• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pandangan Umum Tentang Turbin Uap

Turbin uap termasuk mesin tenaga atau mesin konversi energi dimana hasil energinya dimanfaatkan mesin lain untuk menghasilkan daya. Di dalam turbin terjadi perubahan energi potensial uap menjadi enegi kinetik yang kemudian diubah kembali menjadi energi mekanik pada poros turbin, selanjutnya energi mekanik diubah menjadi energi listrik pada generator.

Energi mekanis yang di hasilkan dalam bentuk putaran poros turbin dapat secara langsung atau dengan bantuan roda gigi reduksi dihubungkan dengan mekanisme yang digerakkan.

Turbin uap digunakan sebagai penggerak mula PLTU, seperti untuk menggerakkan pompa, compressor dan lain-lain. Jika di bandingkan dengan penggerak generator listrik yang lain, turbin uap mempunyai kelebihan lain antara lain:

 Penggunaan panas yang lebih baik.  Pengontrolan putaran yang lebih mudah  Tidak menghasilkan loncatan bunga api listrik

 Uap bekasnya dapat digunakan kembali untuk proses.

Siklus yang terjadi pada turbin uap adalah siklus Reankine, yaitu berupa siklus tertutup, dimana uap bekas dari turbin di manfaatkan lagi dengan cara mendinginkanya kembali di kondensor, kemudian dialirkan lagi di pompa dan seterusnya sehingga merupakan siklus tertutup.

2.2 Analisis Thermodinamika

Siklus pada turbin uap adalah siklus Rankine , yang terdiri dari 2 jenis siklus yaitu:

 Siklus terbuka, dimana sisa uap dari turbin langsung di pakai untuk keperluan proses.

(2)

 Siklus tertutup, dimana uap bekas dari turbin dimanfaatkan kembali dengan dara mendinginkanya di kondensor, kemudian di alirkan kembali ke pompa dan seterusnya sehingga merupakan siklus tertutup.

Uap menurut keadaanya ada 3 jenis (lit 1. hal 95) yaitu : a) Uap basah, dengan kadar uap 0<X<1

b) Uap jenuh (saturated vapor), dengan kadar uap X = 1 c) Uap kering (Super heated vapor)

Diagram alir siklus Rankine dapat dilihat sebagai berikut:

(3)

Gambar 2.2 Diagram T-S siklus Rankine sederhana Siklus Rankine sederhana terdiri dari beberapa proses sebagai berikut: 1 2 : Proses pemompaan isentropic pada pompa.

2 3 : Proses pemasukan kalor atau pemanasan pada tekanan konstan dalam ketel uap.

3 4 : Proses ekspansi isentropik di dalam turbin. 4 1 : Proses pengeluaran kalor pada tekanan konstan.

Untuk mempermudah penganalisaan thermodinamika siklus ini, proses-proses diatas dapat di sederhanakan dalam diagram berikut:

1) Kerja pompa (Wp) = h2 – h1 = v (P2 – P1) 2) Penambahan kalor pada ketel (Qin) = h3 – h2 3) Kerja turbin (WT) = h3 – h4

4) Kalor yang di lepaskan dalam kondensor (Qout) = h4 – h1 5) Efesiensi Thermal siklus

in P T in net th Q W W Q W     ) ( ) ( ) ( 2 3 1 2 4 3 h h h h h h th     

2.3 Modifikasi siklus Rankine pada PLTU

Modifikasi siklus Rankine bertujuan untuk meningkatkan efisiensi siklus, dalam hal ini di buat ekstaksi uap yang bertujuan untuk memanaskan air pengisian ketel, sehingga kerja ketel berkurang dan kebutuhan bahan baker juga berkurang.

Dalam perancangan ini dibuat modifikasi siklus Rankine dengan empat ekstaksi uap. Adapun modifikasi siklus Rankine tersebut dapat dilihat pada gambar berukut: (sumber : data survey pada PLN Sei Canang)

(4)

Gambar 2.3 Diagram alir siklus Rankine Mengunakan HPH dan LPH

Uap kering dari hasil pembakaran dari ketel memasuki turbin, setelah melewati bebrapa tingkatan sudu turbin, sebagian uap di ekstraksikan ke empat pemanas awal yaitu sebuah Hight Pressure Heater (HPH) dan tiga buah Low Pressure Heater (LPH), sedangkan sisanya masuk ke kondensor. Selanjutnya air

dari kondensor di pompakan melewati tiga LPH dan satu HPH untuk masuk ke ketel. Dari ketel air dubah menjadi uap kering untuk di suplai ke turbin.

Tujuan uap di ekstraksikan ke pemanas atau heater adalah untuk

membuang gas yang tidak terkonsendasasi sehingga pemanasan di ketel dapat berlangsung efektif ketel dan meningkatkan efisiensi siklus.

Untuk mempermudah pemanasan siklus termodinamika ini, proses-proses tersebut diatas dapat kita sederhanakan dalam bentuk diagram berikut :

(5)

Gambar 2.4 Diagram T-S siklus Renkine dengan empat tingkat ekstraksi

2.4 Prinsip Dasar Turbin Uap

Turbin uap merupakan satu penggerak mula yang mengubah energi potensial uap menjadi energi kinetik dan energi kinetic ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanis dalam bentu putaran poros turbin. Poros turbin, langsung atau dengan bantuan roda gigi reduksi, dihubungkan dengan mekanisme yang di gerakkan. Tergantung kepada mekanisme yang digerakkan, turbin uap di pakai dalam beberapa bidang industri, untuk pembangkit tenaga listrik, dan untuk transportasi. Dalam perancangan ini, turbin uap digunakan untuk menggerakkan generator tenaga listrik pada PLTU seperti tampak pada gambar 2.3 diatas.

Untuk mengubah energi potensial uap menjadi energi mekanis dalam bentuk putaran poros dilakukan dengan berbagai cara, sehingga secara umum turbin uap dibagi menjadi tiga jenis utama, yaitu: turbin uap impulus, reaksi dan gabungan (impulus-reaksi). Selama proses ekspansi uap di dalam turbin juga terjadi beberapa kerugian utama yang dikelompokkan menjadi dua jenis kerugian utama, yaitu kerugian dalam dan kerugian luar. Hal ini mengakibatkan terjadinya kehilangan energi, penrunan kecepatan dan penurunan kecepatan dari uap tersebut

(6)

yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi siklus dan penurunan daya generator yang akan dihasilkan oleh generator listrik.

2.5 Klasifikasi Turbin Uap

Turbin uap dapat di klasifikasikan ke dalam kategoei yang berbeda yang tergantung pada jumlah tingkat tekanan, arah aliran uap, proses penurunan kalor, konsisi-kondisi uap pada masuk turbin dan pemakaianya di bidang industri. Adapun klasifikasinya antara lain:

1. Menurut jumlah tingkat tekanan, terdiri dari:

a) Turbin satu tingkat, atau satu atau lebuh tingkat kecepatan, yaitu turbin yang biasanya berkapasitas kecil dan turbin ini kebanyakan dipakai untuk menggerakkan kompresor sentrifugal.

b) Turbin impulus dan reaksi nekatingkat, yaitu turbin yang dibuat dalam jangka kapasitas yang luas mulai dari yang kecil sampai yang besar.

2. Menurut arah aliran uap, terdiri dari:

a) Turbin aksial, yaitu turbin yang uapnya mengalir dalam arah yang sejajar terhadap sumbu turbin.

b) Turbin radial, yaitu turbin yang uapnya mengalir dalam arah yang tegak lurus terhadap sumbu turbin.

3. Menurut jumlah silinder, terdiri dari: a) Turbin silinder tunggal

b) Turbin selinder ganda c) Turbin tiga silinder d) Turbin empat silinder

Turbin nekatingkat yang rotornya di pasang pada poros yang sama dan yang di kopel dengan generator tungal di kenal dengan turbin poros nekatunggal ; turbin dengan poros yang terpisah untuk masing-masing silinder yang dipasang sejajar satu dengan yang lainya dikenal dengan turbin neka-aksial.

(7)

a) Turbin dengan pengaturan pengaturan pencekikan (throttling), dalam hal

ini uap panas lanjut yang keluar dari ketel masuk melalui satu atau lebih saluran pencekik yang di operasikan serempak.

b) Turbin dengan pengaturan nozel yang uap segarnya masuk melalui dua atau lebih pengatur pembuka yang berurutan.

c) Turbin dengan pengaturan langkah (by-pass governing), dimana uap panas

lanjut yang keluar dari ketel disamping untuk dialirkan ke tingkat pertama juga langsung di alirkan ke satu, dua, atau bahkan tiga tingkat menengah turbin tersebut.

d) Menurut prinsip aksi uap, terdiri dari:

a) Turbin impulus, yang energi potensial uapnya di ubah menjadi energi kinetic di dalam nozel atau laluan yang di bentuk oleh sudu-sudu yang berdekatan, dan di dalam sudu gerak, energi kinetik uap di ubah menjadi energi mekanis.

b) Turbin reaksi aksial yang ekspansi uapnya di antara laluan sudu, baik sudu pengarah maupun sudu gerak.

c) Turbin reaksi radial tanpa sudu pengarah yang diam. d) Turbin reaksi radial dengan sudu pengarah yang diam

2.6. Analisa Kecepatan Aliran Uap

Analisa kecepatan aliran uap yang melewati suatu sudu dapat digambarkan sebagai berikut :

\

(8)

(Sumber : Lit.7, hal 33) 1. Kecepatan aktual keluar dari nosel (C1) adalah: (Sumber : Lit.7, hal 80)

' 5 , 91 1 HO C   (m/det)

dimana : Ho’ = besar jatuh kalor (entalphi drop) (kkal/kg)

 = koefisien gesek pada dinding nosel (0,91 s/d 0,98) 2. Kecepatan uap keluar teoritis (C1t)

(Sumber : Lit.7, hal 24) 1

1

C

Ct (m/det) 3. Kecepatan tangensial sudu (U) (Sumber : Lit.7, hal 85)

60 . . nd

U (m/det) dimana : d = diameter pada turbin (m)

n = Putaran poros turbin

4. Kecepatan uap memasuki sudu gerak pertama (w1) (Sumber : Lit.7, hal 33)

1 1 2 2 1 1 C U 2UC cos w    (m/det)

5. Kecepatan mutlak radial uap keluar sudu gerak baris pertama (C1u) (Sumber : Lit.7, hal 76)

1 1 1 C cos

Cu  (m/det).

6. Kecepatan mutlak radial uap keluar sudu gerak baris kedua (C2u) (Sumber : Lit.7 hal 76 )

2 2 2 C cos

C u (m/det)

(9)

(Sumber : Lit.7, hal 34) 1 1 1 1 sin w C   

8. Sudut relatif uap sudu keluar sudu gerak pertama (β2) (Sumber : Lit.7, hal 34)

) 5 3 ( 1 2  oo

9. Kecepatan relatif uap keluar sudu gerak pertama (w2) (Sumber : Lit.7, hal 34)

1 2 .w

w  (m/det)

10. Kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak pertama (C2) (Sumber : Lit.7, hal 34)

2 2 2 2 2 2 w U 2.U.w cos C    (m/det)

11. Kecepatan mutlak uap masuk sudu gerak kedua (C1) (Sumber : Lit.7, hal 85)

2 '

1 .C

C gb (m/det).

2.7 Kerugian Energi pada Turbin Uap

Kerugian energi pada turbin adalah pertambahan energi kalor yang dibutuhkan untuk melakukan kerja mekanis pada praktek aktual dibandingkan dengan nilai teoritis yang proses ekspansinya terjadi benar-benar sesuai dengan proses adiabatik. Pada suatu tingkat turbin, jumlah penurunan kalor yang benar-benar dikonversi menjadi kerja mekanis pada poros turbin adalah lebih kecil daripada nilai-nilai yang dihitung untuk tingkat turbin yang ideal. Semua kerugian yang timbul pada turbin aktual dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu :

(10)

2. Kerugian kerugian Luar

2.7.1 Kerugian-kerugian dalam (Internal losses)

1. Kerugian kalor pada katub pengatur

Aliran uap melalui katup-katup penutup dan pengatur disertai oleh kerugian energi akibat proses pencekikan (throtling), kerugian ini yang disebut dengan kerugian katup pengatur. Jika tekan uap masuk adalah Po maka akan terjadi penurunan tekanan menjadi tekan awal masuk turbin Po’. Penurunan tekan awal (ΔP) diperkirakan sebesar ( 3 − 5 ) % dari Po [ Menurut Lit.7 hal. 59 ].

Dimana ΔP = Po – Po’ , pada perencanaan ini diambil kerugian pada katup pengatur sebesar 5% dari tekan masuk turbin atau dapat di tuliskan (Sumber : Lit.7 hal 60) :

ΔP = 5%Po

Kerugian energi yang terjadi pada katup pengatur ditentukan dengan (Sumber : Lit.7 hal 59) :

ΔH = Ho –Ho’ dimana:

Ho = nilai penurunan kalor total turbin

Ho’= nilai penurunan kalor setelah mengalami proses penurunan tekanan akibat pengaturan melalui katup pengatur dan katup penutup yang ditetapkaqn sebesar 3 – 5% dari Po. jadi tujuan perencanaan kerugian tekanan yaitu sebesar ΔP = 5%Po.

Adapun gambar 2.6. menunjukkan proses ekspansi uap melalui mekanisme pengatur beserta kerugian-kerugian yang lainnya yang diakibatkan pencekikan (throttling).

Disebabkan oleh proses pencekikkan yang terjadi pada katub pengatur , penurunan kalor yang tersedia pada turbin akan berkurang dari Ho menjadi Ho’ dengan kata lain ada kehilangan energi yang tersedia sebesar H = Ho - Ho’.Besarnya kerugian tekanan akibat perncekikan dengan katub pengatur terbuka

(11)

lebar dapat diandaikan sebesar 5 % dari tekanan uap segar Po ( Sumber : Lit. 2 hal 59 ).

Gambar 2.6. Proses ekspansi uap dalam turbin beserta kerugian-kerugian akibat Pencekikan.

2. Kerugian kalor pada nozel (hn)

Kerugian energi dalam nozel adalah dalam bentuk kerugian energi kinetis dimanan besarnya adalah : Kerugian energi pada nosel disebabkan oleh adanya gesekan uap pada dinding nozel , turbulensi, dan lain-lain. Kerugian energi pada nosel ini dicakup oleh koefisien kecepan nozel () yang sangat tergantung pada tinggi nozel. Kerugian energi kalor pada nozel dalam bentuk kalor (Sumber : Lit.7 hal 25) : 2000 2 1 2 1 C C h t n   kJkg dimana :

hn = besarnya kerugian pada nozel Cit = kecepatan uap masuk nozel teoritis

(12)

ϕ = koefisien kecepatan pada dinding nozel (0,93 s/d 0,98) C1 = kecepatan aktual uap keluar dari nozel

Untuk tujuan perancangan, nilai-nilai koefisien kecepatan nozel dapat diambil dari grafik yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.7. Grafik untuk Menentukan Koefisien ϕ sebagai fungsi tinggi nozel (sumber : Lit.7, hal 61)

3. Kerugian kalor pada sudu gerak

Kerugian pada sudu gerak dipengarui beberapa faktor yaitu : • kerugian akibat tolakan pada ujung belakang sudu.

• Kerugian akibat tubrukan.

• Kerugian akibat kebocoran uap melalui ruang melingkar. • Kerugian akibat gesekan.

• Kerugian akibat pembelokan semburan pada sudu.

Semua kerugian diatas disimpulkan sebagai koefisien kecepatan sudu gerak (ϕ). Akibat koefisien ini maka kecepatan relatif uap keluar dari sudu W2 lebih kecil dari kecepatan relatif uap masuk sudu W1.

Kerugian kalor pada sudu gerak pertama (Sumber : Lit.7, hal 85) : 2000 2 1 2 1 ' w w hb   (kJ/kg)

(13)

2000 2 ' 2 2 ' 1 '' w w hb   (kJ/kg) dimana :

w1 = kecepatan relatif uap masuk sudu gerak I w2 = kecepatan relatif uap keluar sudu gerak I w’1 = kecepatan relatif uap masuk sudu gerak II w’2 = kecepatan relatif uap keluar sudu gerak II

Untuk keperluan rancangan maka faktor ψ dapat diambil dari grafik berikut dibawah ini:

Gambar 2.8. koefisien kecepatan  untuk sudu gerak turbin impuls untuk berbagai panjang dan profil sudu (Sumber : Lit.7, hal 62)

4. Kerugian kalor akibat kecepatan keluar

Uap meninggalkan sisi keluar sudu gerak dengan kecepatan mutlak C2, sehingga kerugian energi kinetik akibat kecepatan uap keluar C2 untuk tiap 1 kg uap dapat ditentukan sama dengan C22 /2001 kj/kg .

Jadi sama dengan kehilangan energi sebesar (Sumber : Lit.7, hal 63) : 2000

2 2

C

hc (kJ/kg)

(14)

(Sumber : Lit.7, hal 64) 2000 2 1 2 2 C C hgb   (kJ/kg)

6. Kerugian kalor akibat gesekan cakram

Kerugian gesekan terjadi diantara cakram turbin yang berputar dengan uap yang menyelubunginya. Cakram yang berputar itu menarik pertikel-pertikel yang ada didekat permukaannya dan memberi gaya searah dengan putaran. Sejumlah kerja mekanis digunakan untuk mengatasi pengaruh gesekan daqn pemberian kecepatan ini. Kerja yang digunakan untuk melawan gesekan dan percepatan-percepatan partikel uap ini pun akan di konversikan menjadi kalor, jadi akan mnemperbesar kalor kandungan uap.

Kerugian akibat gesekan cakram dan ventilasi dalam satu kalor dapat ditentukan dari persamaan berikut (Sumber : lit.7, hal 64):

G Ng hg ca ca 427 102  (kJ/kg) Dimana:

G = massa aliran uap melalui tingkatan turbin (kg/s) Ngca = daya gesek dari ventilasi cakram (kW)

Adapun penentu daya gesek dari ventilasi cakram ini sering dilakuakn dengan memakai rumus berikut (Sumber : Lit.7 hal 64) :

 .10 10.d4.n3.l.

Ngca (kW)

dimana :

β = koefisien yang sama dengan 2,06 untuk cakram baris ganda d = diameter cakra yang diukur pada tinggi rata-rata sudu A(m) n = putaran poros turbin (rpm)

l = tinggi sudu (m)

ρ = Massa jenis uap dimana cakram tersebut berputar (kg/m3) = 1/ν , dimana ν = volume spesifik uap pada kondisi tersebut (m3/kg) 7. Kerugian Ruang Bebas pada Turbin Impuls

(15)

Ada perbedaan tekanan di antara kedua sisi cakram nosel yang dipasang pada stator turbin, sebagai akibat ekspansi uap di dalam nosel. Diafragma yang mempunyai sudu sudu gerak adalah dalam keadaan berputar, sementara cakram-cakram adalah dalam keadaan diam sehingga selalu ada ruang bebas yang sempit antara cakram-cakram putar dan diafragma.

Tekanan sebelum melewati diafragma adalah p1 dan tekanan sesudah cakram yang mempunyai sudu-sudu gerak adalah p2. Oleh sebab itu, seluruh penurunan tekanan yang terjadi pada perapat labirin dari p1 hingga ke p2 didistribusikan diantara ruang-ruang A, B, C, D, E, dan F. Adanya perbedaan tekanan menyebabkan adanya kebocoran melalui celah ini, yang besarnya :

) (i0 i2 G

G

h kebocoran

kebocoran  (kJ/kg) (Sumber : Lit.7, hal 64)

Dimana G kebocoran ditentukan berdasarkan tekanan kritis (Sumber : lit.7. hal 67), yaitu : 5 . 1 . 85 , 0 1   z p pkr

(16)

(sumber : Lit.1, hal 62)

Bila tekanan kritis lebih rendah dari p2, maka kecepatan uap di dalam labirin adalah lebih rendah daripada kecepatan kritis dan massa alir kebocoran ditentukan dengan persamaan (Sumber : Lit.7, hal 67) :

1 1 2 2 2 1 ( 100 v zp p p g fs Gkebocoran  (kg/det)

sebaliknya, bila tekanan kritis lebih tinggi dari p2 , maka kecepatan uap adalah lebih tinggi dari kecepatan kritisnya dan massa alir kebocoran dihitung (Sumber Lit.7, hal 6) : 1 1 5 . 1 100 v p z g fs Gkebocoran   

8. Kerugian Akibat Kebasahan Uap

Dalam hal turbin kondensasi, beberapa tingkat yang terakhir biasanya beroperasi pada kondisi kondisi uap basah yang menyebabkan terbentuknya tetesan air. Tetesan air ini oleh pengaruh gaya sentrifugal akan terlempar ke arah keliling. Pada saat bersamaan tetesan air ini menerima gaya percepatan dari partikel-partikel uap searah dengan aliran, jadi sebagian energi kinetik uap hilang dalam mempercepat tetesan air ini. Kerugian akibat kebasahan uap dapat ditentukan dengan persamaan (Sumber : Lit.7, hal 69):

h x hkebasahan(1 ) Dimana :

x = fraksi kekeringan rata-rata uap di dalam tingkat turbin yaitu sebelum nosel (sudu pengarah) dan sesudah sudu gerak tingkat tersebut.

hi = penurunan kalor yang dimanfaatkan pada tingkat turbin dengan memperhitungkan semua kerugian kecuali akibat kebasahan uap

(17)

9. Kerugian Pemipaan Buang

Kerugian pemipaan buang terjadi karena kecepatan aliran pada pipa buang besar (100-120) m/s yang biasanya terjadi pada turbin kondensasi. Besarnya kerugian tekanan dalam pemipaan buang turbin-turbin kondensasi dapat ditentukan (Sumber : Lit.7, hal 70), yaitu :

k s k p C p p 2 2 2 2 100        Dimana : 2

p = tekanan uap sesudah sudu (bar)

k

p2 = tekanan uap di dalam pemipaan buang (bar)  = koefisien yang nilainya dari 0,07-0,1

s

C = kecepatan uap pada pemipaan buang (m/s).

2.7.2 Kerugian kerugian Luar • Kerugian Mekanis

Kerugian mekanis disebabkan oleh energi yang digunakan untuk mengatasi tahanan yang diberikan oleh bantalan luncur dan dorong termasuk bantalan luncur generator atau mesin yang dihubungkan dengan poros turbin. Untuk tujuan perancangan, kerugian mekanis, generator dan turbin (Menurut lit. 4, hal. 88) dapat ditentukan dengan mempergunakan grafik efisiensi mekanis turbin.

2.8 Efisiensi dalam Turbin Uap

1. Efisiensi relatif sudu

Hubungan antara kerja satu kilogram uap Lu pada keliling cakram yang mempunyai sudu-sudu gerak terhadap kerja teoritis yang dapat dilakukannya adalah (Sumber : Lit.7, hal 71):

u u u i i L A L L    . 

(18)

2. Efisiensi internal

Hubungan antara kerja yang bermanfaat yang dilakukan oleh sudu dengan 1 kg uap pada tingkat atau di dalam turbin terhadap kerja teoritis yang tersedia adalah (Sumber : Lit.7, hal 71) :

o u o u o i oi H H i i L A L L . 1      3. Efisiensi termal

Hubungan antara penurunan kalor adiabatik teoritis di dalam turbin dan kalor yang tersedia dari ketel adalah (Sumber : Lit.7, hal 71):

q i i i q i H o t o o t     0 1 

4. Efisiensi relatif efektif

Hubungan antara efisiensi mekanis dengan efisiensi internal turbin adalah (Sumber : Lit.7, hal 71) :

oi m

re  

  .

Besarnya efisiensi mekanis ditentukan dari gambar diatas sedangkan efisiensi efektif relatif dapat ditentukan berdasarkan grafik (lit. 7, hal. 88) Daya dalam turbin dapat dituliskan sebagai berikut :

 Daya dalam turbin 102 . 427 0 i i H G

(kW) (Sumber : Lit.7, hal 71)

 Daya efektif yang dihasilkan pada turbin adalah :

i m

ef  .N

  (Sumber : Lit.7, hal 72)

Daya efektif turbin dapat juga diperoleh dari hubungan anatara daya yang dibangkitkan pada terminal generator Ne dan effisiensi generator g, (Sumber : Lit.7, ha 71) yaitu :

(19)

efektif e g N N  

2.9 Perhitungan Fraksi Massa pada Tiap Ekstraksi

Dari gambar 2.1 sebelumnya telah diketahui, bahwa untuk siklus PLTU ini dirancang empat buah tingkatan ekstraksi dari turbin uap, sehingga fraksi massa pada tiap ekstraksi dapat ditentukan.

Berikut ini ditentukan fraksi massa dari ekstraksi pertama hingga ekstraksi keempat sebagai berikut (Sumber : Lit.7, hal 137) :

1 Fraksi massa pada ekstraksi pertama (α1)

4 1 .I s I eks III fw IV fw i i i i   

2. Fraksi massa pada ekstraksi kedua (2)

I fw II eks II fw I s II fw III fw i i i i i i            1 3 2 . 1  

3 Fraksi massa pada ekstraksi ketiga (3)

I

s III eks I fw II fw i i i i      1 1 2 . 3   

4. Fraksi massa pada eksraksi keempat (4)

 

1 3 2 1 4 . . . 1      VI s IV eks IV s III s I kond I fw i i i i i i      

Dimana : , 1  , 23 dan  adalah efisiensi pemanas air pengisian boiler yang 4 diakibatkan oleh kehilangan kalor ke medium di sekitarnya.

2.10 Perhitungan Jumlah Uap yang Mengalir Melalui Turbin dan Ekstraksi Jumlah uap yang mengalir melalui turbin uap dapat ditentukan sebagai

(20)

V

i IV i III i II i I i N o h h h h h P D 4 3 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 . 860                         

(Sumber Lit.7, hal 137) Dimana :

G0 = jumlah uap yang mengalir melalui turbin uap (Kg/s)

PN = daya netto yang harus disuplai turbin uap ke generator listrik (kW)  V i IV i III i II i I i h h h h

h , , , , penurunan kalor yang dimanfaatkan pada turbin antara titik-titik ekstraksi (kJ/kg).

Kemudian jumlah uap yang dicerat dari setiap titik ekstraksi dapat ditentukan sebagai berikut :

1. Io

eks G

G1. penurunan kalor yang dimanfaatkan pada turbin antara titik-titik ekstraksi (kJ/kg).

2. IIo

eks G

G2. jumlah uap yang dicerat dari titik ekstraksi yang kedua 3. IIIo

eks G

G3. jumlah uap yang dicerat dari titik ekstraksi yang ketiga 4. IVo

eks G

G4. jumlah uap yang dicerat dari titik ekstraksi yang keempat

Sehingga jumlah uap yang mengalir melalui turbin antara berbagai titik ekstraksi, menjadi :

1. Go = jumlah uap yang mengalir melalui ruang pertama sampai ke titik ekstraksi yang pertama

2. I

eks

o G

G

G1  = jumlah uap yang mengalir antara titik ekstraksi yang pertama dan kedua

3. II eks I eks o G G G

G2   = jumlah uap yang mengalir sesudah titik ekstraksi kedua. 4. III eks II eks I eks o G G G G

G2    = jumlah uap yang mengalir antara titik ekstraksi yang ketiga dan keempat.

5. IV eks III eks II eks I eks o G G G G G

Gambar

Diagram alir siklus Rankine dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2.3 Diagram alir siklus Rankine Mengunakan HPH dan LPH
Gambar 2.5. Variasi kecepatan uap pada sudu-sudu gerak turbin impuls.
Gambar 2.6. Proses ekspansi uap dalam turbin beserta kerugian-kerugian akibat  Pencekikan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor: 16.44/DAK.SD/167/PPBJ/434.101/2011 tanggal 17 Nopember 2011 untuk paket pekerjaan sebagai berikut :. Kegiatan :

Jurnal web/internet (weblog, blog atau online journal) menjelma jadi tempat bagi siapa saja menulis apa saja. Livejournal, Blogger, serta Wordpress adalah yang terpopuler.

Bahan yang digunakan untuk modifikasi abu sekam padi adalah NaOH. Aktifasi dilakukan dengan menggunakan

Gambaran Umum Objek Penelitian .... Karaketristik Responden

In conclusions, superficial surgical site infection after posterior approach for spine surgery treated by hybrid mattress suture has less incidence compared to simple interrupted

[r]

KPPW adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh keunggulan komparatif wilayah tersebut, adanya dukungan kelembagaan, prasarana sosial

Sehingga dari penelitian ini diharapkan nantinya kita dapat memanfaatkan laboratorium Politeknik Akamigas Palembang dengan baik dan dapat melakukan upaya pengelolaan