• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Efektivitas Program Bimbingan Klasikal/Kelompok

3. Bimbingan klasikal di SMA

14

Dari tiga tahap penyusunan program layanan tersebut, sebaiknya guru BK tidak hanya mempersiapkan layanan/kegiatan yang dimaksudkan di belakang meja, tetapi langsung terjun ke lapangan menemui subjek yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Dengan demikian pelayanan bimbingan menjadi lebih efektif.

3. Bimbingan klasikal di SMA

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance”. Sesuai dengan istilahnya, bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntutan, tetapi harus diingat bahwa tidak setiap bantuan atau tuntutan dapat diartikan sebagai bimbingan. Menurut Prayitno dan Amti (2003: 4), bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar dan bimbingan karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Istilah klasikal merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “class”, yang dapat diartikan sebagai kelas atau kelompok. Dengan demikian, bimbingan klasikal adalah sebuah sistem pelayanan yang memberi bantuan secara tepat pada kesatuan dari kelompok siswa yang biasanya dilakukan di ruang kelas (Wittmer dan Thomson, 2000 dalam Sink, 2005:189) a. Tujuan bimbingan klasikal di SMA

Menurut Winkel dan Hastuti (2004:547), tujuan bimbingan klasikal adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial

masing-masing anggota kelompok, serta meningkatkan mutu kerjasama dalam kelompok guna mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi anggota kelompok. Selain itu, bimbingan klasikal bertujuan agar orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui kegiatan secara kelompok, baik kelompok kecil, setengah besar atau besar.

Fokus dari tujuan bimbingan klasikal bukanlah perkembangan kelompok sebagai kelompok, melainkan perkembangan optimal dari masing-masing individu yang tergabung dalam suatu kelompok berdasarkan hasil refleksi yang diperolehnya dari pengalaman belajar masing-masing siswa. Dengan demikian, tekanannya masih terletak pada pelayanan terhadap masing-masing pribadi, meskipun dilayani melalui keterlibatan dalam kelompok.

b. Manfaat bimbingan klasikal

Menurut Sink (2005: 190), melalui bimbingan klasikal para siswa: 1) Mendengarkan dan terbuka satu dengan yang lain, sehingga

dengan berpendapat para siswa dapat merasakan persoalan yang mungkin sedang mereka hadapi

2) Berpartisipasi dalam kelompok, sekalipun mereka mungkin tidak memilih untuk berbicara dalam kelompok

16

3) Mempunyai kesempatan untuk mencoba pendapat mereka dan menerima balikan dari teman-teman dalam kelompok

4) Memperoleh informasi penting atau pengetahuan yang dapat mereka gunakan untuk membuat keputusan secara tepat

5) Mendapatkan keahlian sesuai kebutuhan untuk menghadapi masalah di sekolah dan dalam kebiasaan hidup mereka sehari-hari c. Proses bimbingan klasikal

Menurut Winkel dan Hastuti (2004: 547), proses kelompok (group process), yaitu interaksi dan komunikasi yang berlangsung antara anggota peserta kelompok yang bekerjasama untuk memenuhi suatu kebutuhan yang dihayati bersama, untuk memecahkan suatu problem yang dihadapi bersama melalui penukaran pikiran dalam diskusi atau untuk merencanakan suatu aksi yang akan dilakukan bersama. Prayitno, dkk (1997:100), memperjelas bahwa proses kelompok adalah bagaimana setiap anggota kelompok bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan topik-topik penting, mengembangkan nilai-nilai yang diperoleh dari kegiatan kelompok, dan mengembangkan langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas di dalam kelompok. Dengan demikian, proses kelompok dalam bimbingan klasikal menunjuk pada bagaimana kelompok bekerja, bagaimana kelompok mengatur jalannya diskusi, bagaimana kelompok menganalisis problem yang dihadapi dan mencari pemecahan bersama, bagaimana kelompok menjaga dan

membina kebersamaan dalam kelompok, sehingga semua anggota kelompok benar-benar terlibat.

Dinamika kelompok merupakan bidang ilmu terapan baru sebagai dasar pelayanan bimbingan klasikal/kelompok. Menurut Winkel dan Hastuti (2004: 547), dinamika kelompok (Group Dynamics) diartikan sebagai studi tentang kekuatan-kekuatan sosial dalam suatu kelompok yang memperlancar atau menghambat proses kerjasama dalam kelompok.

Metode yang digunakan dalam proses bimbingan klasikal seharusnya dapat melibatkan semua anggota dalam kelompok, sehingga kegiatan yang diselenggarakan oleh guru BK berupa kegiatan yang mengaktifkan semua siswa dalam kelompok. Kegiatan yang mengaktifkan siswa misalnya berdiskusi dalam kelompok kecil, mengisi lembar kerja, mengajukan rangkaian pertanyaan, mempelajari sumber-sumber informasi, mengadakan sosiodrama, membuat kliping, sharing antar anggota kelompok dan kegiatan lain yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam kegiatan bimbingan klasikal. Erford (2007:312) menambahkan metode kegiatan bimbingan klasikal, selain yang telah disebutkan di atas, bisa berupa diskusi dalam kelompok, deskripsi diri, mengarang kreatif, dan menulis refleksi pribadi.

d. Model-model bimbingan klasikal

Menurut Gadza. M (1987), dalam merencanakan dan mengelola program bimbingan secara kelompok, tenaga bimbingan dapat

18

memegang tiga model bimbingan klasikal, yaitu group guidance, life-skills (social life-skills) dan training groups. Ketiga model bimbingan klasikal ini diselenggarakan oleh guru bimbingan dan konseling dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan bekerjasama dalam kelompok.

Prinsip yang dipakai dalam menyelenggarakan ketiga model bimbingan klasikal tersebut adalah mencegah dan menumbuhkan. Mencegah berarti guru BK membantu siswa menemukan cara agar tidak memiliki masalah tertentu baik pribadi maupun kelompok. Sedangkan menumbuhkan berarti guru BK membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan untuk dapat mengatasi suatu masalah, baik pribadi maupun kelompok.

Dalam mengelola kegiatan bimbingan klasikal guru bimbingan dan konseling mendapat kesempatan untuk menerapkan dinamika kelompok, meskipun dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan besar kecilnya kelompok dan tujuan dari penerapan model tertentu yang dipakai.

e. Ragam bimbingan klasikal

Gadza (Prayitno dan Amti, 2004:309) menyebutkan bahwa, bimbingan klasikal diselenggarakan oleh guru pembimbing untuk memberikan informasi yang bersifat vokasional/karier, belajar, dan personal-sosial. Ketiga sifat informasi tersebut menunjuk pada bidang kehidupan siswa sebagai ragam bimbingan klasikal, yaitu bidang

personal-sosial, belajar dan bidang karier. Bimbingan belajar merupakan bimbingan klasikal yang menyangkut hal-hal tentang studi akademik, bimbingan karier menyangkut tentang perencanaan jabatan, dan bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan klasikal yang menyangkut tentang keadaan diri siswa, keberhasilan dan kegagalannya dalam berhubungan dengan orang lain, (Winkel dan Hastuti, 2004:114).

f. Materi bimbingan klasikal

Guru BK menyelenggarakan kegiatan bimbingan berdasarkan materi bimbingan yang telah direncanakan dalam program bimbingan. Materi bimbingan sebaiknya dikaitkan dengan taraf perkembangan siswa dan disesuaikan dengan kebutuhan atau permasalahan siswa.

Prayitno dkk, (1997: 65) mengungkapkan bahwa, materi pelayanan bimbingan dan konseling bidang personal bertujuan membantu siswa mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Sedangkan, materi pelayanan bimbingan dan konseling bidang sosial bertujuan untuk membantu siswa memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan, dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial. Bidang personal-sosial dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

1) Pemantapan kebiasaan dan pengembangan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

20

2) Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam kehidupan sehari-hari, di masyarakat, maupun untuk peranannya di masa depan 3) Pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan

pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif 4) Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya 5) Pemahaman dan pengalaman hidup sehat

6) Pengembangan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan

7) Pengembangan kemampuan bertingkahlaku dan hubungan sosial, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku

8) Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya di dalam dan di luar sekolah, serta di masyarakat pada umumnya 9) Pemahaman dan pengalaman disiplin pada peraturan sekolah

Materi bimbingan mengacu pada variasi bidang kehidupan siswa sebagai ragam bimbingan yang meliputi hal-hal yang biasanya tidak tercantum dalam silabus aneka bidang studi yang diajarkan oleh guru bidang studi, misalnya tata cara belajar yang tepat, pergaulan yang sehat diantara teman-teman sekelas, tugas-tugas perkembangan masa remaja, prosedur pemilihan prodi di sekolah dan di Perguruan Tinggi, perencanaan masa depan berkaitan dengan bidang pekerjaan, bentuk

dan isi rekreasi yang sehat, cara berpacaran yang tepat, hubungan percintaan dengan lawan jenis, masalah seputar seksualitas serta hubungan dengan orang tua dan saudara lain dalam keluarga.

Sink, (2005:198) menambahkan topik-topik bimbingan yang dapat diselenggarakan oleh guru pembimbing melalui bimbingan kelompok, yaitu keahlian dalam kompetensi sosial dan emosional, pemecahan masalah, manajemen kemarahan, pemecahan konflik, alkohol dan bahaya obat-obatan lainnya, tingkat kualitas perubahan, kegagalan dan kesedihan, pilihan Perguruan Tinggi, gangguan seksual, melakukan tes kemampuan, dan sebagainya.

Nicoll, 1994 (Erford, 2007:145) juga mengusulkan lima materi yang perlu diterapkan dalam proses bimbingan klasikal, yaitu (1) mengerti diri sendiri dan orang lain, (2) mengembangkan kemampuan berempati, (3) mengembangkan keahlian berkomunikasi, (4) mengembangkan keahlian bekerjasama, (5) dan mengembangkan keahlian dalam bertanggung jawab

B. Efektivitas Program Bimbingan Klasikal di SMA

Dokumen terkait