• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan : studi kasus pada mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2004-2005, jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan : studi kasus pada mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2004-2005, jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fak."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

vi ABSTRAK

PENGARUH KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA DENGAN

PENENTUAN KUALITAS JASA PEMONDOKAN Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2004-2005, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Catarina Atri Santi Universitas Sanata Dharma

2007

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan.

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada bulan Desember tahun 2006 sampai dengan Januari 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2004 dan 2005 Program Studi Pendidikan Akuntansi yang menggunakan jasa pemondokan yang berjumlah 109 orang. Sampel yang diambil adalah 86 orang terdiri dari 41 orang dari angkatan 2004 dan 45 orang dari angkatan 2005. Teknik Pengambilan sampel yang digunakan adalah propotional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan, karena nilai koefisien regresi interaksi antara kultur keluarga (dummy) dan status sosial ekonomi orangtua sebesar 0,193 dengan probabilitas sebesar 0,007 (ρ= 0,007 < α= 0,05).

(2)

vii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FAMILY CULTURE TOWARD THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENT’S SOCIOECONOMIC STATUS AND

THE DETERMINATION OF THE BOARDINGHOUSE SERVICE QUALITY

A Case Study on the Students of the Accounting Study Program of the Social Science Department of the Faculty of Education and Teacher Training

Sanata Dharma University Yogyakarta. Catarina Atri Santi

Sanata Dharma University 2007

The objective of this research was to know the influence of family culture toward the relationship between parent’s socioeconomic status and the determination of the boardinghouse service quality.

This research was conducted at the Accounting Study Program of the Social Science Department of the Faculty of Education and Teacher Training Sanata Dharma University Yogyakarta from December 2006 to January 2007. The population of the research was 109 students at 2004 and 2005 generation of Accounting Study Program that used boardinghouse service. The samples were 86 students, which consisted of 41 students at 2004 generation and 45 students at 2005 generation. The samples of the research were drawn by using proportional random sampling. The technique of gathering data used were questionnaire, interview, and documentation. The technique of analyzing the data was regression model that was developed by Chow.

The result shows that the family cultures influences the relationship between parent’s socioeconomic status and the determination of the boardinghouse service quality, with the value coefficien regression interaction between family culture and the parent’s socioeconomic status is 0,193 with probability 0,007 (ρ = 0,007 < α = 0,05).

(3)

i

PENGARUH KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA DENGAN

PENENTUAN KUALITAS JASA PEMONDOKAN Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2004-2005, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Catarina Atri Santi

NIM: 021334118

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Bila engkau tidak bisa menjadi cemara dibukit...,

jadilah belukar yang indah di tepi parit.

Bila engkau tidak bisa menjadi belukar...,

jadilah rumput yang membuat jalan-jalan semarak.

Bila engkau tidak bisa menjadi gurami...,

jadilah teri yang terindah di tambak. Bila engkau tidak bisa menjadi komandan...,

jadilah prajurit yang tangguh.

Bukan kebesaran yang menentukan menang atau kalah, yang penting: jadilah wajar, apa adanya dan menjadi dewasa.

- Douglas Malloch -

Karya kecilku ini kupersembahkan untuk:

Yesus Kristus, Tuhan dan sahabat sejatiku

Bunda Kudus Maria, teladan kasih dalam hidupku

Santa Chatarina, penguat dan pelindungku

Papaku R. Supardi dan mamaku Elisabet Erni Napsia

Mbakku dan kakakku tercinta Bernadetta Supardi

dan Paulus Hari Wiyadi,

Mbak iparku Dhita, Nadia, Revando dan Varel

Keluarga besar Danau Ranau, Palembang dan Klaten

Semua orang-orang terbaik dalam hidupku yang telah

mendampingi setiap langkahku dalam suka maupun

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Juni 2007 Penulis

(8)

vi ABSTRAK

PENGARUH KULTUR KELUARGA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANGTUA DENGAN

PENENTUAN KUALITAS JASA PEMONDOKAN Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2004-2005, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Catarina Atri Santi Universitas Sanata Dharma

2007

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan.

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada bulan Desember tahun 2006 sampai dengan Januari 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2004 dan 2005 Program Studi Pendidikan Akuntansi yang menggunakan jasa pemondokan yang berjumlah 109 orang. Sampel yang diambil adalah 86 orang terdiri dari 41 orang dari angkatan 2004 dan 45 orang dari angkatan 2005. Teknik Pengambilan sampel yang digunakan adalah propotional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan, karena nilai koefisien regresi interaksi antara kultur keluarga (dummy) dan status sosial ekonomi orangtua sebesar 0,193 dengan probabilitas sebesar 0,007 (ρ= 0,007 < α= 0,05).

(9)

vii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FAMILY CULTURE TOWARD THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENT’S SOCIOECONOMIC STATUS AND

THE DETERMINATION OF THE BOARDINGHOUSE SERVICE QUALITY

A Case Study on the Students of the Accounting Study Program of the Social Science Department of the Faculty of Education and Teacher Training

Sanata Dharma University Yogyakarta. Catarina Atri Santi

Sanata Dharma University 2007

The objective of this research was to know the influence of family culture toward the relationship between parent’s socioeconomic status and the determination of the boardinghouse service quality.

This research was conducted at the Accounting Study Program of the Social Science Department of the Faculty of Education and Teacher Training Sanata Dharma University Yogyakarta from December 2006 to January 2007. The population of the research was 109 students at 2004 and 2005 generation of Accounting Study Program that used boardinghouse service. The samples were 86 students, which consisted of 41 students at 2004 generation and 45 students at 2005 generation. The samples of the research were drawn by using proportional random sampling. The technique of gathering data used were questionnaire, interview, and documentation. The technique of analyzing the data was regression model that was developed by Chow.

The result shows that the family cultures influences the relationship between parent’s socioeconomic status and the determination of the boardinghouse service quality, with the value coefficien regression interaction between family culture and the parent’s socioeconomic status is 0,193 with probability 0,007 (ρ = 0,007 < α = 0,05).

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas segala berkat dan rahmat-Nya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kultur Keluarga Terhadap Hubungan Antara Status sosial Ekonomi Orangtua Dengan Penentuan Kualitas Jasa Pemondokan”. Studi kasus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2004-2005, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, semangat dan doa dari berbagai pihak yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis ingin menyampaiakan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R, selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakata.

(11)

ix

5. Bapak Ag. Heri Nugroho S.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, nasehat, saran dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd. selaku dosen tamu yang telah memberikan saran dalam skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya dan mendidik saya sehingga berguna untuk masa depan saya.

8. Mba’ Aris dan Pak Wawi yang telah melayani dan membantu selama menyelesaikan pendidikan di Univeritas Sanata Dharma Yogyakarta..

9. Papa dan mamak (terimakasih atas dukungan, pengorbanan, perhatian, doa, cinta dan kasih sayang yang besar untukku).

10.Mbakku Ita dan kakaku Hari (maafkan selalu merepotkan kalian, terimakasih untuk semua bantuan, dukungan, pengorbanan, motivasi, dan kasih sayang yang telah kalian curahkan padaku), untuk mbk iparku Dhita (thank’s) dan keponakanku Revan, Varel dan Nadia (Semoga bisa berguna bagi dunia ini), keluarga besar Danau Ranau, Klaten dan Palembang (simbah, bude, pakde, om, bibik, sepupuku) terima kasih banyak.

(12)

x

12.Greja kotabaru (pastor, lektor, koor dll) yang setiap sore memberiku kedamaian.

13.Sahabat-sahabatku Salamah, Kiki Putri Bungsu, Evi Triani, kak Yuslius, Yelia.M.Arum Hapsari, Ana Puji Lestari (makasih sudah rajin sms to kasih motivasi dan doa), Xena Atmaja, Rahma Uli Haitami, Komang Dirgawa, Anakistri Mega Parisa, Stevanus Prasetya Kurniawan, makasih atas hari-hari indah selama diyogya, kalau kita sudah pada sukses kita vacation bareng lagi. 14.Teman–temanku Purwanti dan Dwi cilik (makasih pinjaman kompnya selama

6 bln ni), Yuni Widyaningsih, Dwi Purwanti, Lusi, dan Plentus (makasih sudah mau berbagi dan membantuku selama di Bambangtutuko, semoga kalian juga cepat jadi sarjana), mas Anto muntilan (thank’s dan semoga mas Anto sukses jd caleg), mas joko makasih to all, tim kota P2KP (mbak Vero dan mas Arif makasih atas nasehat, motivasi dan bantuannya), Ego, Bowo dan delongop + petci anjingnya yang selalu menghibur, bang Ucok dan temannya “thank’s laptopnya”, Yulex di negara sakuro yang sudah mau buang-buang pulsa, Emi Puji, Lia, Tika, Novin, mas Iwan, Heni. Etik, mbk Desty, mas Arman, Sari, Tika, maya, Susi terimakasih atas kebersamaan, motivasi, bantuan dan maaf kalau aku sering buat rame kos.

(13)

xi

16.Teman–teman seangkatanku PAK C’02 ( Tiara, teman curhatku, “jangan bosen ya kalau aku ngoceh terus”, Dian Sastro “ayo terus berjuang and makasih atas ide cemerlangnya”, Sari“Jangan bosan kalau aku merepotkan dirimu”, MM, Risa, Esti, Bude Dewi, Herlina alias Cipluk, Suprapti, Dika, Nina, Toro sang penakluk virus komputer makasih sudah mau direpoti, Valent, Tomas, Candra, Satya, Tri Mulyani, Andre, Lia, Sigit, flater, Dewi kecil, Heri, Wulan (ayo semangat). Kak Lisbeth, Uchi, Adi dan Dhita temen seperjuangan bimbingan (kita harus tetap tersenyum walaupun pusing) dan semua teman-teman PAK ’02, terima kasih atas kebersamaan bersama kalian. 17.Nihongo no gakusei (UGM, IKIP/UNY, ABA YIPK), Gambatte kudasaine!,

makasih sudah memberi warna dan semangat dalam hidupku to jadi sarjana. 18.Teman-teman alumnus SMU Xaverius 2 Palembang., akhirnya aku bisa

selesaikan studyku coy.., seperti impian teman-teman semua.

19.Pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terima kasih untuk doa, dukungan, dan perhatiannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan secara lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstuktif. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Tinjauan Teoretik... 6

1. Penentuan Kualitas Jasa Pemondokan... 6

2. Status Sosial Ekonomi Orangtua... 9

3. Kultur Keluarga... 13

B. Kajian Penelitian Yang Relevan... 17

C. Rasionalitas penelitian... 17

(15)

xiii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian... 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 23

C. Subjek dan Objek Penelitian... 24

D. Populasi dan Sampel... 24

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran... 25

F. Teknik Pengumpulan Data... 30

G. Pengujian Validitas Dan Reliabilitas... 31

H. Teknik Analisis Data... 36

BAB IV ANALISIS DATA... 41

A. Deskripsi Data... 41

B. Analisis Data... 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 67

A. Kesimpulan... 67

B. Keterbatasan ... 69

C. Saran Penelitian... 69 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orangtua Dilihat Dari

Jenis Pekerjaan Orangtua... 26

Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orangtua Dilihat Dari Pendapatan Orangtua... 27

Tabel 3.3. Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga... 27

Tabel 3.4. Operasionalisasi Variabel Penentuan Kualitas Jasa Pemondokan... 29

Tabel 3.5. Hasil Pengujian Validitas Kuesioner... 33

Tabel 4.1. Deskripsi Responden Dilihat Dari Tahun Angkatan... 41

Tabel 4.2. Penetuan Kualitas Jasa Pemondokan... 41

Tabel 4.3. Pekerjaan Pokok Ayah Dan Ibu... 42

Tabel 4.4. Pekerjaan Sampingan Orangtua ... 43

Tabel 4.5. Pendapatan Ayah Dan Ibu Responden Dari Pekerjaan Pokok... 44

Tabel 4.6. Pendapatan Orangtua Dari Pekerjaan Sampingan... 45

Tabel 4.7. Status Sosial Ekonomi Orangtua... 46

Tabel 4.8. Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Power Distance... 47

Tabel 4.9. Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Collectivism vs Individualism 48 Tabel 4.10. Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Masculinity vs Femininity.... 48

Tabel 4.11. Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Uncertainty Avoidance... 49

Tabel 4.12. Kultur Keluarga... 50

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 Daftar Kuesioner Penelitian... 72

Lampiran 2 Data Induk Penelitian... 77

Lampiran 3 Uji Validitas & Reliabilitas... 88

Lampiran 4 Uji Normalitas & Uji Linieritas... 91

Lampiran 5 Daftar Distribusi... 93

Lampiran 6. PAP II... 106

Lampiran 7 Regresi... 110

Lampiran 8 Surat Ijin Penelitian... 115

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Yogyakarta terkenal sebagai kota pelajar atau kota pendidikan, karena banyaknya lembaga pendidikan yang berada di Yogyakarta. Lebih dari 120 pendidikan tinggi berbasis dikota ini. Hampir semua bidang ilmu pengetahuan maupun profesi dapat ditemui disini. Tak heran jika kota Yogya ini dijadikan barometer pendidikan maupun pengetahuan bagi propinsi-propinsi lain. Yogyakarta dihuni oleh puluhan ribu pelajar dan mahasiswa yang berasal dari seluruh Indonesia. Setiap tahunnya justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Mereka bermukim dirumah kontrakan maupun kos yang tesebar merata diseluruh wilayah.

Perkembangan pendidikan yang semakin pesat, dimanfaatkan oleh sebagian penduduk Kota Yogyakarta untuk menambah penghasilan mereka. Ada banyak cara yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Kota Yogyakarta dalam usaha untuk menambah penghasilan mereka, ada berbagai jenis usaha yang salah satunya adalah persewaan kamar atau indekos baik itu untuk pelajar, mahasiswa, karyawan maupun yang sudah berkeluarga.

(19)

akan menimbulkan masalah baru yaitu tempat tinggal selama mereka menempuh pendidikan di Yogyakarta.

Di Yogyakarta terdapat banyak pemondokan atau kos-kosan. Pondokan atau kos-kosan yang satu dengan yang lain memberikan fasilitas dan harga yang berbeda. Semakin banyak fasilitas yang diberikan pemilik pemondokan atau kos-kosan cenderung akan menetapkan harga yang tinggi. Menurut keterangan yang dihimpun dari pusat informasi kos dan kontrakan (PIKKO) di daerah dekat kampus seperti Karang Asem, Depok, Sleman sewa kos-kosan tahun ini naik rata-rata sebesar Rp 50.000 per tahun (www. suaramerdeka.com).

Fasilitas-fasilitas yang diberikan oleh pemilik pemondokan akan mempengaruhi pengguna jasa dalam memilih jasa pemondokan. Serta tarif yang ditetapkan oleh setiap pemilik pemondokan juga akan mempengaruhi pemakai jasa dalam hal memilih pemondokan.

Banyaknya pilihan pemondokan atau kos-kosan menyebabkan konsumen lebih selektif untuk memilih tempat kos mana yang sesuai dengan kemampuan diri dan ekonomi orang tua. Namun demikian untuk memperoleh pemondokan atau kos-kosan tersebut diperlukan biaya yang tidak murah. Biaya pemondokan atau kos-kosan yang tinggi kadang menjadi kendala bagi mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, banyak dari mereka yang memilih tempat kos yang murah dan tidak berfasilitas.

(20)

yang berfasilitas lengkap, dibandingkan mereka yang berasal dari dari keluarga yang tingkat ekonominya rendah. Karena konsumen (penguna jasa pemondokan/anak kos) yang berasal dari tingkat ekonomi yang rendah didesak untuk mencari tempat kos/pemondokan yang sesuai dengan kemampuan (www.suaramerdeka.com)

Konsumen (anak kos) dalam menentukan pemondokan atau kos-kosan yang akan dipilih dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Dari sekian banyak faktor tersebut dapat dipilih beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap pemilihan pemondokan/tempat kos. Faktor tersebut adalah status sosial ekonomi orang tua dan kultur keluarga. Adanya perbedaan status sosial ekonomi orang tua diperkirakan akan menimbulkan perbedaan pula pada pola kepribadian anak dalam menentukan pemondokan. Diduga kultur keluarga tertentu juga dapat mempengaruhi konsumen pemondokan (anak kos) dalam menentukan kualitas pemondokan.

(21)

A. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan.

Pada status sosial ekonomi orangtua penulis membatasi pada jenis pekerjaan orangtua dan tingkat pendapatan orang tua.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas penulis adalah:

Apakah ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemakai jasa pemondokan

(22)

2. Bagi pengusaha pemondokan

Dapat digunakan sebagai masukan, kepada pengusaha pemondokan sehingga bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola usaha pemondokan.

3. Bagi penulis

(23)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoretik

1. Penentuan Kualitas Jasa Pemondokan

a. Pengertian Jasa Pemondokan

Jasa merupakan produk yang ditawarkan merupakan produk tidak berwujud atau tidak kentara, jadi kualitas dari suatu produk tidak kentara (jasa) diturunkan dari pelaksanaan atau hasil kerjanya, bukan dari karakteristik secara fisik. Proses pertukarannya berbeda dengan barang diproduksi, dijual dan dikonsumsi. Sedang jasa dijual dan kemudian dilaksanakan, serta dikonsumsi secara bersama-sama. Dalam pertukaran barang hanya ada satu interaksi antara pembeli dan penjual yaitu pemasaran, sedangkan dalam pertukaran jasa terdapat dua interaksi antara pembeli dan penjual yaitu pemasaran dan produksi.

(24)

Jasa pemondokan atau kos-kosan merupakan tempat singgah sementara dan peristirahatan mahasiswa setelah lelah beraktivitas didunia kampus (www.suaramerdeka.com).

b. Pengertian Fasilitas

Pengertian fasilitas menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S Poerwadarminta, 1976:72) adalah kemudahan, kelancaran, keringanan yang dapat untuk melakukan sesuatu atau melakukan tugas. Maka fasilitas jasa pemondokan disini merupakan fasilitas yang disediakan pemilik pemondokkan untuk memberikan kenyamanan pada penghuni kos.

(25)

c. Fasilitas Yang Dipilih Konsumen

Konsumen jasa pemondokan banyak menginginkan kos-kosan yang memiliki fasilitas lengkap dengan harga yang sesuai. Menurut Sari Handayani, mahasiswi Unsoed dalam memilih kos, ia memiliki banyak pertimbangan, hal utama yang menjadi pertimbangannya adalah fasilitas yang disediakan pemilik kos antara lain ukuran kamar yang cukup lebar. Sedangkan menurut Irawati, ia memilih kos yang letaknya atau lokasinya strategis, dimana dia mudah untuk kekampus, perpustakaan, rumah ibadat dan toserba (www.suaramerdeka.com). Inne Agustine memilih kos-kosan yang memiliki fasilitas yang lengkap seperti tersedianya sarana hiburan televisi dan radio tape, memiliki kamar yang berukuran 3X3 meter, tersedia jasa mencucikan pakaian dan tidak memiliki induk semang atau ibu kos, dimana peraturan kos tidak begitu ketat (www.yahoo.com).

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Jasa Pemondokan Konsumen jasa pemondokan/kos-kosan (anak kos) dalam menentukan kos-kosan mana yang akan dipilih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Philip Kotler dalam bukunya Dasar-Dasar Pemasaran mengatakan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen, faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor kultur dan faktor sosial (Philip Kotler, 1988:160).

(26)

anggota kelompok satu dengan kelompok yang lain. Kultur merupakan keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaiaan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan dan lain-lain kepandaiaan (Hassan Shadily, 1984:81). Setiap keluarga memiliki adat kebiasaan, kepercayaan, pola pikir yang berbeda antara keluarga yang satu dengan yang lainnya, hal ini dapat mempengaruhi konsumen pemondokan (anak kos) dalam menentukan pilihannya.

Faktor sosial disini merupakan status sosial ekonomi orang tua yaitu jenis pekerjaan dan pendapatan orang tua yang akan mempengaruhi konsumen (anak kos) dalam menentukan pilihan pemondokan (pemondokan yang berfasilitas atau tidak). Dalam memilih pemondokan anak kos juga mempertimbangkan letak/lokasi pemondokan, peraturan yang diberlakukan pada pemondokan tersebut, harga kos-kosan lain yang berada didaerah tersebut.

2. Status Sosial Ekonomi Orangtua

(27)

lingkungan pergaulannya, prestigenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya (Soerjono Soekanto, 1982:233).

Pendapat lain mengatakan status adalah kebutuhan akan kedudukan/posisi tertentu dalam masyarakat, sesuai peranan atau tugas seseorang dalam masyarakat. Sedangkan status sosial dimaksudkan sebagai tinggi/rendahnya prestise yang dimiliki seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya dalam suatu sistem sosial (W.S. Winkel, 1983:164). Menurut Hendropuspito status sosial diartikan sebagai tempat yang diambil seseorang dalam masyarakat.

Adanya perbedaan kedudukan ini menyebabkan sistem pelepasan sosial yaitu perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat. Masyarakat pada umumnya mempertimbangkan dua macam kedudukan yaitu :

a. Ascribed Status, yaitu kedudukan yang diperoleh tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohani dan kemampuan, kedudukan tersebut diperoleh melalui kelahiran

(28)

Perbedaan status dalam masyarakat akan memberikan kesempatan atau fasilitas hidup yang berbeda bagi masyarakat, misalnya dalam memperoleh kesempatan dalam menjalani pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan.

Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolongkan anggota-anggota masyarakat kedalam lapisan-lapisan adalah sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 1982:231):

a. Ukuran kekayaan

Ukuran kekayaan (kebendaan dapat dijadikan suatu ukuran; barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas.Misalnya memiliki rumah, mobil pribadi dan lain-lain. b. Ukuran kekuasaan

Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau wewenang terbesar menepati lapisan tertinggi.

c. Ukuran kehormatan

Orang-orang yang paling disegani atau dihormati mendapat tempat teratas

d. Ukuran Ilmu Pengetahuan

(29)

Status sosial ekonomi orangtua terdiri dari tingkat pendidikan orangtua, jenis pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua dan fasilitas keluarga. Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil jenis pekerjaan orangtua dan tingkat pendapatan orangtua yang merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi konsumen (anak kos) dalam memilih fasilitas pemondokan atau kos-kosan.

a. Jenis Pekerjaan Orangtua

Yang dimaksud dengan orangtua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut bapak-ibu (Thamrin Nasution, 1985:1).

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan penghasilan. Pekerjaan dibagi menjadi beberapa jenis:

1) Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

(30)

Dalam penelitian ini penulis membedakan jenis pekerjaan menjadi lima jenis berdasarkan prestise (gengsi) dalam masyarakat yaitu:

a) Pegawai Negri (PNS)

b) Pegawai swasta c) Pedagang

d) Petani

e) Buruh/tidak bekerja b. Tingkat Pendapatan Orangtua

Pendapatan adalah keseluruhan pendapatan orangtua yang bersumber dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan, yang dihitung sebagai pendapatan. Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh seseorang terhadap jasanya (T. Gilarso, 1986:4).

Pengaruh tingkat pendapatan orangtua berkaitan dengan kemampuan orangtua dalam membiayai anak untuk mendapatkan pemondokan yang diinginkan sesuai dengan fasilitas dan tarif yang diharapkan selama anak menempuh pendidikan di Yogyakarta.

3. Kultur Keluarga

(31)

kultur sebagai keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaiaan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan dan lain-lain kepandaiaan (Hassan Shadily, 1984:81). Banyak ahli yang mendefinisikan kultur secara berbeda-beda. Tylor dalam Conrad Phillip Kottak (1991:37) mendefinisikan kultur sebagai:

Cultur is that complex whole whice includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits acguired by man as a member of society.

Kultur merupakan suatu yang kompleks/ menyeluruh mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adapt istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan yang diperlukan manusia sebagai anggota masyarakat.

Hofstede (1994:5) mengartikan kultur sebagai:

A collective phenomenon, because it is at least partly shared with people who live or lived within the same social environment, which is there it was learned. It is collective programming of the mind which distinguishes the members of the one group or category of people from another.

Kultur merupakan bentuk pemograman mental secara kolektif yang membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok yang lainnya dalam pola piker, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok.

(32)

dimensi yaitu mencakup jarak kekuasaan (power distance (from small to large)), menghindari ketidakpastian (uncertainty avoidance (from weak

to strong)), individualism versus collectivism dan masculinity versus

femininity.

Jarak kekuasaan (power distance) menunjukkan tingkatan atau sejauh mana tiap keluarga mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan diantara anggota-anggotanya. Keluarga yang memiliki budaya power distance besar akan cenderung mengembangkan aturan,

mekanisme atau kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan. Sementara keluarga yang memiliki orientasi budaya power distance kecil akan berusaha untuk meminimalkan perbedaan-perbedaan status atau mengutamakan kesejajaran (equality).

Dalam dimensi kedua yaitu individualism versus collectivism mengacu pada sejauh mana suatu keluarga mendukung tendensi individualistik atau kolektivistik. Keluarga dengan budaya individualistik mendorong anggota-anggota untuk mandiri (otonom) dan merealisasikan hak-hak pribadinya. Sedangkan pada keluarga dengan latar belakang budaya kolektivisme menekankan kewajiban pada kelompok daripada hak-hak pribadinya.

(33)

Dimensi penghindaran ketidakpastian (uncertainty avoidance) menunjuk sejauh mana pandangan anggota keluarga dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Keluarga yang memiliki dimensi budaya uncertainty avoidance kuat merasa terancam dengan ketidakpastian

sehingga akan berusaha menciptakan mekanisme untuk mengurangi resiko. Lain halnya dengan keluarga yang memiliki orientasi budaya uncertainty avoidance lemah toleransi terhadap situasi tidak pasti akan

menjadi lebih tinggi.

Dimensi jarak kekuasaan (power distance) mencakup indikator antara lain: patuh pada orang tua / menghormati orang tua dan anggota keluarga lain yang lebih tua dan ketergantungan pada orangtua. Dimensi penghindaran atas ketidakpastian (uncertainty avoidance) mencakup indikator yang meliputi: ketidakpastian hidup sebagai sesuatu yang normal, perasaan tidak nyaman dalam menghadapi ketidakpastian antar anggota keluarga, dan aturan-aturan yang ketat tentang hal yang buruk atau tabu. Dimensi individualitas dan kolektivitas (individualism versus collectivism) mencakup indikator antara lain: kebebasan untuk menyatakan

pendapat, loyalitas pada anggota keluarga yang lain, keleluasaan untuk mandiri, keterikatan sosial satu sama lain dalam keluarga, berkomunikasi dengan kelompok dan perasaan yang muncul akibat pelanggaran aturan. Sedangkan pada dimensi maskulinitas versus femininitas (masculinity versus femininity) mencakup indikator antara lain: perbedaan peran antara

(34)

ibu), keluarga menjunjung tinggi kemandirian setiap anggota keluarga, anak laki-laki maupun perempuan memiliki keinginan yang sama dan orangtua mengajarkan untuk selalu menjaga hubungan antar anggota keluarga.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Menurut Xeno Atmaja dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Lokasi, Tarif, dan Fasilitas Dengan Keputusan Konsumen Penggunaan Jasa Pemondokan”, menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara fasilitas, tarif dan lokasi secara bersama-sama dengan keputusan penggunaan jasa pemondokan di kota madya Yogyakarta (Xeno Atmaja, 2005:56).

Menurut Emi Puji Lestari dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Kelayakan Teknis dan Tarif Terhadap Permintaan Pada Usaha Pemondokan Di Yogyakarta”, menyimpulkan kelayakan teknis dan tarif berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pada usaha pemondokan dan pengaruhnya adalah positif, sehingga apabila kelayakan teknis dan tarif semakin baik maka permintaan pada usaha pemondokan juga meningkat (Emi Puji Lestari, 2003:64-65).

C. Rasionalitas Penelitian

(35)

Jasa pemondokan atau kos-kosan merupakan tempat singgah sementara dan peristirahatan mahasiswa setelah lelah beraktivitas di dunia kampus (www.suaramerdeka.com). Ada bermacam-macam pemondokan (kos-kosan). Ada pemondokan yang berfasilitas lengkap ada juga yang tidak berfasilitas.

Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestigenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya (Soerjono Soekanto, 1982:233). Keadaan sosial ekonomi orang tua akan berpengaruh pada pemilihan jasa pemondokan. Status sosial ekonomi orang tua dalam hal ini adalah jenis pekerjaan orang tua dan besarnya pendapatan yang diperoleh oleh orang tua dalam satu perode tertentu merupakan titik ukur pemakai jasa pemondokan dalam hal menentukan pemondokan yang dipilih. Semakin tinggi status sosial ekonomi orang tua (memiliki pekerjaan tetap / jabatan yang bagus dan pendapatan yang besar) cenderung memenuhi kebutuhan anak dalam hal memilih pemondokan atau kos-kosan yang befasilitas lengkap. Sebaliknya orangtua yang mempunyai status sosial ekonomi lebih rendah cenderung menyuruh anaknya untuk memilih pemondokan (kos-kosan) yang sesuai dengan kemampuan atau bahkan yang tidak berfasilitas, hal ini disebabkan pendapatan orangtua yang kurang.

(36)

adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaiaan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan dan lain-lain kepandaiaan (Hassan Shadily, 1984:81). Kultur membedakan anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya dalam pola berfikir, perasaan dan tindakan. Maka kultur keluarga merupakan sebuah pemograman mental yang telah terkristalisasi pada seorang individu kedalam lembaga yang telah mereka bangun yang dinamakan keluarga Kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan keluarga akan menjadi pola pikir tersendiri yang digunakan sebagai dasar seseorang bertindak dan mengambil keputusan. Kultur keluarga bisa diidentifikasikan berdasarkan dimensi-dimensinya. Dimensi kultur keluarga adalah power distance, individualism vs collectivism, femininity vs masculinity dan uncertainty avoidance.

(37)

kualitas jasa pemondokan lebih tinggi dibandingkan pada konsumen yang berasal dari keluarga yang power distance besar.

(38)

Dimensi uncertainty avoidance menunjukkan sejauhmana keluarga dalam menghadapi situasi yang samar-samar atau tidak pasti. Keluarga dengan uncertainty avoidance kuat merasa terancam dengan ketidakpastian

sehingga berusaha menciptakan mekanisme untuk mengurangi resiko. Sedangkan keluarga dengan uncertainty avoidance lemah cenderung memiliki toleransi yang tinggi terhadap situasi yang tidak pasti. Jadi semakin lemah dimensi kultur uncertainty avoidance diduga derajat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan tinggi, sebaliknya semakin kuat uncertainty avoidance dimensi kultur uncertainty avoidance, diduga semakin rendah derajat hubungan antara status

sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan.

Dari uraian diatas, maka gambaran kerangka berfikir dari penelitian adalah sebagai berikut:

Status Sosial Ekonomi Orangtua (variabel independent)

Pemilihan Jasa Pemondokan (variabel dependent)

(39)

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi arikunto, 2002:64). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(40)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan metode studi kasus (case study) karena penelitian ini dibatasi pada lokasi Universitas Sanata Dharma dimana hasil atau kesimpulan yang ditarik dari penelitian tidak bisa direalisasikan di tempat lain. Studi kasus yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan (Indriantoro dan Supomo, 1999:26).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakutas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2006 sampai dengan Januari 2007.

Adapun alasan penelitian mengambil lokasi tersebut:

1. Sebagian besar mahasiswa Universitas Sanata Dharma merupakan konsumen jasa pemondokan.

(41)

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah orang-orang yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah pemakai indekos / pemondokan (anak kos).

2. Obyek penelitian

Obyek adalah suatu yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini. Obyek penelitian ini adalah status sosial ekonomi orang tua (jenis pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua), kultur keluarga dan penentuan kualitas jasa pemondokan.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

(42)

yang terdiri dari 57 orang dari angkatan 2005 dan 52 orang dari angkatan 2004.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa angkatan 2004 sampai dengan angkatan 2005 Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang menggunakan jasa pemondokan (anak kos).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode proportional random sampling. Dalam sampling ini, pengambilan sampel dari setiap kelas ditentukan seimbang dengan banyaknya obyek dalam masing-masing kelas. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini berjumlah 86 orang (dari tabel Krejcie). Perincian sampel yang diambil adalah sebagai berikut:

Mahasiswa angkatan 2004 : 52/109 ×86 = 41,02 dibulatkan 41 Mahasiswa angkatan 2005 : 57/109 ×86 = 44,97 dibulatkan 45 +

86 orang

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96).

1. Variabel Penelitian

(43)

b. Variabel Moderating Kultur keluarga (X2)

c. Variabel Dependene (variabel terikat) Penentuan kualitas jasa pemondokan (Y) 2. Pengukuran Variabel

a. Status Sosial Ekonomi Orangtua 1) Jenis Pekerjaan Orangtua

Jenis pekerjaan adalah bidang pekerjaan yang ditekuni orangtua setiap harinya dalam hal ini adalah pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orangtua Dilihat Dari Jenis Pekerjaan orangtua

Indikator Pertanyaan No.

a. Pekerjaan Orang Tua 1,2,3

Ketentuan :

a) Buruh/tidak bekerja Skor 1

b) Petani Skor 2

c) Pedagang Skor 3

d) Pegawai swasta Skor 4 e) Pegawai Negri Sipil Skor 5

(44)

2) Pendapatan Orang tua

Pendapatan atau penghasilan adalah penghasilan rata-rata yang diterima orangtua setiap bulannya, baik penghasilan dari pekerjaan pokok maupun sampingan.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orangtua Dilihat Dari Pendapatan Orangtua

Indikator Pertanyaan No.

a. Pendapatan Orang tua perbulan 1,2,3 Ketentuan :

a) Kurang dari Rp750.000,00 Skor 1 b) Rp750.000,00 – < Rp1.500.000,00 Skor 2 c) Rp1.500.000,00 – < Rp2.250.000,00 Skor 3 d) Rp2.250.000,00 – < Rp3.000.000,00 Skor 4 e) Lebih dari Rp3.000.000,00 Skor 5 b. Kultur Keluarga

Kultur merupakan keseluruhan yang membawa tingkah laku sosial, seni, kepercayaan, adat dan hasil kerja manusia serta ciri-ciri komunitas.

Tabel Operasionalisasi

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga

No Dimensi Indikator Pertanyaan

No 1 Power

Distance

a. Patuh pada orang

tua/menghormati

orangtua/anggota keluarga lain yang lebih tua.

b.Adanya kebutuhan sebagai unsur ketergantungan

(45)

2 Collectivism vs

Individualism

a. Kebebasan untuk

menyatakan pendapat b.Loyalitas kepada anggota

keluarga lain

c. Keleluasaan untuk mandiri d.Keterikatan sosial satu

sama lain dalam keluarga e. Perasaan yang muncul

atas pelanggaran suatu norma

4,5,6,7,8,9,10

3 Femininity vs Masculinity

a. Peran ayah lebih dominan dalam menetapkan aturan bersama

b.Perhatian yang lebih pada anggota keluarga yang kuat

c. .Anggota keluarga laki-laki dan perempuan memiliki ambisi yang tinggi.

d.Meminimalkan perbedaan

11,12,13,14,

4 Uncertainty Avoidance

a. Kesiapan dalam

menghadapi

ketidakpastian hidup

b.Perasaan tidak nyaman saat menghadapi situasi yang beresiko.

c. Aturan-aturan tentang hal yang tidak boleh dilakukan diterapkan secara ketat

15,16,17

(46)

Skor untuk pernyataan No Keterangan

Positif Negatif

1 Sangat Setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak Setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4

c. Penentuan Kualitas Jasa Pemondokan

Jasa pemondokan terdiri atas yang berfasilitas atau tidak. Pengertian fasilitas menurut kamus umum Bahasa Indonesia(1994:72) adalah kemudahan, kelancaran, keringanan yang dapat untuk melakukan sesuatu atau melakukan tugas.

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Pemilihan Jasa Pemondokan

Indikator Pertanyaan No.

1. Fasilitas ruang kamar 1,2,3,4,5

2. Fasilitas penerangan 6

3. Fasilitas air 7,8

4. Fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) 9,10

5. Fasilitas ruang tamu 11

6. Fasilitas dapur 12

7. Fasilitas ruang belajar 13

8. Fasilitas komunikasi 14

9. Fasilitas hiburan 15,16

10. Fasilitas pelayanan umum 17,18,19

11. Fasilitas Parkir 20

12. Tarif yang dikenakan sesuai dengan standar

21 13. Lokasi pemondokan strategis 22,23 14. Peraturan yang diberlakukan dikos

untuk mendukung belajar.

24,25,26

(47)

dinyatakan dalam 4 (empat) skala sikap. Masing-masing pernyataan dibuat dengan 4 (empat) pilihan jawaban dan masing-masing diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut:

No Keterangan Skor untuk jawaban pernyataan 1 Sangat Setuju

2 Setuju 3 Tidak Setuju 4 Sangat tidak setuju

4 3 2 1

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Kuisioner

Pengumpulan data dengan meminta responden mengisi jawaban dengan memberi tanda check list pada pertanyaan yang telah diberi alternatif jawaban. Kuisioner ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang status sosial ekonomi orang tua, kultur keluarga dan penentuan fasilitas jasa pemondokan.

2. Interview

(48)

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen yang telah ada di Universitas Sanata Dharma. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah mahasiswa FKIP.

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Percobaan kuesioner

Agar kuesioner dapat dipergunakan dalam penelitian, maka terlebih dahulu harus diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Oleh karena itu, setelah kuesioner disusun harus diuji coba pada objek penelitian. Percobaan ini dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan atau ketidakmampuan dalam mengungkapkan suatu gejala yang sedang diselidiki atau diteliti.

Sebagai objek penelitian, maka akan diambil sampel sebanyak 30 orang responden. Hasil dari percobaan ini akan dipergunakan untuk menganalisis tingkat validitas dan reliabilitas kuesioner.

2. Metoda Pengujian Instrumen a. Pengujian Validitas Kuesioner

(49)

ukurnya. Semakin tinggi validitas suatu alat ukur, maka semakin tepat pula alat pengukur itu mencapai sasarannya. Dan sebaliknya, semakin rendah validitas suatu alat pengukur, maka semakin jauh pula alat pengukur itu mencapai sasarannya.

Pengukuran tingkat validitas kuesioner dapat dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi “Product Moment”. Apabila nilai r yang diperoleh lebih dari r tabel, berarti ada korelasi yang nyata, yang menunjukkan bahwa alat pengukur tersebut adalah valid. Sebaliknya, apabila nilai r yang diperoleh kurang dari r tabel menunjukkan bahwa alat pengukur tersebut tidak valid.

Sedangkan untuk proses perhitungan, penulis menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package For Social Sciences) versi 10.0 yang hasilnya adalah sebagai berikut :

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

[

]

− − − = 2 2 2 2 . . Y Y N X X N Y X XY N rxy

Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = Total dari setiap item

Y = Total dari total item N = Total responden

(50)

= N-2 (dk = 30 - 2 = 28), sehingga didapatkan r tabel = 0,239. Rangkuman dari hasil pengukuran validitas tampak dalam tabel-tabel berikut ini :

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas Kuesioner

Nama Instrumen Butir soal r hitung r tabel keterangan Butir 1 0,6201 0,239 Valid Butir 2 0,2878 0,239 Valid Butir 3 0,4806 0,239 Valid Butir 4 0,7023 0,239 Valid Butir 5 0,8267 0,239 Valid Butir 6 0,5018 0,239 Valid Butir 7 0,4069 0,239 Valid Butir 8 0,6048 0,239 Valid Butir 9 0,7075 0,239 Valid Butir 10 0,4110 0,239 Valid Butir 11 0,3695 0,239 Valid Butir 12 0,7404 0,239 Valid Butir 13 0,3711 0,239 Valid Butir 14 0,2717 0,239 Valid Butir 15 0,4389 0,239 Valid Butir 16 0,6551 0,239 Valid Butir 17 0,4875 0,239 Valid Butir 18 0,5716 0,239 Valid Butir 19 0,3595 0,239 Valid Butir 20 0,4684 0,239 Valid Butir 21 0,6645 0,239 Valid Butir 22 0,3796 0,239 Valid Butir 23 0,4395 0,239 Valid Butir 24 0,5793 0,239 Valid Butir 25 0,3716 0,239 Valid Penentuan

Kualitas Jasa Pemondokan

Butir 26 0,4728 0,239 Valid Butir 1 0,2952 0,239 Valid Butir 2 0,2426 0,239 Valid Butir 3 0,4164 0,239 Valid Butir 4 0,6243 0,239 Valid Butir 5 0,4984 0,239 Valid Status Sosial

Ekonomi Orangtua

Butir 6 0,5150 0,239 Valid Butir 1 0,4260 0,239 Valid Butir 2 0,2733 0,239 Valid Kultur Keluarga

(51)

Butir 4 0,4138 0,239 Valid Butir 5 0,2414 0,239 Valid Butir 6 0,5844 0,239 Valid Butir 7 0,3651 0,239 Valid Butir 8 0,3754 0,239 Valid Butir 9 0,3477 0,239 Valid Butir 10 0,3735 0,239 Valid Butir 11 0,4361 0,239 Valid Butir 12 0,5348 0,239 Valid Butir 13 0,3091 0,239 Valid Butir 14 0,3366 0,239 Valid Butir 15 0,3190 0,239 Valid Butir 16 0,3390 0,239 Valid Butir 17 0,4361 0,239 Valid

b. Pengujian reliabilitas kuesioner

Reliabilitas sebenarnya adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat ukur, maka semakin stabil pula alat pengukur tersebut dalam mengukur suatu gejala. Dan sebaliknya, semakin rendah reliabilitas suatu alat pengukur, maka semakin tidak stabil alat pengukur tersebut dalam mengukur suatu gejala.

Untuk mengukur reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbach (Suharsimi arikunto, 2002:171)

Rumus Alpha Cronbach:

(

)

=

2
(52)

Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen K = banyaknya butir pertanyaan

σb2 = jumlah varians butir

σ12 = varians total

Jika koefisien alpha lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikan 5% maka data kuesioner tersebut reliabel (dapat dipercaya). Sebaliknya jika koefisien alpha lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikan 5% maka data kuesioner tersebut tidak reliabel (tidak dapat dipercaya).

Berikut ini interpretasi koefisien korelasi nilai r (Sugiyono, 1999:183): Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 - 0,199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat kuat

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (r11) untuk variabel status sosial ekonomi orangtua (X1) sebesar 0,6776 (lihat lampiran 3). Harga r11 selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel sebesar 0,239. mengingat nilai r11 berada pada taraf 0,60 – 0,799 maka dapat dikatakan bahwa variabel status sosial orangtua ini mempunyai taraf reliabilitas kuat.

(53)

dikatakan bahwa variabel kultur keluarga ini mempunyai taraf reliabilitas sangat kuat.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien alpha (r11) untuk variabel penentuan kualitas jasa pemondokan (Y) sebesar 0,9103 (lihat lampiran 3). Harga r11 selanjutnya dibandingkan dengan harga rtabel sebesar 0,239. mengingat nilai r11 berada pada taraf 0,80 – 1,000 maka dapat dikatakan bahwa variabel kecerdasan emosional berwirausaha ini mempunyai taraf reliabilitas sangat kuat.

H. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Data

Analisis ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan data hasil observasi yang sudah didapat dari penelitian di lapangan yang meliputi penentuan kualitas jasa pemondokan, status sosial ekonomi orangtua dan kultur keluarga. Untuk keperluan deskripsi data, digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel. Analisis ini dilakukan dengan perhitungan statistik mean, median, modus, dan standar deviasi.

2. Pengujian Normalitas dan Linieritas a. Pengujian Normalitas

(54)

tertentu. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi hasil pengamatan sesuai dengan distribusi frekuensi yang diharapkan. Dalam uji kolmogorov smirnov yang diperbandingkan adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi kumulatif yang diharapkan. Uji normalitas menggunakan tes satu sampel Kolmogorov Smirnov, dengan rumus sebagai berikut (Heinz Kohler, 1988:467):

Fe Fo D=max −

Keterangan: D : Deviasi max

Fo : Distribusi frekuensi yang diobservasi Fe : Distribusi frekuensi kumulatif teoritis

Bila probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan > taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel normal. Sedangkan bila probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan < taraf signifikan 5% berarti sebaran data variabel tidak normal.

b. Pengujian Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier antara variabel bebas dan terikat. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari nilai F adalah sebagai berikut (sudjana, 1996:332) dengan rumus:

F = c S

tc S

2 2

Dimana:

S2tc =

( )

2 k

TC JK

(55)

c

S2 =

( )

k -n

E JK

Keterangan: F = Harga pembilang untuk garis regresi S2tc = Varians tuna cocok

S2c = Varians kekeliruan

JK (TC) = Jumlah kuadrat tuna cocok JK (E) = Jumlah kuadrat kekeliruan

Dalam hal ini, kita tolak hipotesis model regresi linier jika F hitung > F tabel (1-α)(k-2,n-k). Untuk distribusi F digunakan taraf signifikansi 5 % dengan dk pembilang = (k-2) dan dk penyebut = (n-k).

3. Pengujian Hipotesis Penelitian a. Perumusan Hipotesis :

0

H : ρ = 0 Tidak ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan.

a

H : ρ ≠ 0 Ada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial konomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

(56)

i

i X X X X u

Y01 12 23( 1 2)+ Keterangan:

i

Υ = Variabel penentuan kualitas jasa pemondokan

0

α = Konstanta

1

Χ = Variabel status sosial ekonomi orangtua

2

Χ = Variabel kultur keluarga

2 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel status sosial ekonomi

orangtua dengan variabel kultur keluarga

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

u = Penggangguan regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2terhadap Yi maka dilakukan pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) dengan taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (ρ) lebih rendah dari taraf signifikansi (α)0,05.

c. Pengambilan Keputusan :

Jika derajat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan pemilihan jasa pemondokan kepada kelompok responden yang Power distance besar, berbeda dengan derajat hubungan kelompok

(57)

keluarga dalam aspek Power distance terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan.

Jika derajat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan kepada kelompok responden yang collectivsm , berbeda dengan derajat hubungan kelompok responden yang individualism, maka ada pengaruh kultur keluarga (collectivsm versus individualism) terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan.

Jika derajat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan kepada kelompok responden yang masculinity, berbeda dengan derajat hubungan kelompok responden yang femininity, maka ada pengaruh kultur keluarga dalam aspek masculinity versus femininity terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan.

Jika derajat hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan pemilihan jasa pemondokan kepada kelompok responden yang uncertainty avoidance kuat, berbeda dengan derajat hubungan

(58)

41

BAB 1V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Data yang diambil dari mahasiswa angkatan 2004 sampai dengan

angkatan 2005 Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu

pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta yang menggunakan jasa pemondokan (anak kos) dengan

jumlah responden sebanyak 86 mahasiswa.

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi responden

Tahun Angkatan

Tabel 4.1

Deskripsi Responden Dilihat Dari Tahun Angkatan

No Tahun Angkatan Frekuensi Frekuensi Relatif

1 2004 41 47,67%

2 2005 45 52,33%

Jumlah 86 100%

2. Deskripsi Variabel Penelitian

a. Penentuan kualitas Jasa Pemondokan

Berikut ini disajikan tabel hasil penilaian penentuan kualitas jasa

pemondokan.

Tabel 4.2

Penentuan kualitas Jasa Pemondokan

No. Interval f fr Interpretasi 1. ≥ 89 11 12,79% Sangat Tinggi

(59)

Jumlah 86 100% Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penentuan kualitas jasa

pemondokan terkategori sangat tinggi sebanyak 11 orang

(12,79%), tinggi sebanyak 25 orang (29,07%), cukup sebanyak 17

orang (19,77%), rendah sebanyak 33 orang (38,37%) dan sangat

rendah tidak ada (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pemilihan jasa pemondokan termasuk kategori rendah. Hal

ini di dukung dengan perhitungan mean = 74,87, median = 75,00

modus = 65 dan standar deviasi = 10,98.

a. Status Sosial Ekonomi Orang tua

1. Komposisi responden berdasarkan pekerjaan pokok :

Tabel 4.3

Pekerjaan Pokok Ayah Dan Ibu

Ayah Ibu Pekerjaan Pokok

f fr f fr 1 Buruh/tidak bekerja 11 12,79% 16 18,60% 2 Petani 12 13,95% 15

17,45% 3 Pedagang 8 9,30% 17 19,77% 4 Pegawai swasta 17 19,77% 19 22,09% 5 PNS 38 44,19% 19 22,09%

Jumlah 86 100 % 86 100%

Tabel 4.3 menunjukkan jenis pekerjaan pokok ayah dan ibu.

Dari tabel diatas diketahui jenis pekerjaan pokok ayah yang

bekerja sebagai buruh/ tidak bekerja sebanyak 11 orang

(12,79%), petani sebanyak 12 orang (13,95%), pedagang

(60)

(19,77%) dan PNS sebanyak 38 orang (44,19%). Maka dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar ayah responden bekerja

sebagai PNS.

Dari tabel 4.3 juga diketahui jenis pekerjaan pokok ibu

responden yang bekerja sebagai buruh/ tidak bekerja sebanyak

16 orang (18,60%), petani sebanyak 15 orang (17,45%),

pedagang sebanyak 17 orang (19,77%), pegawai swasta

sebanyak 19 orang (22,09%) dan PNS sebanyak 19 orang

(22,09%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa jenis pekerjaan

ibu responden sebagian besar adalah pegawai swasta dan PNS.

2. Komposisi responden berdasarkan pekerjaan sampingan :

Tabel 4.4

Pekerjaan Sampingan Orangtua

No Jenis Pekerjaan f fr

1 Buruh/tidak mempunyai pekerjaan sampingan

47 54,65%

2 Petani 26 30,23 %

3 Pedagang 10 11,63%

4 Pegawai swasta 3 3,49%

5 PNS 0 0%

Jumlah 86 100 %

Tabel 4.4 menunjukkan jenis pekerjaan sampingan orangtua.

Dari tabel diatas diketahui jenis pekerjaan sampingan orangtua

yang bekerja sebagai buruh/ tidak bekerja sebanyak 47 orang

(54,65%), petani sebanyak 26 orang (30,23%), pedagang

sebanyak 10 orang (11,63%), pegawai swasta sebanyak 3 orang

(61)

bahwa sebagian besar pekerjaan sampingan orangtua

responden adalah buruh/tidak mempunyai pekerjaan

sampingan.

3. Komposisi responden berdasarkan pendapatan dari pekerjaan

pokok:

Tabel 4.5

Pendapatan Ayah Dan Ibu Responden Dari Pekerjaan Pokok

Ayah Ibu Pendapatan dari

Pekerjaan Pokok f fr f fr 1 Kurang dari

Rp750.000,00

21 24,42% 30 34,88%

2 Rp750.000,00 – < Rp1.500.000,00

18 20,93% 15 17,44%

3 Rp1.500.000,00 – < Rp2.250.000,00

22 25,58% 18 20,93%

4 Rp2.250.000,00 – < Rp3.000.000,00

23 26,74% 23 26,75%

5 Lebih dari Rp3.000.000,00

2 2,33% 0 0%

Jumlah 86 100 % 86 100%

Tabel 4.5 menunjukkan pendapatan ayah dan ibu responden

dari pekerjaan pokok. Dari tabel diatas diketahui tingkat

pendapatan ayah responden berpendapatan kurang dari

Rp750.000,00 sebanyak 21 orang (24,42 %), berpendapatan

Rp750.000,00 – < Rp21.500.000,00 sebanyak 18 orang

(20,93%), berpendapatan Rp1.500.000,00 – < Rp2.250.000,00

sebanyak 22 orang (25,58%), berpendapatan Rp2.250.000,00 –

< Rp3.000.000,00 sebanyak 23 orang (26,74%) dan

(62)

(2,33%). Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

pendapatan ayah responden dari pekerjaan pokok adalah

Rp1.500.000,00 – < Rp2.000.000,00.

Dari tabel 4.5 juga diketahui tingkat pendapatan ibu responden

berpendapatan kurang dari Rp750.000,00 sebanyak 30 orang

(34,88%), berpendapatan Rp750.000,00 – < Rp1.500.000,00

sebanyak 15 orang (17,44%), berpendapatan Rp 1.500.000,00

– < Rp2.250.000,00 sebanyak 18 orang (20,93%),

berpendapatan Rp 2.250.000,00 – < Rp3.000.000,00 sebanyak

23 orang (26,75%) dan berpendapatan Lebih dari Rp

3.000.000,00 sebanyak 0 orang (0%). Maka dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar pendapatan ibu responden dari

pekerjaan pokok adalah kurang dari Rp 750.000,00.

4. Komposisi responden berdasarkan pendapatan dari pekerjaan

sampingan:

Tabel 4.6

Pendapatan Orangtua Dari Pekerjaan Sampingan

No Pendapatan f fr

1 Kurang dari Rp750.000,00 65 75,58 % 2 Rp750.000,00 – < Rp1.500.000,00 14 16,28 % 3 Rp1.500.000,00 – < Rp2.250.000,00 3 3,48% 4 Rp2.250.000,00 – < Rp3.000.000,00 2 2,33% 5 Lebih dar Rp 3.000.000,00 2 2,33%

Jumlah 86 100 %

Tabel 4.6 menunjukkan pendapatan dari pekerjaan sampingan

orangtua responden. Dari tabel diatas diketahui tingkat

(63)

berpendapatan kurang dari Rp750.000,00 sebanyak 65 orang

(75,58%), berpendapatan Rp750.000,00 – < Rp1.500.000,00

sebanyak 14 orang (16,28%), berpendapatan Rp1.500.000,00 –

< Rp2.250.000,00 sebanyak 3 orang (3,48%), berpendapatan

Rp 2.250.000,00 – < Rp3.000.000,00 sebanyak 2 orang

(2,33%) dan berpendapatan Lebih dari Rp 3.000.000,00

sebanyak 2 orang (2,33%). Maka dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar pendapatan orangtua responden dari pekerjaan

sampingan adalah kurang dari Rp 750.000,00.

Selanjutnya untuk mengetahui tinggi rendahnya status

sosial ekonomi orangtua secara keseluruhan dibuat kategorisasi

yang mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II (Ig

Masidjo, 1995:157) sebagai berikut:

Tabel 4.7

Status Sosial Ekonomi Orangtua

No. Interval f fr Interpretasi 1 ≥ 25 0 0 % Sangat Tinggi 2 22 – 24 3 3,49 % Tinggi 3 19 – 21 20 23,26 % Cukup 4 17 – 18 13 15,11% Rendah 5 ≤ 16 50 58,14% Sangat rendah

Jumlah 86 100%

Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa status sosial ekonomi orangtua

terkategori sangat tinggi sebanyak 0 orang (0%), tinggi sebanyak

3 orang (3,49%), cukup sebanyak 20 orang (23,26%), rendah

sebanyak 13 orang (15,11%) dan sangat rendah sebanyak 50

(64)

status sosial ekonomi orangtua termasuk kategori sangat rendah.

Hal ini di dukung dengan perhitungan mean = 14,86, median =

15, 00, modus = 19 dan standar deviasi = 4,67.

b. Kultur Keluarga

1) power distance

Tabel 4.8

Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Power Distance

No. Interval f fr Interpretasi 1 > 10,29 11 12,79% Sangat tinggi 2 8,94 – 10,29 21 24,42% Tinggi

3 8,04 - < 8,94 0 0% Cukup 4 7,14 - < 8,04 15 17,44% Rendah 5 < 7,14 39 45,35% Sangat rendah

Jumlah 86 100% Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 11 reponden (12,79%) yang

power distance kecil adalah sangat tinggi, 21 responden

(24,42%) yang power distance kecil adalah tinggi, tidak ada

responden (0%) yang sedang, yang artinya berada antara

power distance kecil dan power distance besar, 15 responden

(17,44%) yang power distance besarnya adalah tinggi dan 39

responden (45,35%) yang power distance besarnya adalah

sangat tinggi/kuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden berasal dari keluarga dengan power

distance besar. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai

mean = 8,12 median = 8,00, modus = 6, dan standar deviasi =

(65)

2) Individualism vs Collectivism

Tabel 4.9

Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Collectivism vs Individualism

No. Interval f fr Interpretasi 1 ≥ 24 0 0 % Sangat tinggi 2 21 – 23 26 30,23% Tinggi 3 19 – 20 23 26,74 % Cukup 4 17 – 18 24 27,91 % Rendah 5 ≤ 16 13 15,12 % Sangat rendah

Jumlah 86 100 % Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tidak ada responden (0%) yang

Individualism adalah sangat tinggi, 26 reponden (30,23%)

Individualism adalah tinggi, 23 responden (26,74%) sedang,

yang artinya berada antara collectivism dan Individualism , 24

responden (27,91%) yang collectivism tinggi/kuat dan 13

responden (15,12%) yang collectivism sangat tinggi/kuat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden adalah responden yang Individualism tinggi. Hal ini

didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 18,81, median =

19,00, modus = 21 dan standar deviasi = 2,25.

3) Masculinity vs Femininity

Tabel 4.10

Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Masculinity vs Femininity

No. Interval f fr Interpretasi 1 > 13,72 9 10,47% Sangat tinggi 2 11,92 – 13,72 31 36,04% Tinggi 3 10,72 – < 11,92 20 23,26% Cukup 4 9,52 – < 10,72 16 18,60% Rendah 5 < 9,52 10 11,63% Sangat rendah

(66)

Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa 9 responden (10,47%)

Masculinitynya sangat tinggi, 31 responden (36,04%)

Masculinitynya tinggi, 20 responden (23,26%) sedang, yang

yang artinya berada antara masculinity dan femininity, 16

responden (18,60%) merupakan responden yang femininitynya

tinggi/kuat dan 10 responden (11,63 %) yang femininitynya

sangat tinggi/kuat Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden adalah responden yang

Masculinitynya tinggi. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan

nilai mean = 11,41, median = 11,00, modus = 11, dan standar

deviasi = 1,70.

4) Uncertainty Avoidance

Tabel 4.11

Kultur Keluarga Responden Pada Dimensi Uncertainty Avoidance

No. Interval f fr Interpretasi 1 > 10,29 0 0% Sangat tinggi 2 8,94 – 10,29 8 9,30% Tinggi 3 8,04 - < 8,94 0 0% Cukup 4 7,14 - < 8,04 11 12,79% Rendah 5 < 7,14 67 77,91% Sangat rendah

Jumlah 86 100%

Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran6

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa tidak ada responden (0%)

yang uncertainty avoidance lemah adalah sangat tinggi, 8

responden (9,30%)yang uncertainty avoidance lemah adalah

(67)

dan 67 responden (77,91%) uncertainty avoidancenya sangat

sangat tinggi/kut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden adalah responden dengan

Uncertainty Avoidance kuat. Hal ini didukung oleh hasil

perhitungan nilai mean = 6,65 median = 7,00, modus = 7, dan

standar deviasi = 1,34.

Maka kultur keluarga secara keseluruhan adalah:

Tabel 4.12 Kultur Keluarga

No. Interval f fr Interpretasi

1 ≥ 58 0 0 % Sangat

tinggi 2 51 – 57 7 8,14% Tinggi

3 46– 50 30 34,88% Cukup

4 40 – 45 42 48,84% Rendah 5 ≤ 39 7 8,14% Sangat rendah

Jumlah 86 100%

Keterangan : Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6

Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada responden (0%)

dengan kultur keluarga sangat tinggi, 7 responden (8,14%) d

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orangtua
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orangtua
tabel dibawah ini).
Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Pemilihan Jasa Pemondokan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dirancang suatu alat yang dapat mempermudah pekerjaan dalam pemanasan dan pengupasan kulit ari kacang tanah, dari

Analisis Dampak Kemacetan Lalu Lintas dengan Pendekatan Willingness to Accept (Studi Kasus : Kecamatan Bogor Barat). Dibimbing Oleh Eka Intan Kumala Putri.

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) terdapat perbedaan niat berwirausaha yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, 2) terdapat

Fear appeal dengan high threat tidak signifikan mangubah persepsi fear appeal perokok mahasiswa UPI Bandung; penelitian ini memperoleh temuan bahwa, fear appeal dengan

Pendaftaran proposal IBT, CPPBT, PPBT, Inovasi Litbang di Industri Senin, 02 Oktober 2017 09:59.. Pendaftaran proposal IBT, CPPBT, PPBT, Inovasi Litbang di

Setelah udang memijah dan telur yang telah ditetaskan pada hari pertama penetasan maka pengamatan larva di mulai dengan menghitung jumlah larva yang dihasilkan pada saat

diharapkan kehadiran Bapak/Ibu tepat pada waktunya.. TTD Ketua LPPM

Protein lain yang terletak pada diskus interkalaris, seperti zona occludens-1, desmosom memungkinkan hemichannel yang tersusun dari protein connexin43 dapat ditranspor ke