• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal sosial bagi para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal sosial bagi para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN AJARAN 2006/2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Sisilia Saminah

021114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

TINGKAT EFEKTIVITAS

PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL BIDANG

PERSONAL-SOSIAL BAGI PARA SISWA KELAS XI

SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN 2006/2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Sisilia Saminah

021114010

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(3)

SKRIPSI

TINGKAT EFEKTIVITAS

PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL BIDANG PERSONAL-SOSIAL BAGI PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU

TAHUN AJARAN 2006/2007

Oleh: Sisilia Saminah

021114010

Telah disetujui oleh:

Drs. H. Sigit Pawanta SVD, MA Tanggal 21 Mei 2007

Pembimbing II

(4)

iv

SKRIPSI

TINGKAT EFEKTIVITAS

PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL BIDANG PERSONAL-SOSIAL BAGI PARA SISWA KELAS XI

SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN 2006/2007

Dipersiapkan dan ditulis oleh Sisilia Saminah

NIM: 021114010

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 12 Juni 2007

Dan dinyatakan memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda tangan

Ketua Dr.M.M. Sri Hastuti, Sekretarid M.Si. Fajar Santoadi, S.Pd. Anggota Drs. H. Sigit Pawanta SVD, MA. Anggota Drs. Wens Tanlain, M.Pd.

Anggot Drs. R H. Dj. Sinurat, M.A.

Yogyakarta, 12 Juni 2007 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Dekan,

Dekan,

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhan tidak pernah berjanji langit akan selalu biru,

tapi Dia berjanji bahwa kita dapat melalui semuanya

dengan tetap tersenyum

Anonim

Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang bisa menggantikan kegigihan.

Bakat pun tidak; tidak ada yang lebih umum dibanding orang berbakat

yang gagal. Orang yang jenius pun tidak; orang-orang jenius yang tidak

memperoleh penghargaan hampir merupakan pepatah. Hanya

kegigihan dan keteguhanlah yang membuat seseorang berhasil.

Calvin Coolidge

Kupersembahkan karya ini untuk:

Sahabatku yang setia Tuhan Yesus, Bundaku tercinta, kakak-kakakku, my lovely Wahyu, Konggergasi SCJ dan semua orang yang telah mendukungku…

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah

Yogyakarta, Juni 2007 Penulis,

Sisilia Saminah

(7)

ABSTRAK

TINGKAT EFEKTIVITAS

PROGRAM BIMBINGAN KLASIKAL BIDANG PERSONAL-SOSIAL BAGI PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU

TAHUN AJARAN 2006/2007 Sisilia Saminah

Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma,

2007

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survey. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal-sosial bagi para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur, Sedayu tahun ajaran 2006/2007.

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/2007, kelas XI IPA dan kelas XI IPS II yang berjumlah 48 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang tingkat efektivitas program kegiatan bimbingan klasikal bidang personal-sosial yang disusun oleh peneliti. Kuesioner ini dikembangkan dengan beberapa prosedur, yaitu (1) menganalisis program bimbingan klasikal, (2) menata materi dan topik yang ada dalam program, (3) mengembangkan indikator perilaku terbuka berdasarkan kompetensi dan materi yang telah dikembangkan, (4) memilah-milah kompetensi yang ada dalam program antara aspek kognitif, sikap dan perilaku terbuka, (5) memilih indikator kompetensi yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu bidang personal-sosial, (6) menetapkan indikator perilaku terbuka yang telah dipilih menjadi kisi-kisi kuesioner, dan (7) membuat item-item kuesioner .

Teknik analisis data yang digunakan adalah 1) memberi skor jawaban pada jawaban setiap subjek, 2) membuat tabulasi data, 3) menjumlahkan skor total semua item dari masing-masing subjek, 4) menghitung skor maksimal yang seharusnya didapat oleh subjek, 5) menghitung persentil tingkat efektivitas program bimbingan klasikal, 6) menggolongkan persentil yang diperoleh setiap subjek ke dalam kategori kemampuan personal-sosial siswa, 7) menghitung skor yang diperoleh pada setiap item dalam kelompok indikatornya, 8) menyimpulkan kategori kemampuan personal-sosial siswa dan tingkat efektivitas bimbingan klasikal, 9) serta menganalisis data pekerjaan dan pendidikan orang tua subjek penelitian. Lima kategori yang digunakan sebagai patokan skor untuk menentukan efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal-sosial bagi siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/2007, yaitu “sangat rendah”, ” rendah”, “cukup”, ” tinggi”, dan “sangat tinggi”.

(8)

viii

ABSTRACT

THE EFECTIVENESS LEVEL OF THE PERSONAL-SOCIAL GROUP GUIDANCE PROGRAMS FOR THE 11TH GRADE STUDENTS OF PANGUDI LUHUR SEDAYU SENIOR HIGH SCHOOL IN ACADEMIC YEAR 2006/2007

Sisilia Saminah

Study of Programme Guidance and Counseling Sanata Dharma University, 2007

This study was a descriptive study using survey method. This study aimed to describe the effectiveness level of the personal-sosial group guidance programs for the 11th grade students of Pangudi Luhur Sedayu Senior High School, School year of 2006/2007.

The subjects of this study were 48 students of the 11th grade of the school and consisted of students from Natural Science (IPA) and Social Science (IPS) sections. The instument used in this study was a questionnaire developed by the researcher. This questionnaire aimed to measure the effectiveness level of the personal–social group guidance programs. The steps to develop the questionnaire were: (1) to analyze the current group guidance programs of the school, (2) to rearrange the topics of the current group guidance programs, (3) to develop the overt behavioral indicators based on the competence and the newly improved material, (4) to categorize the cognitive, attitude and overt behavior competece of the programs, (5) to choose competece indicators which were appropriate with the goal of this study, i.e. personal-sosial competece, (6) to determine the blueprint of the questionnaire based on the overt behavioral indicators, and (7) to develop the items of the questionnaire.

The data was analyzed by 1) scoring the answers of each subject, 2) tabulating the data, 3) summing up the total score of each subject, 4) scoring the possible maximum score of the questionaire, 5) computing the percentile of the group guidance programs effectiveness level, 6) grouping the percentile of each subject base on the personal-social competence category, 7) computing the score for items under a particular indicator, 8) determining the level of students’ personal-sosial competence and the effectiveness level of the group guidance, 9) analyzing the data on the parents’ occupation and level of education. The effectiveness level of the personal-sosial group guidance programs were classified into five categories-i.e. “Very Low”, “Low”, “moderate”, “High”, and “Very High”.

The finding of this study showed that the personal-social group guidance programs conducted at Pangudi Luhur Sedayu Senior High School, School year of 2006/2007 was effective. Parents’ guidance at home, however, could also be considered as another important factor for developing students’ personal-sosial competence.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan yang Maha Baik dan Maha Kasih serta Berkat dan Karunia-Nya yang sangat berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Di dalam perjalanan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti selalu dibei kekuatan, pendampingan, bimbingan dan terang roh kudus dalam menyususn skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini disusun berkat bantuan, dukungan dan perhatian dari berbagai pihak yang telah memberikan masukan-masukan yang berharga bagi peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Romo Drs. H. Sigit Pawanta SVD, MA, sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan saran, dan bimbingan yang berguna bagi peneliti hingga tersusun skripsi ini

2. Bapak Fajar Santoadi, S.Pd, sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, bimbingan dan saran yang berharga bagi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. R H. Dj. Sinurat, M.A sebagai dosen penguji

(10)

x

5. Bapak Drs. Markus Padmonegoro, sebagai Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakrta yang telah memberikan ijin penelitian skripsi ini

6. Suster Elisa HK, S.Pd sebagai Koordinator Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhhur Sedayu yang telah memberikan ijin penelitian dan pinjaman bahan untuk menyusun skripsi ini.

7. Segenap dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan kesabaran mendidik, mendampingi dan membimbing penulis selama dibangku kuliah, sehingga penulis mendapatkan ilmu yang berharga dan bermanfaat bagi kehidupan dan masa depan penulis.

8. Romo A. Sapta Dwi Handoko SCJ selaku Rektor Propinsial SCJ, Romo Yohanes Yuliwan maslim, SCJ, Romo Basiran SCJ, dan Romo YG. Marwoto yang telah membantu penulis secara materil dan membantu doa, sehingga penulis bisa bertahan sampai akhir studi di Univesitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

9. Bapak Ari Subagyo sebagai mantan WR III, dan staf WR III Bapak Martono yang telah mempercayakan penulis menjadi penerima beasiswa APTIK Misereor selama kuliah di Univesitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

10. Bundaku tercinta dan ketiga kakakku (Mas Wan, Mas Dodot dan Mas Bejo) yang selalu memberi semangat, mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(11)

11. My Lovely Wahyu, yang mendukung, mendoakan dan memotivasi saat-saat terakhir penyelesaian skripsi ini.

12. Mantan kekasihku Ronald yang mendukung, memberi semangat dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman kos, Mbak Ning, Debi, Mbak Yulita, Atiek dan Anna yang selalu berbagi cerita, memperhatikan, dan mendukung penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma.

14. Ibu/Bapak Sutantyo yang memberi semangat dan mendukung penulis, juga menyediakan tempat untuk tinggal dan belajar di Yogyakarta. 15. My best friends, Emi dan Ida yang banyak mendukung dan menghibur

saat mengalami kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman angkatan 2002, Cika, Emi, Donald, Sr. Noren, Sr. Frederika, Sr. Vero, Br. Edi, Shenon, Princes, Petrus, Nay, Anton, Nandus, Yunar, Nana, Sarie, Riries, Inul, Uthek, Uning, Tante, Dewi, Nena, Dina, Tuti, Devi, Eka, Eni, Gerald, Fr.Paul, Esthee, dan Ula yang telah memberikan warna dan keceriaan selama studi di Univesitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

17. Teman-Teman G&C-Ministry, Donald, Cika, Mandus, Erna, Ida, Bangun, Mas Ino, Br.Cahyo, Sepri, Rm.Agus, Om Gugun, Sinta, Priska, Leni, Siska yang selalu berbagi cerita, keceriaan dan mendukung penulis dalam menyusun skripsi.

(12)

xii

Papi Bambang, Mami Yuli, Amel, Mbak Simbee, Mas Willy, dan Nining yang memberi warna, keceriaan dan membantu penulis menjadi orang yang dewasa.

19. Teman-Teman Cana Community Mbak Nita, Mbak Marga, Mas max, Mbak Yayuk, Mbak Yuli, Fr. Ardi SJ, dan Papi Budi yang selalu berbagi cerita, pengalaman dan keceriaan yang membuat penulis selalu bersemangat menjadi mahasiswa di Universitas Sanata Dharma.

20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini, semoga Tuhan memberkati. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Semoga karya yang sangat sederhana ini memberi manfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Terima kasih.

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

ABSTRAK ... ... vi

ABSTACT... ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Definisi Operasional ... 6

E. Manfaat Peneltian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Efektivitas Program Bimbingan Klasikal/Kelompok... 9

1. Pengertian Efektivitas ... 9

2. Program bimbingan klasikal di SMA ... 9

(14)

xiv

B. Efektivitas Program Bimbingan Klasikal di SMA... 20

1. Program bimbingan klasikal di SMA ... 20

2. Program bimbingan klasikal yang efektif... 22

C. Kurikulum Bimbingan dan Konseling di SMA ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian... 33

B. Subjek Penelitian... 33

C. Instrumen Penelitian... 34

1. Kuesioner efektivitas program bimbingan klasikal bidang pribadi-sosial... 34

2. Validitas dan reliabilitas ... 43

D. Prosedur Pengumpulan Data... 47

E. Tehnik Analisis Data... 48

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 60

BAB V. RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 71

A. Ringkasan ... 71

B. Kesimpulan ... 73

C. Keterbatasan Penelitian ... 74

D. Saran... ... 75

E. DAFTAR PUSTAKA…… ... 78

(15)

DAFTAR TABEL dan GAMBAR

Tabel 1 Subyek Penelitian siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur

Sedayu, Yogyakarta ... 35 Tabel 2 Kisi-Kisi Kusioner Program Bimbingan Klasikal Bidang

Personal-Sosial ... 38 Tabel 3 Klasifikasi Koefisien Korelasi... 49 Tabel 4 Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian di SMA

Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007 ... 51 Tabel 5 Penggolongan Kategori Skor Efektivitas Program Bimbingan Klasikal bagi Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2006/2007 ... 52 Tabel 6 Data Pekerjaan dan Pendidikan Orang tua Siswa SMA

Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007 ... 54 Tabel 7 Pengelompokkan Deskripsi Kemampuan Personal-Sosial dan

Tingkat Efektivitas Program Bimbingan Klasikal Bagi Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2006/2007 ... 55 Tabel 8 Urutan Persentase Keseluruhan Aspek-Aspek

Perilaku siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2006/2007 dalam Kelompok Indikator... 57 Gambar I. Pembentukan Kemampuan Personal-Sosial Siswa Kelas X

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabulasi Data Uji Coba Penelitian... 81 Lampiran 2 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Uji Coba ... 87 Lampiran 3 Kuesioner Tingkat Efektivitas Program Bimbingan Klasikal

SMA Kelas X Pangudi Luhur Sedayu ... 100 Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian ... 111 Lampiran 5 Kategori Tingkat Efektivitas Program Bimbingan Klasikal

SMA Kelas X Pangudi Luhur Sedayu ... 124 Lampiran 6 Persentase Tingkat Efektivitas Program Bimbingan Klasikal

SMA Kelas X Pangudi Luhur Sedayu ... 126 Lampiran 7 Hasil Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Pendidikan

Orang tua dengan Kemampuan Personal-Sosial Siswa ... 128 Lampiran 8 Surat Keterangan Uji Coba dan Penelitian... 136

(17)

A. Latar Belakang

Masyarakat menghendaki anak muda, sebagai generasi penerus bangsa mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas dibandingkan dengan pendidikan yang diterima oleh orang tua sebagai anggota masyarakat di masa lampau. Sekolah perlu memberikan pendidikan yang lebih baik dan bermutu kepada siswa seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Kemajuan teknologi ditandai dengan mudahnya informasi diakses melalui media-media informasi oleh setiap orang.

(18)

2

dapat membantu siswa dalam mempersiapkan diri untuk memilih, menimbang, menyaring, dan memaknai berbagai informasi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut untuk kepentingan masa depannya dalam pengambilan keputusan.

Pendidikan di sekolah yang baik dan berkualitas dapat ditunjukkan melalui proses dan hasil belajar siswa di sekolah. Kegiatan belajar mengajar dan kegiatan bimbingan klasikal merupakan proses yang memungkinkan tercapainya tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan belajar mengajar dan kegiatan bimbingan klasikal di sekolah. Proses itu sendiri mencakup pendekatan, metode, tehnik, dan media yang digunakan oleh guru dalam pengelolaan kelas. Sedangkan hasil kegiatan belajar mengajar dan kegiatan bimbingan klasikal dapat dilihat dari prestasi akademik, penghargaan/penerimaan diri dan perubahan perilaku siswa yang positif setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dan kegiatan bimbingan klasikal. Dapat disimpulkan bahwa, ada beberapa hasil yang sebaiknya dicapai oleh siswa, selain dari yang bermuatan kognitif, yaitu sikap, motivasi, ketrampilan, dan perasaan positif terhadap diri siswa sendiri dan terhadap orang lain.

(19)

dapat dikembangkan secara optimal, salah satunya melalui bimbingan klasikal. Meskipun demikian, di institusi pendidikan, guru bimbingan dan konseling tidak hanya memberikan pelayanan bantuan untuk siswa melalui bimbingan klasikal atau kelompok saja, tetapi juga melalui konseling perorangan/individual.

Bimbingan klasikal yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah dikatakan efektif, apabila dapat memberikan hasil yang maksimal, yaitu berupa perubahan perilaku siswa menjadi lebih baik. Dengan demikian, pelayanan bimbingan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling hendaknya dapat memberikan andil untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, khususnya dalam membantu siswa menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal melalui bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier di sekolah.

(20)

4

mengadakan sosiodrama, membuat kliping, sharing antar anggota kelompok, melakukan permainan, deskripsi diri, dan mengarang kreatif.

Layanan konseling dapat terlaksana melalui konseling individual dan konseling kelompok, dengan menggunakan berbagai pendekatan, yaitu Interview For Adjusment (IA), Remotional Emotive Therapy (RET), Trait Factor (TF), Decision Making Interview (DI) dan Behavioristik yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling sebagai konselor berdasarkan permasalahan siswa sebagai klien. Layanan konseling dapat diberikan oleh guru bimbingan dan konseling atas permintaan siswa sendiri untuk menyelesaikan masalahnya atau siswa dipanggil oleh guru bimbingan dan konseling, karena guru bimbingan dan konseling melihat siswanya sedang mempunyai masalah yang sebaiknya segera diselesaikan.

(21)

institusi pendidikan sebaiknya memperhatikan peran BK di sekolah sebagai salah satu pihak juga yang berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan, yaitu membantu perkembangan siswa menjadi pribadi yang utuh dan optimal.

Bimbingan klasikal tidak bisa dilakukan oleh setiap orang, karena dalam melaksanakan kegiatan tersebut dituntut suatu keahlian khusus. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, kinerja guru bimbingan dan konseling belum dirasakan manfaatnya secara nyata oleh siswa, personil sekolah, maupun masyarakat. Hal ini disebabkan karena, beberapa sekolah tidak semua guru BK-nya berlatar belakang pendidikan Bimbingan dan Konseling. Selain itu, proses layanan BK itu sendiri khususnya bimbingan klasikal di beberapa sekolah kurang mendapatkan kesempatan dan tidak dikelola secara terprogram/teratur seperti mata pelajaran. Pada saat bimbingan klasikal diselenggarakan ada kecenderungan guru bimbingan dan konseling menggunakan metode yang menyerupai kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, layanan bimbingan klasikal yang dikelolah oleh guru BK kurang efektif.

(22)

6

menjadi pribadi yang utuh dan optimal demi mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bagi siswa di SMA, dengan tiga alasan, yaitu pertama bahwa beberapa sekolah belum menyadari pentingnya memberikan jadwal bimbingan klasikal di setiap kelas. Kedua, belum berkembangnya pengukuran dan evaluasi untuk program bimbingan klasikal itu sendiri, sehingga masyarakat belum melihat hasil nyata dari layanan BK yang berkualitas. Ketiga, masyarakat menginginkan anak muda sebagai generasi penerus bangsa mendapatkan pendidikan dan layanan BK yang bermutu dan berkualitas. Dengan demikian, realisasi pelayanan bimbingan dan konseling khususnya bimbingan klasikal perlu kita ketahui tingkat efektivitasnya dalam semua ragam bidang bimbingan, yaitu bidang personal-sosial, belajar dan bidang karier sehingga masyarakat melihat bukti bahwa BK banyak memberikan manfaat bagi perkembangan peserta didik di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Masalah utama yang penulis teliti dalam penelitian ini adalah

“ Bagaimanakah tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal- sosial bagi para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur, Sedayu tahun ajaran 2006/2007 ?”

C. Tujuan Penelitian

(23)

Mengetahui tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal-sosial bagi para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur, Sedayu tahun ajaran 2006/2007

D. Definisi Operasional

Batasan istilah yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal-sosial adalah ketercapaian tujuan dari setiap topik bimbingan klasikal yang diberikan terhadap aspek-aspek dalam diri siswa yang menjadi sasaran dari kegiatan tersebut, yaitu aspek perkembangan kognitif, perkembangan afektif, perkembangan konatif (sikap), dan perilaku (yang terbuka) yang menghasilkan perubahan dalam diri siswa kearah positif dalam bidang bimbingan personal-sosial. Ukuran efektivitas kegiatan bimbingan klasikal dalam penelitian ini dirumuskan dari kompetensi-kompetensi yang ingin dicapai, tujuan dan indikator yang ada dalam program bimbingan klasikal di SMA Pangudi Luhur Sedayu.

2. Program bimbingan adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode tertentu. Dalam hal ini selama satu satuan waktu (semester, catur wulan dan tahun).

(24)

8

penelitian ini adalah siswa dalam satuan kelas/jenjang pendidikan di SMA Pangudi Luhur Sedayu.

4. Siswa SMA adalah peserta didik kelas XI yang secara resmi terdaftar di sekolah SMA dalam penelitian ini yaitu SMA Pangudi Luhur Sedayu. Mereka adalah siswa yang menerima pelayanan, pengajaran, latihan, serta bimbingan dan konseling di sekolah SMA tersebut selama 1 jam dalam seminggu dan 46-52 jam dalam 1 tahun, serta memiliki rentang umur antara 16-19 tahun.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, bagi program bimbingan klasikal di sekolah, dan bagi peneliti secara rinci sebagai berikut:

1. Bagi Program Bimbingan Klasikal di Sekolah

a. Hasil penelitian ini menjadi salah satu sumber informasi bagi guru BK untuk mengetahui tingkat efektivitas program kegiatan bimbingan klasikal bidang personal-sosial yang telah dilaksanakan bagi para siswa kelas X.

b. Hasil penelitian ini menjadi salah satu model evaluasi program bimbingan yang dapat dipakai dan dikembangkan terus-menerus oleh guru BK.

(25)

d. Hasil penelitian ini menjadi salah satu sumber informasi untuk meningkatkan kualitas dari kegiatan bimbingan klasikal yang akan dilakukan selanjutnya oleh guru BK.

2. Bagi Peneliti

a. Hasil penelitian ini menjadi salah satu sumber informasi dalam memberikan gambaran tentang kegiatan bimbingan klasikal yang efektif bagi para siswa kelas X.

(26)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Efektivitas Program Bimbingan Klasikal/Kelompok 1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1976:266), kata efektif berarti ada efeknya, (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Sedangkan, berdasar dari pengertian manajemen, suatu kegiatan dikatakan efektif, apabila mampu melakukan sesuatu secara benar atau menentukan tujuan secara tepat (Nurkolis, 2003:160). Nurkolis (2003:160) juga mengemukakan efektivitas yaitu suatu tindakan dikatakan efektif, bila mencapai tujuan khusus yang ditetapkan. Jadi efektivitas adalah adanya pengaruh dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan terhadap sasaran yang dituju dari kegiatan tersebut, sehingga tujuan yang telah ditentukan dari kegiatan dapat tercapai secara benar, tepat dan membawa hasil.

2. Program Bimbingan Klasikal di SMA

(27)

terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya program mingguan, program bulanan, program satu semester, dan program tahunan (Prayitno, 1997: 43). Dengan demikian, program bimbingan perlu disusun oleh tenaga bimbingan yang sudah berpengalaman di bidang bimbingan dan mengetahui secara baik kebutuhan siswa, serta keadaan lingkungan di sekolah itu sendiri.

Kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di sekolah tidaklah dipilih dan disusun sebagai program secara acak, namun melalui pertimbangan-pertimbangan yang matang dari berbagai pihak yang terkait, yaitu kepala sekolah, staf pengajar dan staf BK sendiri. Gysbers dan Henderson, (Baker dan Gerler 2004:109), mengungkapkan karakteristik utama dari program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif, yaitu: a. Memfokuskan pada hasil siswa, sehingga program didesain untuk

membantu siswa dalam mencapai hasil

b. Didasarkan pada prinsip yang dapat mengembangkan siswa c. Mewakili layanan bimbingan secara keseluruhan

d. Mencakup semua staf/pihak sekolah dalam penyelenggaraannya

(28)

12

diprogramkana dengan frekuensi jarang (tidak berkesinambungan) untuk melayani rekan tenaga pendidik, orang tua siswa, calon siswa dan para mantan siswa.

Komponen program bimbingan merupakan saluran formal yang seharusnya diprogramkan sebagai kegiatan rutin sehingga terselenggara secara terus-menerus dan berkesinambungan, atau sebagai kegiatan insidental, dalam arti diprogramkan dengan frekuensi yang jarang dan tidak selalu berkesinambungan (Prayitno dan Amti, 2004: 221). Komponen yang diprogramkan sebagai kegiatan rutin, misalnya pengumpulan data, pemberian informasi, penempatan, dan evaluasi program. Komponen yang diprogram dengan frekuensi jarang dan tidak selalu berkesinambungan misalnya konseling, konsultasi, dan kegiatan ekstrakurikuler yang terkait dengan BK (Latihan Dasar Kepemimpinan, gladi rohani, retret, dan sebagainya). Komponen-komponen tersebut sebaiknya diperhatikan oleh guru BK pada saat proses bimbingan klasikal berlangsung, karena komponen tersebut mendukung keterlaksanaan proses bimbingan klasikal. Tujuan dari komponen bimbingan adalah membantu siswa untuk mengetahui tentang tugas perkembangan siswa pada umumnya, memajukan siswa ke arah positif dan membantu siswa ahli dalam menggunakan bakat dan kemampuannya. (Barker dan Gerler, 2004:50).

(29)

bimbingan demi peningkatan mutu program bimbingan. Pengertian evaluasi itu sendiri, adalah suatu ukuran yang menilai dan menandakan bahwa sebuah program dinilai memiliki efektivitas. (Cronbach, 1983 dalam Erford, 2007:251). Efisiensi pelayanan BK dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua kegiatan BK yang terprogram telah terlaksana. Efektivitas pelayanan BK dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan dari semua kegiatan dalam program bimbingan tercapai, serta seberapa jauh semua tujuan itu tercapai.

Pelaksanaan program layanan bimbingan secara garis besar melalui tiga tahap penyusunan program, yaitu perencanaan, persiapan pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut. (Prayitno, 1997:184). Secara rinci tahap penyusunan program bimbingan sebagai berikut:

a. Perencanaan. Program direncanakan berdasarkan hasil analisis tugas perkembangan siswa serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan perkembangan siswa secara optimal

b. Persiapan pelaksanaan. Program yang telah direncanakan harus dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan nyata dan dipersiapkan secara matang baik menyangkut satuan layanan/kegiatan, tenaga pelaksana, sarana penunjang, dan sasaran dari layanan/kegiatan itu sendiri.

(30)

14

Dari tiga tahap penyusunan program layanan tersebut, sebaiknya guru BK tidak hanya mempersiapkan layanan/kegiatan yang dimaksudkan di belakang meja, tetapi langsung terjun ke lapangan menemui subjek yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Dengan demikian pelayanan bimbingan menjadi lebih efektif.

3. Bimbingan klasikal di SMA

Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance”. Sesuai dengan istilahnya, bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntutan, tetapi harus diingat bahwa tidak setiap bantuan atau tuntutan dapat diartikan sebagai bimbingan. Menurut Prayitno dan Amti (2003: 4), bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar dan bimbingan karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Istilah klasikal merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “class”, yang dapat diartikan sebagai kelas atau kelompok. Dengan demikian, bimbingan klasikal adalah sebuah sistem pelayanan yang memberi bantuan secara tepat pada kesatuan dari kelompok siswa yang biasanya dilakukan di ruang kelas (Wittmer dan Thomson, 2000 dalam Sink, 2005:189) a. Tujuan bimbingan klasikal di SMA

(31)

masing-masing anggota kelompok, serta meningkatkan mutu kerjasama dalam kelompok guna mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi anggota kelompok. Selain itu, bimbingan klasikal bertujuan agar orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri, dan berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui kegiatan secara kelompok, baik kelompok kecil, setengah besar atau besar.

Fokus dari tujuan bimbingan klasikal bukanlah perkembangan kelompok sebagai kelompok, melainkan perkembangan optimal dari masing-masing individu yang tergabung dalam suatu kelompok berdasarkan hasil refleksi yang diperolehnya dari pengalaman belajar masing-masing siswa. Dengan demikian, tekanannya masih terletak pada pelayanan terhadap masing-masing pribadi, meskipun dilayani melalui keterlibatan dalam kelompok.

b. Manfaat bimbingan klasikal

Menurut Sink (2005: 190), melalui bimbingan klasikal para siswa: 1) Mendengarkan dan terbuka satu dengan yang lain, sehingga

dengan berpendapat para siswa dapat merasakan persoalan yang mungkin sedang mereka hadapi

(32)

16

3) Mempunyai kesempatan untuk mencoba pendapat mereka dan menerima balikan dari teman-teman dalam kelompok

4) Memperoleh informasi penting atau pengetahuan yang dapat mereka gunakan untuk membuat keputusan secara tepat

5) Mendapatkan keahlian sesuai kebutuhan untuk menghadapi masalah di sekolah dan dalam kebiasaan hidup mereka sehari-hari c. Proses bimbingan klasikal

(33)

membina kebersamaan dalam kelompok, sehingga semua anggota kelompok benar-benar terlibat.

Dinamika kelompok merupakan bidang ilmu terapan baru sebagai dasar pelayanan bimbingan klasikal/kelompok. Menurut Winkel dan Hastuti (2004: 547), dinamika kelompok (Group Dynamics) diartikan sebagai studi tentang kekuatan-kekuatan sosial dalam suatu kelompok yang memperlancar atau menghambat proses kerjasama dalam kelompok.

Metode yang digunakan dalam proses bimbingan klasikal seharusnya dapat melibatkan semua anggota dalam kelompok, sehingga kegiatan yang diselenggarakan oleh guru BK berupa kegiatan yang mengaktifkan semua siswa dalam kelompok. Kegiatan yang mengaktifkan siswa misalnya berdiskusi dalam kelompok kecil, mengisi lembar kerja, mengajukan rangkaian pertanyaan, mempelajari sumber-sumber informasi, mengadakan sosiodrama, membuat kliping, sharing antar anggota kelompok dan kegiatan lain yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam kegiatan bimbingan klasikal. Erford (2007:312) menambahkan metode kegiatan bimbingan klasikal, selain yang telah disebutkan di atas, bisa berupa diskusi dalam kelompok, deskripsi diri, mengarang kreatif, dan menulis refleksi pribadi.

d. Model-model bimbingan klasikal

(34)

18

memegang tiga model bimbingan klasikal, yaitu group guidance, life-skills (social life-skills) dan training groups. Ketiga model bimbingan klasikal ini diselenggarakan oleh guru bimbingan dan konseling dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan bekerjasama dalam kelompok.

Prinsip yang dipakai dalam menyelenggarakan ketiga model bimbingan klasikal tersebut adalah mencegah dan menumbuhkan. Mencegah berarti guru BK membantu siswa menemukan cara agar tidak memiliki masalah tertentu baik pribadi maupun kelompok. Sedangkan menumbuhkan berarti guru BK membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan untuk dapat mengatasi suatu masalah, baik pribadi maupun kelompok.

Dalam mengelola kegiatan bimbingan klasikal guru bimbingan dan konseling mendapat kesempatan untuk menerapkan dinamika kelompok, meskipun dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan besar kecilnya kelompok dan tujuan dari penerapan model tertentu yang dipakai.

e. Ragam bimbingan klasikal

(35)

personal-sosial, belajar dan bidang karier. Bimbingan belajar merupakan bimbingan klasikal yang menyangkut hal-hal tentang studi akademik, bimbingan karier menyangkut tentang perencanaan jabatan, dan bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan klasikal yang menyangkut tentang keadaan diri siswa, keberhasilan dan kegagalannya dalam berhubungan dengan orang lain, (Winkel dan Hastuti, 2004:114).

f. Materi bimbingan klasikal

Guru BK menyelenggarakan kegiatan bimbingan berdasarkan materi bimbingan yang telah direncanakan dalam program bimbingan. Materi bimbingan sebaiknya dikaitkan dengan taraf perkembangan siswa dan disesuaikan dengan kebutuhan atau permasalahan siswa.

Prayitno dkk, (1997: 65) mengungkapkan bahwa, materi pelayanan bimbingan dan konseling bidang personal bertujuan membantu siswa mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Sedangkan, materi pelayanan bimbingan dan konseling bidang sosial bertujuan untuk membantu siswa memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan, dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial. Bidang personal-sosial dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

(36)

20

2) Pemahaman kekuatan diri dan arah pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif baik dalam kehidupan sehari-hari, di masyarakat, maupun untuk peranannya di masa depan 3) Pemahaman bakat dan minat pribadi, serta penyaluran dan

pengembangannya melalui kegiatan yang kreatif dan produktif 4) Pengenalan kelemahan diri dan upaya penanggulangannya 5) Pemahaman dan pengalaman hidup sehat

6) Pengembangan kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan

7) Pengembangan kemampuan bertingkahlaku dan hubungan sosial, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku

8) Pengembangan hubungan yang harmonis dengan teman sebaya di dalam dan di luar sekolah, serta di masyarakat pada umumnya 9) Pemahaman dan pengalaman disiplin pada peraturan sekolah

(37)

dan isi rekreasi yang sehat, cara berpacaran yang tepat, hubungan percintaan dengan lawan jenis, masalah seputar seksualitas serta hubungan dengan orang tua dan saudara lain dalam keluarga.

Sink, (2005:198) menambahkan topik-topik bimbingan yang dapat diselenggarakan oleh guru pembimbing melalui bimbingan kelompok, yaitu keahlian dalam kompetensi sosial dan emosional, pemecahan masalah, manajemen kemarahan, pemecahan konflik, alkohol dan bahaya obat-obatan lainnya, tingkat kualitas perubahan, kegagalan dan kesedihan, pilihan Perguruan Tinggi, gangguan seksual, melakukan tes kemampuan, dan sebagainya.

Nicoll, 1994 (Erford, 2007:145) juga mengusulkan lima materi yang perlu diterapkan dalam proses bimbingan klasikal, yaitu (1) mengerti diri sendiri dan orang lain, (2) mengembangkan kemampuan berempati, (3) mengembangkan keahlian berkomunikasi, (4) mengembangkan keahlian bekerjasama, (5) dan mengembangkan keahlian dalam bertanggung jawab

B. Efektivitas Program Bimbingan Klasikal di SMA 1. Program bimbingan klasikal di SMA

(38)

22

memberikan bantuan, serta bimbingan terhadap siswa yang tidak bermasalah dan yang bermasalah, sehingga siswa dapat tumbuh dan berkembang secara utuh juga optimal, sesuai dengan potensinya masing-masing. Bantuan dan bimbingan tersebut secara optimal diselenggarakan oleh guru BK yang memang berpotensi di bidang bimbingan.

Guru BK sebelum menyelenggarakan layanan bimbingan bagi siswa baik secara kelompok/klasikal atau individual sebaiknya merencanakan layanan tersebut dalam bentuk program bimbingan. Program bimbingan menjadi komprehensif jika menyangkut variasi bidang kehidupan siswa, yaitu ragam bimbingan akademik, ragam bimbingan karier, dan ragam bimbingan pribadi-sosial (American School Counselor Association, 1997; Gysbers & Henderson, 2000; Paisley, 2001).

Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) merupakan pedoman tertulis yang dibuat oleh guru BK pada saat akan masuk kelas, sebagai persiapan dalam merencanakan bimbingan klasikal. Komponen-komponen yang disusun dalam SPB, yaitu pokok bahasan, bidang bimbingan, jenis layanan, fungsi layanan, tujuan umum, tujuan khusus yang terdiri dari indikator-indikator perilaku terbuka, sasaran pelayanan, materi pelayanan, metode, kegiatan, langkah-langkah, tempat penyelenggara, waktu, penyelenggara pelayanan, pihak-pihak yang disertakan, evaluasi, alat, dan rencana tindak lanjut.

Menurut Charles L.Thompson dan William A. Poppen (Winkel dan Hastuti, 2004:585) dalam buku “Guidance Activities for counselors and

(39)

perkembangan siswa sebagai remaja, bersifat developmental (growth centered), dan memberi tekanan pada usaha dalam tujuh bidang. Ketujuh bidang yang dimaksud, yaitu memperdalam konsep diri, mengembangkan hubungan sosial dengan teman-teman sebaya, meningkatkan disiplin dalam hidup dan disiplin diri, memperbaiki komunikasi antara orang tua dan anak, serta antara tenaga pendidik dan siswa, membantu siswa mencapai sukses dalam studi akademik, mengembangkan pemahaman tentang dunia kerja dan apresiasi terhadap karier di masa depan, dan menciptakan suasana positif untuk proses belajar-mengajar di dalam kelas. Ketujuh bidang ini diharapkan oleh setiap institusi pendidikan dapat mewujudkan tujuan pendidikan, sehingga membantu perkembangan siswa menjadi pribadi yang utuh dan optimal.

2. Program bimbingan klasikal yang efektif

Menurut Shertzer dan Stone (Winkel dan Hastuti, 2004:825) program bimbingan yang efisien dan efektif memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Keberhasilan siswa dalam belajar di perguruan tinggi di kemudian hari b. Perasaan puas dalam memangku jabatan

c. Aspirasi yang realistis dalam penyusunan rencana masa depan

d. Frekuensi pengungkapan masalah yang sangat mengganggu ketenangan hidup berkurang

e. Hasil belajar di sekolah lebih baik

f. Keterlibatan siswa dalam belajar akademis meningkat

(40)

24

h. Banyak siswa yang memanfaatkan layanan bimbingan yang disediakan di sekolah, misal: layanan konseling

Kriteria-kriteria di atas sudah mencakup tiga bidang kehidupan siswa (bidang akademik, karier, dan bidang pribadi-sosial) dan merupakan efek yang dapat diukur dalam diri siswa sebagai student outcomes. Barder dan Drury (1992) dalam Erford (2007:143) menemukan sebuah studi yang menunjukkan bahwa, bimbingan klasikal memberikan pengaruh positif terhadap tingkah laku dan tindakan siswa sebagai hasil. Perubahan-perubahan yang ditunjukkan siswa dalam kriteria menurut Shertzer dan Stone tersebut, tidak semata-mata merupakan hasil dari berbagai kegiatan bimbingan yang diselenggarakan oleh guru BK di sekolah, tetapi dipengaruhi juga oleh hal lain, misal: berkurangnya jumlah kasus siswa di suatu sekolah dapat disebabkan oleh perubahan sikap guru di kelas dan cara mengajarnya (Winkel dan Hastuti, 2004:828).

(41)

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sukarno, 1997: 162). Dengan demikian, ketercapaian tujuan dari program bimbingan klasikal yang tampak dalam perubahan perilaku siswa ke arah positif memungkinkan bahwa, kegiatan bimbingan klasikal yang diselenggarakan oleh guru BK adalah efektif.

C. Kurikulum Bimbingan dan Konseling di SMA

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan bentuk satuan pendidikan menengah yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun setelah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989, Pasal 3 menjelaskan bahwa, pendidikan menengah umum mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja, serta mengembangkan sikap profesional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah bentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tiga tahun dengan mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 menetapkan:

(42)

26

Tujuan pendidikan di SMA sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi:

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Siswa setelah menyelesaikan studinya di SMA memiliki dua segi yang dapat membantunya dalam mempersiapkan masa depannya. Dua segi yang dimaksud, yaitu mempersiapkan siswa mampu dalam menguasai ilmu pengetahuan, dan memiliki kepribadian yang bertanggung jawab untuk memasuki kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

(43)

Kurikulum Bimbingan dan Konseling di SMA mengacu pada kompetensi-kompetensi dalam diri siswa, yaitu berupa sikap, pengetahuan, perilaku dan ketrampilan siswa berdasarkan variasi bidang bimbingan yang dikembangkan melalui bimbingan klasikal. Kurikulum Bimbingan dan Konseling di SMA juga berdasarkan tugas perkembangan siswa SMA.

Menurut Prayitno, dkk (2003: 12), tugas perkembangan siswa SMA antara lain:

1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME 2. Mencapai kematangan dalam hubungan dengan teman sebaya, serta

kematangan dalam perannya sebagai pria atau wanita 3. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat

4. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karier atau melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas 5. Mencapai kematangan dalam pilihan karier

6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial intelektual dan ekonomi

7. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

8. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi seni

(44)

28

ASCA (American School Counselor Association), 2003 (Brown dan Trusty, 2005: 366) menetapkan karakteristik kurikulum BK di sekolah yang efektif, diantaranya:

1. Program BK yang dibuat bersifat komprehensif

2. Meliputi dalam bidang akademik, karier dan perkembangan personal-sosial 3. Memfokuskan pada proaktivitas dan pencegahan

4. Dibuat secara konsisten dengan suatu pandangan yang mengembangkan aspek-aspek dalam diri siswa

5. Dikoordinasikan dengan guru BK dan diselenggarakan oleh guru BK sendiri dan pendidik lainnya.

Kurikulum bimbingan sekolah yang efektif penting untuk dimiliki oleh suatu lembaga pendidikan agar dapat membantu siswa mengembangkan kompetensi dalam dirinya, yaitu sikap, pengetahuan, perilaku dan ketrampilan.

(45)

Kompetensi

(46)

(47)
(48)

32

masyarakat baginya dan

(49)

bakat dan

Indikator Topik dan materi bimbingan 2) Menjalin relasi

(50)

(51)

mencapai

3) Menjalin relasi dengan teman

(52)

36

memandang suku, ras, agama dan status sosial budaya, baik di sekolah

maupun di luar sekolah

3) Mampu bersikap

hormat kepada orang lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah

 Manusia sebagai mahluk sosial  Manfaat

bekerjasama dengan teman sebaya

 Pengertian komunikasi  Cara

berkomunikasi yang efektif

(53)

ditentukan dapat dipakai untuk menunjukkan keefektifan program bimbingan klasikal bidang personal-sosial di SMA Pangudi Luhur Sedayu.

(54)

38 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal-sosial bagi para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur, Sedayu tahun ajaran 2006/2007. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Metode survei dapat digunakan bukan saja untuk melukiskan kondisi yang ada, melainkan juga membandingkan kondisi-kondisi tersebut dengan kriteria atau menilai efektivitas suatu program. Donald Ary, dkk menyatakan bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 2004: 457). Gejala yang diteliti melalui studi ini adalah perilaku positif siswa setelah mendapatkan layanan bimbingan klasikal yang diselenggarakan oleh guru BK di sekolah, khususnya perilaku personal-sosial siswa.

B. Subjek Penelitian

(55)

penelitian kelas XI SMA Pangudi Luhur, Sedayu karena siswa kelas XI sudah mendapatkan bimbingan klasikal yang diselenggarakan oleh guru pembimbing di sekolah pada saat masih di kelas X.

Tabel 1 subjek Penelitian Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007 (N=48)

Kelas Jumlah Siswa

XI IPA 17

XI IPS II 31

Jumlah Seluruh siswa 48 orang

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Efektivitas Program Bimbingan Klasikal Bidang Personal-Sosial Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner tentang tingkat efektivitas program kegiatan bimbingan klasikal bidang personal-sosial yang disusun oleh peneliti sendiri. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner langsung dan tertutup. Kuesioner langsung artinya responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan responden sendiri, sedangkan tertutup artinya responden memilih jawaban berdasarkan kemungkinan jawaban yang telah disediakan dan dinilai paling sesuai bagi dirinya, dengan memberi tanda centang (v) (Faisal, 1999:5).

Intrumen penelitian dibuat melalui beberapa prosedur pengembangan, yaitu:

(56)

40

Analisis program bimbingan klasikal dilakukan dengan tujuan untuk mencari benang merah dari tujuan umum dan khusus program bimbingan klasikal SMA Pangudi Luhur Sedayu, sehingga peneliti dapat merumuskan kompetensi yang hendak dikembangkan dalam bentuk indikator perilaku terbuka melalui program bimbingan klasikal personal-sosial.

b. Menata materi dan topik yang ada dalam program menurut rumusan kompetensi yang sudah dirumuskan pada langkah a.

c. Berdasarkan kompetensi dan materi tersebut dikembangkan indikator-indikator untuk menyusun kisi-kisi kuesioner.

d. Memilah-milah indikator kompetensi yang terdapat dalam program bimbingan

Indikator-indikator kompetensi yang terdapat dalam program dipilah-pilah antara aspek pengetahuan, sikap dan perilaku terbuka, karena instrumen penelitian ini dibuat terfokus untuk mengukur perubahan perilaku terbuka. Asumsi dasar pemusatan hanya pada perilaku terbuka, adalah sikap sudah tercermin dalam prilaku yang ditampilkan. Selain itu, tujuan bimbingan adalah pembentukan perilaku positif, bukan hanya perolehan pengetahuan semata-mata.

(57)

karena itu, indikator kompetensi yang telah dibuat dipilih berdasarkan bidang bimbingan yang akan diteliti, yaitu bidang personal-sosial. f. Menetapkan indikator perilaku terbuka yang telah dipilih menjadi

kisi-kisi kuesioner

Indikator kompetensi bidang personal-sosial yang telah dipilih ditetapkan sebagai kisi-kisi untuk membuat kuesioner yang dapat mengukur perubahan perilaku siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu kelas XI.

g. Membuat item-item kuesioner

(58)

42

Tabel 2. Kisi-Kisi Kuesioner Program Bimbin gan Klasikal Bidang Personal -Sosial (Acuan Instrumen Penelitian)

Kompetensi yang ingin dicapai

Tujuan bimbingan klasikal

Indikator Topik dan materi bimbingan klasikal

a. Memahami esensi peraturan sekolah,  Tata-tertib sekolah

yang berlaku dengan

 Berbagai fasilitas pendidikan yang ada tata-tertib, visi misi yang berlaku, dan

(59)

tersedia dengan

Indikator Topik dan materi bimbingan klasikal misi yang berlaku

1) Menerapkan visi misi, sopan-santun

(60)

Indikator Topik dan materi bimbingan klasikal

3) Berperan secara aktif pada saat PBM berlangsung

4) Mempelajari

kembali pelajaran yang telah diberikan, baik di sekolah maupun di rumah 5) Berprilaku sesuai

(61)

siswa

1) Menyebutkan semua kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, baik secara lisan maupun tulisan

Berfikir positif

(62)

1) Dapat mengambil keputusan yang tepat

(63)

b. Berperilaku posistif terhadap

bakat dan

minatnya

1) Menyalurkan bakat dan minat yang

dapat mengatasi

hal-hal yang

Upaya mengatasi hal-hal yang menghambat

(64)

Indikator Topik dan materi bimbingan klasikal 2) Menjalin relasi

dengan orang lain berdasarkan tata krama sopan

santun, adat istiadat, nilai ag ama dan hukum yang berlaku

Manfaat tatakrama

Kecerdasan emosi dan pengendalian diri

(65)

2) Mengidentifikasi

Indikator Topik dan materi bimbingan klasikal

1) Berprilaku sesuai dengan peranannya sebagai pria atau sebagai wanita 2) Dapat menjelaskan

perananannya sebagai pria atau sebagai wanita 3) Menjalin relasi

dengan teman

(66)

50

wanita

a. Cara menjalin relasi secara wajar dengan lawan jenis b. Mengembangka

Indikator Topik dan materi bimbingan klasikal

kerjasama, dan komunikasi  Pengertian masalah  Masalah remaja yang

muncul

 Manusia sebagai mahluk sosial

 Manfaat bekerjasama dengan teman sebaya  Pengertian komunikasi  Asertivitas

1) Saling membantu teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah 2) Menjalin relasi

99, 100, 101

102, 103, 3

(67)

luar sekolah dengan setiap orang tanpa memandang suku, ras, agama dan status sosial budaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah

3) Mampu bersikap hormat kepada orang lain, baik di sekolah maupun di luar sekolah

104, 105, 106

(68)

62

Kuesioner tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal-sosial mem aparkan alternatif jawaban berupa frekuensi berperilaku untuk seiap item pernyataan. Tingkatan jawaban yang dimaksud, yaitu: “Tidak Pernah” melakukan tindakan tertentu (TP), dan “Ya” melakukan tindakan tertentu. Rentang jawaban “Ya” dipaparkan lagi menjadi beberapa alternatif jawaban, yaitu: jarang (JR), kadang-kadang (KD), sering (SR) dan selalu (SL), (Arikunto, 2002: 129). Setiap jawaban alternatif diberi bobot skor dengan nilai kuantitatif 5, 4, 3, 2, 1 untuk jawaban pernyataan positif dan 1, 2, 3, 4, 5 untuk jawaban pernyataan negatif (Sukardi, 2003:147). Setelah membuat kuesioner, peneliti perlu memperhatikan validitas dan reliabilitas kuesioner sebagai alat ukur.

2. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas

(69)

yang akan digunakan sungguh-sungguh dapat mengukur isi dari domain yang mau diukur (Suparno, 2000: 28).

Sukardi, (2003:123) juga mengungkapkan bahwa validitas isi adalah “derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin diukur”. Jadi, instrumen penelitian dikatakan valid apabila item -item kuesioner dapat menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur. Dalam penelitian ini, validitas isi dimaksudkan untuk mengukur apakah item -item pernyataan dalam kusioner yang dibuat oleh peneliti mampu mengukur isi dari kisi -kisi kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Kisi --kisi kuesioner mencakup kompetensi yang ingin dicapai, tujuan bimbingan klasikal, dan indikator -indikatornya. Dengan demikian, kuesioner dikatakan mempunyai validitas isi, jika item -item pernyataan mampu mengukur kompetensi yang ingin dicapai dan nampak dari setiap indikator-indikatornya.

Uji validitas isi dilakukan melalui dua prosedur, yaitu:

1) Penilaian Ahli (Expert Judgement) oleh Drs. Sigit Pawanta SVD, MA sebagai dosen pembimbing I dan Fajar Santoadi, S.Pd sebagai dosen pembimbing II

(70)

64

setiap item kuesioner yang telah dibuat. Setiap item dalam kuesioner diteliti oleh seorang ahli yang mampu memberikan penilaian terhadap item -item kuesioner yang telah dibuat oleh penel iti. Tujuan dari penilaian ahli, adalah untuk mengetahui apakah item-item yang dibuat oleh peneliti sudah sesuai dengan kisi-kisi kuesioner dan juga untuk mengetahui apakah setiap item yang akan dijawab oleh responden menghasilkan data yang dapat menjawab tujuan dari penelitian. Jika setiap item yang diteliti sesuai kisi -kisi kuesioner dan dapat menjawab tujuan penelitian, maka item -item tersebut dikatakan valid.

2) Uji validitas empirik dengan mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total

(71)

XY = jumlah hasil perkalian nilai X dan nilai Y

Sebagai kriteria penilaian item berdasar kan korelasi skor-skor setiap item dan skor total skala, digunakan batasan minimal 0,30. Jadi, item yang memiliki = 0,30 dianggap valid/sahih. Kuesioner diujicobakan pada kelas XI IPS I SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007, yang berjumlah 32 siswa. Setelah melakukan uji coba, peneliti mengolah data uji validitas item dengan bantuan program SPSS (Statistical Programme For Social Sciences).

b. Reliabilitas

(72)

66

signifikansi 5%. Korelasi Pearson digunakan untuk menguji koefisien korelasi, karena sampel dalam penelitian ini lebih dari 30 orang dan kondisi data normal, dalam arti saat responden diberi kuesio ner sedang tidak dalam pengaruh apapun (Nugroho dalam Sudjana, 2005:35). Ancar-ancar besar koefisien reliabilitas menggunakan patokan pada tabel 3 (Nugroho, dalam Sudjana 2005:35).

Tabel 3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi Kalsifikasi

1 Sempurna

0,91-0,99 Sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

0,00-0,20 Sangat Rendah

Untuk menguji taraf reliabilitas suatu alat ukur secara keseluruhan diperoleh dengan menggunakan formulasi koreksi dengan rumus Spearman –Brown (Masidjo, 1995:219), dengan rumus sebagai berikut:

tt

r Koefisien reliabilitas 

gg

r koefisien korelasi item gasal dan genap

rtt 1,042 atas dasar signifikasi 5% untuk N =32 dituntut

(73)

pada taraf signifikasi 5% (0,98 >0,349) dengan kategori sempurna. Jadi dapat dikatakan alat ukur yang digunakan dalam penelitian in i adalah reliabel.

Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan selanjutnya kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian diuji cobakan terlebih dahulu agar memenuhi syarat -syarat sebagai alat ukur yang baik, yaitu valid dan reliabel (Azwar, 2004). Hasil ujicoba mengungkapkan bahwa, ada 109 item yang valid, dan 63 item yang tidak valid. Dengan demikian, penelitian dilakukan berdasarkan 109 item pernyataan. Pengambilan kelas untuk uji coba kuesioner dilakukan dengan mengambil jam mata pelajaran lain, ha l ini dilakukan karena, jika menggunakan jam Bimbingan Konseling waktu pengisian kuesioner sangat kurang, sehingga siswa tidak dapat mengisi kusioner dengan teliti. Hasil perhitungan validitas dapat dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 87, sedangkan kuesioner tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang pribadi-sosial dapat dilihat pada lampiran 3, halaman 100.

D. Prosedur Pengumpulan Data

(74)

68

pengisian kuesioner dilaksanakan di sekolah. Sebelum kuesioner dibagikan, peneliti memberikan penjelasa n maksud dan tujuan dari kuesioner. Peneliti memberikan penjelasan kepada siswa mengenai petunjuk pengerjaan kuesioner dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk membaca, serta menanyakan hal -hal yang belum dimengerti tentang kuesioner tersebut. Pembagi an dan penjelasan tujuan kuesioner serta pengisiannya dilaksanakan dengan menggunakan waktu jam mata pelajaran tertentu secara bergantian setiap kelasnya. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap kelas kurang lebih 90 menit. Jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian di setiap kelas dijelaskan pada tabel 4.

Tabel 4

Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007

Kelas Tanggal Waktu Jumlah

siswa yang hadir

Jumlah siswa yang tidak hadir XI IPS II 06-12-2006 08.00-09.30 31 siswa 3 orang XI IPA I 06-12-2006 09.30-11.00 17 siswa 0

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan mengikuti langkah -langkah sebagai berikut:

(75)

c. Menjumlahkan skor total dari masing -masing subyek untuk semua item

d. Menghitung skor maksimal yang seharusnya didapatkan oleh siswa sebagai acuan untuk menilai efektivitas (perilaku mana yang sudah mampu dilakukan oleh sis wa) sebagai indikator efektivitas pelaksanaan Bimbingan Klasikal bidang personal -sosial

e. Menghitung persentil tingkat efektivitas program kegiatan bimbingan klasikal bagi siswa dengan cara membagi skor yang diperoleh dengan skor yang seharusnya didapat oleh setiap subjek dan dikalikan 100%. Hasil persentase tingkat efektivitas program kegiatan bimbingan klasikal bagi siswa dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 124.

(76)

70

Tabel 5

Penggolongan Kategori Skor Efektivitas Program Bimbingan Klasikal bagi Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun

Ajaran 2006/2007

Kategori Alternatif Jawaban Persentil

Sangat Rendah Tidak Pernah = 20

Rendah Jarang = 20-50

Cukup Kadang-Kadang = 50-70

Tinggi Sering = 70-90

Sangat Tinggi Selalu = 90- 100

g. Menghitung skor -skor yang diperoleh pada setiap item dalam kelompok indikatornya dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dan membandingkannya dengan skor maksimal, sehingga diketahui aspek perilaku mana yang sudah dapat dilakukan (efektif) dan perilaku mana yang belum dapat dilakukan (tidak efektif).

h. Menyimpulkan kategori kemampuan personal -sosial siswa tingkat dan efektivitas bimbingan klasikal personal -sosial dengan acuan sebagai berikut: Tabel 6.1

Pengelompokkan Deskripsi Kemampuan Personal -Sosial dan

Tingkat Efektivitas Program Bimbing an Klasikal Bagi Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007

Kemampuan Personal-Sosial Siswa

Tingkat Efektivitas Bimbingan Klasikal Personal-Sosial

Persentil Kategori Jumlah Siswa Persentase Kategori

= 20 Sangat Rendah 0 0 % Sangat Tidak

Efektif

= 20-50 Rendah 0 0% Kurang Efektif

= 50-70 Cukup 1 2,08% Cukup Efektif

= 70-90 Tinggi 38 79,16% Efektif

(77)
(78)

62 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal-sosial bagi para siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu kelas XI tahun ajaran 2006/2007 dilakukan kepada 48 subyek penelitian, dengan rincian laki-laki 18 siswa dan perempuan 30 siswa.

Tingkat efektivitas program bimbingan klasikal bidang personal-sosial bagi para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur, Sedayu tahun ajaran 2006/2007 merupakan masalah utama yang diteliti dalam penelitian ini.

(79)

Tabel 6.2

Pengelompokkan Deskripsi Perilaku Personal -Sosial dan Tingkat Efektivitas Program Bimbingan Klasikal Bagi Siswa Kelas X

SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007 Perilaku

Personal-Sosial Siswa

Tingkat Efektivitas Bimbingan Klasikal Personal-Sosial

Persentil Kategori Jumlah Siswa Persentase Kategori

= 20 Sangat Rendah 0 0 % Sangat Tidak

Efektif

= 20-50 Rendah 0 0% Kurang Efektif

= 50-70 Cukup 1 2,08% Cukup Efektif

= 70-90 Tinggi 38 79,16% Efektif

= 90- 100 Sangat Tinggi 9 18,75% Sangat Efektif

Tabel 6.2 menggambarkan bahwa, mayoritas (79,16%) siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2006/2007 memiliki perilaku perso nal-sosial yang tinggi. Dengan demikian, disimpulkan bahwa layanan bimbingan klasikal yang diselenggarakan oleh guru BK efektif, meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan ada faktor lain yang membentuk perilaku personal-sosial siswa, seperti faktor bimbingan yang dilakukan oleh orang tua di rumah.

(80)

64

muncul, kemudian digolongkan ke dalam kategori yang menunjukkan kemampuan personal -sosial siswa (Sudjana, 2005:50).

B. Pembahasan

(81)

Hasil analisis penelitian ini mengatakan bahwa, siswa yang menunjukkan perilaku personal -sosial dengan kategori sangat rendah dan rendah tidak ada (0%). Siswa yang menunjukkan perilaku personal -sosial dengan kategori tinggi ada 38 siswa dengan persentase 79,16%, kategori sangat tinggi ada 9 siswa dengan persentase 18,75 % dan dengan kategori cukup ada 1 siswa dengan per sentase 2,08%. Hal ini menunjukkan bahwa, bimbingan klasikal bidang personal -sosial yang diselenggarakan oleh guru BK dapat membentuk perilaku personal -sosial siswa dengan kategori tinggi pada 38 siswa, sangat tinggi pada 9 siswa dan cukup pada 1 siswa, tetapi tidak diketahui seberapa besar sumbangan dari penyelenggaraan bimbingan klasikal dalam membentuk perilaku personal -sosial siswa tersebut, demikian juga dengan sumbangan dari faktor lainnya, seperti peranan orang tua dalam membimbing dan mendampingi a nak di rumah, berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua.

(82)

66

Tabel 7

Urutan Persentase Aspek-Aspek Perilaku Personal-Sosial siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2006/2007

Gambar

Tabel 1 subjek Penelitian Siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu
Tabel 3 Klasifikasi Koefisien Korelasi
Tabel 4
Tabel 5
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada setiap kelompok umur, proporsi remaja putri yang sudah menarche lebih tinggi pada kelompok yang memiliki tinggi badan normal dibandingkan remaja putri yang pendek..

Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf b mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, akademik, kemahasiswaan, kepegawaian,

Untuk mempermudah kita dalam memahami cara kerja dari pemantau ruangan dan sistem keamanan ruangan penyimpanan barang-barang berharga dengan menggunakan mikrokontroler

(3) Anggota Senat yang berasal dari wakil dosen dari setiap fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas 3 (tiga) orang wakil dosen yang profesor

Tersedia data base Pemakai (jumlah pengunjung, jumlah peminjam koleksi, jumlah koleksi perpustakaan yang dipinjam, jumlah pengguna.

Meski demikian, upaya mencapai pro-poor growth, tidak dapat dilepaskan dari kandungan unsur strategi pembangunan yang pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro- environment,

Jadi, perangkat transmisi Uplink berfungsi sebagai pemroses suara dan gambar televisi dari studio televisi ataupun sinyal baseband dari sentral Telekomunikasi untuk dijadikan

Tarigan, Henry Guntur (2008), Berbicara Sebagai Suatu keterampilan Berbahasa, Angkasa, bandung... Teaching Reading, Thinking, Study Skills in Content