• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Geometri

Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan geometri, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/ rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Kegiatan pengenalan geometri diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena permainan merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang anak pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.

Menurut Juwita (2000: 266) Geometri adalah studi hubungan ruang. Pembelajaran anak usia dini termasuk pendalaman benda-benda serta hubungan-hubungannya, sekaligus pengakuan bentuk dan pola. Anak mampu mengenali, mengelompokkan, dan menyebutkan nama-nama bentuk bangun, baik bangun datar ataupun bangun ruang yang bermacam-macam ukuran dan bentuknya. Geometri adalah membangun konsep dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk dan menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar seperti segi empat, lingkaran, segitiga pernyataan tersebut didukung (Barbara A. Wasik, 2008: 398). Belajar konsep-konsep maupun belajar bahasa untuk mengungkapkan letak seperti di bawah, di atas, kiri, dan kanan meletakkan dasar awal memahami geometri. Ismayani (2010:27) menyatakan bahwa geometri adalah pemahaman konsep berbagai bentuk geometri bangun datar dan bangun ruang. Mengenal nama dan ciri-ciri berbagai bentuk geometri itu serta mencari bentuk-bentuk yang sama dengan masing-masing bentuk tersebut dalam dunia nyata. Pembelajaran secara kongkrit benda-benda yang dikenalkannya memudahkan untuk anak lebih cepat memahami dari perbedaan bentuk, ciri-ciri dan sifat dari suatu benda.

Dari beberapa pendapat pakar di atas dapat di simpulkan bahwa, geometri adalah mengenali bentuk benda-benda, membandingkan, membedakan, dan juga membedakan kesamaan dan perbedaan bentuk suatu benda yang ada disekitar.

(2)

8 2.1.1Tahap-Tahap Pengenalan Geometri

Anak dapat memahami konsep melalui pengalaman bermain dan guru membantu dalam mengenalkan konsep geometri. Membangun konsep geometri anak usia dini dimulai dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk, menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar. Anak dalam usia dini mulai berusaha untuk mengenal dan memahami bentuk dasar (bentuk-bentuk geometri) yang memiliki nama-nama tertentu seperti lingkaran, persegi, segitiga, persegi panjang, dan lain sebagainnya menurut Wahyudi (2005: 115) yaitu:

a) Pengenalan bentuk dasar : lingkaran, persegi, segitiga b) Membedakan bentuk

c) Memberi nama: menghubungkan bentuk dengan namanya

d) Menggolongkan bentuk dalam suatu kelompok sesuai dengan bentukknya

e) Mengenali bentuk-bentuk benda yang ada di lingkungannya sendiri.

2.1.2 Jenis-jenis Geometri

Mengidentifikasi degan penggolongan bentuk suatu benda dapat menciptakan pengetahuan jenis-jenis bentuk dari suatu benda. Anak mulai melihat atribut-atribut yang sama dan berbeda pada gambar dan benda-benda yang berada di lingkungan sekitar anak. Jenis-jenis geometri secara umum yaitu geometri 2 dimensi biasa disebut juga bangun datar dan geometri 3 dimensi yang biasa disebut bangun ruang. Menurut Kusni (2008: 14-16) geometri 2 dimensi (bangun datar) adalah bangun yang mempunyai sisi dan sudut, diantaranya:

1) Segitiga adalah bangun yang memiliki tiga sisi

2) Jajar genjang adalah suatu segi empat yang sisi-sisinya sepasang sejajar

3) Persegi panjang adalah suatu jajar genjang yang satu sudutnya siku-siku

4) Belah ketupat adalah suatu jajar genjang yang dua sisinya berurutan sama panjang

(3)

9 5) Trapesium adalah suatu segi empat yang memliliki tepat

sepasang sisi yang sejajar

6) Lingkaran adalah garis lengkung yang bertemu kedua ujungnya yang merupakan himpunan titik-titik yang berjarak sama dari sebuah itik tertentu titik sudut adalah titik yang merupakan perpotongan beberapa rusuk.

Jenis-jenis bangun ruang menurut Arumsari (2009: 288-292) diantaranya:

1) Kubus adalah prisma tegak yang sisinya berbentuk persegi. Kubus memiliki sifat yaitu memiliki 6 sisi yang sama, memiliki 12 rusuk yang sama panjang, memiliki 8 titik sudut.

2) Balok adalah prisma tegak yang sisinya berbentuk persegi panjang. Balok memiliki sifat yaitu memiliki 6 sisi dengan 3 pasang sisi sama dan sejajar, memiliki 12 rusuk, memiliki 8 titik sudut.

2.1.3 Tujuan Pengenalan Geometri a) Tujuan Umum

Tujuan pengenalan geometri secara umum menurut Depdiknas (2010: 312) yaitu anak diharapkan mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengamati benda-benda yang ada disekitar anak misalkan lingkaran, segitiga, belah ketupat, trapesium, segi empat, segi lima, segi enam, setengah lingkaran, oval.

b) Tujuan Khusus

Menurut (Barbara A. Wasik, 2008: 399) pengenalan geometri secara khusus memiliki tujuan yaitu: memberikan kepada anak pengalaman-pengalaman dalam lingkungan langsung mereka yang memungkinkan mereka mengidentfikasi bentuk-bentuk dan sosok-sosok, membuat anak sadar akan bentuk-bentuk geometri di dalam lingkungan alamimemungkinkan mereka untuk membuat asosisi

(4)

10 antara benda-benda biasa dan kata-kata tidak biasa, memberikan kepada anak kesempatan-kesempatan untuk membangun bentuk geometri dan belajar nama-nama yang sesuai untuk bentuk-bentuk itu.

2.1.4 Manfaat Pengenalan Geometri

Pengenalan merupakan aspek yang sangat penting, karena salah satu tujuan kegiatan pembelajaran adalah anak mengenal apa yang telah anak pelajari. Pengenalan yang dimaksud berupa konsep-konsep, teori dan hokum yang ada. Pada saat guru menjelaskan tentang bentuk-bentuk geometri, sebaiknya guru menggunakan media yang ril dan dekat dengan anak, sehingga anak dapat melihat dan memanipulasi benda-benda yang mempunyai bentuk geometri tersebut. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan. Tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meninggkat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pada tahap selanjutnya. Menurut Wahyudi (2005: 109) bahwa pengenalan geometri memberikan manfaat pada anak yaitu:

1) Anak akan mengenali bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, segitiga, persegi dan persegi panjang

2) Anak akan membedakan bentuk-bentuk

3) Anak akan mampu menggolongkan benda sesuai dengan ukuran dan bentuknya

4) Akan akan memberi pengertian tentang ruang, bentuk, dan ukuran.

2.1.5 Materi Pembelajaran Geometri di TK

Menurut Permendiknas No 58 Tahun 2009 kemampuan kognitif anak pada usia 5-6 tahun indikator kemampuan Pengenalan bentuk-bentuk geometri, yaitu :

a) Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri ( lingkaran, segitiga, segi empat,dll

b) Membedakan ciri-ciri bentuk geometri

c) Menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri. d) Mencontoh bentuk-bentuk geometri

(5)

11 e) Menyebut benda-benda yang ada di kelas sesuai dengan bentuk

geometri.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Tehnik mencari pasangan atau bisa disebut dengan make a match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerjasama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan bantuan kartu ( Wahab, 2007;59 ). Tehnik mencari pasangan adalah suatu media yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa dalam pengenalan pembelajaran geometri. Dalam pembelajaran demontrasi teknik mencari pasangan adalah suatu pembelajaran kelompok yang berangotakan empat orang yang heterogen. Konsep pembelajaran diberikan kepada setiap kelompok dalam bentuk kartu pasangan berupa gambar yang menunjukan bentuk geometri seperti segitiga, bujursangkar, lingkaran, belah ketupat dan jajar genjang. Setiap kelompok harus mampu memasang kartu tersebut dengan benar sesuai dengan pasangan kartunya.

Suyatno ( 2009;72 ) mengungkapkan bahwa model make a match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban, kemudian siswa mencari pasangan kartunya. Model make a match melatih siswa untuk memiliki sikap sosial yang baik dan melatih kemampuan siswa dalam bekerjasama disamping melatih kecepatan berfikir siswa. Suprijono (20010: 95) menyebutkan bahwa “hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu”. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi dari pertanyaan-pertanyaan (soal) dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Menurut Huda, ( 2011: 135 ) bahwa prosedur pembelajaran kooperatif tipe make a match:

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa topic yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau tujuan). b) Setiap murid mendapat satu buah kartu.

(6)

12 c) Setiap murid mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan Segitiga berpasangan dengan kartu Persegi, atau pemegang kartu yang berisi nama Lingkaran berpasangan dengan pemegang kartu Persegi Panjang.

d) Murid bias juga bergabung dengan 2 atau 3 murid lain yang memegang kartu 3+3 membentuk kelompok dengan pemegang krtu 2 x 3 dan 12 : 2 Berdasarkan pendapat tersebut maka disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match membagi anak antara lain sebagai berikut:

a) Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan

b) Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian murid c) Mampu meningkatkan hasil belajar murid mencapai taraf ketuntasan

belajar secara klasikal.

2.2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Model make a match atau mencari pasangan membutuhkan alat bantu berupa kartu-kartu yang berisi dengan materi baik berupa simbol maupun jawaban yang cocok untuk sesi review. Hal ini sangat menarik dengan menantang bagi murid untuk bermain dan menjawab berbagai kartu yang berisi materi pembelajaran tersebut. Adapun langkah-langkah yng seharusnya dilakukan oleh guru dalam model tersebut menurut Rusman (2010: 223):

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian lainnya bentuk jawaban.

2) Setiap anak mendapat satu buah kartu.

3) Tiap anak memikirkan jawaban/simbol dari kartu yang dipegang. 4) Setiap anak mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan kartunya. Artinya anak yang kebetulan mendapat kartu “soal” maka harus mencari pasangan yang memegang kartu “jawaban soal” secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.

(7)

13 5) Setiap murid dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan

diberi poin.

6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap murid mendapat kartu yang berbeda sebelumnya.

7) Demikian seterusnya samapai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke semua murid.

8) Kesimpulan/penutup

Sintaks Kegiatan Pembelajaran make a match untuk mendalami/melatih materi Menurut Huda (2011)

a) Guru menyampaikan/mempresentasikan materi atau memberi tugas kepada anak mempelajari materi di rumah.

b) Anak dibagi menjadi 2 kelompok, misalnya kelompok A dan kelompok B. mintalah mereka berhadap-hadapan.

c) Kartu pertanyaan diberikan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B.

d) Anak mencari/mencocokkan karta yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Anda perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang Anda berikan kepada mereka.

e) semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya, anak diminta melaporkan diri kepada guru. kemudian dicatatlah pada kertas yang sudah dipersiapkan.

f) Masing masing anak diberikan waktu, jika waktu sudah habis bagi anak yang belum menemukan pasangan, anak diminta untuk berkumpul tersendiri.

g) Panggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan anak yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.

h) Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran pasangan tersebut.

(8)

14 i) Panggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan

melakukan presentasi.

Kelebihan dan kelemahan kooperatif tipe make a match

Lie (2002: 55) Pembelajaran kooperatif tipe make a match berdasarkan temuan dilapangan mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut:

Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif tipe make a match yaitu:

1. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move).

2. Kerjasama antara sesame murid terwujud secara dinamis.

3. Munculnya dinamika gotong royong yang merata diseluruh murid. 4. Murid mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau

topic dalam suasana menyenangkan.

Selain memiliki kelebihan dalam pembelajaran ini, juga terdapat kelemahan dalam penerapan yaitu:

1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.

2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai murid terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

3. Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai.

4. Jika kelas anda termasuk gelas gemuk (lebih dari 30 orang/kelas) berhati-hatilah.

5. Memakan waktu yang banyak karna sebelum masuk kelas terlebih dahulu kita mempersiapkan kartu-kartu.

Hakikat model pembelajaran kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) dalam penelitian ini yaitu untuk mengembangkan kemampuan pengenalan terhadap bentuk bentuk geometri . Hal ini bertujuan agar peserta didik menjadi lebih mudah dalam memahami materi bentuk bentuk geometri. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua

(9)

15 tingkatan usia. Model pembelajaran ini cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. make a match adalah model yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan model ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang di ajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

2.3 Kajian Temuan Penelitian yang Relevan

`Penelitian yang dilakukan oleh Rusdiani dkk, ( 2011 ) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran make a match Berbantuan Media Kartu Angka. Hasil analisis menemukan data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan kognitif anak dalam mengenal lambang bilangan dengan penerapan model pembelajaran make a match berbantuan media kartu angka pada siklus I sebesar 55% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82% tergolong pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal lambang bilangan sebesar 27%.

Penelitian yang dilakukan oleh Sudhita dkk ( 2010 ) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran make a match Berbantuan Kartu Kata Dan Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak TK Kumara Bhakti, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan bahasa anak setelah diterapan model pembelajaran make a match berbantuan kartu kata dan gambar pada siklus I sebesar 46,1% yang berada pada kategori sangat rendah mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 89,4% yang berada pada kategori tinggi, ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan bahasa pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 43,3 %.

(10)

16 2.4 Kerangka Berpikir

Ada berbagai macam cara guru untuk menigkatkan hasil belajar siswanya, misalnya dengan menggunakan media yang beragam agar pembelajaran tidak membosankan bagi siswa. Untuk itu salah satu model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif make a match, dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat mengubah paradigma pembelajaran agar media yang digunakan dapat membangkitkan semangat belajar siswa serta hasil belajar siswa meningkat. Tehnik mencari pasangan atau bisa disebut dengan make a match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerjasama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan bantuan kartu, sehingga anak mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian anak serta mampu meningkatkan hasil belajar anak mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal.

(11)

17 Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penilitian ini adalah melalui model pembelajaran kooperatif make a match dapat meningkatan pengenalan bentuk geometri Pada anak Kelompok B TK Sosial Samaritania Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014 -2015.

Guru menerapkan metode ceramah dalam pengenalan bentuk geometri

Hasil belajar pengenalan bentuk bentuk geometri sebagian belum mencapai indikator kebehasilan

Proses belajar masih terpaku pada guru sehinga anak belum aktif, anak bermain sendiri, anak bosan

Dilakukan tindakan perbaikan dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif make a match dalam pembelajaran

pengenalan bentuk bentuk geometri

Kelebihan metode mencari pasangan :

1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan

2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian anak. 3. Mampu meningkatkan hasil belajar anak mencapai taraf ketuntasan

Referensi

Dokumen terkait

terhadap matematika terdapat 2 pernyataan yang menghasilkan jumlah skor total sebesar 182. 2) Pada indikator menilai cara guru dalam menyampaikan pelajaran matematika

Dalam konteks tari wali, di Desa Pengotan-Bangli terdapat tari yang disakralkan dan hanya dipentaskan pada ritual piodalan Bhatara Dalem Pingit, yaitu tari Babuang..

Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini yaitu probability sampling dengan total sampling yaitu menggunakan seluruh populasi yang berjumlah 68 mahasiswa

Teknik pengendalian dengan perangkapan digunakan untuk menghindari sifat resistensi tikus, mengurangi pencemaran lingkungan, menghemat biaya pengendalian.Tujuan penelitian ini

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Indirect restoration dibagi menjadi dua yakni intra koronal (restorasi yang terdapat pada kontur gigi, contoh inlay) dan ektra korornal (restorasi yang menutupi bagian mahkota

jumlah spesies 6 jenis dari famili Poma- centridae, Scaridae dan Siganidae. Kelimpahan ikan herbivora dan tutupan karang hidup berpengaruh negatif terhadap

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui Apakah luas lahan, modal dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi; dan (2) Untuk mengetahui