• Tidak ada hasil yang ditemukan

150 STATUS TINGGI BADAN PENDEK BERISIKO TERHADAP KETERLAMBATAN USIA MENARCHE PADA PEREMPUAN REMAJA USIA 10-15 TAHUN (STUNTING INCREASED RISK OF DELAYING MENARCHE ON FEMALE ADOLESCENT AGED 10-15 YEARS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "150 STATUS TINGGI BADAN PENDEK BERISIKO TERHADAP KETERLAMBATAN USIA MENARCHE PADA PEREMPUAN REMAJA USIA 10-15 TAHUN (STUNTING INCREASED RISK OF DELAYING MENARCHE ON FEMALE ADOLESCENT AGED 10-15 YEARS)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STATUS TINGGI BADAN PENDEK BERISIKO TERHADAP KETERLAMBATAN USIA MENARCHE PADA PEREMPUAN REMAJA USIA 10-15 TAHUN

(STUNTING INCREASED RISK OF DELAYING MENARCHE ON FEMALE ADOLESCENT AGED 10-15 YEARS)

Nurillah Amaliah1, Kencana Sari1 dan Bunga Ch. Rosha1

ABSTRACT

Age of first menstrual period (menarche), as a sign of puberty, was varies among female adolescents. Menarche in Indonesia was moving toward a younger age. However, some are still having menarche in later age. To analyze the relationship between the height status and age of menarche among female adolescents aged 10-15 years in Indonesia. The Basic Health Research (Riskesdas) data 2010, a cross-sectional survey data, were analyzed using samples consisted of female adolescent aged 10-15 years. Data analysis was performed in univariate, bivariate with T test and Anova test. Of 13,550 respondents, 48.2 percent had experienced menarche at average age of 12.39 ± 1.08 years. The mean age of menarche of stunted female adolescents was significantly delayed than that of normal female adolescents. The mean age of menarche of female adolescents in higher economic status group was significantly earlier than that of the middle and lower economic status groups. In all age groups, the proportion of female adolescents had experienced menarche are greater in normal height group than that of stunted group. Therefore, the nutritional status of female adolescence should be paid serious attention.

Keywords: menarcheal age, stunting, female adolescent

ABSTRAK

Usia menstruasi pertama (menarche), sebagai tanda pubertas, berbeda pada setiap perempuan remaja. Perkembangan usia menarche di Indonesia semakin menuju ke usia yang lebih muda. Namun, masih ada yang mengalami menarche lambat. Untuk mengetahui hubungan status tinggi badan dan menarche pada perempuan remaja usia 10-15 tahun. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), data survey cross sectioanal dianalisis menggunakan sampel yang terdiri dari perempuan dengan pendekatan kuantitatif dan desain cross-sectional. Sampel adalah perempuan remaja usia 10–15 tahun. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan uji T dan uji Anova. Dari 13.550 responden di Indonesia sebesar 48,2 persen sudah mengalami menarche pada usia rata-rata 12,39±1,08 tahun. Rata-rata usia menarche perempuan remaja berstatus tinggi badan pendek secara signifikan lebih lambat dibandingkan perempuan remaja yang berstatus tinggi badan normal. Rata-rata usia menarche perempuan remaja pada kelompok status sosial ekonomi tinggi, lebih muda dibandingkan dengan perempuan remaja status ekonomi menengah dan rendah. Pada setiap kelompok umur, proporsi remaja putri yang sudah menarche lebih tinggi pada kelompok yang memiliki tinggi badan normal dibandingkan remaja putri yang pendek. Oleh karena itu status gizi remaja putri harus mendapat perhatian serius. [Penel Gizi Makan 2012, 35(2): 150-158]

Kata kunci: usia menarche, stunting, perempuan remaja

(2)

PENDAHULUAN

erbaikan kondisi sosial ekonomi yang terjadi pada abad ke-20 menghasilkan permulaan waktu pubertas pada

anak-anak menjadi lebih awal,

ditandai dengan usia menarche yang semakin dini.1 Menurut World Health Organization (WHO), menarche yang makin dini memungkinkan remaja putri lebih cepat bersentuhan dengan kehidupan seksual sehingga kemungkinan remaja untuk hamil dan menjadi seorang ibu semakin besar. Kesehatan remaja memiliki efek antar-generasi. Sebaliknya, menarche yang lambat

juga berdampak terhadap lambatnya

kematangan fisik, baik hormon maupun organ tubuh. Bayi yang lahir dari orangtua yang masih remaja, belum matangnya organ reproduksi, memiliki risiko lebih tinggi menjadi underweight dan bahkan akan mengalami kematian, di samping juga akan menderita kerugian sosial ekonomi yang dihadapi oleh orangtuanya.2 Selain itu juga,

menarche yang lambat dalam jangka

panjang akan meningkatkan risiko

perempuan terserang osteoporosis karena lambatnya produksi estrogen yang akan mempengaruhi penentuan massa tulang.3 Dari sisi psikososial, datangnya menarche, baik tepat waktu maupun tidak akan membuat remaja putri menanggung risiko bila tuntutan konteks sosial tertentu tidak sesuai dengan karakteristik fisik dan sosial mereka.4

Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa usia menarche terjadi lebih cepat. Berdasarkan Karapanou & Papadimitriou, di Amerika Serikat, anak-anak menjadi dewasa setahun lebih awal daripada anak-anak di negara Eropa, rata-rata usia menarche menurun dari 14,2 tahun pada tahun 1900 menjadi kira-kira 12,45 tahun.1 Penelitian Aribowo menunjukkan usia menarche pada siswi SMP di Kabupaten Pati rata-rata adalah 12,2 tahun.5 Sementara hasil penelitian Lusiana dan Dwiriani menunjukkan rata-rata usia menarche pada siswi SD di Bogor adalah 10,3 tahun.6 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2010, rata-rata usia menarche pada

perempuan usia 10-59 tahun di Indonesia adalah 13 tahun (20,0%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun.7

Usia menarche dipengaruhi salah satunya oleh status gizi perempuan remaja sebelumnya. Hasil penelitian Simondon et al di Senegal menunjukkan bahwa remaja putri yang pendek (stunting) secara signifikan

mengalami keterlambatan usia menarche 1,6 tahun dibandingkan dengan yang lebih tinggi atau tidak pendek.8 Pada populasi penelitian Leenstra et al di Kenya Barat, remaja yang terlambat menarche rata-rata dialami oleh

remaja yang mengalami malnutrisi

dibandingkan remaja pada umur yang sama tetapi memiliki status gizi yang normal. Populasi ini mengalami menarche dan permulaan pubertas terlambat sekitar 1,5-2

tahun dibandingkan dengan populasi

referensi di US.9 Di Indonesia, penelitian Yulianto menunjukkan bahwa responden dengan status gizi normal (indeks TB/U) sebagian besar menarche pada usia <12,5 tahun (62,26 %) dan responden dengan status gizi stunting sebagian besar pada usia >12,5 tahun (94,12 %). Terdapat perbedaan bermakna usia menarche pada responden status gizi normal dan stunting.10 Berdasarkan data Riskesdas 2010 masalah

stunting di Indonesia masih tinggi, yaitu pada

anak umur 6-12 tahun adalah 35,6% dan pada anak umur 13-15 tahun adalah 35,2%.7 Usia menarche juga dipengaruhi oleh status ekonomi keluarga. Berdasarkan Wronka & Pawlinska, anak perempuan di Polandia yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi mempunyai usia

menarche lebih dini daripada anak

perempuan dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.11 Penelitian Paracada et al di Kosovo juga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara umur

menarche remaja putri dengan status sosial

ekonomi keluarga.12

Bertitik tolak dari hal di atas dan belum adanya analisis lanjut data dari hasil Riskesdas tahun 2010 mengenai usia

menarche kaitannya dengan masih tingginya

masalah stunting pada remaja di Indonesia, maka perlu dilakukan suatu kajian. Analisis ini bertujuan untuk mengkaji hubungan status tinggi badan remaja usia 10-15 tahun dengan usia menarche.

METODE

Desain

Analisis ini dilakukan dengan

pendekatan kuantitatif dan desain

cross-sectional. Sumber data yang digunakan

dalam analisis ini adalah data sekunder hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan,

(3)

Populasi dan Sampel

Populasi dalam analisis ini adalah remaja putri usia 10-15 tahun yang terdapat pada data Riskesdas 2010 di Indonesia, yaitu sebanyak 14.041 orang. Remaja yang diambil sebagai sampel memiliki kriteria inklusi usia remaja 10-15 tahun dan mempunyai data lengkap sesuai variabel penelitian.

Sementara kriteria eksklusi adalah

status menikah dan sedang hamil.

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, maka diperoleh jumlah remaja putri sebanyak 13.550 orang.

Variabel

Variabel dependen dalam analisis ini adalah usia menarche pada remaja putri usia 10-15 tahun. Variabel independen ini adalah status gizi berdasarkan indeks TB/U dan

keadaan sosial ekonomi keluarga

berdasarkan kuintil.

Manajemen dan Analisis Data

Manajemen data meliputi tahap

editing, cleaning, dan coding serta processing. Pengkategorian variabel-variabel tersebut di antaranya adalah: data usia

menarche diperoleh dari keadaan remaja

putri yang sudah atau belum menarche. Usia

menarche dikelompokkan menjadi usia 7-9

tahun, 10 tahun, 11 tahun dan ≥12 tahun. Data mengenai status gizi (indeks TB/U) diperoleh dari data pengukuran tinggi badan, selanjutnya diolah dengan menggunakan

software WHO Anthro Plus. Data tersebut

dikategorikan menjadi status tinggi badan normal (bila z score ≥ -2) dan status tinggi badan pendek (bila z score< -2). Data keadaan sosial ekonomi, menurut BPS, berdasarkan kuintil dikelompokkan menjadi

sosek tinggi (kuintil 4 dan 5), menengah (kuintil 3) dan rendah (kuintil 2 dan 1).

Prosedur analisis data diawali dengan melakukan seleksi umur remaja, seleksi dari setiap variabel, terutama status tinggi badan remaja dan seleksi data sosial ekonomi berdasarkan kuintil. Tujuan analisis yang dilakukan adalah untuk melihat sebaran masalah pendek dan tidak pendek menurut status sosial ekonomi pada remaja; melihat sebaran remaja menurut usia menarche dan usia remaja pada saat ini; serta menghitung rata-rata usia menarche menurut usia remaja dan status tinggi badan remaja. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi data, yaitu frekuensi masing-masing variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata usia

menarche pada setiap kelompok status gizi

dengan menggunakan uji T independen karena kelompok status gizi terdiri dari 2 kategori dan uji Anova untuk kelompok status sosial ekonomi karena kelompok ini terdiri dari 3 kategori.

HASIL

Karakteristik Responden

Hasil analisis untuk karakterisik responden dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel tersebut menunjukkan bahwa persentase responden terdistribusi hampir merata pada setiap umur (10-15 tahun), yaitu berkisar 15,6 persen sampai 18,8 persen. Usia

menarche paling cepat adalah 7 tahun dan

paling lambat adalah 15 tahun. Rata-rata usia menarche responden adalah 12,39 ±

1,08 tahun. Lebih dari setengahnya

merupakan responden yang belum

menarche (51,8%). Terdapat 37 persen

(4)

Tabel 1

Karakteristik Responden

No Variabel n %

1 Usia Responden

- 10 tahun 2550 18,8

- 11 tahun 2171 16,0

- 12 tahun 2158 15,9

- 13 tahun 2270 16,8

- 14 tahun 2286 16,9

- 15 tahun 2115 15,6

2 Kategori Usia Menarche

- 7-9 tahun 36 0,3

- 10 tahun 221 1,6

- 11 tahun 906 6,7

- ≥12 tahun 5372 39,6

- Belum menarche 7015 51,8

3 Status Tinggi Badan

- Normal 8531 63,0

- Pendek 5019 37,0

4 Status Sosek

- Tinggi 4147 30,6

- Menengah 2679 19,8

- Rendah 6724 49,6

Hubungan Status Tinggi Badan dengan Usia Menarche

Rata-rata usia menarche berdasarkan status tinggi badan dan usia responden yang sudah menarche dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa pada setiap usia responden, responden dengan status tinggi badan normal memiliki rata-rata

usia menarche lebih cepat dibandingkan dengan responden dengan status tinggi badan pendek. Sebagai contoh, pada responden usia 13 tahun yang sudah

menarche, rata-rata usia menarche-nya

adalah 12,18±0,77 tahun pada status tinggi badan normal, sedangkan pada status tinggi badan pendek adalah 12,25±0,69 tahun.

Tabel 2

Rata-rata Usia Menarche Menurut Status Tinggi Badan dan Usia Responden yang Sudah Menarche

Status Tinggi Badan

Usia Remaja (tahun)

Total

10 11 12 13 14 15

Normal 9,85±0,43 10,76±0,47 11,56±0,61 12,18±0,77 12,59±0,95 12,86±1,07 12,33±1,07 Pendek 9,88±0,34 10,82±0,45 11,60±0,63 12,25±0,69 12,75±0,94 12,94±1,13 12,53±1,08

Dari total responden yang sudah

menarche juga menunjukkan bahwa

rata-rata usia menarche responden dengan

status tinggi badan normal adalah

12,33±1,07 tahun lebih cepat dibandingkan dengan status tinggi badan pendek, yaitu

(5)

Tabel 3

Uji T Rata-rata Usia Menarche Menurut Status Tinggi Badan Remaja

Status Tinggi Badan

Mean SD SE p value

Normal 12,33 1,07 0,016 0,0005*

Pendek 12,53 1,08 0,025

*pvalue< 0,05

Tabel 4 menunjukkan proporsi

resaponden yang sudah menarche menurut usia dan status tinggi badannya. Pada tabel tersebut menggambarkan bahwa perbedaan proporsi responden yang sudah menarche (baik status tinggi badan normal maupun

pendek) mulai tampak pada usia 11 tahun. Responden dengan status tinggi badan normal mempunyai proporsi yang sudah

menarche lebih banyak, yaitu mencapai 16

persen, sedangkan yang status tinggi badan pendek hanya 5,2 persen.

Tabel 4

Proporsi Responden yang Sudah Menarche Menurut Usia dan Status Tinggi Badan

Usia Status Tinggi Badan

Normal Pendek

10 2,7% 1,5%

11 16,0% 5,2%

12 44,7% 21,0%

13 74,1% 50,3%

14 90,1% 74,8%

15 97,1% 93,2%

Total 54,3% 37,8%

Hasil tabel di atas juga diperjelas pada Gambar 1, terlihat bahwa garis grafik

proporsi yang sudah menarche pada

responden dengan status tinggi badan normal berada di atas garis responden

dengan status tinggi badan pendek. Hal ini juga menunjukkan bahwa responden yang belum menarche lebih banyak pada status tinggi badan pendek.

Gambar 1

Proporsi Responden yang Sudah Menarche Menurut Usia dan Status Tinggi Badan

0 20 40 60 80 100 120

10 11 12 13 14 15

P

rop

ors

i

(%)

Usia Responden (tahun)

normal

(6)

Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Usia Menarche

Rata-rata usia menarche responden berdasarkan status sosial ekonomi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata usia menarche responden dengan status sosial ekonomi tinggi adalah 12,24±1,07 tahun lebih cepat

dibandingkan dengan status ekonomi

menengah dan rendah masing-masing

12,41±1,06 tahun dan 12,49±1,08 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan usia menarche di antara ketiga kelompok status sosial ekonomi responden. Analisis lebih lanjut membuktikan bahwa kelompok yang berbeda signifikan adalah tingkat sosial ekonomi tinggi dan menengah, serta sosial ekonomi tinggi dan rendah.

Tabel 5

Uji Anova Rata-rata Usia Menarche Menurut Status Sosek Remaja

Status Gizi Mean SD 95% CI p value

Tinggi 12,24 1,07 12,20-12,29 0,0005*

Menengah 12,41 1,06 12,35-12,47

Rendah 12,49 1,08 12,45-12,53

*pvalue< 0,05

BAHASAN

Masa remaja adalah masa yang ditandai dengan perubahan dramatis dalam kehidupan setiap manusia. Salah satu karakteristiknya adalah pertumbuhan yang sangat cepat selama periode ini. Periode ini membutuhkan energi dan zat gizi cukup

yang mendukung pertumbuhan dan

perkembangan sehingga dapat menjaga kesehatan dengan baik. Kejadian gizi buruk sering terjadi mulai dari masa kehamilan, masa kanak-kanak dan bahkan berlanjut ke dewasa. Dampak gizi buruk akan terus terbawa pada setiap periodenya. Remaja perempuan, yang nantinya akan menjadi ibu, rentan terhadap kekurangan gizi. Meskipun membutuhkan energi dan zat gizi untuk pertumbuhan yang cepat, banyak remaja perempuan yang cenderung mengurangi berat badan dengan membatasi asupan makanan mereka hanya untuk persepsi body image yang bagus.13

Menurut Brown pada masa remaja terjadi peningkatan massa tubuh (otot, tulang, lemak dan berat badan) serta perubahan-perubahan biokimiawi hormonal yang merupakan hasil dari pubertas. Dengan ciri spesifik itu, kebutuhan energi dan zat gizi di usia remaja ditujukan untuk deposisi jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat gizi remaja juga lebih tinggi

dibandingkan dengan rentang usia

sebelumnya dan sesudahnya. Masa remaja

merupakan tahap transisi penting

pertumbuhan dari masa anak-anak menuju dewasa. Gizi seimbang pada masa tersebut

akan sangat menentukan kematangannya di masa depan.14

Kurniawan, Muslimatun, Achadi dan

Sastroamidjojo menyatakan bahwa

malnutrisi kronis yang terjadi sebelumnya salah satunya akan mengakibatkan stunting pada kehidupan selanjutnya dan hal ini merupakan konsekuensi yang merugikan pada periode remaja. Anak-anak yang

stunting akan menjadi stunting selama masa

remaja dan dewasa.13 Hal ini pastinya juga

akan mempengaruhi perkembangan

reproduksinya atau masa pubertas. Salah satu tanda pubertas pada remaja perempuan adalah adanya menstruasi yang pertama kali, yang disebut menarche.

Menarche yang merupakan salah satu

perkembangan reproduksi dipengaruhi status gizi. Status tinggi badan yang pendek akan

mempengaruhi perkembangan

reproduksinya. Menurut Dacey & Kenny,

penurunan kalori dan protein serta

kekurangan unsur gizi lainnya yang

berlangsung sejak usia pra-pubertas akan

menurunkan produksi hormon yang

berkaitan dengan timbulnya menstruasi.15 Berdasarkan hasil analisis dalam studi ini diperoleh bahwa remaja berstatus gizi

stunting mengalami menarche lebih lambat

dari remaja yang berstatus gizi normal. Studi ini juga menggambarkan bahwa perbedaan proporsi responden yang sudah menarche (baik status gizi normal maupun pendek)

mulai tampak pada usia 11 tahun.

(7)

Menurut Frisch dan Revelle dalam Karapanou and Papadimitriou, seorang anak perempuan yang tinggi, biasanya mencapai

kematangan seksual lebih dahulu

dibandingkan dengan anak perempuan yang lebih pendek, karena anak perempuan yang lebih tinggi mempunyai status gizi yang lebih

baik sehingga memacu pertumbuhan

hormon dan memacu datangnya menarche lebih awal.1

Berdasarkan hasil analisis dari total

responden yang sudah menarche,

menunjukkan bahwa rata-rata usia menarche responden dengan status tinggi badan normal adalah 12,33±1,07 tahun lebih cepat dibandingkan dengan status tinggi badan pendek, yaitu 12,53±1,08. Hasil uji statistik

memperlihatkan ada perbedaan yang

signifikan rata-rata usia menarche remaja yang berstatus tinggi badan normal dengan yang pendek. Hasil analisis ini sejalan

dengan penelitian Aribowo yang

menunjukkan ada hubungan negatif antara status gizi berdasarkan indeks TB/U dengan usia menarche (p:0,002; r:0,319), yang berarti makin tinggi status gizi, semakin cepat usia menarche-nya.5

Penelitian Yulianto juga menunjukkan bahwa responden dengan status gizi normal (indeks TB/U) sebagian besar menarche pada usia <12,5 tahun (62,26 %) dan responden dengan status gizi stunting sebagian besar pada usia >12,5 tahun (94,12 %). Terdapat perbedaan bermakna usia menarche pada responden status gizi normal dan stunting.10 Menurut Riyadi dalam Lusiana dan Dwiriani bahwa remaja putri yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada masa

sebelum pubertas (prapubertas)

dibandingkan dengan remaja yang kurang gizi. Remaja yang kurang gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama karena

itu menarche juga tertunda.6 Dibandingkan

dengan remaja yang terlambat, anak-anak perempuan yang lebih cepat dewasa lebih pendek dan gemuk, sementara anak-anak perempuan yang dewasa lebih lambat lebih tinggi dan langsing.4

Status sosial ekonomi keluarga

mempunyai peran yang cukup tinggi dalam hal percepatan umur menarche saat ini. Hal ini berhubungan karena tingkat sosial

ekonomi pada suatu keluarga akan

mempengaruhi kemampuan keluarga di dalam hal ketersediaan pangan rumah tangga yang berdampak pada kecukupan gizi keluarga, terutama gizi anak perempuan dalam keluarga yang dapat mempengaruhi

usia menarche-nya. Paracada et al

melakukan penelitian di Kosovo antara usia

menarche dengan status sosial ekonomi dan

menemukan perbedaan yang signifikan; terdapat hubungan antara umur menarche remaja putri dengan status sosial ekonomi keluarga.12 Sementara penelitian yang dilakukan Bagga juga mendapatkan hasil penelitian serupa, yaitu adanya hubungan antara umur menarche remaja putri di India dengan status sosial ekonomi keluarganya, di mana status ekonomi keluarga yang rendah berkaitan dengan usia menarche yang lebih lambat pula.16

Hasil penelitian di atas sejalan dengan hasil studi ini, di mana rata-rata usia

menarche responden berdasarkan status

sosial ekonomi menunjukkan bahwa rata-rata usia menarche responden dengan status sosial ekonomi tinggi adalah 12,24±1,07 tahun lebih cepat dibandingkan dengan status ekonomi menengah dan rendah masing-masing 12,41±1,06 tahun dan 12,49±1,08 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan usia

menarche di antara ketiga kelompok status

sosial ekonomi responden. Analisis lebih lanjut membuktikan bahwa kelompok yang berbeda signifikan adalah tingkat sosial ekonomi tinggi dan menengah, serta sosial ekonomi tinggi dan rendah. Wronka & Pawlinska mengungkapkan bahwa anak perempuan dari keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi mempunyai usia

menarche lebih dini daripada anak

perempuan dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah.11 Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Gad & El-Ghany di Kota Mansoura, Mesir, bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan di mana remaja yang telah menarche lebih banyak terjadi pada remaja dengan tingkat sosial ekonomi tinggi dan menengah dibandingkan dengan tingkat sosial ekonomi rendah.17

KESIMPULAN

Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata usia menarche remaja yang berstatus tinggi badan normal dengan yang pendek. Rata-rata usia menarche remaja dengan tinggi badan normal lebih cepat dari remaja pendek.

Terdapat juga perbedaan usia

menarche di antara ketiga kelompok status

(8)

Pada setiap kelompok umur, remaja putri yang memiliki tinggi badan normal (tidak pendek) memiliki proporsi yang sudah menarche lebih tinggi daripada remaja putri yang pendek.

SARAN

1. Status gizi remaja putri harus mendapat perhatian serius dengan memperhatikan konsumsi gizi sejak usia dini sehingga

tidak mengalami keterlambatan

menarche dan gangguan pertumbuhan

dan perkembangan reproduksi lainnya. 2. Untuk mendapatkan usia menarche yang

tepat, maka status gizi remaja harus baik (tidak pendek). Status gizi pendek merupakan akibat kekurangan gizi kronis (dalam waktu lama) sehingga perlu ditingkatkan pencegahan status gizi

pendek sejak dini (sejak dalam

kandungan) sehingga kelak ketika

remaja memiliki status tinggi badan yang normal dan mendapatkan menstruasi pada usia yang tepat.

3. Remaja/ibu hamil yang mempunyai

status gizi pendek harus lebih

diperhatikan, terutama pada saat

perawatan antenatal sebagai upaya

pencegahan terhadap komplikasi

kelahiran dan pertumbuhan anak yang buruk.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia yang telah memberikan izin dalam penggunaan data Riskesdas 2010 dan Bapak DR. Abas B. Jahari yang telah membimbing dalam penulisan artikel ini.

RUJUKAN

1. Karapanou O, Papadimitriou A.

Determinants of menarche. Reprod

Biol Endocrinol. 2010; 8:115. In

http://www.rbej.com/content/8/1/115. (diunduh 5 November 2012).

2. World Health Organization (WHO).

Adolescent Health. In

http://www.who.int/topics/adolescent_h ealth. (diunduh 5 November 2012).

3. Roesma S. Pencegahan Dini

Osteoporosis. Jakarta: Citra

Pendidikan, 2005.

4. Santrock JW. Adolescence:

Perkembangan Remaja. Edisi ke-6.

Jakarta: Erlangga, 2003.

5. Aribowo AA. Hubungan status gizi (indeks BB/TB dan TB/U) dengan usia

menarche pada siswi SMP Negeri di

Kecamatan Pati Kabupaten Pati.

Skripsi. Semarang: Universitas

Diponegoro, 2004.

6. Lusiana SA, Dwiriani CM. Usia

menarche, konsumsi pangan, dan

status gizi anak perempuan Sekolah Dasar di Bogor. Jurnal Gizi dan

Pangan. 2007; 2(3): 26-35.

7. Kementerian Kesehatan, Badan

Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes, 2010.

8. Simondon KB, Simondon F, Simon I, Diallo A, Bénéfice E, Traissac P, et al. Preschool stunting, age at menarche and adolescent height: a longitudinal study in rural Senegal. Eur J Clin Nutr. 1998; 52(6): 412-8. Available from:

http://nature.com/ejcn/journal/v52/n6/a bs/1600577a.html.

9. Leenstra T, Petersen LT, Kariuki SK, Oloo AJ, Kager PA, ter Kuile FO. Prevalence and severity of malnutrition and age at menarche: cross-sectional studies in adolescent schoolgirls in western Kenya. Eur J Clin Nutr. 2003;

59:41-8. Available from:

http://www.nature.com/ejcn/journal/v59 /n1/full/1602031a.html.

10. Yulianto. Perbedaan usia menarche dan siklus menstruasi berdasarkan keadaan status gizi siswi di SLTPN I

Karangawen Kabupaten Demak.

Skripsi. Semarang: Universitas

Diponegoro, 2001.

11. Wronka I, Pawlińska-Chmara R.

Menarcheal age and socio-economic

factors in Poland. Ann Hum Biol. 2005;

32(5): 630-8. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 6316918. (diunduh 5 November 2012). 12. Pacarada M, Lulaj S, Kongjeli G, Obertinca B. Impact of socio-economic factors on the onset of menarche in Kosovar girls. J Chin Clin Med. 2008; 3: 541-9.

(9)

Coastal Area of Tangerang District.

Majalah Kedokteran Indonesia 2007;

57(5): 140-5.

14. Brown JE, Isaacs J, Krinke B, Lechtenberg E, Murtaugh M. Nutrition through the Life Cycle, 2nd edition. USA: Thomson Wadsworth, 2005.

15. Dacey J, Kenny M. Adolescent

Development, 2nd edition. USA: The

Mc Graw-Hill Companies, 1997. 16. Bagga A, Kulkarni S. Age at menarche

and secular trend in Maharashtrian

(Indian) girls. Acta Biologica

Szegediensis. 2000; 44(1-4): 53-7.

http://www2.sci.u-szeged.hu/ABS. Diakses 5 Nov 2012.

17. Gad AH, Abd el-Ghany GM. Effect of socio-economic factors on the onset of

menarche in Mansoura City girls. J Am

Sci. 2012; 8(3): 545-50. In

http://www.jofamericanscience.org/jour

Gambar

Tabel 1 Karakteristik Responden
Gambar 1, terlihat bahwa garis grafik Hasil tabel di atas juga diperjelas pada proporsi yang sudah menarche pada responden dengan status tinggi badan normal berada di atas garis responden
Tabel 5

Referensi

Dokumen terkait

Setiap konsekuen pada aturan yang berbentu IF-THEN harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya, output hasil

 Data Berkala (Data Deret waktu) adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan atau

Burung Kepodang cukup dikenal dalam budaya Jawa, khususnya Jawa Tengah, selain hanya karena Burung Kepodang merupakan fauna identitas provinsi Jawa Tengah, Burung Kepodang juga

Angka kematian neonatal dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko seperti tingkat sosial ekonomi yang berhubungan dengan kelahiran berat bayi lahir rendah,

Daun sorghum akan digunakan sebagai substrat dalam proses hidrolisis enzimatis dan gula reduksi yang dihasilkan akan digunakan sebagai substrat dalam

Tuntutan tersebut menyangkut pembaharuansistem pendidikan, di antaranya pembaharuan kurikulum, yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi daerah

Ringkasan Penelitian dilakukan dengan tu- juan untuk mengidentifikasi dan memban- dingkan keragaman jenis ektoparasit pada ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan mas- koki

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tabel dibawah ini, dapat diketahui variabel tingkat leverage dan ukuran perusahaan (size) berpengaruh secara signfikan. terhadap