NILAI IMAN PADA PENGGUNAAN AT-TADHAD DALAM SURAH AL-LAIL PERSPEKTIF TAFSIR JAMI’UL BAYAN FII TA’WIILIL QUR’AN KARYA
IMAM ATH-THABARI
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an
Dan Tafsir
oleh :
oleh:
ALVERIDHO
NIM. 11830211000
Pembimbing 1
Dr. H. Mayshuri Putra, Lc., M.Ag Pembimbing 2
Agus Firdaus Chandra., Lc MA
PROGRAM S1
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 2022 M / 1444 H
300/IAT-U/SU-S1/2022
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul : NILAI IMAN PADA PENGGUNAAN AT-TADHAD DALAM SURAH AL-LAIL PERSPEKTIF TAFSIR JAMI’UL BAYAN FII TA’WIILIL QUR’AN KARYA IMAM ATH-THABARI
Nama : Alveridho Nim : 11830211000
Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Telah dimunaqasyahkan dalam Sidang Panitia Ujian Sarjana Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 25 November 2022
Sehingga skripsi ini dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag). Dalam Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pekanbaru, 11 Januari 2023
Dr. H. Masyhuri Putra. Lc, M.Ag Agus Firdaus Chandra, Lc., MA Dosen Pembimbing Skripsi An. Alveridho
Nota : Dinas
Lamp : 5 (lima) eksemplar Hal : Pengajuan Skripsi
An. Alveridho Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA RIAU
di-
Pekanbaru
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan hormat,
Setelah dengan seksama dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi perbaikan naskah ini, kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi atas nama Sdr. Alveridho (Nim: 11830211000) yang berjudul: NILAI IMAN PADA PENGGUNAAN AT-TADHAD DALAM SURAH AL-LAIL PERSPEKTIF TAFSIR JAMI’UL BAYAN FII TA’WIILIL QUR’AN KARYA IMAM ATH- THABARI telah dapat diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) dari Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin.
Harapan kami dalam waktu dekat, mahasiswa yang bersangkutan dapat dipanggil untuk diuji secara resmi dalam sidang munaqasyah yang telah ditetapkan.
Demikian untuk dapat dimaklumi, atas perhatian diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
i
KATA PENGANTAR
Assalâmu’alaykum wa Rahmatullâhi wa Barakâtuh
Alhamdulillâh wa Syukurillâh, segala puji dan syukur kepada Allah subhânahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “NILAI IMAN PADA PENGGUNAAN AT-TADHAD DALAM SURAH AL-LAIL PERSPEKTIF TAFSIR JAMI’UL BAYAN FII TA’WIILIL QUR’AN KARYA IMAM ATH- THABARI” Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga dan sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman. Dan penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor UIN SUSKA RIAU, Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag beserta jajaran yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di kampus ini.
2. Dekan Fakultas Ushuluddin Dr. H. Jamaluddin, M. Us, Wakil Dekan I Dr.
Rina Rehayati, M.Ag, Wakil Dekan II Dr. Afrizal Nur, MIS, dan Wakil Dekan III Dr. H. M. Ridwan Hasbi, Lc., M.Ag.
3. Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Agus Firdaus Chandra, Lc., MA dan Sekretaris Program Studi Afriadi Putra, S.Th.I, M.Hum yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam pengurusan yang berkaitan dengan studi penulis.
4. Ustadz Dr. H. Jamaluddin, M. Us selaku pembimbing akademis (PA) yang telah memberikan arahan dan memberikan kemudahan dalam setiap proses.
5. Pembimbing skripsi I, Ustadz Dr. H. Masyhuri Putra, Lc., M.Ag dan pembimbing II Ustadz Agus Firdaus Chandra.,Lc MA. yang telah memberikan bimbingan, meluangkan waktu serta memberikan arahan
ii
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih banyak penulis ucapkan atas segala ilmu dan bimbingannya selama ini.
6. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau yang telah mengajari dan membimbing penulis hingga menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Yulius dan Ibunda Fitriningsih yang telah berkorban dalam kesusahan zhahir dan bathin, yang telah membebaskan penulis dari jurang kebodohan dengan memberikan tempat pendidikan yang terbaik sehingga penulis bisa mendapat ilmu hingga sekarang serta telah meridhoi langkah penulis dalam menggapai cita-cita.
8. Adik tercinta Muhammad Ridwan serta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis untuk selalu semangat dalam menggapai mimpi-mimpi.
9. Terimakasih juga kepada sahabat penulis yaitu kawan-kawan seperjuangan dan sesama penuntut ilmu di Masjid Abdurrahman bin ‘Auf yang telah menemani penulis dalam mengarungi perkuliahan selama ini dan juga kawan-kawan kelas PK MAN 1 Kota Bukittinggi yang berkuliah di UIN SUSKA Riau yang tak lupa memberi support penulis.
10. Teman-teman angkatan IAT 18 dan terkhusus seluruh keluarga IAT 18-C yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala cerita yang telah dirajut selama di perkuliahan.
11. Keluarga besar KKN Desa Karya Indah yang telah memberi perhatian dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Pekanbaru, 05 Oktober 2022 Penulis
ALVERIDHO NIM. 11830211000
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN NOTA DINAS
SURAT PERNYATAAN MOTTO
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi
ABSTRAK ... ix
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Penegasan Istilah ... 5
C. Identifikasi Masalah ... 6
D. Batasan Masalah ... 6
E. Rumusan Masalah ... 7
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Manfaat Penelitian ... 7
a. Secara Teoritis ... 7
b. Secara Praktis ... 8
G. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORETIS A. Pengertian Nilai ... 9
B. Pengertian Iman ... 10
1. Unsur-unsur Iman ... 10
C. Pengertian dan Jenis At-Tadhad ... 16
1. Pengertian At-Tadhad ... ….. 16
iv
2. Jenis - Jenis At-Tadhad. ... 17
D. Biografi Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari dan Tafsir Jami’ul Bayan fii ta’wiilil Qur’an ... 20
1. Biografi Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari ... 20
2. Karya-Karya Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari ... 21
3. Kitab Jami’ul Bayan fii ta’wîlil Qur’an ... 21
E. Sekilas tentang surah Al-Lail ... 23
1. Asbabun Nuzul Surah Al-Lail ... 24
2. Munasabah surah Al-Lail dengan surah setelahnya ... 24
3. Keutamaan Surah Al-Lail ... 25
F. Tinjauan Pustaka ... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Pendekatan Penelitian ... 29
C. Sumber Data ... 30
D. Teknik Pengelolaan Data ... 31
E. Teknik Analisis Data ... 31
BAB IV ANALISIS NILAI IMAN PADA PENGGUNAAN AT-TADHAD DALAM SURAH AL-LAIL A. At-Tadhad dalam surah Al-Lail beserta maknanya ... 33
B. Kandungan nilai iman dalam penggunaan at-tadhad dalam surah Al-Lail perspektif Tafsir Imam ath-Thabari ... 35
1. Kandungan nilai iman pada penggunaan at-Tadhad kata ِ لْيَّلا dengan ِ راَهَّنلا serta ِ ىٰشْغَي dengan ِ ىّٰلَجَت ... 35
2. Kandungan nilai iman pada penggunaan at-Tadhad kata َِرَكَّذلا dengan ِ ىٰثْنُ ْلْا………. ... 39
3. Kandungan nilai iman pada penggunaan at-Tadhad ayat 5-7 dengan ayat 8-10 surah al-Lail ………… ... 43
4. Kandungan nilai iman dalam Penggunaan at-Tadhad kata َِةَر خٰ ْلَْل dengan ِ ىٰل ْوُ ْلْا………. ... 51
v
5. Kandungan nilai iman pada penggunaan at-Tadhad ِِ
ِ ىَقْشَ ْلْا dengan ِ ىَقْتَ ْلْا……… 54 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pengalihan huruf Arab-Indonesia dalam naskah ini didasarkan atas Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 22 Januari 1988, No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987, sebagaimana yang tertera dalam buku Pedoman Transliterasi Bahasa Arab (A Guide Arabic Tranliterastion), INIS Fellow 1992.
A. Konsonan
Arab Latin Arab Latin
ا
A
ط
Thب
Bظ
Zhت
Tع
‘ث
Tsغ
Ghج
Jف
Fح
Hق
Qخ
Khك
Kد
Dل
Lذ
Dzم
Mر
Rن
Nز
Zو
Wس
Sه
Hvii
ش
Syء
’ص
Shي
Yض
DlB. Vokal, panjang dan diftong
Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut:
Vokal (a) panjang = Â misalnya
لاق
menjadi qâla Vokal (i) panjang = Î misalnyaليق
menjadi qîla Vokal (u) panjang = Û misalnyaنود
menjadi dûnaKhusus untuk bacaan ya’ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “i”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya’ nisbat di akhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah ditulis:
Diftong (aw) =
و
misalnyaلوق
menjadi qawlun Diftong (ay) =ﯾ
misalnyaيرخ
menjadi khayrun C. Ta’ marbûthah (ة
)Ta’ marbûthah ditransliterasikan dengan “ṯ” jika berada di tengah kalimat, tetapi apabila ta’ marbûthah tersebut berada di akhir kalimat, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya
ةسردملل ةلاسرلا
menjadi al- risalaṯ li al-mudarrisah, atau apabila berada di tengah-tengah kalimat yang terdiriviii
dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan menggunakan t yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya
الل ةحمر فى
menjadi fi rahmatillâh.
D. Kata Sandang dan Lafaz al-Jalâlah
Kata sandang berupa “al” (لا) ditulis dengan huruf kecil, kecuali terletak di awal kalimat, sedangkan “al” dalam lafaz jalâlah yang berada di tengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihilangkan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
a. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan
b. Al-Bukhâriy dalam muqaddimah kitabnya menjelaskan c. Masyâ’ Allâh kâna wa mâ lam yasya’ lam yakun.
ix ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai kandungan nilai iman yang terdapat pada penggunaan at-tadhad atau lawan kata dalam surah Al-Lail. Surah ini tergolong surah Makkiyah yang mengandung pembahasan seputar pondasi keimanan. Surah- surah Makkiyah ialah surah yang turun pada fase dakwah Nabi di Makkah selama 13 tahun lamanya. Uslub bahasa yang tinggi dan indah pada Surah dan ayat Makkiyah membuat orang arab bahkan ahli-ahli syair di kala itu dibuat berdecak kagum akan kehebatan bahasa Al-Qur’an. Karena dari segi kebahasaan dan kesastraan, Al-Quran memang memiliki gaya bahasa yang khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab pada umumnya, baik dari pemilihan huruf dan kalimat. Sehingga setiap orang yang mentadabburi makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an ia akan menemukan berbagai fenomena kebahasaan yang menyentuh keimanan. Salah satu fenomena kebahasaan itu ialah penggunaan antonim dalam surah Al-Lail. Maka skripsi ini mencoba mengkaji apa saja nilai keimanan yang terdapat dalam penggunaan at-Tadhad atau antonim dalam surah Al-Lail. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dan metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode tafsir tahlili. Adapun kitab tafsir yang digunakan dalam penelitian ini ialah kitab Tafsir Jami’ul Bayan Fii Ta’wiilil Qur’an karya Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari. Penelitian ini disajikan dengan teknik analisis data kualitatif. Nilai-nilai iman yang berhasil diperoleh dari penggunaan at- tadhda dalam surah Al-Lail ialah berkaitan nilai iman kepada Allah dan hari akhir ciptaan-ciptaan Allah begitu juga keimanan pada taqdir kemudian tentang keadaan dua golongan yang ada di dunia dan di akhirat serta kekuasaan Allah sebagai pemiliki dunia dan akhirat.
x
ةرصتمخ ةذبن
ثدحتت هذه نع ةلاسرلا
تلا مادختسا في ةدراولا ةينايملإا ميقلا اض
تاملكلا وأ د ةداضتلما
ةروس في
يه ةيكلما روسلا .نايملإا ساسأ لوح ىلع يوتتح ةيكم ةروس انهأ ىلع ةروسلا هذه فنصت .ليللا ةلحرم للاخ ةكم في تلزن تيلا روسلا
ةوعد ةدلم ملسو هيلع الل ىلص لوسرلا 13
ةغللا نإ .ةنس
ةغلابلا في ةليملجاو لآا
تيا لما كي دنم تقولا كلذ في ءارعشلا تىحو برعلا تلعج ة ةمظع نم ينشه
نم نلأ .نآرقلا ةغل ةهج
عمتلمجا ةغل نع اًماتم فلتيخ زيمم ةغل بولسأ نآرقلل نإف ، بدلأاو ةغللا
في دراولا نىعلما رسفي نم لك ديج تىح .لملجاو فورلحا رايتخا ثيح نم ءاوس ،ماع لكشب بيرعلا معتسا ةيوغللا رهاوظلا نمو .نايملإا ستم ةفلتمخ ةيوغل رهاوظ نآرقلا .ليللا ةروس في تاداضتلما لا
هذه لواتح كلذل ةلاسرلا
فشك مادختسا في ةدراولا نايملإا ميق يه ام داضتلا
ةروس في تاداضتلما وأ
بيتكم ثبح وه ثحبلا اذه .ليللا
، جهنلماو ه ثحبلا اذه في مدختسلما و
جهنلما .يليلحتلا و
يرسفتلا
.يبرطلا ريرج نبا ماملإل نآرقلا لليوت في نايبلا عماج يرسفت باتك وه ةساردلا هذه في مدختسلما نم اهيلع لوصلحا تم تيلا نايملإا ميق طبترت .ةيعونلا تناايبلا ليلتح تاينقت عم ثحبلا اذه يمدقت متي مادختسا داضتلا
يرخلأا مويلاو للهبا نايملإا ةميقب ليللا ةروس في
ردقلبا نايملإا كلذكو الل قلخ نم
ةرخلآاو ايندلا في نتادوجولما ناتعوملمجا .للهبا نايملإا ةلابح ثم ةردقو
ةرخلآاو ايندلا بحاصك الل
.
xi ABTRACT
This thesis discusses about the content of faith values contained in the use of at- tadhadh or opposite words in Surah Al-Lail. This surah is classified as a Makkiyah surah which contains a discussion about the foundation of faith. The Makkiyah Surahs are the suras that were revealed during the Prophet's missionary phase in Mecca for 13 years. The high and beautiful language uslub in the Makkiyah verses made Arabs and even poets at that time amazed at the greatness of the language of the Qur'an. Because in terms of language and literature, the qur'an does have a distinctive style of language that is very different from the language of the Arab community in general, both from the selection of letters and sentences. So that everyone who interprets the meaning contained in the Qur'an he will find various linguistic phenomena that touch faith. One of the linguistic phenomena is the use of antonyms in Surah Al-Lail. So this thesis tries to examine what are the values of faith contained in the use of at-Tadhad or antonyms in Surah Al-Lail. This research is library research and the method used in this research is the tahlili interpretation method. The book of interpretation used in this study is Tafsir Jami'ul Bayan Fii Ta'wiilil Qur'an by Imam Ibn Jarir Ath-Tabari. This research is presented with qualitative data analysis techniques. The values of faith that have been obtained from the use of at-tadhda in Surah Al-Lail are related to the value of faith in Allah and the last day of Allah's creations as well as faith in destiny and then about the condition of the two exist in the world and in the hereafter and the almighty of Allah. as the owner of this world and the hereafter.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Prinsip pertama dari landasan akidah adalah iman kepada Allah. Prinsip ini merupakan landasan akidah dan amaliyyah yang terpenting. Ia merupakan sumbu Islam, juga jantung Al-Qur'an. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keseluruhan isi Al-Qur'an membincang keimanan ini. Sebab, Al-Qur'an adakalanya membincang langsung tentang Allah, baik meliputi Dzat-Nya, nama- nama-Nya, sifat-sifatNya, dan af'al (tindakan)-Nya1
Abu Bakar Jabir al-Jazairi menuturkan bahwa iman adalah membenarkan dan meyakini Allah sebagai Tuhan yang memiliki dan yang disembah. Iman sebenarnya merupakan jalan untuk memudahkan akal pikiran manusia, dengan cara menerima semua ketentuan Allah pada setiap sesuatu, baik yang kelihatan atau tidak kelihatan, yang di tetapkan maupun yang dinaikkan. Iman juga menuntut aktif menggapai hidayah, mendekatkan diri kepada-Nya, dan beraktivitas selayaknya aktivitas para kekasih-Nya (hambanya yang saleh).2
Menurut Zainudin dalam bukunya Pahala Dalam Islam, iman adalah percaya dalam hati dan mengikrarkan dengan lisan, serta melaksanakan dengan anggota badan. Adapun unsur- unsur iman di sini adalah mempercayai adanya Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, Hari Kiamat, dan Qadar Allah, baik dan burukya dari Allah3. Dan bila diperhatikan penggunaan kata Iman dalam Al-Qur’an, kita akan mendapatinya dalam dua pengertian dasar,4 yaitu: Pertama, Iman dengan pengertian membenarkan (قيدصتلا) yakni;
Pertama, Membenarkan berita yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya.
Dalam salah satu hadist shahih diceritakan bahwa Rasulullah ketika menjawab
1 Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar. Pengantar Studi Akidah Islam. (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.2018) cet 1. hlm 43
2 Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Aqidatu Mu’min, (Maktabah Kulliyah al-Azhariyah, 1978), hlm 31.
3 Zainuddin, Pahala Dalam Islam (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), hlm 13.
4 Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah antara Kufur dan Iman (Jakarta, Bumi Aksara,1996), hlm 1
2
pertanyaan Jibril tentang Iman yang artinya bahwa yang dikatakan Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul- Nya, hari kiamat dan engkau beriman bahwa Qadar baik dan buruk adalah dari Allah subhânahu wa ta’ala;
Kedua, Iman dengan pengertian amal atau beriltizam dengan amal yakni segala perbuatan kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang telah digariskan oleh syara’. Dalam surah al-Hujurat ayat 15 Allah berfirman :
َنيِذملا َنوُنِمْؤُمْلا اَمنَِِّ
إۚ ِمللَّا ِليِبَس ِفي ْمِهِسُفْ نَأَو ْمِِلِاَوْمَِبِ اوُدَهاَجَو اوُبَتاْرَ ي َْلَ مُثم ِهِلوُسَرَو ِمللَِّبا اوُنَمآ
َنوُقِدامصلا ُمُه َكِئََٰلوُأ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu- ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS Al-Hujurat [49]: 15)5
Dari ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa Iman adalah membenarkan Allah dan Rasul-Nya tanpa keraguan, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa.
Pada akhir ayat tersebut disebutkan bahwa “mereka Itulah orang-orang yang benar” merupakan indikasi bahwa pada waktu itu ada golongan yang mengaku beriman tanpa bukti, golongan ini sungguh telah berdusta dan mereka tidak dapat memahami hakikat iman dengan sebenarnya. Mereka menganggap bahwa iman itu hanya pengucapan yang dilakukan oleh bibir, tanpa pembuktian apapun.
Sumber meraih keimanan tentunya adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, adapun Fungsi utama Al-Qur’an diantaranya ialah sebagai hidayah (petunjuk) bagi manusia dalam mengelola hidupnya di dunia. Secara garis besar Al-Qur’an berisi dua prinsip yaitu
5 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung : PT.
Syaamil Cipta Media 2004), hlm. 517.
3
berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut akidah dan yang berhubungan dengan amal disebut syari’ah.6
Dari kebanyakan Juz dalam Al-Qur’an, Juz yang paling dominan banyak mengandung nilai iman dan aqidah adalah Juz 30 atau disebut juga juz ‘amma karena memang rata-rata surah-surah dalam juz ‘amma mengandung ayat-ayat Makkiyah didalamnya.
Ayat-ayat Makkiyah dahulunya turun untuk memberi teguran atau peringatan dan hujjah tak terbantahkan yang meghancurkan keyakinan paganisme pada orang-orang arab makkah yang dahulu tidak beriman pada nabi di masa fase makkah. Dalam ayat-ayat makkiyah terdapat banyak lafal-lafal yang sangat mengetuk pendengaran, huruf-hurufnya melesakkan api ancaman dan siksa. Kalimat-kalimat larangan, teriakan, teguran, lafal-lafal cemoohan di awal-awal surah, ayat-ayat berisi tantangan yang ada di dalamnya, nasib umat- umat terdahulu, serta menegakkan bukti-bukti kauniah dan dalil-dalil akal ; semua ciri ini kita temukan dalam ayat-ayat Makkiyah.7
Intinya dalam ayat-ayat Makkiyah banyak dibahas seputar pondasi keimanan seorang hamba, dikarenakan ayat-ayat pada juz 30 banyak yang turun dalam 13 tahun dakwah Rasulullah di Makkah.
Dalam salah satu surah dalam juz ‘amma yakni surah Al-Lail terdapat satu surah makkiyah yang didalamnya terdapat penggunaan kata yang saling berlawanan atau disebut juga at-Tadhad. Baik dalam antonim yang terdapat dalam satu ayat maupun antar kalimat
Contoh at-Tadhad dalam surah Al-Lail terdapat pada ayat 1 dan 2 surah Al- Lail , yakni Allah bersumpah dengan malam dengan siang,
ۙىَٰشْغَ ي اَذِا ِلْيملاَو )
١ ۙىَٰ لََتَ اَذِا ِراَهم نلاَو ( )
٢ (
6 Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2013), Cet.I, hlm. 27.
7 Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ulumil Qur’an, (Jakarta timur : Ummul Quro, 2016), Cet.I, hlm. 81.
4
Kemudian pada ayat 3, ada َِرَكَّذلا (laki-laki) dengan ِ ِ ىٰثْنُ ْلْا (perempuan), dari ayat,
ۙ ٓىَٰثْ نُْلْاَو َرَكمذلا َقَلَخ اَمَو )
٣ (
Kemudian pada ayat 13 ,ada ََِةَر خٰ ْلَْل (akhir dunia) dengan ىٰل ْوُ ْلْا (permulaan), dari ayat,
ۗ َٰلْٰوُْلْاَو َةَرِخَْٰلاَل اَنَل منِاَو )
١٣ (
Dari pemaparan antonim tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi nilai-nilai keimanan apa saja yang terkandung dalam penggunaan antonim ini, karena tentu ada nilai-nilai yang agung yang dapat kita ambil dari salah satu jenis keindahan bahasa dalam surah Al-Lail ini.
Sebab dari segi kebahasaan dan kesastraan, Al-Quran memiliki gaya bahasa yang khas yang sangat berbeda dengan bahasa masyarakat Arab, baik dari pemilihan huruf dan kalimat. Oleh karena itu, setiap muslim yang mentadabburi makna yang terkandung di dalamnya akan menemukan berbagai fenomena kebahasaan, di antaranya adalah mengenai relasi makna. Dalam setiap bahasa kita menemukan adanya hubungan kemaknaan atau relasi antonim antara satu kata dengan lainnya, atau satuan bahasa dengan satuan bahasa lainnya. Relasi antonim ini pada kenyataannya berfungsi sebagai pendekatan makna dari segi hubungan pengertian. 8
Dalam penggunaan bahasa, setiap makna yang satu dengan makna yang lain akan memiliki hubungan yang saling ketergantungan. Di antara fenomena relasi makna adalah antonim. Dan ketika kita mentadabbur ayat Allah tentunya kita akan memperoleh nilai iman setelahnya.
Pada penelitian ini penulis menggunakan penafsiran dari Ibnu Jarir Ath- Thabari dalam kitab Tafsirnya Jami’ul Bayan Fii Ta’wiilil Qur’an agar penelitian lebih terarah. Karena kitab tafsir ini dirasa cocok untuk memperoleh
8 Ilham Tumanggor, “Antonim Dalam Al-Quran Surat Al-Lail” (Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman : Sekolah Tinggi Agama Islam As-Sunnah Medan ; Vol. 4 No. 2, 2019) hlm. 1-2.
5
penjelasan terhadap suatu makna kata. karena Tafsir Jami’ul Bayan ini pembahasannya mencakup beberapa disiplin ilmu, seperti kebahasaan, nahwu, syair, dan ragam qiroat disertai dengan pen-tarjihan terhadap Riwayat qiro’at- qiro’at yang dikutip. Beberapa disiplin yang dibahas ini, salah satunya berfungsi untuk memperjelas akan makna kata atau ayat Al- Qur’an yang dibahas. Beliau juga menyeleksi dan memilih keterangan atau pendapat yang menurut beliau paling kuat diantara pendapat lain yang dikutip. Imam Thabari juga tidak jauh mengambil sumber penafsiran dalam kitabnya dalam tafsirnya beliau banyak mengambil hadis Nabi, pendapat sahabat, Tabi’in , syair Arab, dan sirah nabawiyah. Beliau juga mengkritisi jika terdapat hadis dhaif baik sanad maupun matan.9
Maka dari alasan-alasan diatas penulis memberi judul penelitian ini dengan NILAI IMAN PADA PENGGUNAAN AT-TADHAD DALAM SURAH AL-LAIL PERSPEKTIF TAFSIR JAMI’UL BAYAN FII TA’WIILIL QUR’AN KARYA IMAM ATH-THABARI
B. Penegasan Istilah
1. Nilai : Kata “nilai” berasal dari bahasa inggris value. Kata value berasal dari bahasa Latin velere, atau bahasa prancis kuno valour, artinya berguna, mampu akan berdaya, berlaku, kuat, dalam tinjauan filsafat ada beberapa pengertian tentang nilai, ditinjau dari sudut harkat, ilmu ekonomi dan keistimewaannya. Pengertian dari sudut keistimewaannya bahwa nilai adalah “apa yang dihargai, dinilai tinggi, atau dihargai sebagai suatu kebaikan10
2. Iman : Iman adalah keyakinan dengan hati diucapkan oleh lisan dan diajukan dengan perbuatan”11
9 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas KItab Tafsir, (Jakarta : LP2M UIN Syarif Hidayatullah), hlm. 6.
10 Muslimah, Penanaman nilai tanggung jawab (pegembangan rasa berkuasa dan membantu mengambil keputusan), (Banjarmasin, IAIN Antasari Press, 2015), Cet. I, hlm. 18.
11 Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar. Pengantar Studi Akidah Islam. (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.2018) cet 1, hlm. 32.
6
3. At-Tadhad / antonim : dua buah kata atau lebih yang maknanya ‘dianggap’
berlawanan. Disebut dianggap karena sifat berlawanan dari dua kata yang berantonim ini sangat relative.12
C. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah disampaikan, penulis mencoba memetakan masalah yang terkait dengan penelitian. Permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Adanya aspek kebahasaan yang ingin digali dalam surah al-Lail
2. Adanya penggunaan at-tadhad atau antonim dalam surah Al-Lail pada suatu ayat, atau suatu ayat dengan ayat lain,atau antar beberapa ayat dengan ayat lainnya dalam surah Al-Lail.
3. Terdapat pembahasan keimanan dan aqidah dalam surah Al-Lail karena ia merupakan surah Makkiyah.
4. Terdapat hubungan dari penggunaan kata yang saling berlawanan dalam surah Al-Lail, pada suatu ayat, atau suatu ayat dengan ayat lain,atau antar beberapa ayat dengan ayat lainnya dalam surah Al-Lail.
5. Adanya hikmah berupa nilai-nilai iman yang ingin diperoleh dari penggunaan lawan kata dalam surah Al-Lail
D. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna dan mendalam, maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan kata yang memiliki lawan dengan kata lain dalam surah Al-Lail, baik dalam lingkup suatu ayat, atau suatu ayat dengan ayat lain,atau antar beberapa ayat dengan ayat lainnya dalam surah Al-Lail. Yakni mencakup kata ِ لْيَّلا (malam) dengan ِ راَهَّنلا (siang), ِِ ى ٰشْغَي (menutupi/gelap) dengan ِِ ىّٰلَجَت (terang)ِِ, َِرَكَّذلا (laki-laki) dengan
ِ ىٰثْنُ ْلْا,kemudian antonim antar kalimat yang antonimnya mencakup ىٰطْعَا dengan
12 Ubaid Ridlo, Sinonim dan Antonim dalam Al-Qur’an. (Jurnal Al Bayan : Vol.9, No.2, Tahun 2017), hlm. 284.
7
َِل خَب, َِقَّدَص dengan َِبَّذَك َو, ِ ى ٰرْسُيْل ل dengan ِ ى ٰرْسُعْل ل, kemudian ada َِة َر خٰ ْلَْل dan ِ ىٰل ْوُ ْلْا َو , ِِ
َِْلْا
ِ ىَقْش dengan ِ ىَقْتَ ْلْا.
Kemudian penulis juga membatasi kitab tafsir yang menjadi rujukan dalam penelitian ini pada Tafsir Jami’ul Bayan Fii Ta’wiilil Qur’an karya Imam Ath- Thabari.
E. Rumusan masalah
1. Bagaimana Identifikasi penggunaan at-tadhad dalam surah Al-Lail?
2. Bagaimana nilai iman pada penggunaan at-tadhad dalam surah Al-Lail perspektif tafsir jami’ul bayan fii ta’wiilil qur’an karya Imam Ath-Thabari?
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari uraian batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk menjawab berbagai masalah yang telah di sebutkan sebelumnya, dan mencari jawaban atas persoalan-persoalan sebagai berikut.
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui makna kata yang merupakan at-Tadhad dalam surah Al-Lail berdasarkan pada Tafsir Jami’ul Bayan Fii Ta’wiilil Qur’an Karya Imam Ath-Thabari
b. Untuk mengatahui Nilai-Nilai keimanan pada penggunaan kata at- Tadhad dalam surah Al-Lail perspektif Tafsir Jami’ul Bayan Fii Ta’wiilil Qur’an Karya Imam Ath-Thabari.
2. Manfaat Penelitian a. Teoritis
1) Untuk memberikan tambahan wawasan dalam keilmuan khususnnya Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, dan penulis juga berharap penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi bagi kajian keislaman di Indonesia terutama di bidang tafsir khususnya.
2) Untuk menambah khazanah keilmuan dalam bidang pemikiran islam dan tafsir al-Qur’an, serta khazanah literatur islam di abad modern.
8
3) Untuk menjadi sarana tadabbur iman bagi masyarakat Indonesia yang membaca penelitian ini.
4) Disamping itu kegunaan penelitian ini adalah agar memenuhi persyaratan akademis untuk memperoleh gelar S1 dalam bidang Ilmu Ushuluddin pada jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau.
b. Praktis
1) Untuk membantu kaum muslimin dalam memperoleh nilai iman dalam surah Al-Lail sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik secara dzahir maupun batin.
2) Sebagai penambah khazanah di Lembaga pendidikan islam khususnya di bidang pendidikan islam yang sering mendalamitentang akidah dan bahasa arab.
G. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini ialah :
BAB I : Berisikan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, penegasan istilah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Didalam bab kedua ini terdapat kerangka teoritis yang berisikan landasan teori dan tinjuan pustaka.
BAB III : Bab ini Berisikan metodologi Penelitian, diantaranya tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber Data, teknik pengelolaan data, teknik analisis data.
BAB IV : Dalam bab ini terdapaat penulisan tentang redaksi dan terjemahan surat Al-Lail, asbabun nuzul, identifikasi at-tadhad / antonim dalam surah Al-Lail, pemaparan penafsiran antonim dalam ayat surah Al-
9
Lail, Analisis nilai keimanan yang terdapat pada at-tadhad / antonim dalam surah Al-Lail. baik dalam konteks satu ayat atau 2 ayat.
BAB V : Disini berisikan penutup, memuat kesimpulan, saran-saran dan daftar pustaka.
10 BAB II
LANDASAN TEORETIS A. Pengertian Iman
Kata iman berasal dari bahasa arab yaitu “نما ” yang artinya aman, damai, tentram. Dalam pengertian lain adalah keyakinan atau kepercayaan13. Kata iman tersusun dari tiga huruf (hamzah-mim-nun), Kemudian disebutkan dalam kitab Mu’jam Mufahros jumlah keseluruhan ayat di dalam Al-Qur’an tempat dimana kata-kata berakar pada huruf a-m-n ada 14.
Sedangkan kata iman itu sendiri mempunyai arti membenarkan atau mempercayai. (At-Tasdiq) yang merupakam lawan dari kata Al-Kufr dan At- Taqdzib15
Keimanan tidak hanya sekedar mengenal Allah semata, atau mengetahui namun pelakunya tidak mau mengakuinya, atau menolak mengakui hukumnya.
Akan tetapi keimanan adalah akidah yang diridhoi oleh hati pemiliknya, mengucapkannya dengan lisannya, serta ridha akan manhaj yang dibuat oleh Allah. Oleh karena itu, Ulama salaf berkata,
ناكرٔلِْبا لمع ،ناسلْلِبا قطن و ْنانلجبا ْداقتعا : نايم ٕلْا
“Iman adalah keyakinan dengan hati diucapkan oleh lisan dan diajukan dengan perbuatan”16
1. Unsur-Unsur Iman
Unsur-unsur iman atau disebut juga sebagai rukun iman itu ada enam, yaitu: iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kita-Nya, RasulRasul-Nya, hari kiamat serta qadha dan qadr-Nya.
13 Zaini, Syahminan, Kuliah Aqidah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas,1983), hlm.51.
14 Muhammad Shidqi ‘Athori, al-Mu’jam al-Mufahros li Ahfadz Al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Dar Fikr, 2010), hlm. 14-20.
15 Muhammad Ibnu Mukrim Ibn Manzur Al-Afriki Al-Misri. Lisan al-Arabi (Beirut: dar sodir), hlm. 21
16 Ibid., hlm. 32.
11
a. Iman Kepada Allah
Yaitu keyakinan yang sesungguhnya bahwa Allah Ta’ala Sesungguhnya wahid, ahad, fard, shamad,tidak mengambil shahibah, tidak mengambil walad, Dia adalah pencipta dan pemilik segala sesuatu, tidak ada sekutu dalam kerajaanNya.
Termasuk beriman kepada Allah adala berimah kepada kitab suciNya atau apa yang diceritakan oleh RasulNya, tentang asma’ dan sifat-sifatNya dan bahwasanya Dia tidak sama dengan makhlukNya, dan bagi-Nya kesempurnaan mutlak dalam semua hal tersebut, dengan menetapkan tanpa Tamtsil (menyerupakan) dan dengan menyucikanNya tanpa ta’thil (menghilangkan maknannya).17sebagaimana dia mengabarkan tentang diriNya dengan FirmanNya,
هَل ُنْوُكَي َٰ نَّا ِۗضْرَْلْاَو ِتَٰوَٰممسلا ُعْيِدَب ِ ٗ
همل ْنُكَت َْلَمو ٌدَلَو ِ ٗ
َوُهَو ۚ ءْيَش ملُك َقَلَخَوۗ ٌةَبِحاَص
ٌمْيِلَع ءْيَش ِ لُكِب )
١٠١ ىَٰلَع َوُهَوۚ ُهْوُدُبْعاَف ءْيَش ِ لُك ُقِلاَخ َۚوُه ملِْا َهَٰلِا َٓلْ ۚ (
ْمُكُّبَر َُٰ للَّا ُمُكِلَٰذ
ٌلْيِكمو ءْيَش ِ لُك )
١٠٢ (
“Dia (Allah) pencipta langit dan bumi. Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri? Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (101) Itulah Allah Tuhanmu. Tidak ada tuhan selain Dia, pencipta segala sesuatu.
Maka, sembahlah Dia. Dialah pemelihara segala sesuatu(.102) (QS Al- An’am [6] : 101-102)18
b. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah
Menurut Bahasa ةكءلْم adalah bentuk dari ِ كلم. Menurut suatu pendapat ia berasal dari kata ُِةكو لا yang bermakna ةلاسرلا (pengutusan) ,dan
17 Tim ahli ilmu tauhid. Kitab Tauhid. (Jakarta : Darul Haq, 2017) cet ke-19, hlm. 47.
18 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qu’an dan Terjemahnya., hlm. 140-141.
12
adayang menyatakan dari لْك yang bermakna لسرا (mengutus), dan ada pula yang berpendapat selain dari keduanya.
Adapun menurut istilah, ia adalah salah satu jenis mekahluk Allah ta’ala yang Dia ciptakan khusus untuk taat dan beribadah kepadaNya serta mengerjakan semua tugas-tugasNya. 19
هَلَو ِ ٗ هَدْنِع ْنَمَو ِۗضْرَْلْاَو ِتَٰوَٰممسلا ِفى ْنَم ِ ٗ
هِتَداَبِع ْنَع َنْوُِبرْكَتْسَي َلْ
ِ ٗ َلَْو
ۚ َنْوُرِسْحَتْسَي )
١٩ لاَو َلْيملا َنْوُحِ بَسُي ( َنْوُُتُْفَ ي َلْ َراَهم ن
) ٢٠ (
“Hanya milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. (Malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih.” (19) Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih pada waktu malam dan siang dengan tidak henti-hentinya. (20) (QS Al-Anbiya’ [21] : 19-20)20
c. Iman kepada Kitab-Kitab Allah
Secara bahasa, ِ بتك adalah bentuk jamak dari ِ باتك. Sedangkan kitab adalah mashdar yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang ditulisi di dalamnya. Ia pada awalnya adalah nama shahifah (lembaran) Bersama tulisan yang ada didalamnya.
Sedangkan menurut syari’at, ِ بتك adaalh kalam Allah subhaanahu wa ta’ala yang diwahyukan kepada Rasul-rasulNya agara mereka menyampaikannya kepada manusia dan membacanya bernilai beribadah.21
هِلْوُسَرَو َِٰ للَِّبا اْوُ نِمَٰا آْوُ نَمَٰا َنْيِذملا اَهُّ يََٰٓيا ِ ٗ
هِلْوُسَر ىَٰلَع َلمزَ ن ْيِذملا ِبَٰتِكْلاَو ِ ٗ
ْٓيِذملا ِبَٰتِكْلاَو
هِتَكِٕى ٰۤ
َٰلَمَو َِٰ للَِّبا ْرُفْكمي ْنَمَوۗ ُلْبَ ق ْنِم َلَزْ نَا هِبُتُكَو ِ ٗ
هِلُسُرَو ِ ٗ ۢ ًلاَٰلَض ملَض ْدَقَ ف ِرِخَْٰلْا ِمْوَ يْلاَو ِ ٗ
اًدْيِعَب
ِ ١٣٦
19 Tim ahli ilmu tauhid, Kitab Tauhid., hlm. 51.
20 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qu’an dan Terjemahnya., hlm. 323.
21 Tim ahli ilmu tauhid, Kitab Tauhid., hlm. 63.
13
ِ
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya (Nabi Muhammad), Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Siapa yang kufur kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul- Nya, dan hari Akhir sungguh dia telah tersesat sangat jauh.” (QS An- Nisa’ [4] : 136)22
d. Iman kepada Rasul-Rasul Allah
Menurut bahasa, nabi berasal dari kata أبنأ ِو ِأّبن yang berarti ِرب ْخأ (mengabarkan). Jadi nabi adalah yang memberitakan dari Allah diisi dan ia diberi kabar dari sisiNya. Atau juga berasal dari kata ابن yang berarti عفتراوِلْع (tinggi dan naik). Maka nabi adalah makhluk yang termulia dan tertinggi derajat atau kedudukannya.
Sedangkan menurut istilah, nabi ialah seorang laki-laki yang diberi kabar (wahyu) oleh Allah berupa syariat yang dahulu (sebelumnya), ia mengajarkan kepada orang-orang di sekitarnya dari umatnya (penganut syariat ini).
Adapun rasul secara bahasa ialah orang yang mengikuti berita-berita orang yang mengutusnya; diambil dari ungkapan ِالْسرُِلبلإاِ تءاج (unta itu datang secara beriringan). Rasul adalah nama bagi risalah atau bagi yang diutus. Sedangkan irsal adalah pengarahan.
Menurut istilah, rasul ialah seorang laki-laki merdeka yang diberi wahyu oleh Allah dengan membawa syariat dan ia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umatnya, baik orang yang tidak ia kenal dan yang memusuhinya.23
منلا َنِ م ْمِهْيَلَع َُٰ للَّا َمَعْ نَا َنْيِذملا َكِٕى ٰۤ
َٰلوُا ِبي
ِةميِ رُذ ْنِممو ٍۖ حْوُ ن َعَم اَنْلََحم ْنمِممَو َمَدَٰا ِةميِ رُذ ْنِم َن ِ ٗ
مجُس اْوُّرَخ ِنَْٰحممرلا ُتَٰيَٰا ْمِهْيَلَع ىَٰلْ تُ ت اَذِا ۗاَنْ يَ بَ تْجاَو اَنْ يَدَه ْنمِممَوٍۖ َلْيِءٰۤاَرْسِاَو َمْيِهَٰرْ بِا ۩ اًّيِكُبمو اًد
22 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qu’an dan Terjemahnya., hlm. 100.
23 Tim ahli ilmu tauhid, Kitab Tauhid., hlm. 85.
14
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yakni para nabi keturunan Adam, orang yang Kami bawa (dalam kapal) bersama Nuh, keturunan Ibrahim dan Israil (Ya‘qub), serta orang yang telah Kami beri petunjuk dan Kami pilih. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pengasih, mereka tunduk, sujud, dan menangis” (QS Maryam [19] : 58)24
e. Iman kepada Hari Akhir
Beriman kepada hari Akhir adalah rukun kelima dari rukun rukun iman. Artinya ialah meyakini dengan pasti kebenaran setiap hal yang diberitakan oleh Allah their dalam kitab suciNya dan setiap hal yang diberitakan oleh RasulNya at mulai dari apa yang akan terjadi sesudah mati, fitnah kubur, adzab dan nikmat kubur, dan apa yang terjadi sesudah itu seperti kebangkitan dari kubur, tempat berkumpul di akhirat (mahsyar), catatan amal (shuhuf), perhitungan (liisab), timbangan (mizan), telaga (haudh), titian (shiratli), pertolongan (syafa'ah), surga dan neraka serta apa-apa yang dijanjikan Allah dah bagi para penghuninya.
Dalil-dalil tentang kewajiban beriman terhadap hal-hal tersebut banyak sekali. Ada yang bersifat umum tentang beriman kepada perkara- perkara akhirat sebagai pujian atas orang-orang Mukmin yang mengimani adanya Hari Akhir, atau sebagai perintah untuk mengimani hal tersebut. Ada juga yang bersifat khusus untuk sebagian perkara akhirat, seperti adzab kubur dan kenikmatannya, kebangkitan (ba'ts), pengumpulan (hasyr) dan lain-lain. Hal itu banyak sekali disebut di dalam al-Qur`an dan Sunnah. Diantaranya,25
منِا ِمَعَو ِرِخَْٰلْا ِمْوَ يْلاَو َِٰ للَِّبا َنَمَٰا ْنَم َْينِٕ ِبامصلاَو ىَٰرَٰصمنلاَو اْوُداَه َنْيِذملاَو اْوُ نَمَٰا َنْيِذملا اًِلحاَص َل
َنْوُ نَزَْيَ ْمُه َلَْو ْمِهْيَلَع ٌفْوَخ َلَْو ۚ
ْمِِ بَّر َدْنِع ْمُهُرْجَا ْمُهَلَ ف ٦٢
24 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qu’an dan Terjemahnya., hlm. 309.
25 Tim ahli ilmu tauhid, Kitab Tauhid., hlm. 105.
15
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang- orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari Akhir serta melakukan kebajikan (pasti) mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.”(Al-Baqarah [2] : 62)26
f. Iman kepada Qadha dan Qadr Allah
Qadha' adalah hukum Allah yang telah Dia tentukan untuk alam semesta ini, dan Dia jalankan alam ini sesuai dengan konsekuensi hukumNya dari sunnah-sunnah yang Dia kaitkan antara akibat dengan sebab-sebabnya, semenjak Dia menghendakinya sampai selama- lamanya, maka setiap apa yang terjadi di alam ini adalah berdasarkan takdir yang mendahuluinya.
Ini sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah dan yang telah Dia atur. Maka apa yang terjadi berarti dia itu telah ditak dirkan dan ditentukan qadha nya olehNya, dan apa yang belum terjadi berarti dia itu belum ditakdirkan dan belum ditentukan qadha nya. Apa yang ditakdirkan bukan bagianmu, maka ia tidak akan mengenaimu, dan apa yang ditakdirkan mengenai kamu,
َو ِضْرَْلْا ِفى ةَبْ يِصُّم ْنِم َباَصَا ٓاَم َكِلَٰذ منِاۗ اَهَاَْبرمن ْنَا ِلْبَ ق ْنِ م بَٰتِك ِْفي ملِْا ْمُكِسُفْ نَا ِْٓفي َلْ
ٌٍْۖيرِسَي َِٰ للَّا ىَلَع ٢٢
ملُك ُّبُِيَ َلْ َُٰ للَّاَوۗ ْمُكىَٰتَٰا ٓاَِبِ اْوُحَرْفَ ت َلَْو ْمُكَتاَف اَم ىَٰلَع اْوَسَْتَ َلاْيَكِ ل
ۙ رْوُخَف لاَتُْمخ
ِ ٢٣
ِ
“Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.
(22) (Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai
26 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qu’an dan Terjemahnya., hlm. 10.
16
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(QS Al-Hadid [57]
: 22-23)27
B. Pengertian dan Jenis At-Tadhad (Antonim) 1. Pengertian at-Tadhad
Antonim (At-Tadhad) atau yang lebih dikenal dengan antonim adalah buah kata atau lebih yang maknanya ‘dianggap’ berlawanan. Disebut
‘dianggap’ karena sifat berlawanan dari dua kata ber antonim ini sangat relative. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti kata mati dengan hidup, kata siang dengan malam. Ada juga yang tidak mutlak, seperti kata jauh dengan dekat, kata kaya dengan miskin. Seseorang yang ‘tidak kaya’
belum tentu ‘miskin’ begitu juga sesuatu yang tinggi belum tentu tidak rendah.28
Para ahli bahasa Arab mendefinisikan at-Tadhad atau antonimi dengan ungkapan yang berbeda-beda, namun demikian merujuk pada satu pengertian yang sama. Dr. Amil Badi’ Ya’kub (guru besar Fiqh Lughah Universitas Libanon) misalnya mendefinisikan antonimi dengan menggunakan satu kata atau dua pengertian yang berlawanan. Dalam konteks ini antonimi merupakan bagian dari homonimi (كرتشملا ِىظفللا .(Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa setiap antonimi merupaka homonimi tetapi tidak sebaliknya. Contoh : ىلوملا yang berarti دبعلا (hamba) dan juga ديسلا tuan. Dan ِِنوجلا yang berarti ضيبلأا) putih) dan دوسلأا (hitam)
29
Selain pengertian di atas terdapat pengertian lain dari at-Tadhad yaitu satu kata yang memiliki dua makna yang berlawanan, seperti “راتخملا “dapat bermakna yang memilih juga yang dipilih. “ةفدسلا“dapat bermakna cahaya
27 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya., hlm. 540.
28 Taufiqurrochman, Leksilogi Bahasa Arab, (Malang :UIN Maliki Press,2015), hlm. 55.
29 Ubaid Ridlo, Sinonim dan Antonim dalam Al-Qur’an. (Jurnal Al Bayan : Vol.9, No.2, Tahun 2017), hlm. 284.
17
juga kegelapan. “ليلجلا “dapat bermakna biasa (mudah) juga agung (Majid Tharad, tt:5).30
Para linguis Arab lebih banyak cenderung menulis tentang al-Tadhad pada makna yang kedua, adapun para linguis yang pertama mengarang kitab tersebut yang diberi judul “ دادضلأا “yaitu Muhammad al-Mustanir al-Ma’ruf (206 H/821 M), Abu Abidah (209 H/823 M), dan Dr. Antonius Batros
“Qatrab”. Adapun karangan-karangan mengenai at-Tadhad pengertian yang kedua sangat jarang sekali. Dengan demikian antonim at-tadhad adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya ‘dianggap’ berlawanan. Disebut dianggap karena sifat berlawanan dari dua kata yang berantonim ini sangat relatif. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti kata mati dengan hidup. Kata siang dengan malam. Ada juga yang tidak mutlak, seperti kata jauh dengan dekat, kata kaya dengan miskin. Seseorang yang ‘tidak kaya’
belum tentu ‘miskin’. Begitu juga sesuatu yang tinggi belum tentu tidak rendah.31
2. Jenis-Jenis at-Tadhad
Al-Khammas dalam Taufiqurrahman mengklasifikasi at-Tadhad atau antonim menjadi 3 (tiga) macam, Yakni,
a. Tadhad Had (Antonimi Mutlak)32
Yaitu, diantara medan makna pada dua kata yang berlawanan tidak tepat tingkatan/level. Artinya, kedua kata yang maknanya berlawanan itu benar-benar mutlak. Contoh :
30 Ibid., hlm. 284.
31 Ibid., hlm. 284.
32 Taufiqurrochman, Leksilogi Bahasa Arab., hlm. 55.
Betina/Perempuan ىثنأ >< Jantan/laki- laki
ركذ
Menikah ِجوزتم >< Bujang بزعأ
Mati ِتيم >< Hidup يح
18
b. Tadhad Mutadarrij (Antonim bertingkat)33
Yaitu diantara medan makna pada 2 kata yang berlawanan masih terdapat tingkatan/level. Artinya, makna dari kata-kata yang saling berlawanan masih relative. Contoh :
لهس (Mudah) >< ِبعص (sulit) دراب (dingin) >< راح (panas)
لهس (Mudah) lawan katanyaِِبعص (sulit) namun antara ‘mudah’ dan
‘sulit’ masaih ada level kemudahan atau kesulitan tertentu.
Kemudian دراب (dingin) lawan katanya راح (panas) diantara
‘panas’dan ‘dingin’ masih ada level tertentu. Misalnya رتاف (hangat kuku) نخاس (hangat), ئفاد (paling hangat)
c. Tadhad Aksiy (Antonim Berlawanan) 34
Yaitu diantara medan makna pada dua kata berlawanan bersifat lazim/lumrah. Contoh :
بأ (ayah) >< مأ (ibu) جوز (suami) >< ةجوز (istri)
33 Ibid
34 Ibid
أطخ (Salah) >< حص (Benar) ةأرما (Wanita) >< لجر (Pria)
لْيَّلا (Malam) >< ِ راَهَّنلا (siang)
َِة َر خٰ ْلْا (akhirat) >< ِ ىٰل ْوُ ْلْا (awal/dunia)
19
ملع (mengajar) >< ملعت (belajar) ةدلاو (ibu) >< ةدولوم (anak)
d. Tadhad Amudiy (Antonim Garis Samping menurut garis menyimpang)35
Yaitu apabila kata-kata yang antonim (berlawanan) tersebut terdiri dari kosakata yang bersifat arah (direction). Kosakata yang berlawanan menurut garis menyimpang disebut antonim garis samping. Misalnya
لامش (utara) >< قرش (timur) بونج (selatan) >< برغ (barat)
برغ (barat) >< لامش (utara).
e. Tadhad Imtidadi (Antonim Garis Samping menurut garis lurus)36 Yaitu, apabila kosakata yang berlawanan (antonim) berdasarkan garis lurus (melawan arah). contohnya
لامش (utara) >< بونج (selatan)
قوف (diatas) >< تحت (dibawah)
35 Ibid.
36 Ibid.
20
C. Biografi Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari dan Tafsir Jami’ul Bayan Fii Ta’wiilil Qur’an
1. Biografi Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari
Nama Beliau adalah Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Katsir Abu Ja’far Ath-Thabari Al-Amali (berasal dari amali) Al-Baghdadi (ia lahir dan wafat di Baghdad).37
Imam Ath-Thabari lahir pada tahun 224 H dan wafat pada tahun 310 H. ia seorang alim tiada duanya, memiliki banyak Riwayat, ahli di bidang penukilan Riwayat dan mentarjih diantara Riwayat-riwayat, memiliki peran besar di bidang sejarah para perawi dan sejarah berbagai umat.38
Para guru Ibn Jarir at-Thabari sebagaimana disebutkan oleh adz- Dzahabi yaitu,39 Muhammad Ibn Abdul Malik Bin Abi asy-Syawarib, Ismail Bin Musa as-Sanadi, Ishaq Bin Abi Israel, Muhammad Bin Abi Ma`syar, Muhammad Bin Hamid ar-Razi, Ahmad Bin Mani`, Abu Kuraib Muhammad Bin Abd al-A`la ash-Shan`ani, Muhammad Bin alMutsanna, Sufyan Bin Waqi`, Fadhl Bin ash-Shabbah, Abdah Bin Abdullah ash- Shaffar, dan lain-lain.
Banyak kota-kota yang ia singgahi sampai ia tidak puas dengan hanya memasukinya sekali, ia masuk ke kota tersebut beberapa kali untuk memuaskan hasrat keilmuannya, di antara kota-kota tersebut adalah Baghdad, di kota ini ia mengambil mazhab Syafi’iyyah dari Hasan Za’farani, kemudian Bashrah, di kota ini ia belajar hadits kepada Abu Abdullah as-Shan’ani, lalu di Kufah, di sana ia belajar ilmu puisi kepada Tsa’lab dan masih banyak lagi kota lainnya seperti Mesir, Beirut dan Damaskus. Pada akhirnya Imam Thabari sempat pulang ke tanah kelahirannya di Thaburstan pada tahun 290 H, tapi tak lama kemudian
37 Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ulumil Qur’an, (Jakarta Timur : Ummul Quro, 2016), Cet.I, hlm. 572.
38 Ibid., hlm. 573.
39 Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006), hlm. 620.
21
kembali ke Baghdad dan menjadikannya tempat persinggahan terakhir untuk mencurahkan seluruih aktifitas ilmiyahnya hingga beliau wafat.
Sedangkan muridnya yaitu, Abu Syu`aib Bin Al-Hasan al Harrani, Abu Alqasim at-Thabrani, Ahmad Bin Kamil al-Qadhi, Abu Bakar as-Syafi`I, Abu Ahmad Bin Adi, Mukhallad Bin Ja`far al-Baqrahi, Abu Muhammad Ibn Zaid al-Qadhi, Ahmad Bin Al-Qasim al-Khasysyab, Abu Amr Muhammad Bin Ahmad Bin Hamdan, Abu Ja`far Bin Ahmad Bin Ali al- Katib, Abdul Ghaffar Bin Ubaidillah al-Hudaibi, Abu al-Mufhadhal Muhammad Bin Abdillah asy-Syaaibani, Mu`alla Bin Said, dan lain-lain.
2. Karya-Karya Imam Ibnu Jarir At-Thabari
Diantara buku-buku karya Ibnu Jarir Ath-Thabari adalah :40
• Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an
• Tarikhul Umam wal Muluk wa Akhbaruhum,
• Al-Adab Al-Hamidah wal Akhlaq An-Nafisah
• Tarikhul Rijal wa Ikhtilaful Fuqaha’
• Tahdzibul Atsar,
• Al-Basith fil Fiqh
• Al-Jami’ fil Qiro’at
• At-Tabshir di bidang ushul fiqh.
3. Kitab Jami’ul Bayan Fii Ta’wiilil Qur’an41
Kitab tafsir ini merupakan rujukan nomor wahid di kalangan mufassir yang berkecimpung di bidang tafsir bil matsur. Kitab ini Tafsir Ibnu Jarir ini sebelumnya sempat hilang hingga beberapa waktu. Kemudian Allah menaqdirkan kitab ini muncul Ketika Salinan versi manuskripnya ditemukan di kediaman amir wilayah Hail, Amr Hammud bin Abdur Rasyid, Salah satu gubernur najd, kemudian tidak lama setelah itu dicetak,
40 Ibid., hlm. 573.
41 Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ulumil Qur’an, (Jakarta timur : Ummul Quro, 2016), Cet.I, hlm. 548-550.
22
hingga kita memiliki lingkup pengetahuan yang begitu kaya di bidang tafsir bil matsur.
Dari cara penafsirannya, kitab ini menggunakan metode tahlili dan bercorak tafsir bi al-Ma’tsur, menafsirkan al-Qur’an dengan Qur’an, atau dengan hadist Rasul, atau keterangan-keterangan dari para sahabat dan juga tabi’in.
Hal ini terlihat sekali di dalam kitab at-Thabari yang menghadirkan banyak riwayat dari hadis maupun atsar para sahabat dan tabi’in dalam menafsirkan sebuah ayat. Sebelum memulai penafsirannya, merupakan ciri khas imam at-Thabary berkata اذكواذك ِةروسلا ِريسفت ِىف ِلوقلا dan ِِليوأت ِىف ِلوقلا اذكواذك kemudian dikuatkan dengan riwayat-riwayat yang disandarkan kepada para sahabat, Tabi’in. Apabila ada dua pendapat atau lebih mengenai suatu ayat, beliau akan menguraikannya satu per satu dan didukung dengn riwayat-riwayat yang berkenaan dengannya dari para Sahabat dan Tabi’in.
Tafsir ini sangat bernilai dan sangat dibutuhkan murid yang mempelajari tafsir. As-Suyuthi berkata, “Kitabnya-maksudnya tafsir Muhammad bin Jarir Ath-Thabari--adalah tafsir paling mulia dan agung, karena kitab ini membahas pendapat-pendapat para mufassir lalu men-tarjih pendapat-pendapat tersebut, menyebut i'rab, dan istinbath. Karena metode ini, buku tafsir Ath-Thabari unggul di atas seluruh tafsir para mufassir generasi pendahulu.” An-Nawawi berkata, “Umat sepakat bahwa tidak ada kitab yang disusun seperti halnya tafsir Ath-Thabari."
Tafsir Ath-Thabari adalah kitab tafsir paling kuno yang sampai ke tangan kita secara utuh, karena tidak ada satu pun tulisan-tulisan tafsir sebelum itu yang sampai ke tangan kita, selain keterangan-keterangan tafsir yang sampai ke tangan kita di sela-sela kitab ini.
Metode tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari adalah ketika ia hendak menafsirkan suatu ayat Al-Qur'an, ia berkata, “Perkataan terkait takwil firman Allah ini dan ini..." setelah itu ia menafsirkan ayat tersebut dengan berdalil pada tafsir bil ma'tsur yang ia riwayatkan dengan sanadnya hingga
23
para shahabat atau tabi'in. Ia menyebutkan semua riwayat terkait ayat tersebut. Namun, ia tidak sekedar menyebutkan riwayat saja, tapi juga menakar pendapat-pendapat yang ada, lalu setelah itu men-tarjih pendapat- pendapat tersebut. Selain itu, ia juga menyebutkan sisi i'rab jika diperlukan dan menyimpulkan sejumlah hukum.
Sesekali ia mengkritik sanad yang ia sebutkan, lalu menyebut siapa saja perawi-perawi yang ada di dalam rangkaian sanad yang adil, dan siapa saja di antara mereka yang perlu dikritik. Ia juga menolak riwayat yang tidak ia percaya kesahihannya.
Ibnu Jarir fokus menyebutkan qiraah-qiraah dan arahannya. Salah satu sumber menyebutkan bahwa Ibnu Jarir memiliki karya tersendiri terkait qiraah.
Selain berpedoman pada riwayat-riwayat yang dinukil, Ibnu Jarir juga bertumpu pada penggunaan-penggunaan bahasa, berdalil pada syair kuno, memerhatikan aliran-aliran nahwu, memilih di antara ragam bahasa Arab yang dikenal, membahas hukum-hukum fikih laksana seorang ahli ijtihad, lalu menyebutkan pendapat-pendapat serta mazhab ulama, kemudian ia simpulkan dengan pendapat yang ia pilih dan ia kuatkan.
Ibnu Jarir juga membahas persoalan-persoalan akidah secara mendalam, membantah sekte dan paham-paham ahli ilmu kalam, serta membela Ahlussunnah wal Jamaah.
Darul Ma'ārif di Mesir mencetak kitabnya ini dalam edisi cetakan yang bagus. Hadits-hadits kitab ini ditakhrij oleh Ahmad Muhammad Syakir.
Sayangnya, cetakan ini belum lengkap, padahal sangat bermanfaat dan perhatian di bidang tahqiq untuk kitab ini.
D. Sekilas tentang Surah Al-Lail
Surah Al-Lail merupakan surah ke-92 di dalam urutan surah-surah al-Qur'an.
Surah ini diturunkan sesudah Surah Al-A’la. Dan termasuk golongan surah
24
Makkiyah.42 Jumlah ayat pada surah Al-Lail ialah 21 ayat. Surat ini dinamai Al Lail (malam), karena diambil dari perkataan Al Lail yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
1. Asbabun Nuzul Surah Al-Lail43
Al-Hakim meriwayatkan dari Amir bin Abdullah bin Az-Zubair dari ayahnya, ia mengatakan; Abu Quhafah berkata kepada Abu Bakar, "Aku melihat engkau memerdekakan budak-budak yang lemah-lemah.
Seandainya engkau memerdekakan laki-laki yang kuat dan mampu melindungimu dari perbuatan orang-orang yang memusuhimu, niscaya itu lebih baik.” Abu Bakar berkata, “Wahai ayahku, sesungguhnya tidak lain yang aku harapkan hanyalah apa yang ada di sisi Allah.” Maka turunlah ayat-ayat berkenaan dengan Abu Bakar, “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa.” (Al-Lail: 5) hingga akhir surat.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Urwah bahwasanya Abu Bakar Ash-Shiddiq memerdekakan tujuh orang budak yang disiksa orang-orang kafir karena membela agama Allah. Berkenaan dengan perbuatannya itu, maka turunlah ayat, “Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu."(Al-Lail: 17)
Al-Bazzar meriwayatkan dari Ibnu Az-Zubair, ia mengatakan; Ayat ini turun, “Padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya.” (Al-Lail: 19) hingga akhir surat, berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq.44
2. Munâsabah surah Al-Lail dengan surah sebelumnya45
Ketika di dalam surah sebelumnya disebutkan firman Allah ta’ala,
42 Ash Showiy, Al Imam, 2004, Hasyiyah Ash Showiy ‘Ala Tafsir Jalalain, (Beirut: Dar El Fikr), hlm. 134.
43Imam As-Suyuthi.. Asbabun Nuzul. terj. Andi Muhammad syahril dan maqasid. (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2014), hlm. 595-598.
44 Imam As-Suyuthi, Asbababun Nuzul. (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2014), hlm, 596- 598,
45 Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 15, (Jakarta : Gema Insani, 2015), cet, hlm. 5.
25
ٍۖاَهىَٰ كَز ْنَم َحَلْ فَا ْدَق ۗاَهىَٰ سَد ْنَم َباَخ ْدَقَو ٩
١٠
"Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya." (QS Asy-Syams: 9-10)46
Di dalam surah ini Allah ta’ala menyebutkan sifat-sifat yangِِ
menyebabkan beruntung dan sifat-sifat yang menyebabkan merugi. Allah berfirman,
ۙىَٰقم تاَو ىَٰطْعَا ْنَم اممَاَف ٥ )
(
"Maka barang siapa memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertalata."
(QS Al-Lail: 5)47
اممَاَو ْۢنَم َلَِبَ
َٰۙنىْغَ تْساَو ٨ )
(
"Dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah)." (Qs-Lail:8)48
Surah ini merupakan keterangan rincian dari surah sebelumnya. Karena surah al-Lail ini turun mengenai orang kikir, dimulai dengan kata malam yang merupakan kegelapan.
3. Keutamaan surah Al-Lail49
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz:
؟ىَٰشْغَ ي اَذِا ِلْيملاَو ,َهىَٰحُضَو ِسْممشلاَو ,ىَلْعَْلْا َكِ بَر َمْسا ِحِ بَس : ِب َتْيَلَص ملاَه
“Mengapa engkau tidak shalat dengan membaca surah al-A’la, surat asy- Syams, dan surat al-Lail?”
46 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya., hlm. 595.
47 Ibid., hlm.
48 Ibid., hlm.
49 Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 15., hlm. 555.