• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kausalitas Antara Upah Minimum dan Tingkat Inflasi di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kausalitas Antara Upah Minimum dan Tingkat Inflasi di Kota Medan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA UPAH MINIMUM DAN TINGKAT INFLASI DI KOTA MEDAN

OLEH

Budianto Siallagan 100501096

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas dan kointegrasi antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan, dengan menggunakan data data time series dari tahun 1994-2013. Metode yang digunakan untuk menguji hubungan kausalitas adalah metode kausalitas granger dan metode uji johansen untuk menguji kointegrasi.

Hasil dari analisis data dengan menggunakan eviews 5 menunjukkan bahwa terdapat kointegrasi antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan. Upah minimum dan tingkat inflasi memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang.

Hasil uji kausalitas granger ditemukan adanya hubungan searah antara upah minimum dan tingkat inflasi. Variabel upah minimum mempengaruhi tingkat inflasi, sedangkan variabel inflasi tidak mempengaruhi upah minimum.

(3)

ABSTRACT

This study aims to analyze causality and cointegration among minimum wages and inflation in Medan, using time series data from 1994 until 2013. The method used to test the causality is granger causality method and johansen test method used to test cointegration.

The results of the analyze data with using eviews 5 shows that there is a cointegration between minimum wages and inflation in Medan. Minimum wages and inflation have a long-term equilibrium relationship.

The results of the granger causality test found a direct relationship. Variabel of minimum wages affect the inflation, while the variabel of inflation does not affect the minimum wages.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas sumatera utara.

Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Kausalitas Antara Upah Minimum dan Tingkat Inflasi di Kota Medan”.

Dalam penulisan skripsi ini, Penulis banyak mendapat bantuan serta dorongan dari pihak lain. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang mendukung, membimbing dan membantu Penulis selama penyusunan skripsi ini, yaitu:

1. Kepada kedua orangtua yang sangat Penulis sayangi, Ayahanda Endi Siallagan dan Ibunda Hurlan Sitorus, S.Pd. yang telah banyak memberikan dukungan, doa, dan semangat selama ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ac.,Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E., M.Soc.Sc., Ph.D. selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen pembimbing Penulis yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier Hasibuan, MP. selaku Dosen Pembanding I, dan Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Pembanding II yang telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan, yang telah memberikan ilmu dan perhatiannya kepada Penulis selama mengikuti perkuliahan selama ini.

(6)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya.

Medan, 21 juli 2014 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

ABSTRACT………... ii

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI ……..……….. v

DAFTAR TABEL……….. vii

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Inflasi ………... 6

2.1.1 Defenisi Inflasi ……….... 6

2.1.2 Indikator Inflasi ………... 6

2.1.3 Jenis-jenis Inflasi ………. 7

2.1.4 Teori-teori Inflasi………... 9

2.2Upah ……….. ….. 11

2.2.1 Defenisi Upah………... 11

2.2.2 Jenis-jenis Upah……… 11

2.2.3 Teori-teori upah……….... 15

2.3Hubungan antara Upah Minimum dan Inflasi …………. 15

2.4Tinjauan Penelitian Sebelumnya ………...………….…. 17

2.5Kerangka Konseptual………...… 19

2.6Hipotesis ………...…………... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……….…... 20

3.2 Batasan Operasional ………... 20

3.3 Definisi Operasional ………... 20

3.4 Skala Pengukuran Variabel ………... 20

3.5 Jenis Data ……... 20

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 21

(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Demografi Kota Medan………... 25

4.2 Kondisi Perekonomian Daerah Kota Medan…………... 26

4.2.1 PDRB Kota Medan...……….….... 26

4.2.2 Pertumbuhan Ekonomi………….……….... 28

4.2.3 PDRB Perkapita………..…. 29

4.3 Jumlah Penduduk Miskin di Kota Medan...….…………. 30

4.4 Jumlah Angkatan Kerja dan Penganguran kota Medan… 31 4.5 Perkembangan Inflasi Kota Medan……….. 32

4.6 Perkembangan Upah Minumum di Kota Medan……….. 36

4.7 Hubungan Korelasi Upah Minimum dan Inflasi Kota Medan……… 37

4.8 Analisis dan Pembahasan……….. 39

4.8.1 Hasil Uji Akar Unit (unit root test)……….. 39

4.8.2 Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen……… 41

4.8.3 Hasil Uji Kausalitas Granger……… 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……… 45

5.2 Saran………... 45

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Upah Minimum dan Inflasi Kota Medan 2010-2012..…. 3 4.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan

Penduduk Kota Medan Tahun 2007-2012……… 25 4.2 PDRB ADH Berlaku dan Konstan 2000 Medan

Tahun 2008-2012……….. 27 4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan……… 28 4.4 PDRB perkapita ADHB dan ADHK 2000 Medan

Tahun 2009-2012……….. 29 4.5 Penduduk Miskin Kota Medan Tahun 2008-2012……... 30 4.6 Indikator Ketenagakerjaan Kota Medan

Tahun 2009-2012……….. 32 4.7 Inflasi Kota Medan Tahun 1994-2013………... 33 4.8 Inflasi Kota Medan Menurut Komoditi

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Uraian Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Tingkat inflasi dan upah minimum kota medan

tahun 1997-2014……….... 49 2 Hasil Uji Stasioneritas ADF Variabel Inflasi

dengan Intercept………. 50 3 Hasil Uji Stasioneritas ADF Variabel Upah

(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas dan kointegrasi antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan, dengan menggunakan data data time series dari tahun 1994-2013. Metode yang digunakan untuk menguji hubungan kausalitas adalah metode kausalitas granger dan metode uji johansen untuk menguji kointegrasi.

Hasil dari analisis data dengan menggunakan eviews 5 menunjukkan bahwa terdapat kointegrasi antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan. Upah minimum dan tingkat inflasi memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang.

Hasil uji kausalitas granger ditemukan adanya hubungan searah antara upah minimum dan tingkat inflasi. Variabel upah minimum mempengaruhi tingkat inflasi, sedangkan variabel inflasi tidak mempengaruhi upah minimum.

(13)

ABSTRACT

This study aims to analyze causality and cointegration among minimum wages and inflation in Medan, using time series data from 1994 until 2013. The method used to test the causality is granger causality method and johansen test method used to test cointegration.

The results of the analyze data with using eviews 5 shows that there is a cointegration between minimum wages and inflation in Medan. Minimum wages and inflation have a long-term equilibrium relationship.

The results of the granger causality test found a direct relationship. Variabel of minimum wages affect the inflation, while the variabel of inflation does not affect the minimum wages.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara sedang berkembang, permasalahan dalam perburuhan yang menyangkut tentang upah masih menjadi permasalahan yang kompleks. Dimana upah minimum menjadi tolak ukur untuk meningkatkan kesejahteraan buruh dengan memakai standar kebutuhan hidup layak. Penetapan tingkat upah minimum yang dilakukan pemerintah guna melindungi kaum buruh ditunjukkan dengan adanya undang-undang ketenagakerjaan yang mengatur hal tersebut. Kebijakan penetapan upah minimum oleh pemerintah merupakan kebijakan yang serba dilematis. Dimana pemerintah harus menyeimbangkan antara kesejahteraan buruh dan keberlangsungan produksi dari suatu perusahaan. Disisi lain pemerintah juga menjaga kestabilan perekonomian nasional yang akan terjadi akibat dari penetapan upah minimum tersebut

(15)

mencapai pemerataan pendapatan yang merupakan tujuan dari pembangunan ekonomi.

Penetapan upah minimum merupakan suatu kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi tingkat upah yang diterima pekerja. Dimana hal ini juga sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mayarakat yang salah satu didalamnya adalah buruh. Upah minimum merupakan standar minimum yang dipakai oleh suatu perusahaan untuk memberikan upah kepada pekerja. Besarnya upah yang diterima pekerja baik secara regional/wilayah (propinsi atau kabupaten/kota) dan secara nasional adalah berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan kebutuhan hidup layak pada suatu daerah atau wilayah.

Masalah pengupahan dalam dinamika ketenagakerjaan merupakan hal yang tidak ada habisnya. Hampir setiap tahunnya para buruh melakukan aksi menuntut kenaikan upah minimum yang disebabakan oleh rendahnya tingkat upah minimum yang ada di Indonesia. Tuntutan kenaikan upah minimum ini dilakukan oleh para buruh didasari oleh upah minimum yang diterima belum dapat memenuhi kebutuhan hidup layak para buruh.

(16)

upah yang paling minimum sehingga pendapatan atau laba yang diterima perusahaan dapat ditingkatkan. Bagi pemerintah, upah merupakan sarana untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan pendapatan. Pemerintah juga berperan sebagai stabilisator dalam hubungan kedua belah pihak antara buruh dan pengusaha.

Dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 dalam pasal 88 ayat (4) mengamanatkan bahwa pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2013 pemerintah menaikkan tingkat upah minimum propinsi di sejumlah wilayah di Indonesia yang sangat signifikan. Upah minimum propinsi 2013 naik rata-rata 18,9% dari tahun 2012. Kenaikan upah tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu upah minimum yang diterima oleh buruh belum memenuhi 100% KHL dan aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para buruh. Berikut ini adalah data upah minimum dan tingkat inflasi kota Medan dari tahun 2011-2013 :

Tabel 1.1

Upah minimum dan inflasi kota Medan tahun 2010-2013

Tahun Upah Minimum Kota

Medan

Inflasi Kota Medan (%)

2010 Rp 1.100.000 7.65

2011 Rp 1.197.000 3.54

2012 Rp 1.285.000 3.79

2013 RP 1.650.000 10.09

(17)

Penetapan upah minimum yang setiap tahunnya mengalami peningkatan akan menciptakan inflasi yang disebut inflasi dorongan biaya (cost-push inflation). Kenaikan upah minimum yang tidak sebanding dengan tingkat inflasi akan mengakibatkan ketidakstabilan dalam perekonomian suatu negara. Dimana jika kenaikan tingkat upah yang diterima lebih rendah daripada tingkat inflasi akan menyebabkan upah riil yang menurun dan dapat mengakibatkan daya beli masyarakat menurun atau terjadi kelesuan ekonomi yang dapat menghambat terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jika kenaikan upah lebih tinggi dari tingkat inflasi akan mengakibatkan jumlah uang beredar bertambah banyak yang memicu kenaikan harga-harga barang dikarenakan daya beli masyarakat yang meningkat. Hal tersebut secara simultan akan meningkatkan tingkat inflasi yang lebih tinggi pula.

Posisi pemerintah yang serba dilematis, disatu sisi ingin meningkatkan kesejahteraan para buruh melalui peningkatan upah minimum. Di sisi lain kestabilan perekonomian harus dijaga yaitu kestabilan tingkat inflasi. Inflasi sebagai salah satu indikator makroekonomi yang tingkat kestabilannya harus dijaga agar perekonomian berjalan baik. Dimana inflasi yang terkendali dapat memberikan kontribusi yang positif bagi perekonomian.

(18)

kenaikan upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan dengan judul “Analisis kausalitas antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dikemukakan sebagai dasar kajian dalam penelitian yang akan dilakukan, yaitu :

1. Apakah terdapat hubungan kointegrasi antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan?

2. Apakah terdapat hubungan kausalitas (timbal balik) antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan jangka panjang antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan kausalitas antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pemerintah maupun bagi instansi-instansi terkait.

2. Sebagai referensi bagi peneliti yang mengkaji hal yang sama.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Inflasi

Boediono (2000) Inflasi dapat diartikan sebagai kecenderungan kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. kenaikan harga pada satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas pada harga barang lain yang mengakibatkan sebagian besar harga barang naik. Kenaikan harga karena musiman seperti menjelang hari raya, atau yang terjadi sekali saja tidak disebut inflasi.

Sadono (2002) menyatakan bahwa inflasi dapat didefenisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Mankiw (2006) Inflasi adalah kenaikan dalam keseluruhan tingkat harga.

2.1.1. Indikator Inflasi

Beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi pada periode tertentu yaitu:

1. Indeks Harga konsumen (Consumer Price Index)

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indeks harga yang paling umum dipakai sebagai indikator inflasi. IHK menggambarkan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat dalam periode tertentu.

2. Indeks Harga Perdagangan Besar (wholesale price index)

(20)

mengamati tentang bahan-bahan input bagi produsen berupa bahan mentah dan bahan setengah jadi.

3. Indeks Harga Implisit (GDP deflator)

Prinsip dasar yang dipakai dalam Indeks Harga Implisit (IHI) adalah membandingkan antara tingkat pertumbuhan ekonomi nominal dan tingkat pertunbuhan ekonomi riil.

2.1.2. Jenis Inflasi

Jenis-jenis inflasi dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Jenis inflasi menurut bobot atau besarnya laju inflasi

a. Inflasi ringan, yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun.

b. Inflasi menengah, yaitu inflasi yang besarnya antara 10%-30% per tahun.

c. Inflasi berat, yaitu inflasi yang besarnya antara 30%-100% per tahun.

d. Inflasi sangat berat atau hiperinflasi, yaitu inflasi yang besarnya diatas 100% per tahun.

2. Jenis inflasi menurut sebab awal inflasi

(21)

       

Harga 

                            S              

                 

                 

                                 Q        

  (Sumber : Pindyck Rubienfileld,2003)

Gambar 2.1 Demand-Pull Inflation

b. Cost-push inflation, yaitu keadaan dimana harga mengalami kenaikan akibat dari adanya kenaikan biaya produksi berupa kenaikan BBM, tarif dasar listrik, kenaikan upah karyawan, dll.

      Harga              

                 

      

                

                      D       

                                      Q    

(Sumber : Pindyck Rubienfileld,2003)

Gambar 2.2 Cosh-Push Inflation

(22)

a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), inflasi ini dapat terjadi karena adanya faktor-faktor dari dalam negeri seperti pencetakan uang baru untuk membiayai defisit anggaran belanja.

b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), merupakan inflasi yang terjadi akibat adanya kenaikan harga-harga di luar negeri. Inflasi ini akibat adanya kenaikan harga barang yang diimpor dari luar negeri.

2.1.3. Teori-Teori Inflasi

Secara garis besar ada tiga teori inflasi yaitu Teori Kuantitas, Teori Keynes, dan Teori Strukturalis. Masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dari proses inflasi.

1. Teori kuantitas

Teori ini dikemukakan oleh Irving Fisher seorang pemikir ekonomi asal amerika yang membahas tentang proses terjadinya inflasi. Dimana inflasi disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

a. Jumlah uang beredar, dimana kenaikan jumlah uang beredar mempunyai kecenderungan mengakibatkan kenaikan harga.

b. Psikologi masyarakat, yaitu sikap masyarakat mengenai kenaikan harga barang di masa mendatang (expectation).

Teori kuantitas yang dikemukakan Irving Fisher memiliki rumus sebagai berikut:

(23)

Keterangan:

M (money) : jumlah uang beredar

V (velocity of circulation money) : kecepatan peredaran uang

P (price) : harga barang

T (trade) : jumlah barang yang diperdagangkan

2. Teori Keynes

Teori Keynes memandang bahwa terjadinya inflasi akibat dari keinginan hidup masyarakat melebihi batas kemampuan ekonominya. Dimana permintaan akan barang akan bertambah melebihi barang yang tersedia (inflationary gap). Permintaan tersebut akan efektif apabila masyarakat memperoleh dana untuk mewujudkan keinginannya tersebut.

3. Teori strukturalis

Teori strukturalis menjelaskan tentang proses inflasi yang terjadi di negara sedang berkembang dalam jangka panjang. Menurut teori ini ada dua hal yang dapat menimbulkan inflasi di negara sedang berkembang, yaitu :

a. Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu nilai penerimaan ekspor yang tumbuh secara lamban daripada nilai impor. Akibatnya negara kesulitan dalam membiayai barang-barang impor yang dibutuhkan untuk bahan baku maupun barang modal. Hal ini mendorong negara-negara berkembang menggalakkan produksi dalam negeri dengan biaya produksi yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan menciptakan inflasi.

(24)

jumlah penduduk yang pesat. Akibatnya harga bahan makanan akan naik, yang kemudian akan mendorong kenaikan upah karyawan. Kenaikan upah tersebut akan meningkatkan biaya produksi yang nantinya akan menaikkan harga barang.

2.2. Defenisi Upah

Upah merupakan suatu bentuk imbalan yang diberikan oleh perusahaan atau produsen kepada para pekerja dalam bentuk uang atas tenaga yang diberikan atau dikorbankan pada suatu proses produksi.

Menurut undang-undang tenaga kerja nomor 13 tahun 2003 bab 1, pasal 1, ayat 30, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

2.2.1. Jenis-jenis upah

Ada beberapa jenis upah yang diberikan oleh pengusaha kepada para pekerja yang telah mengadakan hubungan kerja kepada perusahaan. Jenis-jenis upah tersebut antara lain :

(25)

Upah nominal adalah sejumlah uang yang diberikan atau dibayarkan secara kontan oleh perusahaan sebagai imbalan atas tenaga atau usaha yang diberikan oleh pekerja.

2. Upah nyata

Upah nyata adalah upah uang yang nyata yang benar-benar harus diterima oleh seseorang yang berhak. Upah nyata ini ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang akan tergantung dari :

a. Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima. b. Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan. 3. Upah hidup

Bilamana upah yang diterima seseorang relatif cukup besar untuk membiayai tidak hanya kebutuhan pokok hidupnya tetapi juga cukup untuk membiayai sebagian kebutuhan sosial keluarganya seperti pendidikan, pakaian, dan pangan dengan gizi dan mutu yang lebih baik, serta asuransi. 4. Upah wajar

Upah wajar dimaksudkan sebagai upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh seorang pekerja sebagai imbalan atas usaha atau kerjanya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan lain hidupnya sekeluarga disamping pangan. Upah ini tentunya sangat bervariasi dan bergerak antara upah terendah (minimum) dan upah hidup.

Faktor-faktor yang mempengaruhi upah wajar adalah sebagai berikut : a. Kondisi ekonomi negara secara umum

(26)

c. Nilai upah rata-rata di daerah di mana perusahaan tersebut beroperasi d. Undang-undang terutama yang mengatur masalah upah dan jam kerja e. Ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam perusahaan

f. Peraturan perpajakan

g. Bargaining Power (kekuatan tawar - menawar) antara perusahaan dan organisasi pekerja. Dalam hal ini dimaksudkan sejauh mana organisasi pekerja mempunyai pengaruh terhadap perusahaan atau manajemen h. Standar hidup dari para pekerja sendiri

5. Upah minimum

Pengertian upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari peraturan menteri tenaga kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefenisikan sebagai upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap. Kebijakan upah minimum di dalam undang-undang No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang isinya antara lain :

1. Pemerintah menetapkan upah berdasarkan kebutuhan hidup layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

2. Upah minimum dapat diterapkan :

a. Berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

(27)

boleh lebih rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan.

3. Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.

4. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum. Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum dapat dilakukan penangguhan. Penangguhan upah minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum yang berlaku dalam kurun waktu tertentu.

Berdasarkan Undang-Undang No 13 tahun 2003 disebutkan bahwa upah minimum hanya ditujukan bagi pekerja dengan masa kerja maksimal 1(satu) tahun. Terdapat dua unsur penting dari upah minimum (Sumarsono,2003) yaitu:

a. Upah permulaan adalah upah terendah yang harus diterima oleh buruh pada waktu dia pertama kali diterima bekerja.

b. Jumlah upah minimum haruslah dapat memenuhi kebutuhan hidup buruh secara minimal yaitu kebutuhan untuk sandang, pangan dan keperluan rumah tangga.

2.2.2. Teori-Teori Upah

(28)

a. Upah menurut kodrat adalah upah yang cukup untuk pemeliharaan hidup pekerja dengan sekeluarganya.

b. Di pasar akan terdapat upah menurut harga pasar. Dimana upah ditentukan oleh kekuatan permintan dan penawaran

 Teori dana upah (stuart mill senior), menjelaskan bahwa upah yang diterima

sebenarnya adalah berdasarkan kepada besar kecilnya jumlah dana yang ada pada masyarakat. Jika dana ini jumlahnya besar maka akan besar pula upah yang diterima buruh, sebaliknya kalau dana ini berkurang maka jumlah upah yang diterima buruh pun akan berkurang.

 Teori upah etika (kaum utopis/idealis), upah menurut teori ini merupakan

upah yang layak diberikan oleh pengusaha kepada pekerja dan keluarganya, juga memberikan tunjangan keluarga.

 Teori upah besi (Ferdinand lassalle), upah besi merupakan upah rata-rata

buruh atau pekerja itu terbatas sama dengan biaya hidup minimum dan keluarganya. Berhubungan dengan kondisi tersebut lassalle menganjurkan untuk menghadapi kebijakan tersebut dengan membentuk serikat pekerja yang akan menyuarakan nasib mereka di parlemen.

2.3. Hubungan Antara Upah Minimum dan Inflasi

(29)

persentase yang sama. Inflasi didefinisikan dengan banyak ragam yang berbeda, tetapi semua definisi itu mencakup pokok-pokok yang sama. Dari definisi yang ada terdapat tiga pokok yang terkandung dalam inflasi yaitu:

a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat.

b. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus menerus, bukan terjadi pada suatu waktu saja.

c. Mencakup tingkat harga umum (general level of prices) yang berarti tingkat harga yang meningkat pada semua komoditi.

Diterbitkannya Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 01 tahun 1999 tentang Upah Minimum menyatakan bahwa didalamnya terdapat perubahan tingkat upah minimum pemerintah dengan melihat inflasi atau indeks harga konsumen sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan upah minimum. Simanjuntak (1996), kenaikan upah berhubungan dengan inflasi. Pada tingkat pengangguran rendah (kesempatan kerja tinggi), pengusaha cenderung meningkatkan upah untuk merekrut pekerja terbaik. Sebagai kompensasi, harga output harus ditingkatkan. Peningkatan harga output berarti laju inflasi meningkat. Laju inflasi yang tinggi mengakibatkan nilai riil upah merosot merugikan masyarakat penerima upah.

(30)

menaikkan harga outputnya. Hal tersebut dilakukan agar perusahaan dapat mengimbangi kenaikan tingkat upah yang terjadi. Kenaikan biaya produksi tersebut akan membuat harga-harga mengalami kenaikan yang disebut dengan inflasi dorongan biaya (cost push inflation).

Inflasi yang terjadi akibat dari kenaikan harga barang secara umum yang salah satu faktor penyebabnya adalah karena adanya inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) dimana kenaikan harga barang yang diimpor dari luar negeri mengalami kenaikan. Sebagai contoh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akibat kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga tersebut akan meningkatkan biaya produksi pada perusahaan, kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan biaya hidup masyarakat sehari-hari. Hal ini tentu saja akan mendorong pemerintah untuk menaikkan tingkat upah minimum para pekerja/buruh agar dapat memenuhi kebutuhan hidup layaknya.

2.4. Penelitian Sebelumnya

(31)

Sara lemos (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “The Effect of The Minimum Wage on Price” melalui pendekatan empiris menyimpulkan bahwa kenaikan upah minimum di Amerika Serikat sebesar 10% akan menaikkan harga makanan tidak lebih dari 4% dan harga-harga keseluruhan tidak lebih dari 0,4%. Ini merupakan pengaruh yang kecil. Seperti yang dikatakan converse et al.(1981) bahwa tipe yang umum dalam merespons kenaikan upah minimum adalah menaikkan harga. Hal ini menyarankan perusahaan untuk merespon kenaikan upah minimum tidak dengan mengurangi produksi dan pendapatan, tetapi dengan menaikkan harga.

Adriatik hoxha (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “causality between prices and wages” dengan analisis menggunakan model VECM. Hasil penelitiannya menemukan hubungan kausalitas antara harga dan upah. Terdapat juga hubungan kointegrasi yang kuat, disamping hubungan jangka panjang, parameter jangka pendek juga mengindikasikan hubungan jangka pendek yang signifikan secara statistik.

Faith Christian (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Do Higher Wages Cause Inflation”. Penelitian ini menggunakan model Granger Causality Test untuk melihat hubungan antara upah dan inflasi. Dimana hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa adanya hubungan kausalitas antara perubahan upah dan inflasi dengan menggunakan data di Filipina tahun 1989-2009.

(32)

Didasari rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan kausalitas (timbal-balik) maka peneliti akan mengkaji lebih lanjut hubungan yang terjadi antara upah minimum dan inflasi. Apakah kenaikan upah minimum yang menyebakan inflasi atau inflasi yang menyebabkan kenaikan upah minimum. Penelitian ini juga akan melihat hubungan jangka panjang antara upah minimum dan inflasi.

KAUSALITAS

KOINTEGRASI

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

2.6. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasahan yang menjadi objek penelitian yang memerlukan pengujian untuk menguji kebenarannya. Dari rumusan masalah diatas, maka hipotesis nya adalah sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan jangka panjang antara kenaikan upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan.

2. Terdapat hubungan kausalitas (timbal balik) antara kenaikan upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan.

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menganalisis hubungan kausalitas antara upah minimum dan tingkat inflasi yang merupakan jenis penelitian analisis deskriptif kuantitatif.

3.2 Batasan Operasional

Penelitian ini menganalisis hubungan kausalitas antara upah minimum dan tingkat inflasi yang ada di kota Medan. Dimana kedua variabel tersebut merupakan variable dependen.

3.3 Definisi Operasional

1. Inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus. 2. Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok

dan tunjangan tetap yang diterima oleh buruh.

3.4 Skala Pengukuran Variabel

1. Inflasi pengukurannya dinyatakan dalam Persen (%)

2. Upah Minimum pengukurannya dinyatakan dalam Rupiah (Rp)

3.5 Jenis Data

(34)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research) yang berasal berbagai sumber penelitian terdahulu berupa jurnal-jurnal, skripsi penelitian sebelumnya, dan berbagai buku yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

3.7 Teknik Analisis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

Cointegration test dan Granger Causality test. Analisis Cointegration test (Johansen test) bertujuan untuk melihat hubungan jangka panjang antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan. Sedangkan analisis Granger Causality test adalah untuk melihat hubungan timbal balik antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan.

Dalam kaitannya dengan metode tersebut maka pengujian terhadap data runtun waktu (time series) dan integrasinya dapat dipandang sebagai prasyarat bagi digunakannya metode Cointegration test dan Granger Causality test. Sebelum dilakukan estimasi terhadap kedua metode tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Uji akar-akar unit (Testing for Unit Roots)

(35)

dan uji Philip Perron (PP). Adapun formula dari uji Augmented Dickey Fuller

(ADF) dapat dirumuskan sebagai berikut :

… … … ….

Sedangkan untuk uji Philips-Perron (PP) adalah :

Y … … … ..

Dimana D adalah perbedaan (difference)

Kedua uji tersebut dilakukan dengan hipotesis null = 0 untuk ADF dan = 1 untuk PP. stasioner tidaknya data didasarkan pada perbandingan nilai statistic ADF dan PP yang diperoleh dari nilai t hitung koefisien dan dengan nilai kritis statistik dari Mackinnon. Jika nilai absolut statistik ADF dan PP lebih besar dari nilai kritis Mackinnon maka data tersebut stasioner dan sebaliknya jika nilai absolut statistik ADF dan PP lebih kecil maka data tersebut tidak stasioner.

2. Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan dengan menggunakan uji Johansen. Untuk menentukan jumlah dari arah kointegrasi tersebut maka Johansen menyarankan untuk melakukan dua uji statistik.

(36)

arah kointegrasi adalah kurang dari atau sama dengan p dan uji ini dapat dilakukan sebagai berikut :

… … … ….

Dimana ,…., adalah nilai eigenvectors terkecil (p–r). Null hypothesis yang

disepakati adalah jumlah dari arah kointegrasi sama dengan banyaknya r. Dengan kata lain, jumlah vector kointegrasi lebih kecil atau sama dengan ( ≤ ) r , dimana r = 0,1,2 dan seterusnya.

Uji statistik yang kedua adalah uji maksimum eigenvalue ( ) yang dilakukan dengan formula sebagai berikut :

, … … …

Uji ini menyangkut kepada uji null hypothesis bahwa terdapat r dari vector kointegrasi yang berlawanan (r+1) dengan vector kointegrasi. Untuk melihat hubungan kointegrasi tersebut maka dapat dilihat dari besarnya nilai trace statistik dan Max-Eigen statistik dibandingkan dengan nilai critical value pada tingkat kepercayaan 5 persen.

3. Uji Granger Causality

(37)

… … … …

… … … ….

Dimana dan adalah error terms yang diasumsikan tidak mengandung korelasi serial dan m = n = r = s. berdasarkan hasil regresi dari kedua bentuk model regresi linier di atas akan menghasilkan empat kemungkinan mengenai nilai koefisien-koefisien regresi dari persamaan (5) dan (6) adalah sebagai berikut:

(1) Jika ∑ ≠ 0 dan ∑ = 0, maka terdapat kausalitas satu arah dari UM

ke IF.

(2) Jika ∑ dan ∑ ≠ 0, maka terdapat kausalitas satu arah dari IF ke

UM.

(3) Jika ∑ dan ∑ = 0, maka UM dan IF bebas antara satu dengan

yang lainnya.

(4) Jika ∑ ≠ 0 dan ∑ ≠ 0, maka terdapat kausalitas dua arah antara IF

dan UM.

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Demografi Kota Medan

[image:38.595.107.518.526.659.2]

Kota Medan pada saat ini sedang mengalami masa transisi demografi yang ditunjukkan dengan adanya proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian relatif tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian cenderung menuru. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran tersebut adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan kemajuan secara sosial ekonomi. Disisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang semakin baik yang mempengaruhi jumlah kematian. Berikut ini adalah rincian jumlah, laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk kota Medan tahun 2007-2012 :

Tabel 4.1

Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2007-2012

Tahun Jumlah penduduk

miskin

Laju pertumbuhan

penduduk

Luas wilayah (Km2)

Kepadatan penduduk (jiwa/km2)

2007 2.083.156 0.77 265.10 7.858

2008 2.102.105 0.91 265.10 7.929

2009 2.121.053 0.90 265.10 8.001

2010 2.097.610 (0.97) 265.10 7.958

2011 2.117.224 0.97 265.10 7.989

2012 2.122.804 0.26 265.10 8.008

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

(39)

tahun 2007 menjadi 2.122.804 jiwa pada tahun 2012. Faktor alami yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan laju pertambahan penduduk adalah tingkat kelahiran, kematian, dan arus urbanisasi. Upaya pengendalian kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB) harus dipertahankan untuk menekan angka kelahiran.

Kepadatan jumlah penduduk juga mengalami peningkatan sejak tahun 2007-2012 yakni dari 7.858 jiwa/Km2 pada tahun 2007 menjadi 8.008 jiwa/Km2. Tingkat kepadatan tersebut relatif tinggi, sehingga termasuk salah satu permasalahan yang harus diantisipasi melihat luas lahan yang tidak bertambah di daerah kota Medan. Hal ini bermaksud agar keseimbagan daya dukung dan daya tampung lingkungan dapat terjaga.

4.2. Kondisi Perekonomian Daerah Kota Medan

4.2.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan

PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan berguna untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun sektoral dari tahun ke tahun. Peningkatan PDRB setiap tahunnya merupakan gambaran dari adanya peningkatan produktivitas suatu daerah yang mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Berikut ini merupakan PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan kota Medan :

Tabel 4.2

Produk Domestik Regional Bruto Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2012

(40)

2008 31 373,95 65 227,87

2009 33 430,05 72 630,21

2010 35 822,22 83 315,02

2011* 38 576,23 93 610,76

2012** 41 519,32 105 400,44

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Keterangan : *) Angka Sementara

**)

Angka Sangat Sementara

PDRB kota Medan berdasarkan dasar harga konstan pada tahun 2008 adalah 31.373,95 (milyar rupiah) pada tahun 2009 sebesar 33.430,05 mengalami kenaikan 6.55%, tahun 2010 adalah 35.822,22 (milyar rupiah) dengan persentase kenaikan 7.15% dari tahun 2009, tahun 2011 sebesar 38.576,23 (milyar rupiah) dengan persentase kenaikan sebesar 7.69% dari tahun 2010, tahun 2012 sebesar 41.519,32 (milyar rupiah) mengalami kenaikan 7.63% dari tahun 2011. Persentase kumulatif kenaikan PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2008-2012 adalah 29.02%. PDRB tersebut mengalami kenaikan setiap tahunnya yang menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan dipakai untuk melihat produktivitas ekonomi dengan mengabaikan inflasi.

PDRB atas dasar harga berlaku kota Medan dari tahun 2008-2012 juga menunjukkan kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 sebesar 65.227,87(milyar rupiah). Pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 11.34% yaitu 72.630,21(milyar rupiah). Pada tahun 2010 sebesar 83.315,02 mengalami kenaikan sebesar 14.71% dari tahun 2009. Pada tahun 2011 sebesar 93.610,76 mengalami kenaikan 12.35% dari tahun 2010. Pada tahun 2012 sebesar 105.400,44 mengalami kenaikan sebesar 12.59%.

(41)
[image:41.595.183.442.320.460.2]

Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran aktivitas perekonomian masyarakat pada suatu daerah yang merupakan dampak dari pembangunan ekonomi. Dimana pembangunan ekonomi tersebut membutuhkan sumber daya modal berupa investasi. Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur dalam pelaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh suatu daerah. Dibawah ini merupakan laju pertumbuhan ekonomi kota Medan atas dasar harga konstan :

Tabel 4.3

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tahun laju pertumbuhan(%)

2007 7.78 2008 6.89 2009 6.55 2010 7.16

2011* 7.69

2012** 7.63

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Keterangan : *) Angka Sementara

**)

Angka Sangat Sementara

Laju pertumbuhan ekonomi kota Medan berdasarkan harga konstan tahun 2000 pada tahun 2007 sebesar 7.78%, tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 6.89% dan pada tahun 2009 sebesar 6.55%. Penurunan laju pertumbuhan tersebut disebabkan oleh krisis yang melanda sebagian wilayah eropa. Dan kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2010 adalah sebesar 7,16% , tahun 2011 sebesar 7,69 % naik 0,53% dari tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi kota Medan mengalami penurunan 0.06% dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 7,63%.

(42)
[image:42.595.109.518.248.353.2]

PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh suatu penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses produksi dalam satu tahun. Berikut merupakan PDRB perkapita kota Medan :

Tabel 4.4

Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun 2009-2012 

Tahun PDRB perkapita HB PDRB perkapita HK

2009 16 023 415 34 812 509

2010 17 077 622 39 718 983

2011* 18 220 195 44 213 913

2012** 19 651 288 49 886 552

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Keterangan: *) Angka Sementara

**)

Angka Sangat Sementara

Berdasarkan data diatas, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku kota Medan mengalami kenaikan setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp 16.023.415, pada tahun 2010 sebesar Rp 17.7077.622 mengalami kenaikan sebesar 6.58%, tahun 2011 sebesar Rp 18.220.195 mengalami kenaikan sebesar 6.69% dari tahun 2010, dan pada tahun 2012 sebesar Rp 19.651.288 mengalami kenaikan sebesar 7.85%. Persentase kumulatif kenaikan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku dari tahun 2009-2012 adalah sebesar 21.12%.

(43)

kesejahteraan masyarakat dengan naiknya tingkat pendapatan perkapita yang diterima masyarakat.

4.3. Jumlah Penduduk Miskin di Kota Medan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang ada pada setiap wilayah atau daerah. Pertumbuhan ekonomi yang baik seharusnya dapat menekan tingkat kemiskinan seminimal mungkin agar pembangunan ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berdampak pada kurangnya tingkat kemiskinan. Kota Medan yang merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang laju pertambahan penduduknya sangat tinggi tidak lepas dari masalah kemiskinan. Berikut ini merupakan tabel jumlah peenduduk miskin kota Medan tahun 2008-2012 :

Tabel 4.5

Penduduk Miskin Kota Medan Tahun 2008-2012

Tahun penduduk miskin (jiwa)

2008 217.300 2009 200.400 2010 212.300 2011 204.190 2012 198.030 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

(44)

penduduk miskin tersebut merupakan gambaran dari meningkatnya kesejahteraan penduduk kota Medan.

4.4. Jumlah Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kota Medan

Salah satu persoalan pokok dalam pembangunan ekonomi pada daerah perkotaan adalah pengangguran. Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara memiliki tingkat pengangguran terbuka yang relatif tinggi. Pengangguran yang tinggi tersebut disebabkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja. Sehingga mengakibatkan relatif tingginya angka pengangguran terbuka di kota Medan.

[image:44.595.103.525.568.671.2]

Indikator ketenagakerjaan diperoleh dari penduduk usia 15 tahun ke atas yang dikelompokkan menjadi angkatan kerja, pengangguran dan penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk angkatan kerja terdiri dari mereka yang bekerja dan menganggur. Penduduk bukan angkatan kerja adalah mereka yang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Berikut ini merupakan indikator ketenagakerjaan kota Medan tahun 2009-2012 :

Tabel 4.6

Indikator Ketenagakerjaan di Kota Medan Tahun 2009-2012

Tahun Angkatan kerja

Bukan angkatan

kerja

Jumlah TPT(%) Bekerja Pengangguran Jumlah

2009 824250 137160 961410 593726 1555136 14.27 2010 886815 133811 1020626 627008 1647634 13.11

2011 902097 99916 1002013 491124 1493137 9.97

2012 851642 84501 936143 558097 1494240 9.03

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

(45)

pengangguran terbuka sebesar 14.27%. Pada tahun 2010 jumlah angkatan kerja 1.020.626 jiwa yang mengalami kenaikan sebesar 6.15% dari tahun 2009 dan bukan angkatan kerja sebanyak 627.008 jiwa yang mengalami kenaikan sebesar 5.61% dari tahun 2009 dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 13.11%. Pada tahun 2011 jumlah angkatan kerja sebanyak 1.002.013 jiwa mengalami penurunan sebesar 0.18% dari tahun 2010 dan bukan angkatan kerja sebanyak 491.124 jiwa yang mengalami penurunan sebesar 21.67% dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 9.97%. Pada tahun 2012 jumlah angkatan kerja 936.143 jiwa dan bukan angkatan kerja sebanyak 558.097 jiwa dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 9.03%.

4.5. Perkembangan Inflasi di Kota Medan

Telah dibahas sebelumnya bahwa inflasi merupakan variabel makroekonomi yang sangat berperan dalam kestabilan perekonomian suatu daerah. Naik turunnya inflasi dapat mengakibatkan gejolak ekonomi.

Inflasi kota Medan periode tahun 1994-2013 cenderung fluktuatif atau tidak beraturan, kadang mengalami kenaikan ataupun penurunan. Melihat tahun penelitian yang dikaji oleh peneliti. Tingkat inflasi tertinggi selama tahun penelitian adalah pada tahun 1998 yaitu sebesar 83,81%. Inflasi tersebut terjadi karena adanya krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Inflasi yang tinggi pada tahun 1998 dikarenakan oleh merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang menyebabkan harga dan jasa terus meningkat. Namun pada tahun 1999, terjadi penurunan tingkat inflasi yang sangat drastis yang hanya mencapai 1,68%.

(46)

Tahun Inflasi Medan (%)

1994 8.28 1995 7.24 1996 8.7 1997 13.1 1998 83.81 1999 1.68 2000 5.9 2001 15.5 2002 9.49 2003 4.46 2004 6.64 2005 22.91 2006 5.97 2007 6.42 2008 10.63 2009 1.59 2010 7.65 2011 3.54 2012 3.79 2013 10.09

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

(47)

Pada tahun 2003 dan 2004 tingkat inflasi yang ada di kota Medan relatif stabil yang masi dibawah dua digit, yaitu sebesar 4.46% dan 6.64%. Pada tahun 2005 tingkat inflasi sebesar 22.91% yang merupakan inflasi tertinggi setelah krisis ekonomi 1998, inflasi ini terjadi akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda banda aceh. Dan juga disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang cukup tajam dari $37.66 per barel menjadi $50.04 per barel.

Inflasi pada tahun 2006 dan 2007 adalah sebesar 5.97% dan 6.42% yang masi berada dalam tingkatan inflasi yang stabil. Inflasi pada tahun 2008 mengalami kenaikan sebesar 4,21% dari tahun 2007 yaitu sebesar 10.63% . Kenaikan inflasi tersebut disebabkan oleh krisis keuangan global yang dialami oleh amerika serikat.

Inflasi pada tahun 2009 adalah sebesar 1,59% menunjukkan adanya perbaikan kondisi perekonomian dengan menurunnya laju inflasi sebesar 9,04%. Pada tahun 2010 inflasi kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 7,65% akibat dari terjadinya krisis di eropa yang berpengaruh terhadap perekonomian global.

Inflasi pada tahun 2011 dan 2012 cenderung stabil yaitu sebesar 3,54% dan 3,79%. Pada tahun 2013 inflasi mengalami kenaikan sebesar 6,3% menjadi 10,09% akibat dari pencabutan subsidi BBM yang berdampak pada kenaikan harga-harga barang maupun jasa.

Tabel 4.8

Inflasi Kota Medan Menurut Komoditi Tahun 2007-2011

No Komoditi 2007 2008 2009 2010 2011

(48)

dan tembakau

3 Perumahan, air, listrik, gas dan

bahan bakar 3.27 7.44 4.53 8.44 3.42

4 Sandang 9.85 8.7 8.13 8.6 11.08

5 Kesehatan 0.04 8.83 1.88 2.46 7.44

6 pendidikan, rekreasi dan olahraga 12.23 9.15 7.83 0.72 4.8 7 transportasi dan komunikasi 1.86 8.42 -4.92 1.48 3.07

Umum 6.42 10.63 1.59 7.65 3.54

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan tabel di atas inflasi kota Medan berdasarkan komoditi dari tahun 2007-2011 memiliki besaran yang fluktuatif dimana inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 pada hampir semua komoditi. Hal ini disebakan adanya gejolak ekonomi yang dihadapi oleh negara Indonesia yang berupa krisis global dimana nilai tukar rupiah anjlok. Komoditi yang mempengaruhi inflasi pada tahun 2011 cenderung di dominasi oleh sandang sebesar 11.08%, kesehatan sebesar 7.44%, pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 4.8%, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 3.97%, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 3.42, transportasi dan komunikasi sebesar 3.07% dan bahan makanan sebesar 0.91%.

4.5. Perkembangan Upah Minimum di Kota Medan

Perkembangan upah minimum pada setiap daerah/propinsi selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya, kenaikan tersebut terjadi karena adanya peningkatan kebutuhan hidup layak oleh para pekerja setiap tahunnya. Berikut merupakan tabel perkembangan upah minimum di kota Medan dari tahun 1994-2013.

Tabel 4.9

Perkembangan Upah Minimum Kota Medan

(49)

1994 112500 1995 126500 1996 138000 1997 151000 1998 174000 1999 210000 2000 254000 2001 340500 2002 464000 2003 505000 2004 537000 2005 600000 2006 750000 2007 820000 2008 918000 2009 1020000 2010 1100000 2011 1197000 2012 1285000 2013 1650000 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara dan Dinas tenaga kerja kota medan

Kenaikan upah minimum yang terjadi di kota Medan memiliki jumlah kenaikan yang fluktuatif dimana tingkat kenaikan upah minimum tertinggi terjadi pada tahun 2013 yang mengalami kenaikan sebanyak Rp 365.000 dari tahun 2012 yaitu sebesar Rp 1.650.000. Pada tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar Rp 150.000 dari tahun 2005 yaitu sebesar Rp 750.000. Pada tahun 2002 sebesar Rp 464.000 yang mengalami kenaikan sebesar Rp 123.500 dari tahun 2001.

(50)

yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan tingkat pendapatan.

4.7. Hubungan Korelasi Upah Minimum dan Inflasi Kota Medan

[image:50.595.232.390.395.487.2]

Hubungan korelasi merupakan suatu hubungan antara dua variabel yang menunjukkan keeratan hubungan antar variabel dimana kuat-lemahnya hubungan tersebut dilihat dari nilai korelasinya. Nilai korelasi tersebut berada diantara 0 sampai 1. Berikut ini merupakan hasil analisis korelasi antara variabel Inflasi dan UMK kota Medan.

Tabel 4.10

Korelasi UMK dan Inflasi

UMK Inflasi UMK 1

Inflasi -0.28865 1

Sumber : hasil pengolahan data

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas dapat dilihat bahwa UMK dan Inflasi memiliki hubungan negatif atau berlawanan artinya jika inflasi semakin tinggi maka nilai UMK akan semakin rendah.

(51)

Su Be variabel in yang berg suatu vari tentang in inflasi. Ha pemerinta Targeting operasi pa moral. Ke kestabilan Hu inflasi me korelasi y

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 in flasi   (%)

umber : hasil p

Korela

erdasarkan g nflasi memi gerak dari k

iabel akan nflasi sehar

asil peneliti ah melalui B

Framework asar terbuk ebijakan m n rupiah seh ubungan ko emiliki hub yang sanga

0

pengolahan da

asi Upah M

grafik di ata iliki hubung kiri atas ke k menurunka rusnya kena ian menyim Bank Indone k) berjalan ka, fasilitas oneter terse ingga berda relasi yang bungan yan at kecil ya

500000

ata

Gambar Minimum d

as dapat dili gan yang n kanan bawa an nilai dar aikan upah mpulkan bah esia dengan dengan bai diskonto, ebut bertuj ampak pada g terjadi pad

ng sangat aitu 0.070.

10

upah min

r 4.1

dan Inflasi K

ihat bahwa v egatif. Hal ah. Artinya ri variabel minimum hwa kebijak n sasaran uta

ik. Kebijak rasio cadan uan untuk a stabilnya t

da variabel rendah ya Berdasark 00000

nimum (Rp

Kota Meda variabel upa ini terlihat bahwa ken lainnya. B akan mem kan moneter ama adalah an moneter ngan wajib mencapai ingkat infla

upah minim ng ditunjuk kan nilai k

1500000

)

an

ah minimum dari garis l naikan nilai Berdasarkan micu pening r yang dilak

inflasi (Infl r tersebut b b, dan himb

dan memel asi.

(52)

menyimpulkan bahwa keeratan hubungan antara variabel upah minimum dan inflasi sangat rendah.

4.8. Analisis dan Pembahasan

4.8.1. Hasil Uji akar unit (unit root test)

[image:52.595.137.485.490.654.2]

Uji akar unit yang dilakukan pada masing-masing variabel penelitian adalah untuk melihat stasioneritas data. Dengan pengujian akar unit akan diketahui apakah koefisien tertentu dari model autoregresif yang ditaksir memiliki nilai bukan sama dengan nol. Karena model autoregresif tidak memiliki distribusi yang baku, maka untuk menguji hipotesanya digunakan metode ADF (Augmented Dickey-Fuller) dan uji PP (Philip perron). Berikut ini merupakan uji ADF dan PP untuk masing-masing variabel yang dipakai dalam penelitian ini:

Tabel 4.11

Hasil Uji Stasioneritas Variabel Inflasi Null Hypothesis: INF has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.447606 0.0028

Test critical values: 1% level -3.831511

5% level -3.029970

10% level -2.655194

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Sumber : hasil pengolahan data

(53)

dijelaskan dari nilai ADF dan PP lebih besar daripada nilai kritis mackinnon.

[image:53.595.135.486.214.412.2]

Dengan nilai absolute ADF 4.447606 dan nilai kritis mackinnon sebesar 3.831511 pada tingkat level α = 1%.

Tabel 4.12

Hasil Uji Stasioneritas Variabel Upah Minimum Null Hypothesis: D(UMK,2) has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 5 (Automatic based on AIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.233154 0.0084

Test critical values: 1% level -4.121990

5% level -3.144920

10% level -2.713751

*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Sumber : hasil pengolahan data

Variabel upah minimum juga memiliki data yang stasioner, dilihat dari nilai statistik ADF yang lebih besar dari nilai kritis mackinnon pada second differenceα = 1% (4.233154 > 4.121990).

Dengan demikian kedua variabel yaitu inflasi dan upah minimum memiliki data yang stasioner dengan memasukkan unsur intercept pada data.

4.8.2. Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen

Uji kointegrasi merupakan uji yang dilakukan untuk melihat hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel penelitian. Berikut ini merupakan hasil uji kointegrasi antara variabel upah minimum dan inflasi kota Medan.

Berdasarkan hasil uji kointegrasi johansen di atas dapat dilihat bahwa pada

(54)

statistic pada Hypothesized None sebesar 14.46360 lebih besar dari nilai kritisnya yaitu sebesar 14.26460 dengan probabilitas 0.0465. Hasil uji kointegrasi diatas menunjukkan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu variabel upah minimum dan inflasi kota Medan pada periode tahun 1994-2012 memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang dilihat dari nilai trace statistic dan nilai

max-eigen statistic yang lebih besar dari nilai kritisnya pada tingkat kepercayaan 5 persen.

Tabel 4.13

Hasil uji kointegrasi johansen

Date: 08/09/14 Time: 14:14 Sample (adjusted): 1999 2013

Included observations: 15 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: INF UMK

Lags interval (in first differences): 1 to 4

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.618727 24.33964 15.49471 0.0018

At most 1 * 0.482323 9.876047 3.841466 0.0017

Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05

(55)

None * 0.618727 14.46360 14.26460 0.0465

At most 1 * 0.482323 9.876047 3.841466 0.0017

Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values Sumber : hasil pengolahan data

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Adriatik hoxha (2010) yang menemukan adanya hubungan jangka panjang antara tingkat inflasi dan upah minimum pada European Union (EU-12). Berdasarkan temuan tersebut semakin mendukung hasil penelitian di kota Medan bahwa variabel inflasi dan variabel upah minimum kota medan berkointegrasi atau memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang periode 1994-2014.

4.8.3. Hasil Uji Kausalitas Granger

[image:55.595.120.505.594.756.2]

Uji kausalitas Granger pada prinsipnya digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel secara statistik. Dimana hubungan tersebut dapat berupa hubungan timbal-balik, searah, maupun tidak ada hubungan. Pada penelitian ini variabel yang di uji adalah inflasi dan upah minimum kota Medan. Berikut ini merupakan hasil uji kausalitas Granger antara variabel inflasi dan upah minimum kota Medan periode 1994-2014

Tabel 4.14 Uji Kausalitas Granger

Pairwise Granger Causality Tests Date: 08/09/14 Time: 14:12 Sample: 1994 2013

Lags: 4

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

(56)

Sumber : hasil pengolahan data

Berdasarkan uji kausalitas granger diatas menunjukkan bahwa hubungan antara upah minimum dan tingkat inflasi di kota Medan tidak memiliki hubungan timbal balik atau dua arah, hanya menunjukkan hubungan yang searah, dimana upah minimum mempengaruhi inflasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitasnya yang signifikan pada α = 5%. Sedangkan variabel inflasi tidak memberikan pengaruh terhadap upah minimum di kota Medan. Hal ini terlihat dari nilai probabilitasnya yang tidak signifikan pada α = 5% atau nilai

probabilitinya lebih besar dari α = 5%

Berdasarkan hasil pengujian diatas memperlihatkan bahwa hanya ada hubungan searah antara tingkat inflasi dan upah minimum sehingga hubungan dua arah (timbal-balik) antara inflasi dan upah minimum tidak terjadi. Dimana perubahan pada upah minimum akan mempengaruhi inflasi. Temuan ini menunjukkan bahwa untuk daerah kota Medan, kenaikan upah minimum yang terjadi setiap tahunnya berdampak terhadap perubahan tingkat inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Sehingga dalam penetapan kenaikan upah minimum setiap tahun pada kurun waktu penelitian yaitu pada tahun 1997-2012 memiliki pengaruh terhadap kestabilan tingkat inflasi di kota Medan.

(57)

Dengan kata lain disimpulkan bahwa efek dari penetapan kenaikan upah minimum tidak akan mempengaruhi tingkat inflasi yang terjadi pada suatu daerah. Hal ini juga sejalan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 1 Tahun 1999 tentang Upah Minimum yang menyatakan bahwa perubahan tingkat upah minimum disesuaikan dengan melihat inflasi atau indeks harga konsumen.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil estimasi dan analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Perkembangan inflasi di kota Medan selama kurun waktu penelitian menunjukkan perkembangan yang fluktuatif dengan tingkat inflasi tertinggi pada tahun 1998.

2. Perkembangan upah minimum kota Medan selama kurun waktu penelitian menunjukkan perkembangan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan upah minimum setiap tahunnya terjadi akibat dari penyesuaian terhadap tingkat kebutuhan hidup layak (KHL).

(58)

4. Hubungan antara upah minimum dan inflasi di kota Medan menunjukkan adanya hubungan searah, dimana kenaikan upah minimum akan mempengaruhi inflasi.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut; 1. Dalam menetapan upah minimum pemerintah harus melihat situasi

perekonomian makro yang salah satunya adalah inflasi. Kenaikan upah minimum yang sangat tinggi akan mempengaruhi kestabilan perekonomian yang dapat meningkatkan inflasi.

2. Pemerintah harus dapat mengendalikan tingkat inflasi pada single digit

(dibawah 10%) agar perekonomian dapat stabil dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, 2000. Ekonomi Moneter, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.

Christian, Faith. 2011. “Do Higher Wages Cause Inflation?”, Bangko Sentral ng Pilipinas, Economic Newsletter, No.11-01, Jan-feb 2011.

Hess, G.D. and Schweitzer, M.E., 2000. “Does Wages Inflation Cause Price Inflation?”, Federal Reserve Bank of Cleveland, Policy Discussion Paper, Number 10, April 2000.

Hoxha, Adriatik, 2010. “Causality Between Prices and Wages : VECM Analysis for , The Romanian Economic Journal, Number 37, September 2010.

Gujarati, Porter, 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi 5. Jakarta: salemba empat.

(60)

Mankiw, Gregory, 2006. Makro Ekonomi, Edisi Keenam, Jakarta, Erlangga.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 1 Tahun 1999 Tentang Upah Minimum, Diakses pada tanggal 8 maret pukul 21.04 WIB dari

http://betterwork.org/in-labourguide/wp- content/uploads/2012/05/G-PERMONT1999-01-Tentang-Upah-Minimum-LG.pdf 

Rubienfeld, Pindyck, 2003. Mikroekonomi, Edisi Kelima, Jakarta, Indeks.

Simanjuntak, P.J., 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2002. Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi Kedua, Rajawali Pers, Jakarta.

Sumarsono, Sonny, 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan, Graha ilmu, Yogyakarta.

(61)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Tingkat inflasi dan upah minimum kota medan tahun 1994-2013

Tahun Inflasi Medan (%) Upah Minimum (Rp)

1994 8.28 112500 1995 7.24 126500 1996 8.7 138000 1997 13.1 151000 1998 83.81 174000 1999 1.68 210000 2000 5.9 254000 2001 15.5 340500 2002 9.49 464000 2003 4.46 505000 2004 6.64 537000 2005 22.91 600000 2006 5.97 750000 2007 6.42 820000 2008 10.63 918000 2009 1.59 1020000 2010 7.65 1100000 2011 3.54 1197000 2012 3.79 1285000 2013 10.09 1650000

(62)

Lampiran 2

Hasil Uji Stasioneritas ADF Variabel Inflasi dengan Intercept  Null Hypothesis: INF has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.447606 0.0028

Test critical values: 1% level -3.831511

5% level -3.029970

10% level -2.655194

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20

observations and may not be accurate for a sample size of 19

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(INF)

Method: Least Squares Date: 08/09/14 Time: 14:12 Sample (adjusted): 1995 2013

Included observations: 19 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

INF(-1) -1.074748 0.241646 -4.447606 0.0004

C 12.95265 5.149122 2.515506 0.0222

R-squared 0.537807 Mean dependent var 0.095263

Adjusted R-squared 0.510620 S.D. dependent var 26.55024

(63)

Sum squared resid 5864.521 Schwarz criterion 8.880055

Log likelihood -81.41608 F-statistic 19.78120

Durbin-Watson stat 2.017474 Prob(F-statistic) 0.000353

   

Lampiran 3

Hasil Uji Stasioneritas ADF Variabel Upah Minimum dengan Intercept

Null Hypothesis: D(UMK,2) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 5 (Automatic based on AIC, MAXLAG=5)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.233154 0.0084

Test critical values: 1% level -4.121990

5% level -3.144920

10% level -2.713751

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20

observations and may not be accurate for a sample size of 12

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(UMK,3)

Method: Least Squares Date: 08/09/14 Time: 14:13 Sample (adjusted): 2002 2013

Included observations: 12 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(UMK(-1),2) -11.82775 2.794076 -4.233154 0.0082

D(UMK(-1),3) 9.365024 2.515216 3.723348 0.0137

D(UMK(-2),3) 7.821913 2.100080 3.724578 0.0136

D(UMK(-3),3) 5.397199 1.537194 3.511072 0.0171

D(UMK(-4),3) 3.371222 0.967152 3.485721 0.0176

D(UMK(-5),3) 1.920762 0.495745 3.874494 0.0117

C 82378.17 23455.24 3.512144 0.0171

R-squared 0.877266 Mean dependent var 19541.67

(64)

Sum squared resid 1.78E+10 Schwarz criterion 25.40245

Log likelihood -143.7175 F-statistic 5.956407

Durbin-Watson stat 0.604274 Prob(F-statistic) 0.034620

Lampiran 4 

Hasil Uji Kointegrasi dengan Metode Johansen

Date: 08/09/14 Time: 14:14 Sample (adjusted): 1999 2013

Included observations: 15 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: INF UMK

Lags interval (in first differences): 1 to 4

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace)

Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.618727 24.33964 15.49471 0.0018

At most 1 * 0.482323 9.876047 3.841466 0.0017

Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue)

Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**

None * 0.618727 14.46360 14.26460 0.0465

At most 1 * 0.482323 9.876047 3.841466 0.0017

Max-eigenvalue test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level

**MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I):

INF UMK

-0.418409 -2.12E-06

0.089385 -7.58E-06

(65)

D(INF) 4.137213 -0.591927 D(UMK) -861.8179 -47118.48

1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood -227.1515

Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

INF UMK

1.000000 5.07E-06

(6.6E-06)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(INF) -1.731046

(0.62828)

D(UMK) 360.5921

(12695.8)

     

(66)

Pairwise Granger Causality Tests Date: 08/09/14 Time: 14:12 Sample: 1994 2013

Lags: 4

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability

UMK does not Granger Cause INF 16 5.67420 0.02337

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1 Demand-Pull Inflation
Tabel 4.1 Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun penelitian ini tidak ada hubungan yang bermakna perilaku anak sekolah dasar dengan kejadian schistosomiasis, diharapkan pihak sekolah tetap terus melakukan

The cost of land under development consists of the cost of land for development, direct and indirect real estate development costs and capitalized borrowing

Model Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Menggunakan Microsoft Access Terhadap Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan UMKM.. Perkembangan teknologi informasi pada sektor

 Bagian yang membahas biaya pokok dari suatu pusat administrative atau pendukung tersebut termaksud biaya untuk “tetap berada dalam bisnis (being in business)” ditambah

Pendapatan industri rumah tangga olahan cokelat Choco Craft setiap bulannya dapat diperoleh dengan mencari selisih antara total penerimaan usaha dengan total biaya

Pengunaan Metode Demonstrasi diupayakan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang

kelima, memiliki angka penganda output yang besar yaitu sebesar 1,20, nilai pengganda pendapatan sebesar 0,16, berkontribusi terhadap total output keseluruhan sebesar

1) Pendekatan riset sinergitas ABGc (membangun jejaring riset) dirasakan lebih sesuai dengan kultur peneliti Indonesia (kultur gotong-royong dan pertimbangkan keterbatasan