalam kooperatif, salah satunya adalah model picture and picture.

2.3.1 Pengertian model picture and picture

Dalam pembelajaran, seorang guru harus mampu membuat kombinasi model-model pembelajaran, dan menguasai model-model pembelajaran dalam mengajar. Salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.

Menurut Ngalimun (2016) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik,

(6)

mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang logis. Ada beberapa model pembelajaran yang digunakan saat proses pembelajaran salah satunya adalah model picture and picture. Ngalimun (2016) menegaskan bahwa model picture and picture adalah sajian informasi kompetensi, sajian materi, menunjukkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi, dan mengurutkan gambar secara logis. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Shoimin (2014), model picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan gambar yang saling berhubungan. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar yang menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Lain halnya dengan Hamid (2011), yang menyatakan bahwa picture and picture merupakan sebuah strategi untuk membantu guru yang menggunakan media gambar untuk menerangkan sebuah materi yang akan diajarkan dan menanamkan pesan yang ada dalam materi tersebut.

Dari pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran picture and picture merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran, sehingga guru harus menyiapkan gambar dalam berbagai bentuk, baik bentuk kartu maupun bentuk cetakan gambar yang berukuran besar, kemudian siswa diminta untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis Dalam model pembelajaran picture and picture ada beberapa langkah yang harus diperhatikan. Penggunaan model/metode pada saat proses pembelajaran juga mempengaruhi hasil belajar siswa karena ketika guru menggunakan model/metode yang dapat menarik aktifitas siswa dalam belajar, maka siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(7)

2.3.2 Langkah-langkah Model Picture and Picture

Menurut Shoimin (2014), langkah-langkah model picture and picture adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai sehingga siswa dapat mengukur sampai sejauh mana materi yang harus dikuasai. Selain itu guru harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

2. Menyajikan materi sebagai pengantar. Guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.

3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Guru harus bisa mengajak siswa untuk ikut terlibat secara aktif dlm proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru atau temannya. Dengan gambar kita akan lebih menghemat energi, dan siswa akan lebih tertarik dengan pembelajaran sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara begantian untuk memasangkan gambar- gambar menjadi urutan yang logis. Guru harus melakukan inovasi dalam menunjuk siswa dengan menggunakan undian.

5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut 6. Dari urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapa.

7. Kesimpulan/rangkuman. Di akhir pembelajaran guru bersama sisa mengambil kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

(8)

2.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan output dari proses belajar mengajar sehingga kualitas hasil belajar sangat ditentukan oleh proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Purwanto (2009), hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seseorang dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Pendapat ini senada dengan Dimyati & Mudjiono (2006), yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan sebuah hasil dari interaksi belajar dan mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diberikan evaluasi sebagai proses akhir, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar. Lain halnya dengan Suprijono (2009), hasil belajar adalah prubahan dari nilai, sikap, pengertian, keterampilan dan apresiasi. Lain halnya dengan Sudjana (2014), hasil belajar diartikan sebagai akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kecakapan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Dan dapat diukur dengan tes baik tes tertulis, lisan maupun perbuatan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Menurut Raymond & Simamora (2009), faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:

1) Faktor internal (faktor didalam diri peserta didik), yaitu kondisi jasmani dan rohani peserta didik.

2) Faktor eksternal (faktor diluar peserta didik), yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik.

3) Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

(9)

Menurut Susanto (2013), faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah 1) Kecerdasaan anak.

2) Kesiapan atau kematangan. 3) Bakat anak.

4) Kemauan belajar. 5) Minat

6) Model penyajian materi pelajaran. 7) Pribadi dan sikap guru.

8) Keadaan saat proses pembelajaran.

9) Kombinasi model-model yang digunakan oleh guru. 10) Masyarakat.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 2 faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yakni faktor dari dalam atau faktor internal yang meliputi kemampuan yang dimiliki siswa, dan faktor dari luar atau faktor eksternal seperti kondisi masyarakat, strategi pembelajaran yang digunakan guru saat menyampaikan materi, suasana belajar, dan sekolah. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran disekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa, sehingga guru juga dituntut untuk kreatif dalam menggunakan model/metode pembelajaran. Model/metode pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berasal dari luar/eksternal, bisa juga dikatakan bahwa model/metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran termasuk faktor pendekatan belajar. Model pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti adalah model cooperative tipe picture and picture.

2.5 Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture dengan hasil belajar IPS

Adapun hubungan yang terjadi pada kedua variabel adalah hubungan sebab-akibat, dimana model yang dipakai dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, baik menurunkan atau meningkatkan hasil belajar. Melalui model pembelajaran kooperatif

(10)

tipe Picture and Picture, siswa akan dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan dalam memahami suatu materi. Siswa belajar bersama, saling membantu dan berdiskusi dalam menyelesaikan soal-soal pada satu kegiatan pembelajaran, yang akan mempererat hubungan antar sesama siswa.

2.6 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh :

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marlina : 2012 dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Menerapkan Metode Picture And Picture Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mangunsari 05 Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil yang diperoleh dalam penelitin ini adalah terjadi peningkatan pemahaman yang ditandai dengan ketuntasan hasil belajar. Peningkatan pemahaman belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 22 siswa (51%) yang telah tuntas dalam belajarnya. Pada siklus 1 melalui 3 pertemuan ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 26 siswa (60%) yang telah tuntas, dan pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat lagi menjadi 91%.

Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh Mega Selfie : 2013 dengan Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan Metode Picture and Picture Siswa kelas 4 SDN Dukuh 02 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan pemahaman belajar siswa terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya terdapat 9 siswa (39%) yang telah tuntas dalam belajar. Pada siklus 1 melalui tiga kali pertemuan, ketuntasan belajar siswa meningkat dari siklus 1 yaitu pertemuan pertama 11 siswa (52%), pertemuan kedua 14 siswa (61%) dan pertemuan ketiga menjadi 16 siswa (70%) yang telah tuntas. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat lagi pertemuan pertama 22 siswa (96%), pertemuan kedua 21 siswa (91%) dan pertemuan ketiga meningkat menjadi 22 siswa (96%).

(11)

Penelitian juga telah dilakukan oleh Pema Hendri : 2014 dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture Siswa Kelas V SD Negeri Sembaturagung 01 Pati Semester I 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan melalui pembelajaran kooperatif picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Sembaturagung 01 Pati Semester 1/2013-2014. Hal ini Nampak pada hasil perbandingan skor hasil belajar IPS antar siklus yakni skor rata-rata hasil belajar IPS pada siklus 1 sebesar 89,85. Pada siklus 2 meningkat menjadi 92,00. Skor maksimal pada siklus 1 sebesar 94, pada siklus 2 meningkat menjadi 97, sedangkan skor minimal pada siklus 1 sebesar 76, dan pada siklus 2 menjadi 81. Adapun pada siklus 1 siswa yang menduduki hasil belajar tinggi yaitu 20 siswa (94%). Pada siklus 2 meningkat menjadi 25 siswa (100%). Kenaikan skor hasil belajar IPS siswa yang menduduki hasil belajar tinggi dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 12%, mendasarkan pada hasil penelitin maka disarankan untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS SD untuk KD 1.3 siswa dapat menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia guru mendesain pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar. Ada juga penelitian dari Achmad Zainal Amri: 2014 dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture untuk meningkatkan Hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswakelas IV SDN Tamansari 01 Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata mata pelajaran Ilmu Pegetahuan Sosial pada siklus pertama kualitas pelaksanaan pembelajaran emperoleh nilai sebesar 78,61 dan pada siklus kedua meningkat menjadi 91,1 sedangkan hasil observasi perilaku siswa menunjukkan adanya peningkatan pada aktivitas siswa dengan dengan memperoleh nilai rata- rata pada siklus pertama yaitu 67,75 dan pada siklus kedua memperoleh nilai rata-rata sebesar 86,75. Begitu pula dengan ketuntasan hasil belajar siklus pertama memperoleh nilai

(12)

sebesar 48,65%. Dan hasil belajar pada siklus kedua memperoleh ketuntasan hasil belajar sebesar 86,5%.

Dari penelitian terdahulu bahwa dengan menggunakan model kooperatif tipe picture and picture bisa diterapkan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dengan menggunakan model ini yaitu mengurutkan/menempelkan gambar berdasarkan urutan gambar yang logis, kemudian menanyakan alasan dasar pemikiran dari gambar tersebut. Model picture and picture ini bisa menjadi masukan untuk mengembangkan pengetahuan belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar agar dapat mencapai nilai baik dan penambah tindakan dalam menerapkan model kooperatif tipe picture and picture pada mata pelajaran IPS.

2.7 Kerangka Pikir

Kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Guru harus dapat menciptakan komunikasi yang memberikan kemudahan bagi siswa agar mampu menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Kenyataannya komunikasi dalam proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan. Guru menggunakan metode pembelajaran yang monoton yaitu ceramah. Siswa hanya menerima informasi saja tanpa adanya kegiatan praktek, sehingga membuat siswa menjadi cepat bosan dan mengantuk. Siswa tidak memiliki kreatifitas, tidak mempunyai kesempatan berpartisipasi aktif dalam KBM sehingga prestasi belajar yang dihasilkan rendah.Pada kondisi ini jika siswa diberi pertanyaan atau tes, hasil belajar yang diperoleh siswa masih dibawah KKM <75 karena siswa tidak dapat mengerjakan tes secara optimal. Berikut ini adalah kerangka berfikir untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture:

(13)

Gambar 2.1 Skema Gambaran Kerangka Berpikir

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bagaimana alur penelitian yang dilakukan. Digambarkan peneliti melakukan observasi terlebih dahulu, kemudian terlihat kondisi awal pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture ternyata hasil belajar siswa masih rendah, karena guru hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton seperti ceramah, tanya jawab, dan

Hasil belajar siswa rendah

TINDAKAN

KONDISI AWAL Belum

Menggunakan Model Kooperatif

Tipe Picture And

Picture OBSERVASI Menggunakan Model Kooperatif Tipe Picture And Picture Siklus 1 Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe PP dengan anggota kelompok 5 orang siswa. Siklus 2 Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe PP dengan anggota kelompok 3 orang siswa KONDISI AKHIR

Melalui Penggunaan Model Kooperatif Tipe PP Dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPS Dengan Materi Perkembangan Teknologi Dan Masalah Sosial

(14)

diskusi tanpa ada variasi pembelajaran sehingga membuat siswa merasa bosan dan jenuh untuk menerima materi yang disampaikan guru. Kemudian dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran dalam 2 siklus.

Pada siklus I guru melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dengan mengelompokkan siswa 5 orang setiap kelompoknya dan diharapkan hasil belajar siswa ada peningkatan. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa maka dilakukan perbaikan pada siklus II dengan mengoptimalkan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan mengelompokkan siswa menjadi 3 orang setiap kelompoknya. Pada siklus II diharapkan hasil belajar siswa lebih mengalami peningkatan, selain itu siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.

2.8 Hipotesis tindakan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri Salatiga 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Gambaran Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Pada contoh di atas, guru memberi perintah untuk mengubah contoh nomor (1) menjadi bentuk „sedang‟, tetapi penutur mentransfer pola kalimat bahasa pertama atau

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang menjadi faktor utama suami istri melangsungkan pernikahan dalam usia yang masih dibawah umur, dan mengetahui apakah ada

kartu-kartu tersebut, sebelumnya telah dibuat oleh guru berdasarkan materi yang akan disampaikan pada kegiatan belajar mengajar (KBM) sesuai dengan RPP dan

kartu-kartu tersebut, sebelumnya telah dibuat oleh guru berdasarkan materi yang akan disampaikan pada kegiatan belajar mengajar (KBM) sesuai dengan RPP dan

Memahami karakteristik media pembelajaran berbagai media merupakan kemampuan dasar yang dimiliki guru dalam kaitannya dengan ketermpilan pemilihan media pembelajaran, baik

Untuk mengubah energi potensial uap menjadi energi mekanis dalam bentuk putaran poros dilakukan dengan berbagai cara, sehingga secara umum turbin uap dibagi menjadi tiga jenis

siswa harus sanggup mengatasinya secara tepat. Bimbingan itu baik dari guru/dosen atau tuntunan dari buku pelajaran sendiri. 6) Jenis belajar yang paling utama ialah belajar

Seorang guru pendidikan jasmani merupakan cermin bagi siswa untuk melangkah dan membantu siswa agar tumbuh dan berkembang, ia akan menjadi panutan dari berbagai