• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.3 Selasar Budi

Selasar Budi adalah progrma siaran lokal televisi yang ditayangkan di DAAI TV. Program Selasar Budi merupakan program talk show inspiratif yang membahas tentang orang-orang yang melakukan kebajikan sehingga bisa menjadi sebuah jalinan cinta kasih tidak terputus yang selalu menebarkan nilai kebaikan

disetiap lini kehidupan. Program Selasar Budi ditayangkan setiap hari Minggu pukul 17.00 WIB dan tayangan ulangnya setiap hari Kamis pukul 11.30 WIB.

Program Selasar Budi tayang pertama kali pada tanggal 17 Maret 2013 silam lalu. Program bincang-bincang yang berdurasi 24 menit ini menghadirkan narasumber yang merupakan orang yang melakukan kebaikan atau yang menerima kebaikan dari orang lain, dan kebaikan tersebut membawa manfaat dan perubahan positif bagi mereka. Narasumber yang dihadirkan biasanya adalah yang berkenaan dengan tema lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis. Program ini mencari potensi-potensi dari Sumatera Utara.

Harapan yang ingin dicapai pada program Selasar Budi ini adalah bisa menjadi stimulan kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan setelah menonton program Selasar Budi ini. Setidaknya mendukung setiap perilaku yang bajik. Dalam program ini, narasumber juga akan lebih banyak bercerita tentang perubahan, manfaat dan berbagai hal yang dirasakan akibat dari perbuatan bajik tersebut.

Table 4.4: Selasar Budi “Mengabdi Pada Anak Negeri”

Elemen Bukti Interpretasi

Topik (Tematik)

Mengabdi Pada Anak Negeri

Katrina

(Narasumber): “…di tahun 2009, itu saya mengurus izin Taman Penitipan Anak. Anak-anak mulai datang satu-satu, yang bayi, ada yang alasan ibunya bekerja dan lain-lain. Saya asuh mereka, saya berharap suatu waktu nanti mereka ini menjadi anak-anak yang hebat gitu. Jadi saya didik mereka itu dengan

pembelajaran baby

Pada Selasar Budi kali ini

mengangkat topik mengabdi pada anak negeri. Topik ini sesuai dengan seseorang yang dapat memberikan nilai inspirasi kepada masyarakat. Topik Mengabdi Pada Anak Negeri dipilih oleh Selasar Budi karena tidak semua orang yang mau dan mampu

education dan mulai mempelajari otodidak…”

“…Apa yang kita miliki, potensi yang kita miliki, saya yakin dengan tangan saya ini bisa berbuat sesuatu yang mendatangkan hasil buat anak-anak yang saya asuh. Dalam belajar saya nggak perlu pake bahan maahal-mahal, buku yang mahal-mahal,

sesederhana mungkin pun saya bisa jadikan bahan ajar. Sebagai contoh mungkin dari daun, dari dahan-dahan kering, karena kita ini kan namanya sekolah alam, jadi potensi alam sangat besar yang bisa mendukung kegiatan

pembelajaran.”

Rahma Mandasari (Pembawa Acara):

“…selain menjadi tempat penitipan anak-anak, ibu Katrina juga mendirikan sebuah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat atau PKBM gratis bagi

anak-untuk berbuat sama seperti yang dilakukan oleh narasumber pada Selasar Budi kali ini.

Narasumber pada Selasar Budi kali ini adalah seorang wanita yang berasal dari pangkalan brandan, sumatera utara yaitu Katrina Talaksoro. Kegiatan yang dilakukan oleh Katrina yang dapat menjadi nilai inspirasi bagi masyarakat adalah ia mampu mengasuh anak-anak yang ditelantarkan dan dititipkan oleh orangtuanya tanpa meminta imbalan atau gratis. Ia juga

membuat TPA (Tempat Penitipan Anak), PAUD

(Pendidikan Anak Usia Dini), dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) untuk anak-anak disekitar tempat

anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu…”

“…ditahun 2008 Katrina mendirikan Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat gratis yang diberi nama PKBM Tankei. Penggunaan sekolah yang amat sederhana ini berdiri dengan dana pesangon dari perusahaan tempat ia bekerja dahulu. Uang ini lah yang ia gunakan untuk membeli tanah seluas 28 x 28 m2 yang berada tak jauh dari rumahnya untuk dibangun dua bangunan berdindingkan tepas gambus sebagai tempat belajar. Dibantu 12 tenaga relawan pengajar, Katrina mampu menjalankan home schooling dan PAUD untuk anak-anak tidak mampu di sekitarnya. Meski gratis, namun Katrina tetap mengutamakan kualitas. Degan dana yang terbatas, Katrina menyesuaikan kurikulum yang ada.

tinggalnya secara gratis. Ia membangun TPA, PAUD dan PKBM tersebut

menggunakan uangnya sendiri dari uang pesangon yang ia dapatkan pada saat bekerja ditempatnya bekerja dahulu. Katrina tidak mengenakan biaya apapun untuk anak-anak yang mau belajar di tempatnya. Biaya untuk kebutuhan anak-anak asuh dan kegiatan belajar, dia dapatkan dari uluran tangan masyarakat yang berada disekitarnya dan dari hasil kegiatan-kegiatan yang

dilakukannya dari berjualan, mulung, menjahit, dan

sebagainya, kegiatan itu ia lakukan dengan iklas.

Bahkan untuk menutupi kekurangan, Katrina rela memanfaatkan barang-barang bekas untuk

dijadikan bahan ajar kepada anak-anak didiknya. Bagi Katrina tak perlu menunggu sempurna untuk berbuat baik kepada sesama.

Keterbatasan justru menjadi cambuk baginya agar terus berjuang membesarkan dan mendidik anak-anaknya menjadi generasi harapan bangsa.”

Katrina: “untuk berbuat sesuatu yang gratis terpaksa harus ada bayar harga, ya pengorbanan. Akhirnya saya jadi

pemulung, saya ingat sekali hampir bisa dibilang tuh 3 bulan sekali saya sering ke jalan Palang Merah Medan, karena saya tau di situ ada kerta-kertas bekas. Ada juga pernah sekali jangankan meminta, membelipun saya nggak dikasih. Saya dengan seorang teman relawan juga

kesana. Dari Pangkalan Brandan naik sepeda motor itu 2 jam. Kami pergi niatnya mencari kertas-kertas bekas. Sesampainya di sana malah kami nggak dikasih kertas bekas. ada di kantor-kantor juga saya minta kertas mereka, saya manfaatkan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, untuk anak-anak PAUD yang saya anggap melalui kertas itu bisa jadikan banyak sekali bahan ajar bagi anak-anak.”

“…Namanya buah pekerjaan, apalagi yang notabennya ini semua ditawarkan gratis. Tapi karena ada relawan-relawan yang siap membantu kami, ya walaupun itu sulit karena ini beban dan punya niat untuk membentuk PKBM ini berhasil, ya kesulitan itu kami coba untuk atasi dengan kerja sama…”

Skema

- Diawal acara, pembawa acara menyampaikan salam pembuka dan

menjelaskan asal dari sosok inspiratif yang akan diangkat pada episod kali ini.

- Selanjutnya pembawa acara menjelaskan maksud dari topik yang diangkat pada episod Selasar Budi kali ini.

pemirsa, apa kabar anda? Saya Rahma Mandasari kembali menjumpai anda dalam program Slasar Budi. Di sini kita akan bertemu dan berbincang-bincang dengan orang-orang yang menginspirasi untuk selalu berbuat kebaikan. Sosok inspiratif pada episod kali ini datang dari Pangkalan Brandan, Sumatera Utara…”

“Beginilah impian setiap anak dalam

menikmati masa kecilnya. Tumbuh dan berkembang dengan baik dalam

lindungan kedua orang tua mereka. Namun tak semua anak bernasib sama. Ketika jutaan anak dibesarkan dalam buaian kasih orang tua tidak sedikit juga anak-anak yang tumbuh tanpa kasih sayang orang tua mereka, ditelantarkan dengan berbagai alasan, tapi ini lah yang membuka mata hati seorang

perempuan berdarah ambon Katrina Talaksoro.”

“Sejak 9 tahun yang lalu rumah

sederhananya yang terletak di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara sudah menjadi tempat penitipan anak. Di rumahnya yang berukuran 6x8 m2, ia menampung sekitar 20 orang anak dengan berbagai usia dan kondisi. Beberapa diantaranya adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Berbagai aktivitas

dilakukan Katrina bersama anak-anak asuhnya hingga tidur bersama di ruangan ini. Tidak ada biaya yang dikenakan oleh Katrina kepada orang tua anak asuhnya. Penghasilan suaminya yang bekerja sebagai guru menjadi andalan utama Katrina menghidupi keluarga beserta anak-anak asuhnya ini. Kekurangannya

tertutupi dengan bantuan swadaya masyarakat dan berbagai usaha yang

- Kemudian Katrina menjelaskan awal mula dari

pembentukan PAUD dan PKBM Tankei.

dilakukan Katrina dari menjual makanan ringan hingga menjahit. Sehari-hari Katrina dibantu 4 orang relawan dan anak-anaknya untuk mengurus anak-anak asuhnya mulai dari memasak, memandikan dan lainnya. Katrina tidak pernah mengeluhkan

keadaan, ia tetap bersyukur. Karena dalam keterbatasan, ia tetap hidup bahagia bersama keluarga dan anak-anak asuhnya.”

“Resminya menampung mereka itu mulai dari tahun 2003. Ada beberapa anak yang sudah saya, bukan adopsi ya, tapi ada satu yang sudah saya anggap seperti anak sendiri. Jadi masuk di dalam daftar KK (Kartu Keluarga) sebagai anak kandung. Berikutnya bermunculan satu demi satu sekitar tahun 2005. Terpikir oleh saya kepingin membuat satu lembaga yang resmi yang diketahui oleh pemerintah. Waktu itu kepala dinas

- Katrina menjelaskan biaya yang diperoleh untuk kegiatan belajar anak-anak asuhnya.

kabupaten Langkat, ibu Dra. Ibu Azizah, dia menyarankan saya membuka PAUD dan PKBM. Nah saya

mempelajari tentang PAUD dan PKBM, ternyata sesuai dengan hati nurani gitu. Kemudian di tahun 2009, itu saya mengurus izin Taman Penitipan Anak. Anak-anak mulai datang satu-satu, yang bayi, ada yang alasan ibunya bekerja dan lain-lain. Saya asuh mereka, saya berharap suatu waktu nanti mereka ini menjadi anak-anak yang hebat gitu. Jadi saya didik mereka itu dengan

pembelajaran baby education dan mulai mempelajari otodidak, karena kebetulan saya juga ada latar belakang guru…”

“Memang kalau dihitung-hitung biaya itu cukup besar ya, tapi saya tu punya beberapa teman yang termasuk relawan dia juga membangkitkan semangat

- Pembawa acara menjelaskan

kegiatan-saya. “Aku senang loh dengan cara ibu seperti itu, buat aja bu, nah saya yakin suatu waktu nanti ibu pasti akan dapat peluang”. Nah seperti itu. Tapi sayang nggak pernah berpikir loh uang itu dari mana – dari mana, saya mau berbuat aja dulu. Apa yang kita miliki, potensi yang kita miliki, saya yakin dengan tangan saya ini bisa berbuat

sesuatu yang mendatangkan hasil buat anak-anak yang saya asuh. Dalam belajar saya nggak perlu pake bahan mahal-mahal, buku yang mahal-mahal, sesederhana mungkin pun saya bisa jadikan bahan ajar. Sebagai contoh mungkin dari daun, dari dahan-dahan kering, karena kita ini kan namanya sekolah alam, jadi potensi alam sangat besar yang bisa mendukung kegiatan

pembelajaran.”

“Berlatar belakang sebagai seorang guru

kegiatan yang dilakukan Katrina untuk anak-anak asuh dan didiknya.

membuat Katrina mengerti akan pentingnya

pendidikan. Bukan hanya bagi anak-anak asuhnya, tetapi juga bagi anak-anak disekitar lingkungannya. Maka ditahun 2008 Katrina mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat gratis yang diberi nama PKBM Tankei. Penggunaan sekolah yang amat sederhana ini berdiri dengan dana pesangon dari perusahaan tempat ia bekerja dahulu. Uang ini lah yang ia gunakan untuk membeli tanah seluas 28 x 28 m2 yang berada tak jauh dari rumahnya untuk dibangun dua bangunan berdindingkan tepas gambus sebagai tempat belajar. Dibantu 12 tenaga relawan pengajar, Katrina mampu menjalankan home schooling dan PAUD untuk anak-anak tidak mampu di sekitarnya. Meski gratis, namun Katrina tetap mengutamakan kualitas. Degan dana yang terbatas,

- Katrina menjelaskan biaya hidup untuk anak-anak asuhnya.

Katrina menyesuaikan kurikulum yang ada. Bahkan untuk menutupi kekurangan, Katrina rela memanfaatkan barang-barang bekas untuk

dijadikan bahan ajar kepada anak-anak didiknya. Bagi Katrina tak perlu menunggu sempurna untuk berbuat baik kepada sesama.

Keterbatasan justru menjadi cambuk baginya agar terus berjuang membesarkan dan mendidik anak-anaknya menjadi generasi harapan bangsa.”

“Ya memang kalau saya katakan semua mukjizat. Kenapa saya katakan mukjizat? Saya itu tidak pernah promosi, atau minta-minta ke orang, “eh bagi dong berasnya, bagi ininya”. Tapi ketika mereka melihat apa yang saya lakukan mereka sebenarnya sudah turut membantu walaupun dikatakan tidak terlalu besar dananya, tapi sekatung beras, ikan sekilo,

- Katrina menjelaskan asal nama dari PKBMnya. - Selanjutnya Katrina menjelaskan usaha yang dilakukannya untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di PKBM.

sayur mayur yang seperti itu, dan itu ditambah dengan biaya yang kami miliki.”

“…Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ini kan harus punya nama ya, saya beri nama Tankei. Itu sebenarnya nama hadiah dari bapak saya karena dia berencana dulunya

mendirikan suatu yayasan, nama yayasannya Tankei. Tapi belum sempat berdiri, beliaunya sudah almarhum. Jadi saya mencoba untuk meneruskan visi misinya beliau, inilah terjadinya Tankei. Artinya tuh sempurna.”

“Untuk berbuat sesuatu yang gratis terpaksa harus ada bayar harga, ya pengorbanan. Akhirnya saya jadi pemulung, saya ingat sekali hampir bisa dibilang tuh 3 bulan sekali saya sering ke jalan Palang Merah Medan, karena saya tau di situ ada kerta-kertas

- Terakhir, pembawa acara menutup acara dengan

menyampaikan kesimpulan dan salam penutup dari tayangan acara Selasar Budi ini.

bekas. Ada juga pernah sekali jangankan meminta, membelipun saya nggak dikasih. Saya dengan seorang teman relawan juga kesana. Dari Pangkalan Brandan naik sepeda motor itu 2 jam. Kami pergi niatnya mencari kertas-kertas bekas. Sesampainya di sana malah kami nggak dikasih kertas bekas. ada di kantor-kantor juga saya minta kertas mereka, saya manfaatkan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, untuk anak-anak PAUD yang saya anggap melalui kertas itu bisa jadikan banyak sekali bahan ajar bagi anak-anak.”

“Ibu Katrina terima kasih banyak sudah berbagi bersama kami. Pemirsa persoalan mendidik anak tentu saja bukan perkara yang mudah, tapi generasi masa depan tentu saja menjadi tanggung jawab kita bersama.

dilakukan ibu Katrina tadi, dapat menggugah hati kita semua untuk selalu berbuat baik dan turut bertanggung jawab dalam

mempersiapkan generasi muda yang kelak akan mengisi kemerdekaan bangsa dan negara. Sekian program Selasar Budi, tebarkan nilai kebaikan disetiap lini kehidupan. Sampai jumpa.”

Latar (Semantik)

“Beginilah impian setiap anak dalam

menikmati masa kecilnya. Tumbuh dan berkembang dengan baik dalam

lindungan kedua orang tua mereka. Namun tak semua anak bernasib sama. Ketika jutaan anak dibesarkan dalam buaian kasih orang tua tidak sedikit juga anak-anak yang tumbuh tanpa kasih sayang orang tua mereka, ditelantarkan dengan berbagai alasan…”

Selasar Budi mengangkat topik ini karena tidak semua orang bisa dan mampu melakukan apa yang telah dilakukan oleh Katrina kepada anak-anak yang

membutuhkan kasih sayang orang tua dan pendidikan.

Detil (Semantik)

“Sejak 9 tahun yang lalu rumah

sederhananya yang terletak di Pangkalan Brandan,

Berbagai detil fakta yang

diungkapkan oleh reporter bertujuan

Sumatera Utara sudah menjadi tempat penitipan anak. Di rumahnya yang berukuran 6x8 m2, ia menampung sekitar 20 orang anak dengan berbagai usia dan kondisi. Beberapa diantaranya adalah anak-anak berkebutuhan khusus…”

“…Kekuranganny a tertutupi dengan bantuan swadaya masyarakat dan berbagai usaha yang dilakukan Katrina dari menjual makanan ringan hingga menjahit. Sehari-hari Katrina dibantu 4 orang relawan dan anak-anaknya untuk mengurus anak-anak asuhnya mulai dari memasak, memandikan dan lainnya…”

“…Katrina rela memanfaatkan barang-barang bekas untuk

dijadikan bahan ajar kepada anak-anak didiknya…”

“…Dari Pangkalan Brandan naik sepeda motor

untuk

menginformasikan kepada masyarakat bahwa ada seseorang yang dapat

memberikan inspirasi bagi kita semua untuk dapat selalu

memperhatikan dan membantu anak-anak yang membutuhkan dalam hal kasih sayang orang tua dan

pendidikan, karena untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi kita harus

mengeluarkan biaya yang cukup besar pula. Apa yang dilakukan oleh Katrina ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat yang melihatnya sehingga dapat membantu dan menolong anak-anak yang membutuhkan.

itu 2 jam. Kami pergi niatnya mencari kertas-kertas bekas. Sesampainya di sana malah kami nggak dikasih kertas bekas … saya manfaatkan untuk anak-anak yang

berkebutuhan khusus, untuk anak-anak PAUD yang saya anggap melalui kertas itu bisa jadikan banyak sekali bahan ajar bagi anak-anak.”

“…terkadang saya harus jual kelapa sawit yang ada di lingkungan sekolah ini, di belakang sekolah ini. Itu kalau sawitnya harganya naik paling dibayar 1 kilo 1000 rupiah. Jadi kalau 30 berarti 30.000 kan. Yah kita bagi 1 orang 5000 rupiah…”

“…waktu terjadi angin putting beliung, ini atap sekolah kita ini pernah terangkat, ya namanya dari bahan daun nipah, buku-buku, dokumentasi, buku tamu, absen, absen guru

habis kena air dan

tulisannya pun tidak dapat dibaca. Itu termasuk salah satu penghambat tapi bukan berarti saya terus gak mau bekerja.”

Ekspresi (Retoris)

“Sejak 9 tahun yang lalu rumah

sederhananya yang terletak di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara sudah menjadi tempat penitipan anak. Di rumahnya yang berukuran 6x8 m2, ia menampung sekitar 20 orang anak dengan berbagai usia dan kondisi. Beberapa diantaranya adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Berbagai aktivitas dilakukan Katrina bersama anak-anak asuhnya hingga tidur bersama di ruangan ini…”

“…Kekuranganny a tertutupi dengan bantuan swadaya masyarakat dan berbagai usaha yang dilakukan Katrina dari menjual makanan ringan hingga menjahit…”

Dari ekspresi yang ditonjolkan pada penekanan-penekanan suara yang dilakukan oleh pembawa acara dan narasumber bertujuan untuk memperjelas maksud dan tujuan dari tayangan topik mengabdi pada anak negeri ini, yaitu maksud dan tujuannya adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam membantu mendidik anak-anak bangsa.

“…Dalam belajar saya nggak perlu pake bahan maahal-mahal, buku yang mahal-mahal, sesederhana mungkin pun saya bisa jadikan bahan ajar. Sebagai contoh mungkin dari daun, dari dahan-dahan kering, karena kita ini kan namanya sekolah alam, jadi potensi alam sangat besar yang bisa mendukung kegiatan pembelajaran.”

“…Maka ditahun 2008 Katrina mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat gratis yang diberi nama PKBM Tankei. Penggunaan sekolah yang amat sederhana ini berdiri dengan dana pesangon dari perusahaan tempat ia bekerja dahulu. Uang ini lah yang ia gunakan untuk membeli tanah seluas 28 x 28 m2 yang berada tak jauh dari rumahnya untuk dibangun dua bangunan berdindingkan tepas

gambus sebagai tempat belajar. Dibantu 12 tenaga relawan pengajar, Katrina mampu menjalankan home

schooling dan PAUD

untuk anak-anak tidak mampu di sekitarnya. Meski gratis, namun Katrina tetap

mengutamakan kualitas. Degan dana yang terbatas, Katrina menyesuaikan kurikulum yang ada. Bahkan untuk menutupi kekurangan, Katrina rela memanfaatkan barang-barang bekas untuk

dijadikan bahan ajar kepada anak-anak didiknya…”

“…Tapi ketika mereka melihat apa yang saya lakukan mereka sebenarnya sudah turut membantu walaupun dikatakan tidak terlalu besar dananya, tapi sekatung beras, ikan sekilo, sayur mayur yang seperti itu, dan itu ditambah dengan biaya yang kami miliki.”

“…Kami pergi niatnya mencari kertas-kertas bekas. Sesampainya di sana malah kami nggak dikasih kertas bekas. Ada di kantor-kantor juga saya minta kertas mereka, saya manfaatkan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus, untuk anak-anak PAUD yang saya anggap melalui kertas itu bisa jadikan banyak sekali bahan ajar bagi anak-anak.”

“anak-anak yang berkebutuhan khusus itu saya sebut juga anak-anak spesial ya di sini ya. Mereka memilki potensi berbeda-beda, talent mereka itu berbeda-beda…”

Gambar di atas merupakan potongan dari video Selasar Budi edisi “Mengabdi Pada Anak Negeri” yang diambil pada menit ke 01:44. Gambar tersebut diambil di depan rumah narasumber, Katrina Talaksoro yang berada di Pangkalan Berandan, Sumatera Utara yang dijadikan sebagai tempat penitipan anak, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Implementasi visi dan Misi DAAI TV dalam Program Siaran Lokal

Dokumen terkait