@2015, Direktorat Pembinaan SMA ii
KATA PENGANTAR
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan secara mandiri. Selanjutnya pada tahun pelajaran 2014/2015, Kurikulum 2013 dilaksanakan di seluruh SMA untuk kelas X dan XI. Mempertimbangkan pentingnya Kurikulum 2013 dan masih ditemukannya beberapa kendala teknis, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan kebijakan penataan kembali implementasi Kurikulum 2013 pada semua satuan pendidikan mulai semester dua tahun pelajaran 2014/2015 melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 di SMA akan dilakukan secara bertahap mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di 10% SMA sampai dengan tahun pelajaran 2020/2021 di seluruh SMA. Sepanjang implementasi secara bertahap tersebut akan dilakukan evaluasi, perbaikan konsep dan strategi implementasi Kurikulum 2013 agar siap untuk dilaksanakan secara menyeluruh di semua SMA.
Sejalan dengan kebijakan diatas, Direktorat Pembinaan SMA sesuai dengan tugas dan fungsinya terus melakukan fasilitasi pembinaan implementasi Kurikulum 2013, antara lain melalui pengembangan naskah pendukung kurikulum. Pada tahun 2015 Direktorat Pembinaan SMA melakukan reviu naskah yang dikembangkan tahun sebelumnya dan menyusun naskah baru mengikuti perkembangan kebijakan Kurikulum 2013. Naskah-naskah yang direviu dan disusun sebagai berikut : Panduan Pengembangan KTSP, Panduan Pengembangan Silabus, Panduan Pengembangan RPP, Model-Model Pembelajaran, Panduan Pengembangan Penilaian, Model Pembelajaran dan Penilaian Projek, Model Pelaksanaan Remedial dan Pengayaan, Model Penyelenggaraan SKS, Model Penyelenggaraan Aktualisasi Mata Pelajaran Dalam Kegiatan Kepramukaan, Model Penyelengaraan Peminatan, Model Penyelenggaraan Pendalaman Minat, Panduan Pengembangan Muatan Lokal, Model Penyelenggaraan Kewirausahaan, Panduan Transisi Kurikulum 2013 ke Kurikulum 2006, dan Panduan Pengisian Aplikasi Rapor. Naskah-naskah pendukung kurikulum dikembangkan oleh tim pengembang yang terdiri dari unsur staf Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, pengawas, kepala sekolah, dan guru dengan prinsip dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Naskah-naskah tersebut disusun sebagai acuan bagi sekolah dalam mengelola pelaksanaan kurikulum dan acuan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran di kelas sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Naskah-naskah pendukung kurikulum akan terus dikembangkan, sehingga menjadi lebih
operasional. Oleh karena itu, sekolah diharapkan memberi masukan untuk penyempurnaan lebih lanjut. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan pembahasan naskah-naskah ini diucapkan terima kasih.
Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA,
Harris Iskandar, Ph.D
@2015, Direktorat Pembinaan SMA iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ...1 A. Latar belakang ...1 B. Tujuan ...2
BAB II PENGERTIAN DAN KONSEP ...3
A. KTSP ...3 B. Peminatan ...8 C. Beban Belajar ... 10 D. Bimbingan Konseling (BK) ... 11 E. Manajemen Kelas ... 16 F. Pembelajaran ... 19 G. Penilaian ... 21 H. Kenaikan Kelas ... 27 I. Ekstrakurikuler ... 28
J. Kelulusan Peserta Didik ... 30
K. Sarana TIK ... 32
BAB III PELAKSANAAN PENGELOLAAN SMA BERBASIS kURIKULUM 2013... 34
A. KTSP ... 34 B. Peminatan ... 35 C. Beban Belajar ... 36 D. Bimbingan Konseling ... 37 E. Manajemen Kelas ... 39 F. Pembelajaran ... 40 G. Penilaian ... 42 H. Kenaikan Kelas ... 43 I. Ekstrakurikuler ... 43 J. Kelulusan ... 46 K. Sarana TIK ... 47 BAB IV PENUTUP ... 48
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat (1) yaitu ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.” Selain itu pasal 3 mengatakan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, sekolah diharapkan mampu mengelola secara profesional agar seluruh aktifitas sekolah yang bermuara pada pencapaian tujuan pendidikan nasional dapat segera tercapai. Pengelolaan tersebut mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain: 1) terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan bermakna; 2) terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara; 3) tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien sesuai amanat Kurikulum 2013.
Berkaitan tersebut di atas, setiap satuan pendidikan memerlukan manajemen untuk mengatur/mengelola interaksi berbagai komponen sekolah agar akselerasi pencapaian tujuan dapat terjadi di era pemberlakuan Kurikulum 2013 yang
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 2 diperkenalkan dan diimplementasikan pada sekolah melalui sekolah sasaran di Indonesia pada tahun pelajaran 2013/2014.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan Kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2013/2014 di sekolah sasaran sebanyak 1.270 SMA yang tersebar di 33 provinsi dan 295 kabupaten/kota diperoleh informasi antara lain: 1) masih banyak sekolah yang belum memahami pengelolaan SMA berbasis Kurikulum 2013; 2) masih ada sekolah yang belum memahami dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru yang dikelompokkan berdasarkan peminatan; 3) belum terpahaminya perbedaan antara kelompok minat, lintas minat dan pendalaman minat; 4) sebagian pendidik belum memahami dan terampil dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran; 5) sebagian pendidik belum memahami dan terampil dalam menerapkan penilaian autentik termasuk pelaporannya; 6) hampir semua sekolah mengalami kesulitan dalam memfasilitasi ekstrakurikuler wajib pendidikan kepramukaan; 7) penilaian masih dominan pada aspek pengetahuan dan kurang memperhatikan pada proses pengembangan sikap serta keterampilan peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas Direktorat PSMA, sebagai pembina secara teknis perlu membuat panduan bagi sekolah dalam pengelolaan SMA berbasis Kurikulum 2013. Hal itu dimaksudkan agar sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan yang berbasis Kurikulum 2013 secara efektif, efisien berdaya guna dan berhasil guna.
B.
Tujuan
Model Pengelolaan SMA berbasis Kurikulum 2013 ini disusun untuk membantu: a. Kepala Sekolah agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mengelola sekolah sesuai tuntutan Kurikulum 2013
b. Sekolah agar dapat mengimplementasikan Kurikulum 2013 di SMA secara efektif dan efesien melalui: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating/directing), dan pengawasan (controlling).
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 3
BAB II
PENGERTIAN DAN KONSEP
Sekolah adalah suatu lembaga sebagai tempat untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan memberikan pelajaran. Dengan demikian sekolah merupakan tempat mencetak sumber daya manusia agar berkembangnya potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kurikulum merupakan bagian penting dari sekolah. Sejak tahun pelajaran 2013/2014 Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 pada sekolah sasaran di seluruh Indonesia. Sejak pemberlakuannya, Kurikulum 2013 telah mengalami penyempurnaan baik dari sisi pola pikir, materi, maupun pengelolaan. Beberapa penyempurnaan yang dilakukan antara lain penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, penguatan pola pembelajaran interaktif, penguatan pola pembelajaran kritis, penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif, penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran pendalaman materi dan perluasan materi.
Setiap sekolah perlu merancang pengelolaan sekolah berbasis Kurikulum 2013 agar tujuan pendidikan melalui implementasi Kurikulum 2013 dapat diwujudkan.
Agar pengelolaan kurikulum 2013 dapat terlaksanan dengan baik, berikut akan dijelaskan komponen-komponen pendukung pengelolaan sekolah berbasis Kurikulum 2013.
A.
KTSP
1. Pengertian
Sebelum membahas apa yang dimaksusd dengan KTSP maka kita harus memahami dulu apa yang dimaksud dengan kurikulum. Peran kurikulum sebagai jantung pendidikan perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik di masa kini dan masa mendatang.
Sesuai dengan PP Nomor 13 Tahun 2015 atas perubahan kedua PP Nomor 19 tahun 2005 bahwa yang dimaksud dengan Kurikulum adalah seperangkat
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 4 rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi pengertian kurikulum, yang pertama adalah: 1) rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran; 2) cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran
Sesuai amanat undang-undang dan peraturan pemerintah ditegaskan bahwa: 1. Kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi, untuk melakukan
penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi dan ciri khas potensi yang ada di daerah serta peserta didik;
2. Kurikulum dikembangkan dan diimplementasikan pada tingkat satuan pendidikan.
Kurikulum operasional yang dikembangkan dan diimplementasikan oleh satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) yang selanjutnya disingkat KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka keberadaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sangat strategis bagi sekolah. Sehingga setiap sekolah sebelum kegiatan pembelajaran tahun pelajaran baru maka wajib membuat, menyusun dan mengembangkan KTSP sebagai rujukan bagi sekolah dalam setiap aktifitas sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Komponen KTSP meliputi 3 dokumen. Dokumen I yang disebut dengan Buku I KTSP berisi sekurang-kurangnya visi, misi, tujuan, muatan, pengaturan beban belajar, dan kalender pendidikan. Dokumen 2 yang disebut dengan Buku II KTSP berisi silabus dan dokumen 3 yang disebut dengan Buku III KTSP berisi rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun sesuai potensi, minat, bakat, dan kemampuan peserta didik di lingkungan belajar. Penyusunan Buku I KTSP menjadi tanggung jawab kepala sekolah/madrasah, Buku II KTSP sudah disusun oleh Pemerintah, sedangkan penyusunan Buku III KTSP menjadi tanggung jawab masing-masing tenaga pendidik.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 5
2. Struktur Kurikulum
Struktur Kurikulum SMA terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A, mata pelajaran umum kelompok B, dan mata pelajaran peminatan akademik kelompok C. Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C dikelompokkan atas mata pelajaran Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, mata pelajaran Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan mata pelajaran Peminatan Bahasa dan Budaya.
a. Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. b. Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler yang
bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.
c. Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan.
Berikut struktur Kurikulum SMA:
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MGG
X XI XII
KELOMPOK A (UMUM)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 2 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Matematika 4 4 4
5 Sejarah Indonesia 2 2 2
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 6
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MGG
X XI XII
KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya 2 2 2
8 PJOK 3 3 3
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Kel A dan B 24 24 24
KELOMPOK C (PEMINATAN)
MP Peminatan Akademik 9 atau 12 12 atau 16 12 atau16 MP Pilihan Lintas Miinat dan/atau
Pendalaman Minat 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
Keterangan
Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri.
Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya
Struktur Kurikulum Peminatan Akademik:
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MGG
X XI XII
PEMINATAN MIPA
1 Matematika 3 4 4
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 7
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU PER MGG
X XI XII 3 Fisika 3 4 4 4 Kimia 3 4 4 PEMINATAN IPS 1 Geografi 3 4 4 2 Sejarah 3 4 4 3 Sosiologi 3 4 4 4 Ekonomi 3 4 4
PEMINATAN BAHASA & BUDAYA
1 Bahasa dan Satra Indonesia 3 4 4 2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4 3 Bahasa dan Sastra Asing lain 3 4 4
4 Antropologi 3 4 4
Pilihan lintas minat dan/atau pendalaman
minat 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
3. Pengembangan KTSP
a. KTSP dikembangkan, ditetapkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam pengembangan KTSP mengacu pada SNP dan Kurikulum 2013 dengan memperhatikan karakteristik sekolah.
b. Pengembangan KTSP paling sedikit memperhatikan: acuan konseptual; prinsip pengembangan; dan prosedur operasional.
c. Penyusunan KTSP berdasarkan analisis kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan yang mencakup:
1) perumusan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan; 2) pengorganisasian muatan kurikuler satuan pendidikan;
3) pengaturan beban belajar peserta didik dan beban kerja pendidik tingkat kelas;
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 8 5) penyusunan silabus muatan atau mata pelajaran muatan lokal; dan 6) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan
pembelajaran.
d. Pengembangan KTSP dilakukan oleh tim pengembang KTSP dalam hal ini Tim Pengembang Kurikulum (TPK).
e. Pengembangan KTSP di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
f. Pelaksanaan KTSP merupakan tanggung jawab satuan pendidikan.
B.
Peminatan
Kurikulum 2013 tidak mengenal lagi pengelompokkan peserta didik dalam bentuk penjurusan namun pengelompokkan tersebut berdasarkarkan peminatan yang dipilih sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan. Struktur kurikulum memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk peminatan akademik, lintas minat dan/atau pendalaman minat. Selain perubahan tersebut, bahwa pilihan peminatan dilaksanakan pada semester awal atau semester satu tahun pelajaran baru.
Sehubungan hal tersebut berikut, berikut diberikan pemahaman dan istilah-istilah yang di kenal pada peminatan.
1. Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan.
2. Peminatan Akademik adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi penguasan kelompok mata pelajaran keilmuan.
3. Lintas Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi perluasan pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi penguasaan kelompok mata pelajaran keilmuan di luar pilihan minat.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 9 4. Pendalaman Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pendalaman pilihan minat akademik peserta didik dengan orientasi pendalaman kelompok mata pelajaran keilmuan dalam lingkup pilihan minat
5. Peminatan pada SMA memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan 6. Peminatan pada SMA terdiri atas: a). Peminatan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam; b). Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial; c). Peminatan Bahasa dan Budaya; dan d). Peminatan Keagamaan.
7. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berisi mata pelajaran: a). Matematika; b). Biologi; c). Fisika; dan d). Kimia.
8. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berisi mata pelajaran: a). Geografi; b). Sejarah; c). Sosiologi; dan d). Ekonomi.
9. Peminatan Bahasa dan Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berisi mata pelajaran: a). Bahasa dan Sastra Indonesia; b). Bahasa dan Sastra Inggris; c). Bahasa dan Sastra Asing Lain; dan d). Antropologi.
Peserta didik dapat memilih minimal 3 mata pelajaran dari 4 mata pelajaran yang terdapat pada satu peminatan, 1 mata pelajaran yang tidak diambil beban belajarnya dialihkan ke mata pelajaran lintas minat. Selain mengikuti mata pelajaran di peminatan yang dipilihnya, setiap peserta didik harus mengikuti mata pelajaran tertentu untuk lintas minat dan/atau pendalaman minat. Bila peserta didik mengambil 3 mata pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka peserta didik tersebut dapat mengambil mata pelajaran lintas minat sebanyak 9 jam pelajaran (3 mata pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 8 jam pelajaran (2 mata pelajaran) di Kelas XI dan XII. Sedangkan bila peserta didik mengambil 4 mata pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka peserta didik tersebut dapat mengambil mata pelajaran lintas minat sebanyak 6 jam pelajaran (2 mata pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 4 jam pelajaran (1 mata pelajaran) di Kelas XI dan XII.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 10 Peserta didik yang mengambil Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atau Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, lintas minatnya harus diluar peminatan yang dipilihnya. Sedangkan peserta didik yang mengambil Peminatan Bahasa dan Budaya, dapat mengambil mata pelajaran lintas minat: (1) di luar; (2) di dalam; atau (3) sebagian di dalam dan sebagian di luar, peminatan yang dipilihnya. Mata pelajaran lintas minat yang dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai dengan XII. Sekolah yang tidak membuka peminatan bahasa dikarenakan jumlah yang memilih peminatan Bahasa kurang dari rasio kelas, maka tetap menawarkan mata pelajaran pada peminatan Bahasa sebagai pilihan lintas minat bagi peminatan MIPA dan IPS.
Dianjurkan setiap SMA memiliki ketiga peminatan. Peserta didik di SMA Kelas XII dapat mengambil mata kuliah pilihan di perguruan tinggi yang akan diakui sebagai kredit dalam kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan. Pilihan ini dilaksanakan bagi peserta didik SMA yang memiliki kerjasama dengan perguruan tinggi terkait.
Pendalaman minat mata pelajaran tertentu dalam peminatan dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi di kelas XII.
C.
Beban Belajar
Beban belajar pada SMA dapat dilakukan dalam bentuk Sistem Paket dan Sistem Kredit Semester (SKS).
Berkaitan beban belajar yang harus diikuti peserta didik baik dalam satu minggu, satu semester, maupun dalam satu tahun yang menggunakan sistem Paket. Berikut diberikan rambu-rambu yang berkaitan dengan beban belajar antara lain: 1. Beban belajar di SMA dinyatakan dalam jam pelajaran per minggu.
2. Beban belajar satu minggu Kelas X adalah minimal 42 jam pelajaran.
3. Beban belajar satu minggu Kelas XI dan XII adalah minimal 44 jam pelajaran. 4. Beban belajar di Kelas X dan XI dalam satu semester minimal 18 minggu. 5. Beban belajar di kelas XII pada semester ganjil minimal 18 minggu 6. Beban belajar di kelas XII pada semester genap minimal 14 minggu. 7. Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 11 8. Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 60% dari
waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
9. Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting, namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.
Beban belajar dengan Sistem Paket hanya memberi satu kemungkinan, yaitu seluruh peserta didik wajib menggunakan cara yang sama untuk menyelesaikan program belajarnya. Sistem pembelajaran semacam itu dianggap kurang memberikan ruang yang demokratis bagi pengembangan potensi peserta didik yang mencakup kemampuan, bakat, dan minat termasuk menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar peserta didik.
Berkaitan hal tersebut, maka sekolah agar berinovasi untuk meneyelenggarakan layanan pendidikan dalam pengeleolaannya menggunakan sistem kredit semester (SKS).
Penerapan SKS diharapkan bisa mengakomodasi kemajemukan potensi peserta didik. Melalui SKS, peserta didik juga dimungkinkan untuk menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari periode belajar yang ditentukan dalam setiap satuan pendidikan. Untuk lebih jelasnya pemahaman SKS bisa dibaca pada naskah “Model Penyelenggaraan SKS SMA” yang diterbitkan Direktorat PSMA.
D.
Bimbingan Konseling (BK)
1. Pengertian
Sesuai amanat Permendikbud Nomor 059 tahun 2014 tentang Kurukulum 2013 mengamanatkan bahwa dalam rangka pemilihan peminatan di kelas X salah satunya adalah adanya pertimbangan dari guru bimbingan dan konseling/konselor di SMP/MTs atau yang sederajat. Begitu juga dalam pindah minat karena sesuatu hal peserta didik harus mendapatkan rekomendasi dari guru BK. Hal ini menggambarkan bahwa peran BK sangat startegis sekali dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai prestasi yang optimal. Berikut beberapa pemahaman yang berkaitan dengan bimbingan konseling.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 12 a. Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya.
b. Konseli adalah penerima layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan
c. Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus pendidikan profesi guru Bimbingan dan Konseling/konselor.
2. Fungsi BK
a. pemahaman diri dan lingkungan;
b. fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan;
c. penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan; d. penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir; e. pencegahan timbulnya masalah;
f. perbaikan dan penyembuhan;
g. pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk perkembangan diri Konseli;
h. pengembangan potensi optimal;
i. advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif; dan
j. membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan terhadap program dan aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat, minat, kemampuan, kecepatan belajar, dan kebutuhan Konseli.
3. Tujuan
Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan membantu Konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir.
4. Prinsip Layanan
a. diperuntukkan bagi semua dan tidak diskriminatif; b. merupakan proses individuasi;
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 13 d. merupakan tanggung jawab bersama antara kepala satuan pendidikan,
Konselor atau guru Bimbingan dan Konseling, dan pendidik lainnya dalam satuan pendidikan;
e. mendorong Konseli untuk mengambil dan merealisasikan keputusan secara bertanggungjawab;
f. berlangsung dalam berbagai latar kehidupan; g. merupakan bagian integral dari proses pendidikan; h. dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia; i. bersifat fleksibel dan adaptif serta berkelanjutan;
j. dilaksanakan sesuai standar dan prosedur profesional Bimbingan dan Konseling; dan
k. disusun berdasarkan kebutuhan Konseli. 5. Komponen Layanan
a. Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang mencakup:
1) layanan dasar;
2) layanan peminatan dan perencanaan individual; 3) layanan responsif; dan
4) layanan dukungan sistem.
b. Bidang layanan Bimbingan dan Konseling mencakup: 1) bidang layanan pribadi;
2) bidang layanan belajar; 3) bidang layanan sosial; dan 4) bidang layanan karir.
c. Komponen layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada bagian (a) dan bidang layanan sebagaimana dimaksud pada bagian (b) dituangkan ke dalam program tahunan dan semester dengan mempertimbangkan komposisi dan proporsi serta alokasi waktu layanan baik di dalam maupun di luar kelas.
d. Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada bagian bagian (c) yang diselenggarakan di dalam kelas dengan beban belajar 2 (dua) jam perminggu.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 14 e. Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada bagian (c) yang diselenggarakan di luar kelas, setiap kegiatan layanan disetarakan dengan beban belajar 2 (dua) jam perminggu.
6. Strategi layanan
a. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling dibedakan atas: 1) jumlah individu yang dilayani;
2) permasalahan; dan 3) cara komunikasi layanan.
b. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan jumlah individu yang dilayani sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui layanan individual, layanan kelompok, layanan klasikal, atau kelas besar.
c. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan permasalahan sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui pembimbingan, konseling, atau advokasi.
d. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan cara komunikasi layanan sebagaimana dimaksud dilaksanakan melalui tatap muka atau media.
7. Mekanisme layanan
a. Mekanisme layanan Bimbingan dan Konseling meliputi: 1) mekanisme pengelolaan; dan
2) mekanisme penyelesaian masalah.
b. Mekanisme pengelolaan sebagaimana dimaksud merupakan langkah-langkah dalam pengelolaan program Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan yang meliputi langkah: analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengembangan program.
c. Mekanisme penyelesaian masalah sebagaimana dimaksud merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh Konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada Konseli atau peserta didik yang meliputi langkah: identifikasi, pengumpulan data, analisis, diagnosis, prognosis, perlakuan, evaluasi, dan tindak lanjut pelayanan.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 15 d. Program Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud dievaluasi untuk mengetahui keberhasilan layanan dan pengembangan program lebih lanjut.
8. Pelaksanaan Layanan
a. Layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling.
b. Tanggung jawab pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling. c. Pada satuan pendidikan yang mempunyai lebih dari satu Konselor atau
Guru Bimbingan dan Konseling kepala satuan pendidikan menugaskan seorang koordinator.
d. Tanggung jawab pengelolaan program layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh kepala satuan pendidikan.
e. Dalam melaksanakan layanan, Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dapat bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam dan di luar satuan pendidikan.
f. Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud mendukung pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan dalam bentuk antara lain: mitra layanan, sumber data/informasi, konsultan, dan narasumber melalui strategi layanan kolaborasi, konsultasi, kunjungan, ataupun alih-tangan kasus
9. Kualifikasi
a. Guru Bimbingan dan Konseling dalam jabatan yang belum memiliki kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan kompetensi Konselor, secara bertahap ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Calon Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling harus memiliki kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus pendidikan profesi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 16
E.
Manajemen Kelas
Pengelolaan kelas sangat menentukan sekali keberhasilan belajar. Karena kegiatan atau aktivitas pembelajaran 99% lebih dilaksanakan di ruang belajar (kelas).
Sebelum kita masuk kepada pengertian utuh tentang manajemen kelas, ada baiknya kita perhatikan terlebih dahulu apa itu manajemen dan apa itu kelas.
1. Pengertian
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Dalam dunia pendidikan, kelas dapat mempunyai beragam makna, yaitu: (1) kelas adalah sekelompok siswa yang sedang mengikuti suatu pembelajaran atau kuliah tertentu; (2) kelas dapat juga diartikan sebagai proses belajar mengajar; (3) kelas adalah bangunan fisik atau ruang kelas, tempat di mana proses belajar mengajar dilakukan; (4) kelas adalah tingkatan sekolah di mana seorang anak belajar.
Menurut Oemar Hamalik, kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapatkan pengajaran dari guru.
Mulyasa (2006: 91) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya ketika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Selain itu, Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain dalam sebuah bukunya yang berjudul “Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif” (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006) bahwa, manajemen kelas adalah suatu upaya
memperdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 17 Hal ini sependapat dengan Suharsimi Arikunto (1988) dalam buku Pengelolaan Kelas dan Siswa yang diterbitkan oleh Rineka Cipta, Jakarta, menyebutkan bahwa manajemen kelas adalah usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat digaris bawahi bahwa manajemen kelas adalah upaya tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggung jawab kelas dan upaya penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan karakteristik kelas yang dihadapi untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses manajemen kelas (pengelolaan kelas) yang dilakukan guru dapat dibedakan ke dalam 2 golongan yaitu:
1. Faktor internal peserta didik 2. Faktor eksternal peserta didik
Faktor internal peserta didik adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku yang ada di dalam diri masing-masing peserta didik yang ada di kelas yang bersangkutan.
Setiap peserta didik mempunyai keadaan emosi yang berbeda-beda, bahkan pada waktu-waktu yang berbeda. Berbagai faktor dapat mempengaruhi emosi peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Penting sekali untuk memelihara emosi positif setiap peserta didik saat pembelajaran berlangsung.
Pikiran setiap peserta didik pun demikian. Pada waktu tertentu mereka bisa saja sangat terkonsentrasi untuk belajar, sedangkan pada waktu lain mereka sulit sekali berkonsentrasi. Pikiran peserta didik bisa saja pergi ke tempat lain atau ke hal-hal lain di luar proses pembelajaran. Kemampuan guru untuk membuat pikiran peserta didik kondusif untuk belajar sangatlah penting. Beragam strategi dan metode pembelajaran yang
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 18 bervariasi dapat membantu peserta didik mengarahkan pikirannya untuk belajar secara optimal.
Perilaku dan kepribadian peserta didik dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari peserta didik lainnya sacara individual. Kita harus menyadari, bahwa tidak ada peserta didik yang mempunyai karakteristik atau kepribadian yang sama. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor eksternal peserta didik adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah di luar diri masing-masing peserta didik. Beberapa faktor yang tergolong ke dalam faktor eksternal antara lain suasana lingkungan belajar, penempatan peserta didik, pengelompokan peserta didik, jumlah peserta didik, dan sebagainya.
Suasana lingkungan belajar berkaitan erat dengan penataan ruang kelas. Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, pengaturan dan penataan ruang kelas/belajar haruslah kondusif sehingga mendukung berlangsungnya proses pembelajaran secara efektif. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Hal ini sesuai tuntutan Kurikulum 2013 bahwa pembelajaran harus kolaboratif. Selain dari itu, ventilasi udara di ruang kelas dirancang agar memungkinkan pertukaran udara dan tidak membuat kelas menjadi gerah. Keributan di sekitar tempat belajar juga dapat mengganggu konsentrasi mereka dalam belajar.
Selain itu, setiap peserta didik perlu diatur tempat duduknya, di mana peserta didik secara bergliran untuk bertukar temoat duduk, khususnya untuk peserta didik yang mempunyai hambatan dalam hal pendengaran atau penglihatan. Ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik tersebut untuk lebih mudah menerima informasi atau mendengarkan dan melihat apa yang dilakukan di depan kelas baik oleh peserta didik maupun guru. Jangan sampai pandangan atau pendengaran mereka terbatasi oleh
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 19 tempat duduk yang letaknya tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Selanjutnya, di dalam kelas seringkali juga dilakukan pembelajaran dengan setting kelompok. Guru memfasilitasi pembentukan kelompok-kelompok belajar secara sedemikian rupa sehingga masing-masing peserta didik mendapatkan pilihan terbaik untuk pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pengelompokkan peserta didik yang kurang tepat dapat menimbulkan masalah sehingga dapat mengganggu atau menyulitkan manajemen (pengelolaan) kelas.
Masalah jumlah peserta didik akan mempengaruhi dinamika kelas. Semakin banyak jumlah peserta didik di kelas, misalnya tiga puluh dua orang ke atas cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah peserta didik di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik dan mudah dalam mengorganisirnya.
F.
Pembelajaran
1. Pengertian
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan kunci utama dalam kegiatan sekolah. Keberhasilan sekolah dalam menghasilkan mutu lulusannya sangat tergantung pada kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, manajemen sekolah sepatutnya lebih fokus bagaimana merancanag pembelajaran yang efektif baik yang dirancang oleh sekolah sabagai lembaga dan oleh guru sebagai pelaksana operasional.
Sebagai persiapan awal administrasi setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 20 prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2. Prinsip-prinsip pembelajaran
Berikut prinsip-prinsip pembelajaran yang dituntut Kurikulum 2013. a. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu
b. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar c. pembelajaran berbasis kompetensi
d. pembelajaran berbasis aktivitas dengan karakteristik: 1) interaktif dan inspiratif;
2) menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif;
3) kontekstual dan kolaboratif;
4) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan
5) sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
e. Pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan metode sesuai dengan karakteristik MP
f. proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah /pendekatan berbasis proses keilmuan
g. Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud diatas merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses pembelajaran:
1) mengamati; 2) menanya;
3) mengumpulkan informasi/mencoba; 4) menalar/mengasosiasi; dan
5) mengomunikasikan.
h. Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan menggunakan modus pembelajaran langsung atau tidak langsung sebagai landasan dalam menerapkan
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 21 berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.
i. pembelajaran terpadu;
j. pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;
k. pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;
l. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-hard-skills;
m. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
n. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
o. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; p. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
q. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan
r. suasana belajar menyenangkan dan menantang
3. Mekanisme Pembelajaran:
a. Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b. Tahap pelaksanaan pembelajaran, meliputi: 1) Kegiatan pendahuluan
2) Kegiatan inti 3) Keguatan penutup
G.
Penilaian
1. Pengertian:
Ikon Kurikulum 2013 adalah pada pembelajaran dan penilaian. Pembelajaran menekankan pada proses dengan pendekatan saintifik dan penilaian autentik.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 22 Mengingat ruang lingkup penilaian begitu luasnya, maka pada naskah ini dibatasai pada penilaian hasil belajar oleh pendidik.
Berikut pengertian pemahaman yang berkaitan dengan penilain:
a. Penilaian hasil belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran;
b. Penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya;
c. Ketuntasan belajar merupakan tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar; d. Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian
pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap
e. Penilaian diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif. f. Penilaian antar peserta didik adalah teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.
g. Penilaian tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok.
h. Penilaian projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data, sampai pelaporan.
i. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.
j. Ulangan harian adalah penilaian yang dilakukan setiap menyelesaikan satu muatan pembelajaran.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 23 k. Ulangan Tengah Semester UTS) adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama semester.
l. Ulangan Akhir Semester (UAS) adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester. m. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada ranah
sikap.
n. Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah pengetahuan.
o. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah keterampilan.
2. Fungsi:
Fungsi penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
3. Tujuan:
Tujuan penilaian hasil belajar oleh Pendidik adalah untuk:
a. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan.
b. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan. c. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat
penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar. d. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya.
4. Prinsip:
Prinsip Umum
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 24 b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. f. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik.
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
i. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar.
Prinsip Khusus:
a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum. b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik. d. Berbasis kinerja peserta didik.
e. Memotivasi belajar peserta didik.
f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik. g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya. h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.
j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. k. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus. l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata. m. Terkait dengan dunia kerja.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 25 n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.
o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen
5. Lingkup Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan
6. Ketuntasan:
Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun pelajaran, dan tingkat satuan pendidikan.
Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K) sebagaimana tertera pada tabel berikut.
Nilai Ketuntasan Pengetahuan dan Keterampilan
3,85 – 4,00 A 3,51 – 3,84 A- 3,18 – 3,50 B+ 2,85 – 3,17 B 2,51 – 2,84 B- 2,18 – 2,50 C- 1,85 – 2,17 C 1,51 – 1,84 C- 1,18 – 1,50 D+ 1,00 – 1,17 D
Ketuntasan Belajar untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 2,67 dan keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67.
7. Teknik dan Instrumen:
Teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi pada aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 26 a. Penilaian Kompetensi Sikap: observasi, penilaian diri, penilaian temen
sebaya, penilaian jurnal
b. Penilaian Pengetahuan: tes tertulis, observasi
c. Penilaian Keterampilan: unjuk kerja, projek, produk, portofolio, tertulis 8. Pelaporan Pencapaian Kompetensi Pesert Didik
a. Skor dan Nilai
Penilaian Kurikulum 2013 menggunakan skala skor penilaian 4,00 – 1,00 dalam menyekor pekerjaan peserta didik untuk setiap kegiatan penilaian (ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, tugas-tugas, ujian sekolah).
Penilaian kompetensi hasil belajar mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan dapat secara terpisah tetapi dapat juga melalui suatu kegiatan atau peristiwa penilaian dengan instrumen penilaian yang sama.
Tabel konversi skor dan predikat hasil belajar untuk setiap ranah
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Modus Predikat Skor Rerata Huruf Capaian
Optmimum Huruf 4,00 SB (sangat baik) 3,85 – 4,00 A 3,85 – 4,00 A 3,51 – 3,84 A- 3,51 – 3,84 A- 3,00 B (Baik) 3,18 – 3,50 B+ 3,18 – 3,50 B+ 2,85 – 3,17 B 2,85 – 3,17 B 2,51 – 2,84 B- 2,51 – 2,84 B- 2,00 C (Cukup) 2,18 – 2,50 C+ 2,18 – 2,50 C+ 1,85 – 2,17 C 1,85 – 2,17 C 1,51 – 1,84 C- 1,51 – 1,84 C- 1,00 K (Kurang) 1,18 – 1,50 D+ 1,18 – 1,50 D+ 1,00 – 1,17 D 1,00 – 1,17 D
Nilai akhir yang diperoleh untuk ranah:
sikap diambil dari nilai modus (nilai yang terbanyak muncul). pengetahuan diambil dari nilai rerata.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 27 b. Bentuk Laporan
Laporan hasil pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dalam bentuk sebagai berikut.
1) Pelaporan oleh Pendidik
Laporan hasil penilaian oleh pendidik dapat berbentuk laporan hasil ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester.
2) Pelaporan oleh Satuan Pendidikan
Rapor yang disampaikan oleh pendidik kepada kepala sekolah/madrasah dan pihak lain yang terkait (misal: wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling, dan orang tua/wali).
c. Nilai Untuk Rapor
Hasil belajar yang dicantumkan dalam Rapor berupa:
1) untuk ranah sikap menggunakan skor modus 1,00 – 4,00 dengan predikat Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB);
2) untuk ranah pengetahuan menggunakan skor rerata 1,00 – 4,00 dengan predikat D – A.
3) untuk ranah keterampilan menggunakan skor optimum 1,00 – 4,00 dengan predikat D – A.
d. Format Rapor
Format Rapor terlampir
H.
Kenaikan Kelas
Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian mengatakan bahwa penilaian hasil belajar oleh Pendidik bentuk sumatif adalah untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik.
Berkaitan dengan kenaikan kelas, maka sekolah diwajibkan untuk membuat kriteria kenaikan kelas yang mengacu pada peraturan yang berlaku untuk disesuaikan dengan karakteristik masing-masing sekolah.
Kriteria ini berfungsi sebagai rujukan bagi setiap sekolah dalam menentukan kenaikan kelas bagi setiap peserta didik kelas X dan XI. Sebagai bahan
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 28 pertimbangan dalam pengembangan peraturan kenaikan kelas adalah sebagai berikut:
a. Ketuntasan Contoh:
Dinyatakan tidak naik kelas bila terdapat 3 mata pelajaran atau lebih, pada kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap belum tuntas/belum baik
b. Kehadiran
Contoh: Kehadiran minimal 80% dari jumlah hari efektif c. Lain-lain yang dikembangkan dengan karakteristik sekolah
I.
Ekstrakurikuler
1. Pengertian
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan.
Tujuan kegiatan Ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Kegiatan Ekstrakurikuler terdiri atas: a. Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib; dan b. Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan.
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik yang berbentuk pendidikan Kepramukaan.
Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai bakat dan minat peserta didik yang dapat berbentuk latihan bakat dan latihan olah-minat.
2. Pengembangan Pendidikan Kepramukaan
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 29 a. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai nilai kepramukaan;
b. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan;
c. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka; d. Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka; 3. Pelaksanaan Pendidikan Kepramukaan:
a. Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam 3 (tiga) model meliputi: 1) Model Blok; 2) Model Aktualisasi; dan 3) Model Reguler.
b. Model Blok merupakan kegiatan wajib dalam bentuk perkemahan yang dilaksanakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum.
c. Model Aktualisasi merupakan kegiatan wajib dalam bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan penilaian formal.
d. Model Reguler merupakan kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik yang dilaksanakan di Gugus depan.
4. Penilaian Pendidikan Kepramukaan:
a. Penilaian Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan penilaian yang bersifat autentik mencakup penilaian sikap dan keterampilan.
b. Penilaian sikap sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan menggunakan penilaian berdasarkan pengamatan, penilaian diri, dan penilaian teman sebaya.
c. Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud diatas dilakukan dengan menggunakan penilaian unjuk kerja.
d. Penilaian sikap dan keterampilan menggunakan jurnal pendidik dan portofolio.
5. Pengembangan Ekstrakurikuler Pilihan
Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui tahapan: a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik;
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 30 b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan Ekstrakurikuler; dan e. penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan; 6. Program Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu perangkat operasional (supplement dan complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan (Pasal 53 PP 19 Tahun 2005).
a. Satuan pendidikan wajib menyusun program Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan bagian dari Rencana Kerja Sekolah.
b. Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud memuat: a. rasional dan tujuan umum;
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler; c. pengelolaan;
d. pendanaan; dan e. evaluasi
7. Penilaian dan Evaluasi
Satuan pendidikan memberikan penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler secara kualitatif dan dideskripsikan pada rapor peserta didik.
Program Kegiatan Ekstrakurikuler tersebut disosialisasikan kepada peserta didik dan orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.
J.
Kelulusan Peserta Didik
Untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan maka setiap sekolah wajib membuat kriteria kelulusan yang mengacu pada peraturan yang berlaku baik dari kebijakan Pusat maupun dari Daerah melalui Dinas Pendidikan. Peraturan ini dibuat dalam rangka menjaga kewibaan dan mutu sekolah serta sebagai rujukan dalam penetapan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Seperti diketahui bahwa selama ini salah satu penentu kelulusan dari satuan pendidikan adalah hasil Ujian Nasional, namun mulai tahun 2015 Pemerintah
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 31 membuat kebijakan baru bahwa UN tidak lagi menjadi salah satu penentu kelulusan. Dengan demikian kelulusan sepenuhnya tanggungjawab sekolah. Hal ini menjadi tantangan bagi sekolah untuk menjaga mutu lulusanya dari satuan pendidikan sehingga dapat dipertanggngjawabkan.
Berikut akan dijelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan kriteria kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
1. Pengertian
a. Kriteria kelulusan adalah persyaratan pencapaian minimal standar kompetensi lulusan pada semua mata pelajaran untuk dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.
b. Nilai Sekolah selanjutnya disebut Nilai Sekolah adalah nilai gabungan antara nilai ujian Sekolah dan rata-rata nilai Rapor.
c. Ujian Nasional SMA yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan SMA secara nasional meliputi mata pelajaran tertentu
d. Sertifikat Hasil Ujian Nasional yang selanjutnya disebut SHUN adalah surat keterangan yang berisi Nilai UN serta tingkat capaian kompetensi lulusan. e. UN Susulan adalah ujian nasional yang diselenggarakan untuk peserta
didik yang berhalangan mengikuti UN Utama karena alasan tertentu yang dapat diterima oleh sekolah/madrasah Pelaksana UN dan disertai bukti yang sah.
f. UN Perbaikan adalah ujian nasional yang diselenggarakan untuk peserta didik pada jenjang SMA yang mencapai kompetensi lulusan dengan kategori kurang pada suatu mata pelajaran
2. Syarat Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan setelah: a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan c. lulus Ujian Sekolah (US).
Keterangan:
a. Penyelesaian seluruh program pembelajaran sebagaimana dimaksud diatas adalah bahwa peserta didik telah menyelesaikan pembelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XII yang dibuktikan dengan rapor.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 32 b. Kriteria nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran sebagai mana dimaksud diatas ditetapkan oleh sekolah.
c. Lulus Ujian Sekolah yang dimaksud diatas berdasarkan nilai sekolah (NS) d. Peserta didik dinyatakan lulus Ujian Sekolah apabila peserta didik telah
memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan perolehan Nilai Sekolah
e. Nilai Sekolah sebagaimana dimaksud diperoleh dari gabungan antara nilai Ujian Sekolah dan nilai rata-rata rapor semester III, IV, dan V dengan pembobotan 30% sampai dengan 50% untuk nilai Ujian Sekolah dan pembobotan 50% sampai dengan 70% untuk nilai rata-rata rapor.
3. Penetapan Kelulusan
a. Kelulusan peserta didik ditetapkan setelah satuan pendidikan menerima hasil UN peserta didik yang bersangkutan
b. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan formal ditentukan oleh satuan pendidikan berdasarkan rapat Dewan Guru
K.
Sarana TIK
Pengelolaan Manajemen di masa era globalisasi seperti sekarang adalah tidak lepas dari teknologi dan informasi atau kita kenal dengan IT. Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Peran teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Karena perkembangan teknologi sudah semakin pesat sehingga kebutuhan masnusia akan teknologi juga semakin banyak. Saat ini salah satu yang membutuhkan teknologi informasi adalah sekolah. Penggunaan IT di sekolah sangatlah penting.
Layanan yang dilakukan sekolah seperti kegiatan belajar mengajar, mengolah data peserta didik, guru ataupun para orang tua peserta didik, menyusun program, mengolah nilai, laporan publik, laporan hasil belajar, informasi sekolah, dan
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 33 hampir semua kegiatan sangat memerlukan teknologi IT agar dapat memberikan layanan lebih efektif, cepat dan akurat.
Beberapa kegunaan atau fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya perantara sistem informasi. 2. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem
informasi secara kritis.
3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
5. Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem informasi dan teknologi baru.
6. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem.
7. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau pelayanan mereka.
12. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Operasional. Pengendalian operasional adalah proses pemantapan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan prosedur dan aturan keputusan yang sudah ditentukan lebih dahulu. Sebagian besar keputusan bisa diprogramkan.
13. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Manajemen. Informasi pengendalian manajemen diperlukan oleh Kepala Sekolah untuk mengukur pekerjaan, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk diterapkan personalia operasional, dna mengalokasi sumber daya. Berkaitan hal tersebut diatas, maka sekolah agar mempertimbangkan dalam pengadaan software dan hardware termasuk didalamnya peningkatan kemampuan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) baik bagi guru maupun karyawan.
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 34
BAB III
PELAKSANAAN PENGELOLAAN SMA
BERBASIS kURIKULUM 2013
A.
KTSP
KTSP disusun dan dibuat oleh Tim Pengembang Kurikulum (TPK) sebelum tahun pelajaran dimulai dan dikembangkan sesuai dengan karakteristik sekolah dengan memperhatikan: a) acuan konseptual; b) prinsip pengembangan; dan c) prosedur operasional.
Prosedur operasional penyusunan KTSP digambarkan dalam diagram alur berikut.
Penjelasan:
1. Analisis sebagaimana dimaksud mencakup:
a. analisis ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Kurikulum; b. analisis kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan; dan c. analisis ketersediaan sumber daya pendidikan.
2. Penyusunan sebagaimana dimaksud mencakup:
a. perumusan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan; b. pengorganisasian muatan kurikuler satuan pendidikan;
c. pengaturan beban belajar peserta didik dan beban kerja pendidik tingkat kelas;
d. penyusunan kalender pendidikan satuan pendidikan; e. penyusunan silabus mata pelajaran muatan lokal; dan
f. penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan
pembelajaran.
3. Penetapan sebagaimana dimaksud dilakukan kepala sekolah/madrasah berdasarkan hasil rapat dewan pendidik satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah/madrasah.
4. Pengesahan sebagaimana dimaksud dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Analisis Penyusunan Penetapan Pengesaha n
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 35
B.
Peminatan
1. Pelaksanaan Pemilihan Peminatan
Pemilihan peminatan dilakukan oleh peserta didik di setiap awal tahun pelajaran bagi kelas X, XI, dan XII.
Pemilihan peminatan dapat digambarkan dalam diagram alur berikut.
Penjelasan:
Calon peserta didik menjelang awal tahun pelajaran baru mengikuti seleksi penerimaan peserta didik baru melalui program PPDB. Kemudian calon peserta didik diminta untuk memilih Peminatan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan dengan beberapa alternatif:
1. mengikuti seleksi PPDB sesuai dengan persyaratadan seteleh diterima selanjutnya setiap peserta didik diminta untuk memilih Peminatan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, atau
2. mengikuti seleksi PPDB sekaligus untuk memilih peminatan secara bersamaan dalam proses penerimaan melalui PPDB. Pada seleksi cara ini, setelah proses PPDB guru BK agar menyiapkan perangkat untuk mengantisipasi peserta didik yang akan memilih 3 MP dari 4 MP pada setiap kelompok Peminatan Akademik.
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan peminatan:
a. nilai rapor Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau yang sederajat,
b. nilai ujian nasional SMP/MTs atau yang sederajat,
c. rekomendasi guru bimbingan dan konseling/konselor di SMP/MTs atau yang sederajat, Calon peserta didik baru SMA PPDB PPDB & Pemina Pilih Peminatan Kelas sesuai Peminatan KBM Y Y
@2015, Direktorat Pembinaan SMA 36 d. hasil tes penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA, atau
tes bakat dan minat oleh psikolog.
e. dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik sekolah. 2. Pemilihan Lintas Minat
Mata pelajaran lintas minat di SMA/MA diambil dari luar kelompok peminatan akademiknya, kecuali untuk kelompok Peminatan Bahasa dan Budaya dapat diambil dari luar dan/atau dari dalam kelompok peminatan akademiknya pada satuan pendidikan yang sama.
3. Rambu-rambu Pelaksanaan Pendalaman Minat
a. Pendalaman minat diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki bidang keilmuan yang sesuai.
b. Perguruan tinggi harus menyediakan sumber daya pendidikan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembelajaran pendalaman minat.
c. Kerjasama sebagaimana dimaksud dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman (MoU).
d. Peserta didik dapat mengambil pendalaman minat dengan ketentuan: a. memiliki indeks prestasi paling rendah 3,67; dan
b. memiliki kecerdasan istimewa, dengan dibuktikan tes IQ. 4. Pindah Peminatan:
a. Peserta didik SMA dapat pindah antarkelompok peminatan akademik dalam satuan pendidikan yang sama paling lambat pada akhir semester 1 (satu).
b. perpindahan kelompok peminatan akademik didasarkan pada hasil pembelajaran pada semester berjalan dan rekomendasi guru Bimbingan dan Konseling/Konselor.
c. Peserta didik yang pindah kelompok peminatan akademik harus mengikuti program matrikulasi.
C.
Beban Belajar
Beban belajar yang harus dilakukan setiap peserta didik adalah sesuai dengan struktur Program Kurikulum seperti yang terdapat pada Permendikbud Nomor 059