• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Di Kabupaten Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Di Kabupaten Tapanuli Selatan"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS DETERMINAN SISA HASIL USAHA (SHU)

KOPERASI DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

ADE DEVISA SAMOSIR 070501008

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Ade Devisa Samosir

NIM : 070501008

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Perencanaan Regional

Judul Skripsi :Analisis Determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Di Kabupaten Tapanuli Selatan

Tanggal, Pembimbing Skripsi

NIP. 010 058 695

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

BERITA ACARA UJIAN

Hari :

Tanggal :

Nama : Ade Devisa Samosir

NIM : 070501008

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Perencanaan Regional

Judul Skripsi :Analisis Determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan

Ketua Departemen Pembimbing Skripsi

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec)

NIP. 19730408 1998021 1 001 NIP. 010 058 695

(Drs. Arifin Siregar, Msp)

Penguji I Penguji II

(Drs. Rahcmat Sumanjaya Hsb., MSi)

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Ade Devisa Samosir

NIM : 070501008

Departemen : Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Perencanaan Regional

Judul Skripsi :Analisis Determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Di Kabupaten Tapanuli Selatan

Tanggal, Ketua Departemen

NIP. 19730408 1998021 1 001 (Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec)

Tanggal, Dekan

(5)

ABSTRACT

Ade Devisa Samosir (2010) "Determinants of Surplus Cooperation In South Tapanuli District." Advisors Drs. Arifin Siregar, Msp. Chairman of Department Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec. Examiners I Drs. Rachmat Sumanjaya Hsb. MSi, Examiner II Syarief Fauzi, SE, Ak, MAk.

The purpose of this study was to analyze the Determinants of Surplus Cooperation In South Tapanuli District in 2009. The independent variables used in this study is the Capital, Business Volume, and Number of Members. The method used in the analysis of the determinants of Surplus Cooperation in South Tapanuli District method is Ordinary Least Square (OLS) using analytical tools to process data by using Eviews 6.0.

Based on estimates show that capital variables and Number of Members have a positive influence of Surplus Cooperation in South Tapanuli district and each is statistically significant at α = 1%. While the business volume variable has a positive influence as well, but not significant at α = 1%, α = 5%, and α = 10%.

Based on the identification of determinants obtained that the R Square of 0.9805. This means that the dependent variable 98.05% of Surplus Cooperation can be explained jointly by the independent variables are: Capital, Business Volume and Number of Members. While the rest equal to 1.95% more influenced by other variables not included in the model estimation.

(6)

ABSTRAK

Ade Devisa Samosir (2010) ”Analisis Determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Di Kabupaten Tapanuli Selatan”. Pembimbing Drs. Arifin Siregar, Msp. Ketua Departemen Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec. Penguji I Drs. Rachmat Sumanjaya Hsb. MSi, Penguji II Syarief Fauzi, SE, Ak, MAk.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Di Kabupaten Tapanuli Selatan pada Tahun 2009. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modal, Volume Usaha, dan Jumlah Anggota.

Metode yang digunakan dalam analisis terhadap determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah metode Ordinanary Least Square (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan eviews 6.0.

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel Modal dan Jumlah Anggota mempunyai pengaruh yang positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan dan masing-masing signifikan secara statistik pada α = 1% . Sedangkan variabel Volume Usaha mempunyai pengaruh yang positif juga, namun tidak signifikan pada α = 1%, α = 5%, dan α = 10%.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia serta kemurahan hati-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Di Kabupaten Tapanuli Selatan”.

Skripsi ini membahas tentang determinan besarnya Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan. Tujuan dari skripsi ini salah satunya adalah untuk memberikan pengetahuan terutama untuk mahasiswa Universitas Sumatera Utara tentang penggunaan koperasi dan pemberdayaan koperasi sehingga mampu menciptakan perekonomian yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya.

(8)

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, Msoc, SC, PHD selaku sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Arifin Siregar, MSp selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberi bimbingan dan masukan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rachmat Sumanjaya Hsb., MSi dan Bapak Syarif Fauzie, SE, Ak, MAk selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan petunjuk dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi terkhusus Departemen Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

7. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Kelompok Kecil Bdlight4C (Kak Marselina Sinaga, Jumasi, Kak Kristina, Merlince, dan Yan Frianta ), yang telah banyak memberikan dorongan, membantu, menemani dan memberikan semangat kepada penulis.

(9)

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena masih kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pencapaian kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang dan juga untuk penyempurnaan penulisan yang sejenis. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Desember 2010 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Koperasi ... 10

2.6 Penelitian Sebelumnya ... 30

2.7 Kerangka Konseptual ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.2.1 Populasi ... 32

3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel (Metode Sampling) .... 32

3.3 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data... 33

3.4 Pengolahan Data ... 33

3.5 Model Analisis Data ... 33

3.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness Fit) ... 35

3.6.1 Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ... 35

(11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Selatan ... 44

4.1.1 Kondisi Geografis ... 44

4.1.2 Kependudukan ... 45

4.1.3 Kondisi Sosial ... 46

4.1.4 Gambaran Perekonomian Kabupaten Tapanuli Selatan ... 48

4.1.5 Perkembangan Koperasi dan Tingkat Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 50

4.1.6 Perkembangan Modal Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 52

4.1.7 Perkembangan Volume Usaha Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 54

4.1.8 Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan ... 56

4.2 Hasil dan Analisa ... 58

4.3 Interpretasi Model ... 59

4.4 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Fit) ... 61

4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ... 61

4.4.2 Uji t-statistik(Partial Test) ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran... 77 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

No. Table Judul Halaman

4.1. : Persentase Jumlah Penduduk Menurut

Pendidikan Tahun 2009 46

4.2 : Jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi

di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009 51 4.3. : Jumlah Modal pada Koperasi di Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2009 53 4.4. : Jumlah Volume Usaha pada Koperasi di Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2009 55 4.5. : Jumlah Anggota pada Koperasi di Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2009 57

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 : Kerangka Konseptual Penelitian 31 3.1 : Kurva Uji t-statistik 37

3.2 : Kurva Uji F-statistik 39

3.3 : Kurva Uji Durbin Watson 41

4.1 : Kurva Uji t-statistik Variabel Modal 64 4.2 : Kurva Uji t-statistik Variabel Volume Usaha 65 4.1. : Kurva Uji t-statistik Variabel Jumlah Anggota 66 4.1. : Kurva Uji F-statistik Variabel Modal 68 4.1. : Kurva Uji t-statistik Variabel Modal 64

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Data Koperasi 81

2 Hasil Regres Model Persamaan 1 82 3 Hasil Regresi Model Persamaan 2 83 4 Hasil Regresi Model Persamaan 3 83 5 Hasil Regresi Model Persamaan 4 84

(15)

ABSTRACT

Ade Devisa Samosir (2010) "Determinants of Surplus Cooperation In South Tapanuli District." Advisors Drs. Arifin Siregar, Msp. Chairman of Department Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec. Examiners I Drs. Rachmat Sumanjaya Hsb. MSi, Examiner II Syarief Fauzi, SE, Ak, MAk.

The purpose of this study was to analyze the Determinants of Surplus Cooperation In South Tapanuli District in 2009. The independent variables used in this study is the Capital, Business Volume, and Number of Members. The method used in the analysis of the determinants of Surplus Cooperation in South Tapanuli District method is Ordinary Least Square (OLS) using analytical tools to process data by using Eviews 6.0.

Based on estimates show that capital variables and Number of Members have a positive influence of Surplus Cooperation in South Tapanuli district and each is statistically significant at α = 1%. While the business volume variable has a positive influence as well, but not significant at α = 1%, α = 5%, and α = 10%.

Based on the identification of determinants obtained that the R Square of 0.9805. This means that the dependent variable 98.05% of Surplus Cooperation can be explained jointly by the independent variables are: Capital, Business Volume and Number of Members. While the rest equal to 1.95% more influenced by other variables not included in the model estimation.

(16)

ABSTRAK

Ade Devisa Samosir (2010) ”Analisis Determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Di Kabupaten Tapanuli Selatan”. Pembimbing Drs. Arifin Siregar, Msp. Ketua Departemen Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec. Penguji I Drs. Rachmat Sumanjaya Hsb. MSi, Penguji II Syarief Fauzi, SE, Ak, MAk.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Di Kabupaten Tapanuli Selatan pada Tahun 2009. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modal, Volume Usaha, dan Jumlah Anggota.

Metode yang digunakan dalam analisis terhadap determinan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah metode Ordinanary Least Square (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggunakan eviews 6.0.

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel Modal dan Jumlah Anggota mempunyai pengaruh yang positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan dan masing-masing signifikan secara statistik pada α = 1% . Sedangkan variabel Volume Usaha mempunyai pengaruh yang positif juga, namun tidak signifikan pada α = 1%, α = 5%, dan α = 10%.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya yang bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Pemerintah secara tegas menetapkan bahwa dalam rangka pembangunan nasional dewasa ini, koperasi harus menjadi tulang punggung dan wadah bagi perekonomian rakyat. Kebijaksanaan pemerintah tersebut sesuai dengan isi UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

Di dalam penjelasan UUD 1945 tersebut diungkapkan bahwa bangun usaha yang sesuai adalah koperasi. Oleh karena itu, peran koperasi menjadi penting berkaitan dengan pelaksanaan tujuan di atas. Koperasi harus tampil sebagai organisasi yang dapat mengumpulkan dan membentuk kekuatan ekonomi bersama-sama untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik bagi anggotanya.

(18)

pembangunan nasional adalah pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat. Amanat ini secara jelas dianut dalam prinsip koperasi.

Koperasi sesuai dengan watak sosialnya adalah wadah ekonomi yang paling ampuh untuk menanggulangi kemiskinan dan keterbelakangan dalam upaya untuk menciptakan pembangunan yang berkeadilan. Selain itu, koperasi juga merupakan organisasi yang paling banyak melibatkan peran serta rakyat. Oleh karena itu, koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat perlu lebih banyak diikutsertakan dalam upaya pembangunan, untuk mewujudkan pembangunan yang lebih merata, tumbuh dari bawah, berakar di masyarakat dan mendapat dukungan luas dari rakyat.

Perwujudan kedudukan sentral koperasi dilaksanakan fungsi secara nyata sebagai satu-satunya kunci bagi kesuksesan koperasi di dalam perekonomian nasional. Salah satu fungsi dan peran penting koperasi di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 adalah membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial (Sinaga, 2008:10).

Koperasi di negara berkembang khususnya Indonesia merupakan salah satu bentuk usaha yang mampu bertahan ditengah krisis ekonomi, sehingga koperasi dirasa perlu dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra negara dalam menggerakkan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

(19)

masyarakat kelas menengah kebawah. Eksistensi koperasi memang merupakan suatu fenomena tersendiri, sebab tidak satu lembaga sejenis lainnya yang mampu menyamainya, tetapi sekaligus diharapkan menjadi penyeimbang terhadap pilar ekonomi lainnya. Lembaga koperasi oleh banyak kalangan, diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung muatan menolong diri sendiri, kerjasama untuk kepentingan bersama (gotong royong), dan beberapa esensi moral lainnya. Sangat banyak orang mengetahui tentang koperasi meski belum tentu sama pemahamannya, apalagi juga hanya sebagian kecil dari populasi bangsa ini yang mampu berkoperasi secara benar dan konsisten. Sejak kemerdekaan diraih, organisasi koperasi selalu memperoleh tempat sendiri dalam struktur perekonomian dan mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Keberadaan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat ditilik dari sisi usianyapun yang sudah lebih dari 50 tahun berarti sudah relatif matang. Sampai dengan bulan November 2001, misalnya, berdasarkan data Departemen Koperasi

dan Usaha Kecil Menengah (UKM), jumlah koperasi di seluruh Indonesia tercatat

sebanyak 103.000 unit lebih, dengan jumlah keanggotaan ada sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah itu jika dibanding dengan jumlah koperasi per-Desember 1998 mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat. Jumlah koperasi aktif, juga mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan. Jumlah koperasi aktif per-November 2001, sebanyak 96.180 unit (88,14 persen). Hingga

tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang aktif mencapai 28,55%, sedangkan yang

menjalan rapat tahunan anggota (RAT) hanya 35,42% koperasi saja. Data terakhir

(20)

aktif 94.708 unit dan yang tidak aktif sebesar 43.703 unit (Tambunan dan M. Anik, 2009).

Krisis ekonomi yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 dan dilanjutkan dengan krisis global pada pertengahan tahun 2008 lalu memberi pelajaran berharga tentang kekuatan bangunan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang melalui strategi industri substitusi impor dan dilanjutkan strategi industri promosi ekspor diharapkan memberikan efek menetap yang baik ternyata hanya melahirkan bangunan struktur industri yang rapuh dan timpang. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan yang terjadi di mana pada saat krisis global menghantam perekonomian Indonesia, terbukti usaha besar yang lebih rapuh daya tahannya terhadap krisis dibandingkan dengan usaha kecil lainnya.

Koperasi merupakan tata susunan ekonomi Indonesia dan melakukan perannya sebagai salah satu diantara beberapa pilar penopang pembangunan ekonomi suatu Negara. H.Djoko menyebutkan ada tiga pilar penopang kegiatan pembangunan ekonomi yakni Bdan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) dan Koperasi. Koperasi menduduki urutan ketiga dari pelaku ekonomi yang berkiprah di Indonesia ( Ngongo : 2004).

(21)

Koperasi merupakan kumpulan orang-orang yang membentuk suatu usaha bersama yang bertujuan untuk memenuhi kesejahteraan anggotanya melalui sisa hasil usaha (SHU) yang diperoleh selama tahun berjalan. SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

Menurut Atmadji (2007) pentingnya SHU dalam setiap koperasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah modal usaha dan volume usaha. Koperasi sebagai suatu badan usaha harus mampu memanfaatkan modal yang ada untuk dikelola dalam bentuk usaha-usaha yang telah ditetapkan untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Dalam setiap usaha, modal merupakan suatu hal yang sangat memiliki peranan penting, tanpa modal maka sebuah usaha koperasi tidak akan dapat berjalan. Untuk bertahan dalam jangka panjang, suatu perusahaan harus memperoleh tingkat pengembalian yang wajar atas dana yang diinvestasikan. Sehingga perhatian yang besar sangat dibutuhkan untuk mengevaluasi usulan pengeluaran modal yang efektif.

(22)

Dengan modal suatu usaha baik perusahaan umum maupun koperasi akan mampu mengembangkan usahanya yang akhirnya akan menghasilkan suatu pendapatan (Usry, 2005: 369). Semakin besar modal yang digunakan dalam sebuah usaha maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan(Atmadji: 2007)

Faktor-faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap maju mundurnya koperasi adalah jumlah anggota dan volume usaha. Menurut Hadikusuma (2000:74), semakin banyak jumlah anggota dalam sebuah koperasi maka semakin kokoh kedudukan koperasi sebagai badan usaha, ditinjau dari segi organisasi maupun dari segi ekonomis. Pada koperasi, anggota merupakan suatu sumber daya manusia yang utama, karena anggota merupakan faktor yang berpengaruh terhadap maju mundurnya suatu usaha koperasi. Demikian juga halnya dengan volume usaha, semakin besar volume usaha yang diperoleh koperasi maka SHU yang diperoleh koperasi tersebut akan semakin besar pula.

(23)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh modal terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan?

2. Bagaimanakah pengaruh volume usaha terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan?

3. Bagaimanakah pengaruh jumlah anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis. Berdasarkan permasalahan diatas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1. Modal berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Volume Usaha berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan.

(24)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh volume usaha terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel modal, volume usaha, dan jumlah anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi. 2. Bagi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi / UKM:

(25)

3. Bagi pengelola koperasi:

Sebagai masukan dalam membuat kebijakan pengembangan dan pemberdayaan koperasi, khususnya koperasi yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan.

4. Bagi akademisi:

(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Koperasi

Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti kerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu defenisi koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya (Widiyanti dan Sunindhia, 1992:1). Definisi tersebut mengandung unsur-unsur bahwa:

1. Perkumpulan koperasi bukan merupakan perkumpulan modal (bukan akumulasi modal), akan tetapi persekutuan sosial.

2. Sukarela untuk menjadi anggota, netral terhadap aliran dan agama. 3. Tujuannya mempertinggi kesejahteraan jasmaniah anggota-anggota

dengan kerja sama secara kekeluargaan.

(27)

Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa: 1. Dalam perkoperasian terdapat suatu unsur kesukarelaan (kesadaran untuk

menjadi anggota koperasi tanpa adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun).

2. Dengan adanya suatu kerja sama maka manusia akan lebih mudah mencapai segala sesuatu yang mereka inginkan dalam hidupnya karena beban yang dirasakan menjadi lebih ringan jika dipikul bersama-sama. 3. Koperasi yang didirikan memiliki beberapa pertimbangan-pertimbangan

ekonomis yang harus diperjuangkan (dalam segala kegiatan usaha koperasi diarahkan untuk mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan dapat memberikan manfaat ekonomis yang diharapkan).

Koperasi Indonesia menurut UU No.25/1995 tentang perkoperasian adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan asas kekeluargaan.

Fungsi koperasi untuk Indonesia tertuang dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992 (dalam Sumarsono, 2003:10) tentang perkoperasian yaitu:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

(28)

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Definisi koperasi menurut Hatta (dalam Sitio dan Tamba, 2001: 17) yang menyatakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong, semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan, berdasarkan ‘seorang buat semua dan semua buat seorang’.

Koperasi adalah merupakan singkatan dari kata ko / co dan operasi / operation. Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi

kesejahteraan bersama. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967, koperasi indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan (Kartasapoetra dkk, 2001:3).

2.1.1 Tujuan dan Prinsip Koperasi 1. Tujuan Koperasi

(29)

No.25/1992. Menurut pasal itu tujuan koperasi Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan para anggota pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya serta ikut membangun suatu tatanan perekonomian nasional dalam rangka usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur lahiriah dan batiniah berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Baswir, 2000:41).

Berdasarkan bunyi pasal 3 UU No. 25/1992 itu, dapat disaksikan bahwa tujuan Koperasi Indonesia dalam garis besarnya meliputi tiga hal sebagai berikut:

a. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya. b. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.

c. Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional. 2.Prinsip Koperasi

Penyusunan prinsip-prinsip Koperasi Indonesia tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan prinsip koperasi secara Internasional. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No.25 Tahun 1992, Koperasi Indonesia melaksanakan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut :

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan adil dan sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

(30)

2.1.2 Fungsi dan Peranan Koperasi 1. Fungsi Koperasi

Fungsi koperasi menurut Baswir (dalam Atmadji, 2007) mempunyai dua fungsi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain yaitu:

a. Fungsi koperasi dalam bidang ekonomi antara lain dalam berusaha koperasi lebih berperikemanusiaan artinya tidak semata-mata mencari keuntungan, pembagian (SHU) lebih adil sesuai dengan jasa anggota terhadap koperasi, koperasi bukan perkumpulan modal, jadi koperasi harus menghindari praktek monopoli, dengan motif pelayanan pada anggota maka koperasi menawarkan barang dan jasa dengan harga yang relatif lebih murah tanpa mengabaikan kualitas, koperasi berfungsi meningkatkan penghasilan para anggotanya dengan membagikan keuntungan koperasi kepada para anggotanya sesuai kontribusi yang diberikan anggota kepada kepada koperasi, menyederhakan sistem tataniaga dengan mengurangi mata rantai perdagangan yang tidak perlu, menumbuhkan sikap jujur dan terbuka dalam pengelolaan perusahaan, menjaga terciptanya keseimbangan antara penawaran dan permintaan, dan mendidik masyarakat untuk mengalokasikan pendapatan secara efektif dan efisien. b. Fungsi koperasi dalam bidang sosial antara lain adalah melatih dan

(31)

Menurut Undang-Undang No.12 Tahun 1967, bagian 2,pasal 4, fungsi Koperasi Indonesia (dalam Kartasapoetra dkk, 1991:8) adalah:

a. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat. b. Alat pendemokrasian ekonomi nasional.

c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.

d. Alat Pembina insane masyaraka untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat.

2.Peranan Koperasi

Adapun peranan koperasi adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan taraf hidup sederhana masyarakat Indonesia. b. Mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia.

c. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada. Menurut Undang-Undang No.12 Tahun 1967, pasal 7, Koperasi Indonesia dalam rangka pembangunan ekonomi dan perkembangan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya berperanan serta bertugas untuk :

a. Mempersatukan, mengarahkan, membina dan mengembangkan potensi, daya kreasi, daya usaha rakyat untuk meningkatkan produksi dan mewujudkan tercapainya pendapatan yang adil dan kemakmuran yang merata.

b. Mempertinggi taraf hidup dan tingkat kecerdasan rakyat.

(32)

Pasal 4 UU No 25 Tahun 1992, menyatakan bahwa koperasi mempunyai fungsi dan peran sebagai berikut :

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi para anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargan dan demokrasi ekonomi.

2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi

Pengertian sisa hasil usaha koperasi menurut ketentuan Pasal 45 UU No.25 Tahun 1992 (dalam Hadhikusuma 2000:105) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya-biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Ditinjau dari aspek ekonomi manajerial, sisa hasil usaha (SHU) koperasi adalah selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya-biaya atau biaya total (Total Cost) dalam satu tahun buku (Sitio dan Tamba, 2001: 87).

(33)

setelah dikurangi dengan penyusutan-penyusutan dan biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan (vide pasal 34 UU No.12 Tahun 1967). Sisa hasi usaha ini terdiri atas (Kartasapoetra dkk, 2001:171) adalah :

1. Surplus yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota. 2. Surplus yang diperoleh dari usaha yang diselenggarakan untuk pihak

ketiga.

Pengertian SHU menurut UU No. 25/ 1992 (dalam Baswir, 2000: 250), tentang perkoperasian, Bab IX Pasal 45 adalah sebagai berikut:

1. Sisa hasil usaha adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang barsangkutan.

2. Sisa hasil usaha setelah dikurangi dengan cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan rapat anggota.

3. Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.

(34)

dan selanjutnya dibagikan kepada anggota sesuai dengan jasa yang dilakukan oleh masing-masing anggota koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota (Sitio dan Tamba, 2001:87).

SHU koperasi yang diterima oleh anggota bersumber dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri (dalam Sitio dan Tamba, 2001:89), yaitu:

1. SHU atas jasa modal

Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik ataupun investor, karena jasa atas modalnya (simpanan) tetap diterima dari anggota koperasinya sepanjang koperasi tersebut menghasilkan SHU pada tahun buku yang bersangkutan.

2. SHU atas jasa usaha

Jasa ini menjelaskan bahwa anggota koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai atau pelanggan.

(35)

Pengertian sisa hasil usaha (SHU) dalam UU No. 25 / 1992 , Bab IX Pasal 45 menyatakan bahwa besarnya sisa hasil usaha (SHU) yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Dengan pengertian ini, juga dijelaskan bahwa adanya hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dan koperasinya, maka semakin besar pula sisa hasil usaha (SHU) yang akan diterima (Sitio dan Tamba, 2001:87).

Perolehan sisa hasil usaha oleh masing-masing anggota tergantung besar kecilnya partisipasi modal dan transaksi yang dilakukan oleh anggota tersebut terhadap usaha-usaha yang ada pada koperasi. Dengan artian semakin besar partisipasi modal dan transaksi yang dilakukan oleh anggota terhadap koperasi, maka semakin besar pula sisa hasil usaha yang akan diterima oleh anggota tersebut, dan juga sebaliknya.

Prinsip-prinsip pembagian SHU ( Sitio dan Tamba, 2001:91) sebagai berikut: 1. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.

2. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri.

(36)

Sesuai dengan salah satu sendi-sendi dasar Koperasi, yang mengatakan pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota, maka pembagian SHU dibedakan antara yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dan yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota ( Widiyanti dan Sunindhia, 1992:157).

1. SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota dibagi untuk:

a. Cadangan Koperasi.

b. Anggota sebanding dengan jasa yang diberikannya. c. Dana Pengurus.

d. Dana Pegawai/karyawan. e. Dana Pendidikan Koperasi. f. Dana Sosial.

g. Dana Pembangunan Daerah Kerja.

2. SHU yang berasal dari usaha yang ddiselenggarakan untuk bukan anggota dibagi untuk:

a. Cadangan Koperasi. b. Dana Pengurus.

c. Dana Pegawai/karyawan. d. Dana Pendidikan.

e. Dana Sosial.

(37)

Perhitungan akhir tahun yang menggambarkan penerimaan pendapatan koperasi dan alokasi penggunaanya untuk biaya-biaya koperasi berdasarkan pasal 45 ayat (1) UU No. 25 / 1992 (dalam Partomo,dkk, 2002:83) dapat dirumuskan sebagai berikut:

SHU = Pendapatan – (Biaya + Penyusutan + Kewajiban Lain + Pajak ) Rumus diatas dapat disederhanakan menjadi:

SHU = TR – TC

Sisa hasil usaha (SHU) merupakan pendapatan total koperasi dari seluruh usaha yang diperoleh dengan biaya- biaya operasional yang dikeluarkan dalam satu tahun yang sama. Dengan demikian sisa hasil usaha (SHU) tergantung pada dua hal, yaitu volume usaha yang dicapai dan biaya – biaya operasional yang dikeluarkan.

Persamaan (SHU=TR – TC) tersebut, maka akan ada tiga kemungkinan yang akan terjadi, yaitu sebagai berikut:

1. Jumlah pendapatan koperasi lebih besar dari jumlah biaya – biaya koperasi sehingga terdapat selisih yng disebut SHU positif.

(38)

2. Jumlah pendapatan anggota koperasi lebih kecil dari pada jumlah biaya– biaya koperasi sehingga terdapat selisih yang disebut SHU negatif atau SHU minus.

SHU negatif berarti konstribusi anggota koperasi terhadap pengeluaran untuk biaya koperasi lebih kecil dari pendapatan koperasi. Kekurangan konstribusi anggota tersebut ditutup dengan dana cadangan. Dana cadangan diperoleh dari penyisihan SHU yang digunakan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

3. Jumlah pendapatan koperasi sama dengan jumlah biaya – biaya koperasi sehingga terjadi SHU nihil atau berimbang.

SHU nihil atau berimbang, di mana pengeluaran biaya dan pendapatan koperasi seimbang. Dalam hal ini koperasi harus memperbaiki kinerjanya agar dapat meningkatkan pendapatannya untuk memperoleh SHU positif. Koperasi harus bekerja dan melaksanakan kegiatannya secara efisien baik internal maupun alokasi sumber dayanya.

Sisa hasil usaha yang selalu berkembang adalah sisa hasil usaha yang dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Sisa hasil usaha pada koperasi bersumber dari anggota dan non anggota, maka sisa hasil usaha ini juga akan dibagikan kembali.

(39)

2.3 Modal Koperasi

Faktor modal dalam koperasi adalah suatu hal yang digunakan untuk kegiatan usaha koperasi yang datang dari dalam koperasi (intern) maupun dari luar koperasi sendiri (ekstern), modal inilah yang digunakan untuk kegiatan usaha koperasi. Jadi dapat disimpulkan tanpa adanya modal maka tidak akan bisa suatu usaha pada koperasi dijalankan. Modal dalam koperasi dibutuhkan bukan hanya untuk menjalankan usaha yang telah direncanakan koperasi oleh koperasi namun juga untuk keperluan lainnya.

Modal usaha koperasi diutamakan berasal dari anggota, modal anggota bersumber dari simpanan pokok dan simpanan wajib. Hal ini mencerminkan bahwa koperasi sebagai badan usaha yang ingin mendorong diri sendiri dengan kekuatan sendiri. Maka kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada akhirnya akan meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU).

Menurut pasal 32, Bagian 11 UU No. 12 Tahun 1967, tentang permodalan koperasi (dalam Kartasapoetra,dkk, 1991:162) dijelaskan sebagai berikut:

1. Terdiri dan dipupuk dari simpanan-simpanan, pinjaman-pinjaman, penyisihan-penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber-sumber lain.

2. Simpanan pokok, wajib dan sukarela (tentang simpanan sukarela dapat diterima dari bukan anggota).

(40)

kegiatan usaha koperasi dewasa ini serta semakin besar pula dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha koperasi, baik yang berasal dari dana intern (modal sendiri) modal ekstern (modal luar atau pinjaman) maka semakin berarti pula tanggungjawab manajemennya.

Modal usaha terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal inve stasi adalah jumlah uang yang ditanamkan atau digunakan untuk pengadaan secara operasional suatu perusahaan, yang bersifat tidak mudah diuangkan (Inliquid) seperti tanah, mesin, bangunan, peralatan kantor, dan lain-lain. Sedangkan Modal kerja adalah sejumlah uang yang ditanamkan dalam aktiva lancar perusahaan atau yang dipergunakan untuk membiayai operasional jangka pendek perusahaan, seperti pengadaan bahan baku, tenaga kerja, pajak, biaya listrik, dan lain-lain (Sitio dan Tamba, 2001:52).

2.3.1 Sumber Modal Koperasi

Undang-Undang No. 25 / 1992, pasal 41, ayat 1, tentang perkoperasian yang menyatakan bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.

1. Modal sendiri

(41)

Modal sendiri pada koperasi terdiri atas: a. Simpanan pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan pada saat masuk menjadi anggota oleh setiap anggota kepada koperasi, yang besarnya untuk masing-masing anggota adalah sama (Hadhikusuma, 2000:96).

Simpanan pokok ini tidak bisa diambil oleh anggotanya selama anggota tersebut menjadi anggota koperasi. Mengenai jumlah simpanan pokok yang dibayarkan oleh anggota tergantung pada anggaran dasar koperasi yang telah ditetapkan. Simpanan pokok ini ikut menanggung resiko.

b. Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang wajib dibayar oleh setiap anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, yang nilainya untuk masing-masing anggota tidak harus sama (Hadhikusuma, 2000:97)

Simpanan wajib ini sama halnya dengan simpanan pokok, yaitu tidak dapat diambil kembali oleh anggota selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Namun simpanan wajib ini tidak ikut menanggung kerugian.

c. Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian jika diperlukan (Hadhikusuma, 2000:97)

(42)

d. Hibah/donasi

Hibah merupakan hadiah atau pemberian secara cuma-cuma kepada seseorang atau organisasi. Modal donasi ini merupakan bantuan yang diberikan tanpa ada perjanjian atau syarat apapun, dan modal ini digunakan untuk operasional koperasi yang tidak bisa dipindah tangankan.

2. Modal pinjaman atau modal luar

Modal yang terbaik adalah modal sendiri tanpa adanya pinjaman modal dari yang lainnya. Namun karena modal sendiri kurang mencukupi untuk pengembangan usaha yang dilakukan koperasi, maka diperlukanlah bantuan dari luar sebagai pinjaman modal. Pinjaman ini diperoleh dari bantuan atau pinjaman pemerintah dan lain-lain.

Modal pinjaman atau modal luar, bersumber dari:

a. Anggota, yaitu pinjaman dari anggota atau calon anggota koperasi yang bersangkutan.

b. Koperasi lainnya / atau anggotanya, yaitu pinjaman dari koperasi lainnya dan / atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerja sama antara koperasi.

c. Bank dan lembaga keuangan lainnya, yaitu pinjaman dari bank dan lembaga keungan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(43)

e. Sumber lain yang sah, yaitu pinjaman yang diperolah dari bukan anggota yang dilakukan tanpa melalui penawaran secara umum.

2.4 Volume Usaha

Volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan jasa pada suatu periode atau tahun buku yang bersangkutan (Sitio dan Tamba, 2001:141). Dengan demikian volume usaha koperasi adalah akumulasi nilai penerimaan barang dan jasa sejak awal tahun buku (Januari) sampai dengan akhir tahun buku (Desember).

Aktivitas ekonomi koperasi pada hakekatnya dapat dilihat dari besarnya volume usaha koperasi tersebut. Kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh koperasi bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terutama bagi anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya. Usaha atau kegiatan yang dilakukan tersebut dapat dilihat dari besarnya volume usaha yang nantinya akan berpengaruh terhadap perolehan laba atau sisa hasil usaha koperasi (Sitio dan Tamba, 2001:142).

(44)

Lapangan usaha koperasi telah ditetapkan pada UU No. 25/1992, pasal 43 (dalam Sitio dan Tamba, 2001: 82) yaitu:

1. Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan bisnis dan kesejahteraan. Pada hal ini, konsep ideal koperasi seperti digambarkan sebelumnya masih seirama dengan ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan.

2. Kelebihan kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.

3. Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama disegala bidang kehidupan ekonomi rakyat.

2.5 Anggota Koperasi

(45)

Pasal 20 UU No.25/1992 menyatakan bahwa kewajiban anggota koperasi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi serta semua keputusan yang telah disepakati bersama dalam rapat anggota

2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi 3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas azas

kekeluargaan.

Sedangkan hak dari setiap anggota koperasi adlah sebagai beikut:

1. Hak untuk menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam rapat anggota

2. Memilih dan dipilih menjadi pengurus

3. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar.

4. Mengemukakan pendapat atau saran-saran kepada pengurus di luar rapat anggota, baik diminta maupun tidak diminta.

5. Memanfaatkan koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama diantara sesama anggota

(46)

2.6Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan Oleh Atmadji (2007) dalam bentuk jurnal, yang berjudul “Faktor-Faktor yang Menentukan Besarnya Sisa Hasil Usaha Koperasi Dari Aspek Keuangan dan Non-keuangan di Indonesia. Dalam penelitian ini Atmadji menyatakan bahwa besarnya SHU dalam setiap koperasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah modal usaha dan volume usaha. Koperasi sebagai suatu badan usaha harus mampu memanfaatkan modal yang ada untuk dikelola dalam bentuk usaha-usaha yang telah ditetapkan untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien.

2.7Kerangka Konseptual

(47)

Sumber : Diolah (2009)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Modal Usaha (X1)

Sisa Hasil Usaha (Y) Volume Usaha (X2)

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah mengamati dan menganalisa pengaruh modal, volume usaha dan jumlah anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi-koperasi yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data seksi silang (cross section) yaitu berupa angka-angka kuantitatif. Sedangkan sumber data diperoleh melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi / UKM, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan.

3.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh koperasi menurut jenisnya yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan yang terdaftar di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi / UKM, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. Sesuai data terakhir yang diperoleh, jumlah koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebanyak 241 unit koperasi pada tahun 2009.

3.2.2 Teknik Pegambilan Sampel (Metode Sampling)

(49)

yang semua objek atau elemen populasinya tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dengan menggunakan tekhnik purposive sampling, yaitu tekhnik penentuan sampel dengan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud peneliti. Oleh karena itu dari 241 populasi, penulis mengambil 40 unit koperasi menjadi sampel dalam penelitian skripsi ini.

3.3 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan melalui baha-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan pencatatan secara langsung dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.4 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer Eviews 6.0 untuk pengolahan data. Disamping itu penulis juga menggunakan program Microsoft Office Word 2007 dalam penulisan penelitian dan Microsoft Excel 2007

sebagai program pembantu, dengan tujuan untuk meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data jika dibandingkan dengan pencatatan ulang secara manual.

3.5 Model Analisis Data

(50)

seberapa besar pengaruh variabel – variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel – variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (ordinary least squared ). Data yang digunakan dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistika yaitu persamaan regresi linier berganda.

Variabel-variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:

Y= f (X1, X2, X3)………...………...(1) Kemudian fungsi tersebut dispesifikasikan ke dalam bentuk model persamaan regresi linier sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 +β 2 X2 + β 3 X3 + μ………..(2)

Dimana :

Y = Sisa Hasil Usaha (Rupiah) X3 = Modal (Rupiah)

X2 = Volume Usaha (Rupiah) X3 = Jumlah Anggota (orang) α = Intercept/ Konstanta β1, β 2, β 3 = Koefisien Regresi

(51)

Bentuk hipotesisnya dapat dinyatakan sebagai berikut:

Artinya jika X1 (Modal) meningkat maka Y (Sisa Hasil Usaha) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Artinya jika X2 (Volume Usaha) meningkat maka Y (Sisa Hasil Usaha) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

Artinya jika X3 (Jumlah Anggota) meningkat maka Y (Sisa Hasil Usaha) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6 Uji Kesesuaian (Test of Goodness Fit)

Uji kesesuaian (Test of Goodness Fit) dilakukan untuk mengetahui kesesuian garis regresi sampel mencocokan data. Untuk menganalisa model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:

3.6.1 Uji Koefisien Determinasi (R-square)

Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mendeteksi ketepatan paling baik dari garis regresi. Uji ini digunakan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel bebas secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel terikat dimana nilai koefisien determinasi (R2) adalah antara 0 sampai dengan 1 (0≤R2≤1)

(52)

Sbi t-statistik =

3.6.2 Uji t-Statistik (Partial Test)

Uji t merupakan suatu pengujian apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas lainnya konstan. Nilai t-statistik dapat diperoleh dengan rumus:

(bi – b)

Dimana:

bi = Keofisien variabel bebas ke-i b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel ke-i Kriteria pengambilan keputusan:

H0 : β = 0 H0 diterima (t-statistik < t-tabel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan terhadap variabel independen.

(53)

Dengan ketentuan sebagai berikut: Ho diterima jika t-statistik < ttabel Dalam program Eviews:

a. Probabilitas Xi > 0,01 bila α = 1% b. Probabilitas Xi > 0,05 bila α = 5% c. Probabilitas Xi > 0,10 bila α = 10%

Artinya variabel-variabel bebas tidak mempengaruhi variabel terikat. Ha diterima jika t-statistik > ttabel

Dalam program Eviews:

a. Probabilitas Xi < 0,01 bila α = 1% b. Probabilitas Xi < 0,05 bila α = 5% c. Probabilitas Xi < 0,10 bila α = 10%

Artinya variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.

Ho diterima

Ha diterima Ha diterima

(54)

R2/(k – 1) (1 – R2)/(n – k) 3.6.3 Uji F-Statistik (Simultan Test)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas secara bersama-sama atau keseluruhan terhadap variabel terikat. Nilai F-statistik dapat diperoleh dengan rumus:

= Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel bebas dan intercept n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Ho : β1= β2= β3 = 0 H0 diterima (F-statistik < F-tabel) artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan terhadap variabel independen. Ha : β1≠ β2≠ β3≠ 0 Ha diterima (F-statistik > F-tabel) artinya variabel

independen secara simultan berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian ini dilakukan untuk membadingkan nilai F-statistik dengan F-tabel dengan kriteria sebagai berikut:

Ho diterima jika F-statistik < F-tabel Dalam program Eviews:

a. Probabilitas Y > 0,01 bila α = 1% b. Probabilitas Y > 0,05 bila α = 5% c. Probabilitas Y > 0,10 bila α = 10%

(55)

Ha diterima jika F-statistik > F-tabel Dalam program Eviews:

a. Probabilitas Y < 0,01 bila α = 1% b. Probabilitas Y < 0,05 bila α = 5% c. Probabilitas Y < 0,10 bila α = 10% Artinya variabel bebas memepengaruhi variabel terikat

Ho diterima Ha diterima

0

Gambar 3.2 Kurva Uji F-statistik

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1 Uji Multikolinearitas

(56)

d =

∑et2 ∑(et – et – 1)2

Adanya gejala multikolinearitas ditandai dengan : 1. Nilai R² dari variable bebas yang tinggi.

2. Tidak ada satupun t-statistik dari variabel bebas yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, dan α = 10%.

3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori. 3.7.2 Uji Autokorelasi

Uji ini merupakan hubungan variabel-variabel dari serangkaian yang tersusun dalam rangkaian waktu. Autokorelasi juga menunjukkan hubungan nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Autokorelasi dapat terjadi jika kesalahan pengganggu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya.

Untuk menguji apakah hasil-hasil estimasi tidak mengandung autokorelasi, maka dipergunakan Uji Durbin-Watson (D.W), dimana terlebih dahulu harus ditentukan besarnya nilai kritis dari du dan dl berdasarkan jumlah pengamatan dari variabel bebasnya.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho : ρ = 0, tidak ada gejala autokorelasi

(57)

Dengan kriteria sebagai berikut:

H0 : Tidak ada korelasi.

DW<dl : Tolak H0 (ada korelasi positif). DW>4-dl : Tolak H0 (ada korelasi negatif). du<DW<4-du : Terima H0 (tidak ada korelasi).

dl≤DW<4-du : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive). (4-du)≤DW≤(4-dl) : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive).

Inconclusive Inconclusive

Autokolerasi (−) Autokolerasi (+)

Ho diterima

(58)

3.7.3 Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas merupakan salah satu asumsi OLS (Ordinary Least Square) jika varian residualnya tidak sama dimana varian dari kesalahan

pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan Uji Park. Bentuk fungsi yang disarankan oleh Park adalah:

σ²i = σ² e

Kemudian model itu ditulis dalam bentuk logaritma natural, sehingga menjadi: ln σ²i = ln σ² +

Park menyarankan σ²i (varians) digantikan dengan (residual) karena σ²i tidak

dapat diamati, sehingga persamaan ditulis menjadi: ln µ²i = ln µ²i +

ln µ²i = α +

Uji Park dilakukan dengan melihat apabila koefisien parameter β adalah

(59)

3.8 Defenisi Variabel Operasional

1. Modal adalah sejumlah uang yang tertanam dalam koperasi yang terdiri dari modal sendiri dan modal luar, yang dinyatakan dalam satuan rupiah. 2. Volume usaha adalah total nilai penjualan atau pendapatan barang dan jasa

atau usaha-usaha lain yang menghasilkan pada tahun buku yang bersangkutan pada tiap-tiap koperasi, yang dinyatakan dalam satuan rupiah.

3. Jumlah anggota adalah keseluruhan individu-individu yang menjadi bagian dari koperasi tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan, yang dinyatakan dalam satuan orang.

(60)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Selatan 4.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu wilayah kabupaten yang terletak di propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Tapanuli Selatan beribukota di Padang Sidempuan, secara geografis dapat dilihat sebagai berikut :

1. Terletak antara : 0°10 - 1°50 LU dan antara 98°50 - 100°10 BT.

2. Luas Wilayah : 12.261,55 km².

3. Ketinggian berkisar antara : 0 – 1,915 m diatas permukaan laut. 4. Kemiringan tanah terdiri dari :

a. Datar : 317.410 Ha (25,89%). b. Landai : 154.435 Ha (12,59%). c. Berbukit-bukit : 245.215 Ha (19,99%). d. Bergunung-gunung : 509.095 Ha (41,35%). 5. Batas Wilayah :

Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Tengah

(61)

Sebelah Selatan : Propinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Mandailing Natal

Sebelah Barat :Samudra Indonesia dan Kabupaten Mandailing Natal.

Seperti umunya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan termasuk daerah yang beriklim tropis. Kabupaten Tapanuli Selatan termasuk daerah yang beriklim tropis. Sehingga daerah ini memiliki 2 musim yaiu musim kemarau dan musim hujan, biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadiya musim.

4.1.2.Kependudukan

Penduduk memiliki arti penting bagi suatu wilayah, sebab faktor strategis mereka didalam pembangunan memiliki arti penting sebagai sasaran dan juga sekaligus sebagai pelaksana pembangunan. Oleh karena itu pembangunan nasional dititikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

(62)

penyebaran penduduk menurut daerah pada tahun 2000 adalah sebanyak 1,33% tinggal di daerah perkotaan dan sisanya 98,67% tinggal didaerah pedesaan.

4.1.3. Kondisi Sosial a. Pendidikan

Pendidikan mempunyai peranan penting bagi suatu bangsa dan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Pentingnya pendidikan tercemin dalam UUD 1945 dan GBHN, yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga Negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2006 terdiri dari 310 Sekolah Dasar, 71 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan 25 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas / Sederajat. Sedangkan menurut data tahun 2009 persentase jumlah penduduk menurut pendidikan yaitu :

Tabel 4.1

Persentase Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2009 No Pendidikan Persentase

1 Belum Sekolah (SD) 30 %

2 SD 31,2%

3 SLTP 20 %

4 SLTA 17 %

5 PT 1,8 %

(63)

b. Kesehatan

Kulaitas penduduk secara fisik khususnya dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk secara menyeluruh. Dengan adanya upaya tersebut maka diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat. Bangsa yang memiliki tingkat derajat yang tinggi akan lebih berhasil dalam melakukan pembangunan.

Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dikembangkan melalui sistem kesehatan nasional. Pelaksanaannya dilaksanakan dengan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat yang diarahkan terutama kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Selain itu upaya pencegahan dan penyembuhan penyakit serta peningkatan pembangunan pusat-pusat kesehatan masyarakat serta sarana penunjangnya terus dilakukan oleh pemerintah seperti : Puskesmas, Posyandu, Pos Obat Desa, Pondok Bersalin Desa, dan penyediaan fasilitas air bersih. Oleh karena itu, pembangunan yang sedang digiatkan pemerintah diharapkan dapat berakselerasi positif. Sarana kesehatan yang tersedia di Kabupaten ini terdiri dari: 16 Puskesmas, 57 Puskesmas Pembantu, 6 Unit balai pengobatan swasta, dan 3 Unit Rumah Saki Umum Daerah.

c. Agama

(64)

yaitu : yang beragama Isalm sebesar 84.90%, Kristen Protestan dan Katolik 14.54%, dann beragama Buddha sebesar 0.56%.

4.1.4 Gambaran Perekonomian Kabupaten Tapanuli Selatan

Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki potensi sumber daya alam yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB kabupaten Tapanuli Selatan terutama sek tor pertanian dan perkebunan terutama berupa bahan tanaman pangan, buah-buahan,, sayur-sayuran. Tanaman perkebunan yang telah dibudidayakan masyarakat di daerah ini terdapat 15 jenis tanaman perkebunan meliputi : karet, kelapa sawit, kelapa, kokoa, kulit mmanis, nilam, kemiri, aren, kapulaga, tembakau, cengkeh, kemenyan dan jahe.

Danau Siais merupakan danau terbesar ke dua di Sumatera Utara setelah Danau Toba, danau ini merupakan salah satu potensi pariwisata di Kabupaten ini selain wisata alam yang lain seperti Pemandian Parsariran di Sungai Bbatang Toru, PAntai Muara Opu di Pesisir Pantai Barat Sumatera (Kecamatan Muara Batang Toru), Tor Simago-mago, Pemandian Air Panas Alaminya dan Danau Marsabut yang terdapat di Kecamatan Sipirok, serta Aek Sijornih yang terdapat di Kecamatan Sayur Matinggi.

Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Tapanuli Selatan. Sektor pertanian ini juga yang membuat kabupaten ini diperhitungkan di tingkat Propinsi Sumatera Utara. Jenis tanaman yang memegang peranan signifikan antara lain kelapa sawit, karet, kopi, dan padi.

(65)

Kecamatan Huta Raja Tinggi, Sosa, Halongonan, Padang Balok, dan Barumun Tengah. Klaster perkebunan karet cocok dikembangkan di Kecamatan Padang Bolak, Halongonan, Batang Toru, Psp Barat, dan Dolok Sigompulon. Sementara klaster produksi kopi cocok dikembangkan di Kecamatan Saipar Dolok Hole, Sipirok, dan Padang Bolak.

Daeraeh Kabupaten Tapanuli selatan juga mempunyai potensi daerah di bidang perkebunan dan perikanan, hal ini dapat dilihat dari volume produksi hasil perkebunan perkebunan dan perikanan yaitu : kopi (4015 ton), kelapa sawit (63.680 ton), karet (30.387 ton), kakao (1.792ton), kelapa (220 ton), budidaya kolam (4.682 ton), budidaya sawah (1.180 ton), budidaya kolam air deras (28 ton), budidaya jaring apung (168 ton) pada tahun 2009.

Di sisi tanaman bahan makanan, andalan Kabupaten Tapanuli Selatan adalah padi, ubi kayu, dan jagung. Produksi ketiga jenis tanaman ini tersebar hampir merata di seluruh kecamatan. Namun demikian terdapat kecamatan dengan produksi tertinggi. Untuk produksi padi, tertinggi di Kecamatan Psp Timur. Produksi ubi kayu tertinggi di Kecamatan Simangambat. Sedangkan produksi jagung tertinggi di Kecamatan Saipar Dolok Hole. Kabupaten Tapanuli Selatan juga merupakan salah satu daerah tempat berkembangnya peternakan. Ternak andalan daerah ini antara lain Kerbau, Sapi, Domba, Kambing, Ayam Kampung, Ayam Ras Pedaging, dan Itik.

(66)

dengan nilai produksi signifikan adalah industri gula merah (Rp 7,4 Milyar), Pertenunan (Rp 5,9 Milyar), dan Pandai besi (Rp 1,5 milyar). Sedangkan Industri kecil dengan nilai produksi terbesar adalah industri kayu furniture (Rp 1,4 milyar).

4.1.5 Perkembangan Koperasi dan Tingkat Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan

Koperasi dalam kehidupan ekonomi masyarakat hingga saat ini terbukti masih sangat diperlukan, terutama dalam mendorong laju pertumbuhan unit-unit usaha kecil dan menengah (UKM) yang pada umumnya masih menjadi sandaran hidup masyarakat kecil. Pada perkembangannya keberadaan koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan juga mengalami pertumbuhan. Berdasarkan data

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi / UKM, jumlah koperasi di

seluruh Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2008 tercatat sebanyak 236 unit, yang meningkat pada tahun 2009 menjadi 241 unit. Dengan kata lain di Kabupaten tersebut mengalami penambahan 5 unit koperasi dalam kurun waktu 1 tahun. Sedangkan untuk data Sisa Hasil Usaha nya, tercatat pada tahun 2008 jumlah keseluruhannya adalah Rp. 606.495.000, dan meningkat pada tahun 2009 menjadi Rp. 1.518.947.000. Dengan kata lain di Kabupten Tapanuli Selatan terjadi peningkatan Sisa Hasil Usaha sebesar Rp. 912.452.000.

(67)

Rp. 38.500.000, dibandingkan dengan sisa hasil usaha pada koperasi lainnya. Dan koperasi yang memiliki jumlah Sisa Hasil Usaha yang paling kecil adalah Koperasi Sinar Surya Baru RM yaitu Rp. 357.000. Jika dijumlahkan secara keseluruhan maka jumlah sisa hasil usaha koperasi karyawan untuk semua koperasi yang masuk dalam sampel Rp. 94.526.000, dengan nilai SHU rata-rata Rp 2.363.150 untuk tahun buku 2009.

Tabel 4.2

Jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) pada Koperasi Di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009

12 KSU. Bina Usaha Sejahtera 1.219

13 KSU. Swadari 1.720

19 Kopkar. Sejatera Tor Sibohi 1.776

20 KSP. Evi Novri 2.371

21 Kopwan Himpunan Wanita Karya 832

22 Kopwan Wirid Akbar SD. Hole 832

23 Koppontren HSOH 518

24 Koptan Bersatu Kita Maju 2.334

25 Koptan Paya Sordang 496

26 Koptan. Saroha 551

(68)

29 Kop. Perk. Produksi Sawit Padiarma 998 30 Kop. Perk. Produksi Sawit Bina Sari 1.183

31 Kop. Perk. Penata Keluarga 1.980

32 Kop. Perk. Angkola Jaya 884

33 Kop. Perk. Mutu Mona 981

34 Kop. Perk. Kopi Angkola 671

35 SMP Sitinjak 431

36 Koperasi Pemuda Fajar Harapan 675

37 Primkopadyon 123 R. W 38.500

38 Koperasi Sinar Surya Baru RM 357

39 Koperasi Sinar Harapan 570

40 Koperasi Surya Karya 432

Total 94.526

Mean 2.363,15

Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi / UKM Kabupaten Tapanuli Selatan, diolah (2010).

4.1.6 Perkembangan Modal Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan

(69)

Tabel 4.3

Jumlah Modal pada Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009

No Nama Koperasi

12 KSU. Bina Usaha Sejahtera 5.830

13 KSU. Swadari 4.916

19 Kopkar. Sejatera Tor Sibohi 11.820

20 KSP. Evi Novri 18.341

21 Kopwan Himpunan Wanita Karya 3.400 22 Kopwan Wirid Akbar SD. Hole 6.788

23 Koppontren HSOH 4.107

24 Koptan Bersatu Kita Maju 4.350

25 Koptan Paya Sordang 812

26 Koptan. Saroha 630

27 Koptan Sehati 318

28 Kop.Perk. Produsen Suka Maju 5.219 29 Kop. Perk. Produksi Sawit Padiarma 2.018 30 Kop. Perk. Produksi Sawit Bina Sari 4.211

31 Kop. Perk. Penata Keluarga 3.300

32 Kop. Perk. Angkola Jaya 4.750

33 Kop. Perk. Mutu Mona 3.631

34 Kop. Perk. Kopi Angkola 8.816

35 SMP Sitinjak 2.900

36 Koperasi Pemuda Fajar Harapan 3.300

(70)

39 Koperasi Sinar Harapan 1.810 Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi / UKM Kabupaten Tapanuli Selatan, diolah (2010).

Tabel 4.3 dapat memeberikan gambaran mengenai perkembangan jumlah modal yang dimiliki oleh koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan yang terdaftar di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi / UKM. Berdasarkan tabel dapat terlihat bahwa koperasi karyawan pada Primkopadyon 123 R.W yang memiliki jumlah modal usaha yang lebih banyak yaitu Rp 246.500.000 dibandingkan dengan modal usaha pada koperasi lainnya. Dan Koperasi Tani Sehati memiliki jumlah modal yang paling kecil yaitu Rp 318.000. Jika dijumlahkan secara keseluruhan maka jumlah modal koperasi yang ada di sampel adalah Rp 496.832.000 dengan mean atau rata-rata modal Rp 12.420.800 untuk tahun buku 2009.

4.1.7 Perkembangan Volume Usaha Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan

Volume usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan jasa pada suatu periode atau tahun buku yang bersangkutan. Berdasarkan data

instansi terkait, jumlah seluruh volume usaha pada koperasi di Kabupaten

Tapanuli Selatan pada tahun 2008 tercatat sebanyak Rp. 28.764.306.000, yang meningkat pada tahun 2009 menjadi Rp. 29.509.089.000. Dengan kata lain di Kabupaten tersebut mengalami peningkatan volume usaha koperasi sebesar Rp. 744.783.000 dalam kurun waktu 1 tahun.

(71)

Tabel 4.4

Jumlah Volume Usaha pada Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009

12 KSU. Bina Usaha Sejahtera 52.710

13 KSU. Swadari 31.412

19 Kopkar. Sejatera Tor Sibohi 29.411

20 KSP. Evi Novri 61.834

21 Kopwan Himpunan Wanita Karya 11.772 22 Kopwan Wirid Akbar SD. Hole 25.113

23 Koppontren HSOH 11.881

24 Koptan Bersatu Kita Maju 16.775

25 Koptan Paya Sordang 6.496

26 Koptan. Saroha 5.040

27 Koptan Sehati 8.718

28 Kop.Perk. Produsen Suka Maju 25.883 29 Kop. Perk. Produksi Sawit Padiarma 10.811 30 Kop. Perk. Produksi Sawit Bina Sari 27.334 31 Kop. Perk. Penata Keluarga 39.600

32 Kop. Perk. Angkola Jaya 12.812

33 Kop. Perk. Mutu Mona 9.113

34 Kop. Perk. Kopi Angkola 21.832

35 SMP Sitinjak 9.775

36 Koperasi Pemuda Fajar Harapan 6.743

(72)

38 Koperasi Sinar Surya Baru RM 4.351

39 Koperasi Sinar Harapan 6.671

40 Koperasi Surya Karya 2.711

Total 2.022.690

Mean 50.567,25

Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi / UKM Kabupaten Tapanuli Selatan, diolah (2010).

Tabel 4.4 dapat mendeskripsikan jumlah volume usaha yang dimiliki oleh koperasi yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan. Berdasarkan tabel dapat terlihat bahwa koperasi Primkopadyon 123 R.W kembali yang memiliki jumlah volume usaha yang paling besar yaitu Rp. 473.200.000 dibandingkan dengan volume usaha pada koperasi lainnya dan yang memiliki volume usaha paling kecil adalah koperasi Surya Karya dengan jumlah volume usaha sebesar Rp 2.711.000. Jika dijumlahkan secara keseluruhan maka jumlah volume usaha koperasi yang ada disampel adalah Rp 2.022.690.000 dengan mean atau rata-rata volume usaha Rp. 50.567.250 untuk tahun buku 2009.

4.1.8 Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan

Pada umumnya anggota koperasi memiliki hubungan ekonomis dengan koperasi yang dimasukinya. Semakin banyak hubungan ekonomis antara anggota koperasi dengan koperasi, semakin besar kemungkinan berkembangnya koperasi.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi / UKM, jumlah

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Tabel 4.1 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tahun 2009
Tabel 4.3 Jumlah Modal pada Koperasi di Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2009
Tabel 4.3 dapat memeberikan gambaran mengenai perkembangan jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengalaman sehari-hari, ketika anda mematikan sebuah alat listrik (apapun) yang mengandung kapasitor di dalamnya, kadang arus listrik tidak langsung mati, akan tetapi

[r]

Dari hasil analisis yang dimulai pada tahap proses munculnya identitas Jawa dan Toraja, lalu identitas dua budaya tersebut dinegosiasikan, kemudian identitas

Alat analisis yang digunakan adalah Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak motivasi dan kemampuan berpengaruh

Aspirasi kacang di saluran napas merupakan keadaan gawat yang memerlukan penanganan secara cepat dan tepat, karena dalam waktu singkat dapat menyebabkan sumbatan total sehingga

Perbedaan hasil dari penelitian terdahulu juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Hasni Yusrianti (2013) yang menyatakan bahwa Growth Opportunity berpengaruh

mengidentifikasi kandungan gen-gen penting yang dimiliki oleh plasma nutfah, (2) mengetahui cara pewarisan dan cara aksi gen dalam mengatur sifat-sifat yang diinginkan, (3)

Dari hasil olahan data menggunakan indeks Geary, analisis visual jumlah penduduk miskin dan kepadatan penduduk miskin, dan gambaran mengenai kebijakan pemerintah