HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.2 Bingkai Sumatera
Bingkai Sumatera termasuk dalam program Feature dan Magazine yang dipandu oleh seorang presenter. Presenter yang memandu beberapa liputan feature yang menjadi isi dari program dengan suasana resmi tapi santai. Program Bingkai Sumatera menayangkan durasi selama 24 menit. Ditayangkan setiap hari Sabtu pukul 18.30 WIB dan tayangan ulangnya setiap hari Sabtu pukul 23.00 WIB, Minggu pukul 07.00 WIB, Senin pukul 06.30 WIB dan 11.00 WIB, Kamis pukul 11.30 WIB, dan Jumat 07.30 WIB.
Program ini melibatkan reporter yang menjadi presenter, cameraman yang merangkap sebagai editor gambar, produser, asisten produser dan editor online yang bertugas mengedit seluruh gambar, tulisan dan audio hingga jadi sebuah tayangan yang utuh. Semua posisi memang bersinergi untuk menghasilkan sebuah tayangan yang layak untuk disajikan. Namun dibalik sebuah tayangan, tentu ada penampis informasi (gatekeeper) yang bertugas untuk menentukan mana informasi yang layak ditayangkan dan mana yang tidak layak.
Bingkai Sumatera adalah sebuah program siaran lokal televisi yang ditayangkan di DAAI TV yang menyajikan berbagai kisah tentang keberagaman, aktifitas kehidupan dan nilai inspiratif masyarakat Sumatera dengan empat tema besar, yaitu budaya, kesehatan, pendidikan dan lingkungan hidup. Program Bingkai Sumatera ini terdiri dari empat segmen, yaitu segmen pembuka, segmen isi tema yang diangkat dalam episode tersebut, segmen potret, dan yang terakhir adalah segmen penutup. Segmen potret sendiri dikemas dengan agak berbeda dari tema utama. Biasanya segmen potret membahas pariwisata atau sejarah yang dikemas dengan lebih ringan dan unik.
Target pemirsa pada program ini adalah dewasa umum, namun tidak menutup kemungkinan dapat menjaring pemirsa usia remaja, serta aman untuk ditonton oleh seluruh keluarga. Program ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemirsa tentang hal-hal positif yang ada di sekelilingnya. Program ini diharapkan dapat memberikan edukasi, informasi, dan hiburan serta dapat menjadi inspirasi bagi pemirsanya.
Table 4.1: Bingkai Sumatera edisi 151 “Hikmah Sosial Prayugo”
Elemen Bukti Interpretasi
Topik (Tematik)
Hikmah Sosial Prayugo
Rahma Mandasari (Reporter): “selama menjadi relawan tzu ching,
kemampuan berbicara di depan umum serta
kepemimpinannya semakin terasah. Sumbangsih budha tzu chi dalam meringankan penderitaan orang lain telah membentuk yugo menjadi pribadi yang peduli dengan sesama.”
“Banyak persoalan hidup yang dia pelajari dari beraktifitas di tzu ching, salah satu yang selalu diingatnya adalah ketika berkunjung ke panti jompo, dan mendapati seorang kakek yang sangat sedih saat dititipkan oleh anak-anaknya di panti asuhan tersebut. Dari kisah ini yugo tergugah untuk lebih
berbakti kepada orang tuanya.”
“Yugo kini tampil menjadi pribadi yang selalu
Pemilihan topik tentang hikmah prayugo ini menggambarkan bahwa DAAI TV merupakan stasiun televisi yang berbudaya humanis yang mengangkat cerita tentang kegiatan-kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan berbagai kebaikan atau yang dapat menginspirasi orang banyak. Pada topik hikmah Prayugo ini ingin memberi informasi kepada masyarakat khususnya anak-anak muda bahwa waktu luang yang kita miliki bisa kita manfaatkan untuk melakukan berbagai kegiatan yang bisabermanfaat bagi diri kita maupun orang
bersyukur dan menghargai waktu, meski teman-teman sebayanya mengajak untuk menghabiskan waktu muda dengan mencari hiburan, yugo tetap pada
pendiriannya, terfokus pada kegiatan sosial di budha tzu chi dan kampus. Bagi
dirinya hidup ini singkat dan harus diisi dengan amal kebaikan.”
lain. Apa yang telah dilakukan oleh Prayugo tersebut bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk dapat selalu berbagi dengan masyarakat yang membutuhkan. Tidak hanya berbagi dalam bentuk barang, tapi bisa juga berbagi dalam bentuk jasa. Skema
(Skematik)
- Alur penanyangan acara ini diawali dengan segmen pembuka oleh Malidayani Lubis sebagai pembawa acara yang menyampaikan salam pembuka dan menjelaskan sedikit topik pertama yang akan ditayangkan pada Bingkai Sumatera.
Malidayani Lubis (pembawa acara): “Salam jumpa inilah program Bingkai Sumatera. Selama 24 menit kami akan menghadirkan berbagai liputan tentang
keberagaman, aktivitas kehidupan dan nilai inspiratif masyarakat sumatera.”
“Prayugo seorang mahasiswa dari kota medan yang aktif mengisi waktu luangnya dengan berbagai kegiatan sosial, selain sibuk mengasah ilmu pengetahuan dengan memandu berbagai
- Selanjutnya narasumber memperkenalkan dirinya dan aktifitas-aktifitas yang dilakukannya.
- Selanjutnya sang reporter menjelaskan lebih detail topik yang diangkat
acara seminar dan pelatihan, prayugo secara khusus juga meluangkan waktunya untuk mengasah hati
diberbagai yayasan sosial. Ia memimpin kaum muda di yayasan budha tzu chi yang biasa dipanggil dengan nama tzu ching.
Berorganisasi di yayasan sosial memberikan banyak pelajaran berharga yang berguna untuk masa depannya.”
Prayugo: “Nama saya Prayugo, usia saya 21 tahun. Saya adalah
mahasiswa fakultas hukum di universitas islam
sumatera utara dan kegiatan saya di luar dari jadwal kuliah adalah sebagai relawan muda-mudi tzu chi atau yang disebut juga dengan tzu ching.”
Rahma Mandasari (reporter): “Masa muda adalah anugrah yang hanya dinikmati 1 kali dalam kehidupan. Masa ini
biasanya dimanfaatkan para pemuda untuk
mengembangkan potensi serta kekuatan diri untuk meraih berbagai harapan. Bagi prayugo masa muda harus diisi dengan berbagai kebaikan. Pemuda berusia 21 tahun, yang sedang belajar di fakultas hukum universitas islam sumatera utara ini, dikenal aktif dalam berbagai organisasi. Di kampus, prayugo adalah penggiat komunitas
peradilan semu. Dia kerap membawakan diskusi menyangkut permasalahan hukum yang sedang hangat dibicarakan. Prayugo juga dikenal cakap dalam memandu berbagai acara. Tidak hanya aktif
dikampusnya saja, prayugo juga kerap melakukan berbagai kegiatan sosial. Yugo adalah relawan remaja atau biasa di sebut tzu ching di yayasan sosial budha tzu chi medan. Dia bergabung di budha tzu chi sejak tahun 2008. Pada tahun 2010,
yugo dipercaya untuk menjadi ketua muda mudi tzu chi medan. Ia memimpin sekitar 50 anggota tzu ching yang sering mengadakan sosialisasi pendidikan budi pekerti dan pelestarian lingkungan di berbagai sekolah dan kampus.”
“Selama menjadi relawan tzu ching,
kemampuan berbicara di depan umum serta
kepemimpinannya semakin terasah. Sumbangsih budha tzu chi dalam meringankan penderitaan orang lain telah membentuk yugo menjadi pribadi yang peduli dengan sesama.”
“banyak persoalan hidup yang dia pelajari dari beraktifitas di tzu ching, salah satu yang selalu diingatnya adalah ketika berkunjung ke panti jompo, dan mendapati seorang kakek yang sangat sedih saat dititipkan oleh anak-anaknya di panti asuhan
- Tayangan topik kali ini akhirnya ditutup dengan reporter menyampaikan kesimpulan dari tayangan dengan tema Hikmah Sosial
Prayugo
tersebut. Dari kisah ini yugo tergugah untuk lebih
berbakti kepada orang tuanya.”
“Yugo kini tampil menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan menghargai waktu, meski teman-teman sebayanya mengajak untuk menghabiskan waktu muda dengan mencari hiburan, yugo tetap pada
pendiriannya, terfokus pada kegiatan sosial di budha tzu chi dan kampus. Bagi
dirinya hidup ini singkat dan harus diisi dengan amal kebaikan.”
Latar (semantik)
“Prayugo seorang mahasiswa dari kota medan yang aktif mengisi waktu luangnya dengan berbagai kegiatan sosial, selain sibuk mengasah ilmu pengetahuan dengan memandu berbagai acara seminar dan pelatihan, prayugo secara khusus juga meluangkan waktunya untuk mengasah hati diberbagai yayasan sosial…”
Latar belakang Bingkai Sumatera mengangkat topik ini karena banyak masyarakat khususnya anak-anak muda sekarang yang kebanyakan
menghabiskan waktu mereka untuk
bersenang-senang dan kurang peduli
“Yugo kini tampil menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan menghargai waktu, meski teman-teman sebayanya mengajak untuk menghabiskan waktu muda dengan mencari hiburan, yugo tetap pada
pendiriannya, terfokus pada kegiatan sosial di budha tzu chi dan kampus. Bagi
dirinya hidup ini singkat dan harus diisi dengan amal kebaikan.”
adanya tayangan topik hikmah Prayugo ini, Bingkai Sumatera berharap dapat
memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakatnya dan dapat menginspirasi bagi anak-anak muda khususnya, untuk selalu memanfaatkan waktu muda mereka dengan hal-hal yang bisa bermanfaat dan diharapkan dapat selalu berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Detil (semantik) Malidayani Lubis (pembawa acara): “…menghadirkan berbagai liputan tentang keberagaman, aktivitas kehidupan dan nilai inspiratif masyarakat sumatera.”
“selama menjadi relawan tzu ching,
kemampuan berbicara di depan umum serta
kepemimpinannya semakin
Berbagai detil fakta yang dikemukakan oleh reporter dan pembawa acara bertujuan untuk menguatkan berbagai argumen pada teks yang telah diteliti. Dari detil fakta yang dikemukakan oleh reporter dan
narasumber, semakin menunjukkan bahwa Bingkai Sumatera
terasah. Sumbangsih budha tzu chi dalam meringankan penderitaan orang lain telah membentuk yugo menjadi pribadi yang peduli dengan sesama.” memang mengangkat cerita tentang kegiatan-kegiatan masyarakat sumatera yang dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat lainnya. Ekspresi (retoris) Malidayani Lubis (pembawa acara) :
“…Selama 24 menit kami akan menghadirkan berbagai liputan tentang keberagaman, aktivitas kehidupan dan nilai inspiratif masyarakat sumatera.”
Prayugo
(Narasumber): “… sampai sekarang saya tetap menjadi relawan tzu ching, dan kegiatan di tzu ching banyak sekali yang sudah saya pernah ikuti ke panti jompo, panti asuhan, ke kunjungan kasih dan semuanya itu sebenarnya merupakan hal yang sangat luar biasa.”
“…rupanya mereka
Pada acara Bingkai Sumatera topik hikmah prayugo ini, terdapat ekspresi yang ditunjukkan dengan penekanan suara yang disampaikan oleh pembawa acara maupun narasumber. Penekanan suara pada pembawa acara menunjukkan bahwa acara Bingkai Sumatera memang mengangkat cerita-cerita yang
memberikan inspirasi kepada masyarakat. Penekanan suara yang dilakukan oleh
narasumber
menunjukkan bahwa banyak orang yang
justru tidak butuh yang namanya kesenangan materi ataupun barang seperti itu, tetapi mereka justru lebih ingin untuk merasakan sebuah kehangatan keluarga. Kegiatan yang paling mengharukan sebenarnya banyak, apa lagi di tzu ching ini kan kita selain juga berbuat kebaikan juga kita melatih diri, dalam artian bahwa kita sering melihat yang namanya penderitaan atau melihat yang namanya kesusahan kita baru bisa kembali lagi kepada diri kita bahwa kita itu harus
bersyukur.”
membutuhkan bantuan kita. Tidak hanya berupa barang tapi jasa juga dapat kita berikan kepada mereka yang membutuhkan.
Gambar 4.3: capture Bingkai Sumatera edisi 151 “Hikmah Sosial Prayugo”
Gambar tersebut merupakan potongan dari video segmen isi tema Hikmah Sosial Prayugo, di mana prayugo menjadi relawan di yayasan Budha tzu ching
dan sedang melakukan kegiatan kunjungan ke panti jompo. Pada gambar tersebut Prayugo sedang berkomunikasi dengan seorang kakek yang dititipkan di panti jompo. Gambar tersebut diambil dari video Bingkai Sumatera edisi 151 pada menit ke 05:44.
Table 4.2: Bingkai Sumatera edisi 151 “Sanggar Seni Karo Sora Siluro”
Elemen Bukti Interpretasi
Topik (Tematik)
Sanggar Seni Karo Sora Siluro
Malidayani Lubis (pembawa acara): “Sora siluro sebuah kelompok budaya masyarakat karo di kota medan yang
diprakarsai oleh anak-anak muda. Kelompok pemuda ini berusaha untuk
mengembalikan
kebudayaan suku karo yang mulai banyak ditinggalkan agar berkembang kembali. Mereka mengenalkan kembali kebudayaan suku karo melalui berbagai kegiatan seni seperti musik, tari dan opera.”
Vina Simanjuntak (Reporter): “Sora sirulo merefitalisasi budaya dengan menggiatkan kembali seni tari dan musik tradisional karo. Tarian dan musik tradisional karo merupakan bagian dari
Pemilihan topik tentang Sanggar Seni Karo Sora Siluro menggambarkan bahwa DAAI TV melalui program Bingkai Sumateranya ingin mengajak kita untuk dapat selalu melestarikan budaya-budaya yang kita miliki, jangan sampai budaya tersebut hilang begitu saja. Melalui tayangan topik sanggar seni karo sora siluro ini, diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya masyarakat karo untuk dapat mengembalikan dan mengenalkan kembali kesenian budaya karo yang sudah mulai banyak dilupakan.
budaya yang telah membentuk kehidupan masyarakat karo. Untuk tarian, kelompok budaya sora sirulo benar-benar menampilkan tarian suku karo yang asli, yang bukan hanya memperhatikan musik dan gerakan tapi juga busana tradisional. Itu sebabnya dalam latihan ini mereka tetap menggunakan kain. Berbagai alat musik tradisional karo, seperti keteng-keteng, penganak dan kulcapi dilatih
penguasaanya kepada para pemuda di sanggar ini. Alat-alat musik ini merupakan alat musik tradisional karo yang mempunyai makna filosofis tersendiri dan harus
dilestarikan jika tidak ingin hilang di ujung zaman.”
“…Pertunjukan seni tari dan musik ini bukan hanya untuk mengenalkan kembali budaya karo kepada
membantu merefitalisasi budaya secara keseluruhan. Misalnya pada beberapa konser, sora sirulo
menggerakkan partisipasi masyarakat dengan
mengumpulkan koin untuk memperbaiki rumah adat karo. Selain itu sanggar seni ini juga membuat album yang dananya akan dimanfaatkan untuk mengenalkan kembali budaya karo ke masyarakat.” Skema (Skematik)
-Pada topik kedua ini, pembawa acara menjelaskan sedikit isi dari topik kedua Bingkai Sumatera.
“Sora siluro sebuah kelompok budaya masyarakat karo di kota medan yang diprakarsai oleh anak-anak muda. Kelompok pemuda ini berusaha untuk
mengembalikan
kebudayaan suku karo yang mulai banyak ditinggalkan agar berkembang kembali. Mereka mengenalkan kembali kebudayaan suku karo melalui berbagai kegiatan seni seperti musik, tari dan opera.”
-Selanjutnya sang reporter yang
menjelaskan maksud dari topik kedua Bingkai Sumatera.
-Selanjutnya narasumber, Ita Apulina Tarigan
“Unsur- unsur kebudayan saat ini mulai jauh dari kehidupan masyarakat. Banyak suku yang mulai melupakan bagaimana budaya asli dari kelompok etnis mereka. Upaya untuk merefitalisasi budaya yang tergerus sangat diperlukan agar budaya tak sekedar tinggal sebuah nama. Di medan, sekolompok pemuda berusaha untuk
mengembalikan budaya mereka melalui berbagai kegiatan. Sora sirulo, komunitas yang lahir karena keprihatinan terhadap tergerusnya budaya suku karo ini, kini mengenalkan kembali budaya karo melalui kegiatan seni. Sanggar seni ini mengawali gerakannya dari menerbitkan media karo pada tahun 2006.”
“…di tahun 2008, kita mulai terlibat dalam refitalisasi musik tradisi
(Ketua Sora Siluro) menjelaskan
terbentuknya sanggar seni karo sora siluro.
-Alur selanjutnya yaitu reporter menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sanggar seni karo sora siluro.
oleh sebuah lembaga internasional, tapi
kemudian proyek itu tiba-tiba terhenti dan karena kita sudah terlanjur terlibat di situ mencari cara lain bagaimana refitalisasi itu dapat berlanjut terus, dan itu kami wadahi dalam sora sirulo ini melalui sanggar seni sirulo.”
“sora sirulo merefitalisasi budaya dengan menggiatkan kembali seni tari dan musik tradisional karo…”
“…Untuk tarian, kelompok budaya sora sirulo benar-benar menampilkan tarian suku karo yang asli, yang bukan hanya memperhatikan musik dan gerakan tapi juga busana tradisional. Itu sebabnya dalam latihan ini mereka tetap menggunakan kain. Berbagai alat musik tradisional karo, seperti keteng-keteng, penganak dan kulcapi dilatih
-Terakhir, alur dari acara ini diakhiri dengan reporter menyampaikan hasil kesimpulan dari tayangan Bingkai Sumatera topik kedua.
penguasaanya kepada para pemuda di sanggar ini…”
“Sola sirulo bukan hanya menampilkan
kegiatan seni suku karo di kota-kota saja, kelompok pemuda ini juga menyusuri desa-desa untuk kembali mengenalkan tarian dan musik tradisional karo kepada masyarakat yang mulai melupakan budaya daerahnya. Saat ini sora sirulo sudah melakukan puluhan konser disejumlah daerah di sumatera utara…”
“…Pertunjukan seni tari dan musik ini bukan hanya untuk mengenalkan kembali budaya karo kepada
masyarakat tetapi juga turut membantu merefitalisasi budaya secara
keseluruhan…”
“Mencintai budaya sendiri adalah salah satu cara untuk membuat budaya itu tetap ada di tengah kita. Upaya sanggar
sora siluro melestarikan budaya karo melalui pertunjukan seni,
diharapkan dapat memicu semangat para pemuda untuk mencintai budayanya sendiri. Kesenian tradisi wajib dipelihara demi menjaga identitas bangsa sebagai warisan bagi generasi bangsa.” Latar
(Semantik)
“sora siluro sebuah kelompok budaya
masyarakat karo di kota medan yang diprakarsai oleh anak-anak muda. Kelompok pemuda ini berusaha untuk
mengembalikan
kebudayaan suku karo yang mulai banyak ditinggalkan agar berkembang kembali. Mereka mengenalkan kembali kebudayaan suku karo melalui berbagai kegiatan seni seperti musik, tari dan opera.”
“Unsur-unsur kebudayan saat ini mulai jauh dari kehidupan masyarakat. Banyak suku
Latar belakang Bingkai Sumatera mengangkat topik ini karena banyak kebudayaan-kebudayaan di Indonesia yang telah banyak dilupakan oleh masyarakat Indonesia sendiri, dan banyak juga kebudyaan-kebudayaan Indonesia yang telah diambil oleh negara-negara lain dan diakuinya sebagai kebudayaan negara mereka. Akibat dari kejadian itulah Bingkai Sumatera mengangkat topik mengenai sanggar seni karo ini.
yang mulai melupakan bagaimana budaya asli dari kelompok etnis mereka. Upaya untuk merefitalisasi budaya yang tergerus sangat diperlukan agar budaya tak sekedar tinggal sebuah nama…”
Berawal dari tayangan Bingkai Sumatera topik sanggar seni karo sora siluro ini,
diharapkan masyarakat sadar akan
kebudayaan-kebudayaan yang kita miliki, jangan sampai kebudayaan yang kita miliki hilang dan diambil oleh negara lain.
Detil (Semantik)
“…Untuk tarian, kelompok budaya sora sirulo benar-benar menampilkan tarian suku karo yang asli, yang bukan hanya memperhatikan musik dan gerakan tapi juga busana tradisional. Itu sebabnya dalam latihan ini mereka tetap menggunakan kain. Berbagai alat musik tradisional karo, seperti keteng-keteng, penganak dan kulcapi dilatih
penguasaanya kepada para pemuda di sanggar ini. Alat-alat musik ini merupakan alat musik tradisional karo yang
Berbagai detil yang diungkapkan oleh reporter menunjukkan bahwa banyak sekali yang dilakukan oleh kelompok sanggar seni karo sora siluro untuk bisa memperkenalkan kembali kebudayaan karo yang sudah mulai ditinggalkan kepada masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh sanggar seni sora siluro ini menunjukkan bahwa anggota sanggar ini bersungguh-sungguh untuk mengembalikan
mempunyai makna filosofis tersendiri dan harus
dilestarikan jika tidak ingin hilang di ujung zaman.”
“kulcapi
merupakan salah satu alat musik tradisi karo yang pada umumnya di zaman dahulu digunakan untuk acara-acara ritual
tradisional karo, dan pada sekarang ini digunakan juga untuk
pertunjukan-pertunjukan seni tradisi karo.”
“sola sirulo bukan hanya menampilkan kegiatan seni suku karo di kota-kota saja, kelompok pemuda ini juga menyusuri desa-desa untuk kembali mengenalkan tarian dan musik tradisional karo kepada masyarakat yang mulai melupakan budaya daerahnya. Saat ini sora sirulo sudah melakukan puluhan konser disejumlah daerah di sumatera utara, misalnya di medan, binjai,
kebudayaan mereka. Hasil yang mereka dapatkan dari penampilan yang mereka tampilkan di daerah-daerah sumatera utara ini dikumpulkan untuk memperbaiki rumah adat karo.
brastagi dan pematang siantar. Pertunjukan seni tari dan musik ini bukan hanya untuk mengenalkan kembali budaya karo kepada masyarakat tetapi juga turut membantu merefitalisasi budaya secara keseluruhan. Misalnya pada beberapa konser, sora sirulo
menggerakkan partisipasi masyarakat dengan
mengumpulkan koin untuk memperbaiki rumah adat karo. Selain itu sanggar seni ini juga membuat album yang dananya akan dimanfaatkan untuk mengenalkan kembali budaya karo ke masyarakat.” Ekspresi (Retoris) “Sora siluro sebuah kelompok budaya masyarakat karo di kota medan yang diprakarsai oleh anak-anak muda. Kelompok pemuda ini berusaha untuk
mengembalikan
kebudayaan suku karo yang mulai banyak
Dari
penekanan-penekanan suara yang dilakukan oleh reporter
menunjukkan bahwa apa yang dilakukan sanggar seni karo sora siluro ini diharapkan bagi masyarakat untuk dapat membantu dalam
ditinggalkan agar berkembang kembali. Mereka mengenalkan kembali kebudayaan suku karo melalui berbagai kegiatan seni seperti musik, tari dan opera.”
“Unsur- unsur kebudayaan saat ini mulai jauh dari kehidupan
masyarakat. Banyak suku yang mulai melupakan bagaimana budaya asli dari kelompok etnis mereka. Upaya untuk merefitalisasi budaya yang tergerus sangat diperlukan agar budaya tak sekedar tinggal sebuah nama … Sora sirulo, komunitas yang lahir karena keprihatinan terhadap tergerusnya budaya suku karo ini, kini mengenalkan kembali budaya karo melalui kegiatan seni. Sanggar seni ini mengawali gerakannya dari
menerbitkan media karo pada tahun 2006.”
melestarikan dan mengembalikan kebudayaan yang sudah mulai banyak dilupakan oleh masyarakat. tidak hanya tariannya asli masyarakat karo saja yang dilestarikan, tetapi musik asli tradisional karo juga harus dilestarikan agar tidak hilang.
“Sora sirulo merefitalisasi budaya dengan menggiatkan kembali seni tari dan musik tradisional karo …
Berbagai alat musik tradisional karo, seperti keteng-keteng, penganak dan kulcapi dilatih
penguasaanya kepada para pemuda di sanggar ini. Alat-alat musik ini merupakan alat musik tradisional karo yang mempunyai makna filosofis tersendiri dan harus
dilestarikan jika tidak ingin hilang di ujung zaman.”
Gambar di atas merupakan potongan dari video Bingkai Sumatera edisi 151 pada menit ke 08:31. Gambar tersebut bercerita tentang kegiatan yang dilakukan oleh anggota sanggar seni karo sora siluro. Pada gambar tersebut, anggota sanggar seni karo sora siluro sedang melakukan latihan pada alat musik.