• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGERTIAN DAN KONSEP

D. Bimbingan Konseling (BK)

1. Pengertian

Sesuai amanat Permendikbud Nomor 059 tahun 2014 tentang Kurukulum 2013 mengamanatkan bahwa dalam rangka pemilihan peminatan di kelas X salah satunya adalah adanya pertimbangan dari guru bimbingan dan konseling/konselor di SMP/MTs atau yang sederajat. Begitu juga dalam pindah minat karena sesuatu hal peserta didik harus mendapatkan rekomendasi dari guru BK. Hal ini menggambarkan bahwa peran BK sangat startegis sekali dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai prestasi yang optimal. Berikut beberapa pemahaman yang berkaitan dengan bimbingan konseling.

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 12 a. Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya.

b. Konseli adalah penerima layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan

c. Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus pendidikan profesi guru Bimbingan dan Konseling/konselor.

2. Fungsi BK

a. pemahaman diri dan lingkungan;

b. fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan;

c. penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan; d. penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir; e. pencegahan timbulnya masalah;

f. perbaikan dan penyembuhan;

g. pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk perkembangan diri Konseli;

h. pengembangan potensi optimal;

i. advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif; dan

j. membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan terhadap program dan aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat, minat, kemampuan, kecepatan belajar, dan kebutuhan Konseli.

3. Tujuan

Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan membantu Konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir.

4. Prinsip Layanan

a. diperuntukkan bagi semua dan tidak diskriminatif; b. merupakan proses individuasi;

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 13 d. merupakan tanggung jawab bersama antara kepala satuan pendidikan,

Konselor atau guru Bimbingan dan Konseling, dan pendidik lainnya dalam satuan pendidikan;

e. mendorong Konseli untuk mengambil dan merealisasikan keputusan secara bertanggungjawab;

f. berlangsung dalam berbagai latar kehidupan; g. merupakan bagian integral dari proses pendidikan; h. dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia; i. bersifat fleksibel dan adaptif serta berkelanjutan;

j. dilaksanakan sesuai standar dan prosedur profesional Bimbingan dan Konseling; dan

k. disusun berdasarkan kebutuhan Konseli. 5. Komponen Layanan

a. Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang mencakup:

1) layanan dasar;

2) layanan peminatan dan perencanaan individual; 3) layanan responsif; dan

4) layanan dukungan sistem.

b. Bidang layanan Bimbingan dan Konseling mencakup: 1) bidang layanan pribadi;

2) bidang layanan belajar; 3) bidang layanan sosial; dan 4) bidang layanan karir.

c. Komponen layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada bagian (a) dan bidang layanan sebagaimana dimaksud pada bagian (b) dituangkan ke dalam program tahunan dan semester dengan mempertimbangkan komposisi dan proporsi serta alokasi waktu layanan baik di dalam maupun di luar kelas.

d. Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada bagian bagian (c) yang diselenggarakan di dalam kelas dengan beban belajar 2 (dua) jam perminggu.

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 14 e. Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada bagian (c) yang diselenggarakan di luar kelas, setiap kegiatan layanan disetarakan dengan beban belajar 2 (dua) jam perminggu.

6. Strategi layanan

a. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling dibedakan atas: 1) jumlah individu yang dilayani;

2) permasalahan; dan 3) cara komunikasi layanan.

b. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan jumlah individu yang dilayani sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui layanan individual, layanan kelompok, layanan klasikal, atau kelas besar.

c. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan permasalahan sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui pembimbingan, konseling, atau advokasi.

d. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan cara komunikasi layanan sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui tatap muka atau media.

7. Mekanisme layanan

a. Mekanisme layanan Bimbingan dan Konseling meliputi: 1) mekanisme pengelolaan; dan

2) mekanisme penyelesaian masalah.

b. Mekanisme pengelolaan sebagaimana dimaksud merupakan langkah-langkah dalam pengelolaan program Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan yang meliputi langkah: analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengembangan program.

c. Mekanisme penyelesaian masalah sebagaimana dimaksud merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh Konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada Konseli atau peserta didik yang meliputi langkah: identifikasi, pengumpulan data, analisis, diagnosis, prognosis, perlakuan, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan.

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 15 d. Program Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud dievaluasi untuk mengetahui keberhasilan layanan dan pengembangan program lebih lanjut.

8. Pelaksanaan Layanan

a. Layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling.

b. Tanggung jawab pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling. c. Pada satuan pendidikan yang mempunyai lebih dari satu Konselor atau

Guru Bimbingan dan Konseling kepala satuan pendidikan menugaskan seorang koordinator.

d. Tanggung jawab pengelolaan program layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh kepala satuan pendidikan.

e. Dalam melaksanakan layanan, Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dapat bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam dan di luar satuan pendidikan.

f. Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud mendukung pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan dalam bentuk antara lain: mitra layanan, sumber data/informasi, konsultan, dan narasumber melalui strategi layanan kolaborasi, konsultasi, kunjungan, ataupun alih-tangan kasus

9. Kualifikasi

a. Guru Bimbingan dan Konseling dalam jabatan yang belum memiliki kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan kompetensi Konselor, secara bertahap ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Calon Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling harus memiliki kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus pendidikan profesi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor.

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 16

E. Manajemen Kelas

Pengelolaan kelas sangat menentukan sekali keberhasilan belajar. Karena kegiatan atau aktivitas pembelajaran 99% lebih dilaksanakan di ruang belajar (kelas).

Sebelum kita masuk kepada pengertian utuh tentang manajemen kelas, ada baiknya kita perhatikan terlebih dahulu apa itu manajemen dan apa itu kelas.

1. Pengertian

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Dalam dunia pendidikan, kelas dapat mempunyai beragam makna, yaitu: (1) kelas adalah sekelompok siswa yang sedang mengikuti suatu pembelajaran atau kuliah tertentu; (2) kelas dapat juga diartikan sebagai proses belajar mengajar; (3) kelas adalah bangunan fisik atau ruang kelas, tempat di mana proses belajar mengajar dilakukan; (4) kelas adalah tingkatan sekolah di mana seorang anak belajar.

Menurut Oemar Hamalik, kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapatkan pengajaran dari guru.

Mulyasa (2006: 91) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya ketika terjadi gangguan dalam pembelajaran.

Selain itu, Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain dalam sebuah bukunya yang berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif” (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006) bahwa, manajemen kelas adalah suatu upaya

memperdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 17 Hal ini sependapat dengan Suharsimi Arikunto (1988) dalam buku Pengelolaan Kelas dan Siswa yang diterbitkan oleh Rineka Cipta, Jakarta, menyebutkan bahwa manajemen kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat digaris bawahi bahwa manajemen kelas adalah upaya tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggung jawab kelas dan upaya penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses manajemen kelas (pengelolaan kelas) yang dilakukan guru dapat dibedakan ke dalam 2 golongan yaitu:

1. Faktor internal peserta didik 2. Faktor eksternal peserta didik

Faktor internal peserta didik adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku yang ada di dalam diri masing-masing peserta didik yang ada di kelas yang bersangkutan.

Setiap peserta didik mempunyai keadaan emosi yang berbeda-beda, bahkan pada waktu-waktu yang berbeda. Berbagai faktor dapat mempengaruhi emosi peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Penting sekali untuk memelihara emosi positif setiap peserta didik saat pembelajaran berlangsung.

Pikiran setiap peserta didik pun demikian. Pada waktu tertentu mereka bisa saja sangat terkonsentrasi untuk belajar, sedangkan pada waktu lain mereka sulit sekali berkonsentrasi. Pikiran peserta didik bisa saja pergi ke tempat lain atau ke hal-hal lain di luar proses pembelajaran. Kemampuan guru untuk membuat pikiran peserta didik kondusif untuk belajar sangatlah penting. Beragam strategi dan metode pembelajaran yang

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 18 bervariasi dapat membantu peserta didik mengarahkan pikirannya untuk belajar secara optimal.

Perilaku dan kepribadian peserta didik dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari peserta didik lainnya sacara individual. Kita harus menyadari, bahwa tidak ada peserta didik yang mempunyai karakteristik atau kepribadian yang sama. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.

Faktor eksternal peserta didik adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah di luar diri masing-masing peserta didik. Beberapa faktor yang tergolong ke dalam faktor eksternal antara lain suasana lingkungan belajar, penempatan peserta didik, pengelompokan peserta didik, jumlah peserta didik, dan sebagainya.

Suasana lingkungan belajar berkaitan erat dengan penataan ruang kelas. Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, pengaturan dan penataan ruang kelas/belajar haruslah kondusif sehingga mendukung berlangsungnya proses pembelajaran secara efektif. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Hal ini sesuai tuntutan Kurikulum 2013 bahwa pembelajaran harus kolaboratif. Selain dari itu, ventilasi udara di ruang kelas dirancang agar memungkinkan pertukaran udara dan tidak membuat kelas menjadi gerah. Keributan di sekitar tempat belajar juga dapat mengganggu konsentrasi mereka dalam belajar.

Selain itu, setiap peserta didik perlu diatur tempat duduknya, di mana peserta didik secara bergliran untuk bertukar temoat duduk, khususnya untuk peserta didik yang mempunyai hambatan dalam hal pendengaran atau penglihatan. Ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik tersebut untuk lebih mudah menerima informasi atau mendengarkan dan melihat apa yang dilakukan di depan kelas baik oleh peserta didik maupun guru. Jangan sampai pandangan atau pendengaran mereka terbatasi oleh

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 19 tempat duduk yang letaknya tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Selanjutnya, di dalam kelas seringkali juga dilakukan pembelajaran dengan setting kelompok. Guru memfasilitasi pembentukan kelompok-kelompok belajar secara sedemikian rupa sehingga masing-masing peserta didik mendapatkan pilihan terbaik untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pengelompokkan peserta didik yang kurang tepat dapat menimbulkan masalah sehingga dapat mengganggu atau menyulitkan manajemen (pengelolaan) kelas.

Masalah jumlah peserta didik akan mempengaruhi dinamika kelas. Semakin banyak jumlah peserta didik di kelas, misalnya tiga puluh dua orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah peserta didik di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik dan mudah dalam mengorganisirnya.

F. Pembelajaran

1. Pengertian

Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan kunci utama dalam kegiatan sekolah. Keberhasilan sekolah dalam menghasilkan mutu lulusannya sangat tergantung pada kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, manajemen sekolah sepatutnya lebih fokus bagaimana merancanag pembelajaran yang efektif baik yang dirancang oleh sekolah sabagai lembaga dan oleh guru sebagai pelaksana operasional.

Sebagai persiapan awal administrasi setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 20 prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

2. Prinsip-prinsip pembelajaran

Berikut prinsip-prinsip pembelajaran yang dituntut Kurikulum 2013. a. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu

b. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar c. pembelajaran berbasis kompetensi

d. pembelajaran berbasis aktivitas dengan karakteristik: 1) interaktif dan inspiratif;

2) menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif;

3) kontekstual dan kolaboratif;

4) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan

5) sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik

e. Pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan metode sesuai dengan karakteristik MP

f. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah /pendekatan berbasis proses keilmuan

g. Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud diatas merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran:

1) mengamati; 2) menanya;

3) mengumpulkan informasi/mencoba; 4) menalar/mengasosiasi; dan

5) mengomunikasikan.

h. Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan menggunakan modus pembelajaran langsung atau tidak langsung sebagai landasan dalam menerapkan

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 21 berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.

i. pembelajaran terpadu;

j. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;

k. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

l. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-hard-skills;

m. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

n. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

o. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; p. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

q. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan

r. suasana belajar menyenangkan dan menantang

3. Mekanisme Pembelajaran:

a. Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

b. Tahap pelaksanaan pembelajaran, meliputi: 1) Kegiatan pendahuluan

2) Kegiatan inti 3) Keguatan penutup

G. Penilaian

1. Pengertian:

Ikon Kurikulum 2013 adalah pada pembelajaran dan penilaian. Pembelajaran menekankan pada proses dengan pendekatan saintifik dan penilaian autentik.

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 22 Mengingat ruang lingkup penilaian begitu luasnya, maka pada naskah ini dibatasai pada penilaian hasil belajar oleh pendidik.

Berikut pengertian pemahaman yang berkaitan dengan penilain:

a. Penilaian hasil belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran;

b. Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya;

c. Ketuntasan belajar merupakan tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar; d. Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian

pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap

e. Penilaian diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif. f. Penilaian antar peserta didik adalah teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.

g. Penilaian tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok.

h. Penilaian projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data, sampai pelaporan.

i. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.

j. Ulangan harian adalah penilaian yang dilakukan setiap menyelesaikan satu muatan pembelajaran.

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 23 k. Ulangan Tengah Semester UTS) adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama semester.

l. Ulangan Akhir Semester (UAS) adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester. m. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada ranah

sikap.

n. Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah pengetahuan.

o. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah keterampilan.

2. Fungsi:

Fungsi penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

3. Tujuan:

Tujuan penilaian hasil belajar oleh Pendidik adalah untuk:

a. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan.

b. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan. c. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat

penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar. d. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.

4. Prinsip:

Prinsip Umum

a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 24 b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. f. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup

semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.

g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

i. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar.

Prinsip Khusus:

a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum. b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik. d. Berbasis kinerja peserta didik.

e. Memotivasi belajar peserta didik.

f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik. g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya. h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.

j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. k. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus. l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata. m. Terkait dengan dunia kerja.

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 25 n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.

o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen

5. Lingkup Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan

6. Ketuntasan:

Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun pelajaran, dan tingkat satuan pendidikan.

Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) sebagaimana tertera pada tabel berikut.

Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan

3,85 – 4,00 A 3,51 – 3,84 A- 3,18 – 3,50 B+ 2,85 – 3,17 B 2,51 – 2,84 B- 2,18 – 2,50 C- 1,85 – 2,17 C 1,51 – 1,84 C- 1,18 – 1,50 D+ 1,00 – 1,17 D

Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 2,67 dan keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67.

7. Teknik dan Instrumen:

Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

@2015, Direktorat Pembinaan SMA 26 a. Penilaian Kompetensi Sikap: observasi, penilaian diri, penilaian temen

sebaya, penilaian jurnal

b. Penilaian Pengetahuan: tes tertulis, observasi

c. Penilaian Keterampilan: unjuk kerja, projek, produk, portofolio, tertulis 8. Pelaporan Pencapaian Kompetensi Pesert Didik

a. Skor dan Nilai

Penilaian Kurikulum 2013 menggunakan skala skor penilaian 4,00 – 1,00 dalam menyekor pekerjaan peserta didik untuk setiap kegiatan penilaian (ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, tugas-tugas, ujian sekolah).

Penilaian kompetensi hasil belajar mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan dapat secara terpisah tetapi dapat juga melalui suatu kegiatan atau peristiwa penilaian dengan instrumen penilaian yang sama.

Tabel konversi skor dan predikat hasil belajar untuk setiap ranah

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Modus Predikat Skor Rerata Huruf Capaian

Optmimum Huruf 4,00 SB (sangat baik) 3,85 – 4,00 A 3,85 – 4,00 A 3,51 – 3,84 A- 3,51 – 3,84 A- 3,00 B (Baik) 3,18 – 3,50 B+ 3,18 – 3,50 B+ 2,85 – 3,17 B 2,85 – 3,17 B 2,51 – 2,84 B- 2,51 – 2,84 B- 2,00 C (Cukup) 2,18 – 2,50 C+ 2,18 – 2,50 C+ 1,85 – 2,17 C 1,85 – 2,17 C 1,51 – 1,84 C- 1,51 – 1,84 C- 1,00 K (Kurang) 1,18 – 1,50 D+ 1,18 – 1,50 D+ 1,00 – 1,17 D 1,00 – 1,17 D

Nilai akhir yang diperoleh untuk ranah:

 sikap diambil dari nilai modus (nilai yang terbanyak muncul).  pengetahuan diambil dari nilai rerata.

Dokumen terkait