• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biografi Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari dan Tafsir Jami’ul Bayan Fii Ta’wiilil Qur’an

BAB II : Didalam bab kedua ini terdapat kerangka teoritis yang berisikan landasan teori dan tinjuan pustaka

C. Biografi Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari dan Tafsir Jami’ul Bayan Fii Ta’wiilil Qur’an

1. Biografi Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari

Nama Beliau adalah Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Katsir Abu Ja’far Ath-Thabari Al-Amali (berasal dari amali) Al-Baghdadi (ia lahir dan wafat di Baghdad).37

Imam Ath-Thabari lahir pada tahun 224 H dan wafat pada tahun 310 H. ia seorang alim tiada duanya, memiliki banyak Riwayat, ahli di bidang penukilan Riwayat dan mentarjih diantara Riwayat-riwayat, memiliki peran besar di bidang sejarah para perawi dan sejarah berbagai umat.38

Para guru Ibn Jarir at-Thabari sebagaimana disebutkan oleh adz-Dzahabi yaitu,39 Muhammad Ibn Abdul Malik Bin Abi asy-Syawarib, Ismail Bin Musa as-Sanadi, Ishaq Bin Abi Israel, Muhammad Bin Abi Ma`syar, Muhammad Bin Hamid ar-Razi, Ahmad Bin Mani`, Abu Kuraib Muhammad Bin Abd al-A`la ash-Shan`ani, Muhammad Bin alMutsanna, Sufyan Bin Waqi`, Fadhl Bin Shabbah, Abdah Bin Abdullah ash-Shaffar, dan lain-lain.

Banyak kota-kota yang ia singgahi sampai ia tidak puas dengan hanya memasukinya sekali, ia masuk ke kota tersebut beberapa kali untuk memuaskan hasrat keilmuannya, di antara kota-kota tersebut adalah Baghdad, di kota ini ia mengambil mazhab Syafi’iyyah dari Hasan Za’farani, kemudian Bashrah, di kota ini ia belajar hadits kepada Abu Abdullah as-Shan’ani, lalu di Kufah, di sana ia belajar ilmu puisi kepada Tsa’lab dan masih banyak lagi kota lainnya seperti Mesir, Beirut dan Damaskus. Pada akhirnya Imam Thabari sempat pulang ke tanah kelahirannya di Thaburstan pada tahun 290 H, tapi tak lama kemudian

37 Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ulumil Qur’an, (Jakarta Timur : Ummul Quro, 2016), Cet.I, hlm. 572.

38 Ibid., hlm. 573.

39 Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006), hlm. 620.

21

kembali ke Baghdad dan menjadikannya tempat persinggahan terakhir untuk mencurahkan seluruih aktifitas ilmiyahnya hingga beliau wafat.

Sedangkan muridnya yaitu, Abu Syu`aib Bin Al-Hasan al Harrani, Abu Alqasim at-Thabrani, Ahmad Bin Kamil al-Qadhi, Abu Bakar as-Syafi`I, Abu Ahmad Bin Adi, Mukhallad Bin Ja`far al-Baqrahi, Abu Muhammad Ibn Zaid al-Qadhi, Ahmad Bin Al-Qasim al-Khasysyab, Abu Amr Muhammad Bin Ahmad Bin Hamdan, Abu Ja`far Bin Ahmad Bin Ali al-Katib, Abdul Ghaffar Bin Ubaidillah al-Hudaibi, Abu al-Mufhadhal Muhammad Bin Abdillah asy-Syaaibani, Mu`alla Bin Said, dan lain-lain.

2. Karya-Karya Imam Ibnu Jarir At-Thabari

Diantara buku-buku karya Ibnu Jarir Ath-Thabari adalah :40

• Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an

• Tarikhul Umam wal Muluk wa Akhbaruhum,

• Al-Adab Al-Hamidah wal Akhlaq An-Nafisah

• Tarikhul Rijal wa Ikhtilaful Fuqaha’

• Tahdzibul Atsar,

• Al-Basith fil Fiqh

• Al-Jami’ fil Qiro’at

• At-Tabshir di bidang ushul fiqh.

3. Kitab Jami’ul Bayan Fii Ta’wiilil Qur’an41

Kitab tafsir ini merupakan rujukan nomor wahid di kalangan mufassir yang berkecimpung di bidang tafsir bil matsur. Kitab ini Tafsir Ibnu Jarir ini sebelumnya sempat hilang hingga beberapa waktu. Kemudian Allah menaqdirkan kitab ini muncul Ketika Salinan versi manuskripnya ditemukan di kediaman amir wilayah Hail, Amr Hammud bin Abdur Rasyid, Salah satu gubernur najd, kemudian tidak lama setelah itu dicetak,

40 Ibid., hlm. 573.

41 Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ulumil Qur’an, (Jakarta timur : Ummul Quro, 2016), Cet.I, hlm. 548-550.

22

hingga kita memiliki lingkup pengetahuan yang begitu kaya di bidang tafsir bil matsur.

Dari cara penafsirannya, kitab ini menggunakan metode tahlili dan bercorak tafsir bi al-Ma’tsur, menafsirkan al-Qur’an dengan Qur’an, atau dengan hadist Rasul, atau keterangan-keterangan dari para sahabat dan juga tabi’in.

Hal ini terlihat sekali di dalam kitab at-Thabari yang menghadirkan banyak riwayat dari hadis maupun atsar para sahabat dan tabi’in dalam menafsirkan sebuah ayat. Sebelum memulai penafsirannya, merupakan ciri khas imam at-Thabary berkata اذكواذك ِةروسلا ِريسفت ِىف ِلوقلا dan ِِليوأت ِىف ِلوقلا اذكواذك kemudian dikuatkan dengan riwayat-riwayat yang disandarkan kepada para sahabat, Tabi’in. Apabila ada dua pendapat atau lebih mengenai suatu ayat, beliau akan menguraikannya satu per satu dan didukung dengn riwayat-riwayat yang berkenaan dengannya dari para Sahabat dan Tabi’in.

Tafsir ini sangat bernilai dan sangat dibutuhkan murid yang mempelajari tafsir. As-Suyuthi berkata, “Kitabnya-maksudnya tafsir Muhammad bin Jarir Ath-Thabari--adalah tafsir paling mulia dan agung, karena kitab ini membahas pendapat-pendapat para mufassir lalu men-tarjih pendapat-pendapat tersebut, menyebut i'rab, dan istinbath. Karena metode ini, buku tafsir Ath-Thabari unggul di atas seluruh tafsir para mufassir generasi pendahulu.” An-Nawawi berkata, “Umat sepakat bahwa tidak ada kitab yang disusun seperti halnya tafsir Ath-Thabari."

Tafsir Ath-Thabari adalah kitab tafsir paling kuno yang sampai ke tangan kita secara utuh, karena tidak ada satu pun tulisan-tulisan tafsir sebelum itu yang sampai ke tangan kita, selain keterangan-keterangan tafsir yang sampai ke tangan kita di sela-sela kitab ini.

Metode tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari adalah ketika ia hendak menafsirkan suatu ayat Al-Qur'an, ia berkata, “Perkataan terkait takwil firman Allah ini dan ini..." setelah itu ia menafsirkan ayat tersebut dengan berdalil pada tafsir bil ma'tsur yang ia riwayatkan dengan sanadnya hingga

23

para shahabat atau tabi'in. Ia menyebutkan semua riwayat terkait ayat tersebut. Namun, ia tidak sekedar menyebutkan riwayat saja, tapi juga menakar pendapat yang ada, lalu setelah itu men-tarjih pendapat-pendapat tersebut. Selain itu, ia juga menyebutkan sisi i'rab jika diperlukan dan menyimpulkan sejumlah hukum.

Sesekali ia mengkritik sanad yang ia sebutkan, lalu menyebut siapa saja perawi-perawi yang ada di dalam rangkaian sanad yang adil, dan siapa saja di antara mereka yang perlu dikritik. Ia juga menolak riwayat yang tidak ia percaya kesahihannya.

Ibnu Jarir fokus menyebutkan qiraah-qiraah dan arahannya. Salah satu sumber menyebutkan bahwa Ibnu Jarir memiliki karya tersendiri terkait qiraah.

Selain berpedoman pada riwayat-riwayat yang dinukil, Ibnu Jarir juga bertumpu pada penggunaan-penggunaan bahasa, berdalil pada syair kuno, memerhatikan aliran-aliran nahwu, memilih di antara ragam bahasa Arab yang dikenal, membahas hukum-hukum fikih laksana seorang ahli ijtihad, lalu menyebutkan pendapat-pendapat serta mazhab ulama, kemudian ia simpulkan dengan pendapat yang ia pilih dan ia kuatkan.

Ibnu Jarir juga membahas persoalan-persoalan akidah secara mendalam, membantah sekte dan paham-paham ahli ilmu kalam, serta membela Ahlussunnah wal Jamaah.

Darul Ma'ārif di Mesir mencetak kitabnya ini dalam edisi cetakan yang bagus. Hadits-hadits kitab ini ditakhrij oleh Ahmad Muhammad Syakir.

Sayangnya, cetakan ini belum lengkap, padahal sangat bermanfaat dan perhatian di bidang tahqiq untuk kitab ini.

Dokumen terkait