• Tidak ada hasil yang ditemukan

Binatang hidup lainnya

Dalam dokumen 4. MODUL DTSD Klasifikasi Barang (Halaman 29-36)

Kata lainnya dalam pos ini berfungsi untuk menampung binatang hidup yang belum disebutkan pada pos-pos sebelumnya. Secara lebih rinci uraian pos tersebut dapat diuraikan menjadi:

Binatang hidup,

selain kuda, keledai, bagal dan hinnies, selain binatang sejenis lembu, selain babi

selain biri-biri dan kambing

selain unggas dari jenis : ayam spesies Gallus domesticus, bebek, kalkun dan ayam mutiara

c) Judul Sub Pos

Sub-pos 0102.90 : - Lain-lain

Kata lain-lain dalam sub-pos ini berfungsi untuk menampung binatang sejenis lembu, hidup yang belum disebutkan pada sub-sub pos sebelumnya. Secara lebih rinci uraian dalam sub-po stersebut dapat diuraikan menjadi:

Binatang hidup,

• selain kuda, keledai, bagal dan hinnies,

• termasuk binatang sejenis lembu, namun bukan untuk bibit

4.2. Latihan 3

Pertanyaan Jawaban 1. Pasal berapa dalam Undang-undang no. 10 tahun

1995 yang berkaitan dengan klasifikasi barang ? 1.

2. Apa isi Buku Tarif Bea Masuk Indonesia ? 2.

3. Apa yang dimaksud dengan sistem pentakikan dalam penomoran HS ?

3.

4. Bagaimana cara membaca pengertian kata “Lain-lain” dalam BTBMI ?

4.

4.3. Rangkuman

Indonesia telah menjadi Contracting Party dari “International Convention on the Harmonized Commodity Description and Coding Sistem”. berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 35 tahun 1993. Sebagai tindak lanjutnya struktur Klasifikasi barang dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) mengacu kepada sistem klasifikasi dari HS Convention

Sistem penomoran klasifikasi dalam BTBMI menggunakan 10-digit dengan susunan 6 digit pertama mengacu pada konvensi HS dan 2 digit terakhir adalah pecahan pos tarif nasional. Selain menggunakan sistem nomor, HS/BTBMI juga menggunakan sistem takik (dash, -) untuk mengklasifikasi barang

Dalam klasifikasi BTBMI dengan sistem HS kata “Lain-lain”, berfungsi untuk menampung barang yang belum disebut pada uraian jenis barang sebelumnya. Kata “lain-lain” terdapat pada Bab, Pos, Sub-Pos dan Pos Tarif Nasional. Dengan sedikit latihan menggunakan BTBMI, pengertian kata lain-lain tersebut akan dapat dengan mudah dimengerti

5. Test Formatif

5.1. Lingkarilah huruf B apabila pernyataan ini Saudara anggap benar dan huruf S apabila pernyataan Saudara anggap salah.

1. ( B - S ) Untuk mengklasifikasi barang diperlukan data mengenai nama, jenis dan spesifikasi lainnya secara akurat. Informasi mengenai barang tersebut dapat kita peroleh melalui : kondisi fisik, brosur, sertificate of analysis, label kemasan dan data lainnya

2. ( B - S ) Customs Cooperation Council di Brussels pada tanggal 14 Juni 1983 menghasilkan Konvensi Internasional tentang The Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dan mulai berlaku di Indonesi sejak tanggal 1 Januari 1988

3. ( B - S ) HS bersifat harmonis karena standard klasifikasi dan sistem kode penomoran barang digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti Pabean, statistik, perdagangan internasional dan pengangkutan laut, udara dan kereta api. Salah satu tujuan HS adalah untuk memberikan ketidak seragaman secara internasional penggolongan barang dalam tarif pabean

4. ( B - S ) Apabila terdapat perbedaan sistem klasifikasi pada setiap negara akan memperpanjang waktu untuk penetapan bea masuk dan pengeluaran barang impor di pelabuhan. Fungsi dasar HS adalah untuk memberikan keseragaman dalam mengklasifikasi barang guna memberikan kemudahan pada perdagangan internasional

5. ( B - S ) Ditinjau dari fungsi pengklasifikasian, struktur HS terdiri dari : KUM HS ; Catatan Bagian, Bab dan Subheading ; Heading, sub-heading dan penomoran hingga ke Pos tarif (10 digit). Demikian dalam kekuatan hukumnya sama, karena yang utama adalah uraian barangnya.

5.2. Pilihlah jawaban yang Saudara anggap benar dengan cara melingkari huruf yang terdapat di depan jawaban tersebut a, b, c, atau d )

1. Untuk penetapan tarif bea masuk, barang dikelompokkan berdasarkan sistem klasifikasi barang. Bunyi kalimat diatas sesuai dengan bunyi UU no. 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan pada :

a. pasal 16 b. pasal 115 c. pasal 14 d. pasal 116

2. The Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) mulai berlaku secara internasional sejak :

a. tanggal 1 Januari 1989 b. tanggal 1 Agustus 1988 c. tanggal 31 Januari 1988 d. tanggal 11 Januari 1989

3. Untuk mengklasifikasi barang, dikenal prosedur umum untuk mengklasifikasi barang. Prosedur tersebut secara umum ialah ...

a. mengidentifikasi barang dengan mempelajari jenis dan spesifikasinya b. merumuskan identitas atau deskripsi barang tersebut

c. melihat Buku Tarif Bea Masuk Indonesia dan menentukan klasifikasinya d. pernyataan a, b dan c benar

4. Dalam pengamatan sementara untuk mengklasifikasi barang, maka sebutkan pernyataan dibawah ini yang tidak benar

a. Jenis suatu jenis barang dimungkinkan tidak ada dalam HS b. Dapat terkait dengan beberapa bab

c. Mengklasifikasi barang seluruhnya harus tepat secara eksak

d. Barang tidak dapat diklasifikasikan, karena uraian jenis barangnya tidak ada dalam BTBMI

5. Pencantuman besarnya Bea Masuk pada Buku tarif Bea Masuk Indonesia : a. hanyalah sementara (mengikuti surat Keputusan Menteri Keuangan RI) b. harus mengacu kepada perkembangan terakhir besarnya penetapan Bea Masuk c. selalu berubah

d. pernyataan a, b dan c benar

5.3.Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan benar

1. Sebutkan 3 Sistem dalam mengklasifikasi barang yang pernah digunakan Pemerintahan Republik Indonesia, sebelum HS !

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konvensi HS ?

3. Mengapa kita memilih suatu system seperti HS dalam menentukan klasifikasi barang ?

4. Sebutkan tujuan Harmonized System ?

5. Apakah besarnya tarif bea masuk Indonesia secara hukum sesuai seperti apa yang tertulis dalam BTBMI tersebut ?

6. KUNCI JAWABAN TEST FORMATIF

Kelompok 5.1. 1 B. 2. S 3. B. 4. B 5. S Kelompok 5.2.. 1. a 2. b 3. d 4. c 5. d

Kelompok 6.3.

Nomor 1

a) Sistem Brussel Edisi 1975 (BTN 1975). Penetapan tarif ini merupakan

penyempurnaan dari penetapan tarif sebelumnya dan mulai diberlakukan pada tanggal 1 Juli 1975 sampai dengan 30 september 1980.

b) Sistem Customs Cooperation Council (CCCN). Pada dasarnya sistem pentarifan ini

sama dengan sistem sebelumnya, hanya pada sistem CCCN ini terdapat penyempurnaan sistem penomoran pada sub-pos dari dua digit menjadi tiga digit atau semula 6 digit menjadi 7 digit. Sistem CCCN ini mulai diberlakukan pada tanggal 1 Oktober 1980 sampai dengan 31 Maret 1985.

c) Sistem CCCN Edisi 1985 (CCCN 1985). Sistem ini merupakan penyempurnaan dari

sistem CCCN sebelumnya dan mulai diberlakukan pada tanggal 1 April 1987 sampai dengan 31 desember 1988.

Nomor 2

Pada akhir tahun 1986, kelompok studi tersebut berhasil menyusun suatu nomenklatur (daftar klasifikasi barang berdasarkan kelompok-kelompok) yang dinamakan

Harmonized Commodity Description and Coding System atau lebih dikenal dengan

sebutan Harmonized System (HS). Untuk memberikan kekuatan hukum yang pasti, nomenklatur disahkan dalam Konvensi HS

Nomor 3

a) HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang yang diperdagangkan secara internasional.

b) HS adalah pedoman klasifikasi yang sistematik untuk seluruh barang yang diperdagangkan secara internasional.

c) HS menggunakan dasar yang seragam untuk keperluan pentarifan secara internasional.

d) Menggunakan “bahasa pabean” sehingga dapat dengan mudah dimengerti oleh importir, eksportir, produsen, pengangkut, dan aparat bea dan cukai. e) Sederhana dan memberikan kepastian dalam hal aplikasi dan interpretasi

f) Merupakan kumpulan data yang seragam secara internasional sehingga dapat digunakan untuk mendukung analisis dan statistik perdagangan internasional.

Nomor 4

a) Memberikan keseragaman dalam daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis, untuk penetapan Tarif Pabean secara mendunia.

b) Memudahkan pengumpulan, pembuatan dan analisis Statistik perdagangan dunia, dan ;

c) Memberikan Sistem Internasional yang resmi untuk pemberian Kode, Pen jelasan dan penggolongan barang untuk tujuan perdagangan seperti tarif pengangkutan, keperluan pengangkutan, dokumentasi dan sebagainya.

d) Memperbaharui sistem klasifikasi barang sebelumnya, untuk memberikan perhatian kepada perkembangan teknologi dan masyarakat industri serta pola perdagangan Internasional.

Nomor 5

Buku tarif Bea Masuk Indonesia hanyalah suatu referensi praktis agar dapat secara optimal digunakan di lapangan. Ketentuan hukum yang legal adalah sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan tentang perubahan Tarif Bea Masuk Indonesia

(lihat Kata Pengantar pada BBTBMI)

7. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Bandingkanlah hasil jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang ada di belakang modul ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar atau sejauh mana Anda menguasai mata pelajaran tersebut. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap terhadap materi kegiatan belajar

Rumus Tingkat Penguasaan Untuk kelompok A dan B :

Jumlah Jawaban yang benar dibagi 10 kemudian dikali 100 % = ... Untuk kelompok C :

Untuk nilai keseluruhan maka dibagi rata-rata dari (A+B) dan C Arti tingkat penguasaan :

* 90 % - 100 % = Baik sekali * 80 % - 89 % = Baik * 70 % - 79 % = Cukup * 69 % = Kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% keatas Anda dapat meneruskan kepada modul atau bagian pelajaran lain. Hasilnya Baik ! akan tetapi, bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda harus mengulangi membaca Modul kembali, terutama bagian yang belum Anda kuasai

8. Daftar Kepustakaan

a. Harmonized System, Word Customs Organization, 2007 version b. Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (2007).

Departemen Keuangan RI, Jakarta

c. Explanatory Notes, World Customs Organization, 2007 d. Pengantar Klasifikasi Barang. (1995)

Pusdiklat Bea dan Cukai. Jakarta

***

MODUL II

SISTEM KLASIFIKASI BARANG

Dalam dokumen 4. MODUL DTSD Klasifikasi Barang (Halaman 29-36)

Dokumen terkait