• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Bimbingan Belajar

2.1 Pengertian Bimbingan Belajar

Pengertian bimbingan menurut beberapa tokoh, antara lain:

a. Menurut Yasa (2014:51), bimbingan lebih banyak diarahkan pada penanaman kebiasaan belajar, disiplin belajar dan penguatan sikap belajar. Karena peristiwa belajar yang sesungguhnya baru dialami di sekolah dasar, maka usaha guru yang pertama adalah membimbing anak senang belajar seperti mengatakan pada siswa tentang perlunya belajar, memberikan pujian pada anak-anak yang telah memperlihatkan sikap belajar yang baik, memberikan motivasi kepada anak-anak yang belum menunjukkan minat belajar, memberikan penghargaan pada anak-anak yang menujukkan usaha belajar.

b. Menurut Walgito (2004:5), bimbingan belajar adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

31 c. Mortensen dan Scmuller (Prayitno dan E. Amti, 1994: 94), Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara mana, setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi.

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan belajar menurut para ahli yang telah disebutkan maka pengertian bimbingan belajar menurut penulis adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu yaitu siswa sekolah dasar agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar, sehingga mereka dapat mencapai hasil belajar dengan optimal.

2.2 Tujuan Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar di SD bertujuan sebagai berikut (Kartadinata dkk, 1999:61);

1. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam mengembangkan keterampilan serta bersikap terhadap guru,

2. Menumbuhkan sikap disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok,

3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi

Sedangkan menurut Yusuf (2012:13) tujuan bimbingan ialah agar siswa dapat:

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembang karir serta kehidupannya di masa yang akan datang;

2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;

3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya;

4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

2.3 Manfaat Bimbingan Belajar

Manfaat bimbingan belajar menurut (Riyanto, 2010:61) bahwa secara khusus adalah:

Manfaat bimbingan belajar bagi siswa adalah tersedianya kondisi belajar yang nyaman, terperhatikannya karakteristik pribadi murid, dan murid dapat mereduksi kemungkinan kesulitan belajar, sedangkan manfaat bagi guru adalah membantu menyesuaikan program pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik murid dan memudahkan dalam pengembangan potensi murid secara menyeluruh.

2.4 Kriteria-kriteria Layanan Bimbingan Belajar

Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Robinson (Syamsuddin, 2012:54) telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar yaitu:

33 a) Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang

dihadapi.

b) Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi; c) Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan

diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance;);

d) Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release); e) Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya;

f) Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional; dan

g) Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha-usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.

2.5 Latar Belakang Bimbingan Belajar

Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki latar belakang. Demikian pula halnya dengan layanan bimbingan belajar. Menurut Yudhawati (2011:2) kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh beberapa hal antara lain:

a) Adanya criterion referenced evaluation yang mana mengklasifikasikan siswa berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran. Dan kualifikasi itu, antara lain:

1) Siswa yang benar-benar dapat meguasai pelajaran. 2) Siswa yang cukup menguasai pelajaran.

b) Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh tiap siswa yang mana berbeda dengan murid yang lainnya. Dimana klasifikasi siswa tersebut antara lain:

1) Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.

2) Siswa yang prestasiya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan berdasarkan tes kemampuan belajarnya.

3) Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dai apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.

c) Adanya penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program belajar. Dan klasifikasi murid dalam hal ini antara lain:

1) Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari waktu yang disesuaikan.

2) Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran sesuai waktu yang telah disesuaikan.

3) Siswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

d) Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Dan klasifikasi siswa berdasarkan perstasinya itu antara lain:

1) Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya.

2) Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata dari kelompoknya.

35 3) Siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi

kelompoknya.

2.6 Prosedur Bimbingan Belajar

Secara umum prosedur bimbingan belajar dikemukakan Yudhawati (2011:146) dapat ditempuh sebagai berikut:

a) Identifikasi kasus

Identitas kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi murid yang diduga membutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni:

1) Melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan murid yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan

2) Menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.

3) Menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.

4) Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.

5) Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam dirinya.

b) Identifikasi Masalah

Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek:

1) Substansial-material 2) Struktural-fungsional 3) Perilaku

4) Kepribadian

Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno (2011:57) telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi murid, seputar aspek:

(1) Jasmani dan kesehatan; (2) Diri pribadi;

(3) Hubungan sosial; (4) Ekonomi dan keuangan; (5) Karier dan pekerjaan;

37 (6) Pendidikan dan pelajaran;

(7) Agama, nilai dan moral; (8) Hubungan muda-mudi;

(9) Keadaan dan hubungan keluarga; dan (10) Waktu senggang.

c) Diagnosis

Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar faktor-faktor penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. d) Prognosis

Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus-kasus yang dihadapi.

e) Alih Tangan Kasus (remedial atau referral)

Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika

permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.

f) Evaluasi dan Follow Up

Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahanmasalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa prosedur bimbingan belajar bermanfaat untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Tersedianya kondisi 11 belajar yang nyaman yang dilakukan dengan mengarahkan belajar, mengawasi belajar dan mendisiplinkan belajar, terperhatikannya karakteristik pribadi siswa dengan memberi penghargaan prestasi belajar dan membangkitkan semangat belajar, dan murid dapat mereduksi kemungkinan kesulitan belajar dengan membantu mengatasi kesulitan belajar, serta memudahkan dalam pengembangan potensi siswa, dengan menerima siswa apa adanya dan bertanggung jawab akan kebutuhan belajar siswa.

Dokumen terkait