Paganini meninggal dunia dikarenakan mengalami penyakit kanker tenggorakan.26
3. Biografi Isaac Albeniz
Isaac Manuel Francisco Albeniz lahir pada 29 Mei 1860 di kota
Camprodon Spanyol. Albeniz adalah seorang komposer dan pianis, sejak umur 4 tahun ia sudah belajar piano dan memulai konser piano. Pada tahun 1865 ia belajar piano dengan Narciso Oliveras. Dua tahun kemudian Albeniz dibawa ibunya ke Paris untuk belajar piano dengan Marmontel. Pada tahun 1869 ia mengikuti konservatori di Madrid namun Albeniz tidak turut serta dalam acara tersebut. Albeniz pergi ke Leipzig dan bertemu dengan Reinecke, ia mulai belajar piano bersamanya. Pada tahun 1877 ia kembali ke Madrid dan belajar musik di Brussels. Albeniz belajar ilmu komposisi dengan Gevaert dan Dupont, tak lama kemudian ia memenangkan karya komposisinya yang ia ajukan di konservatori Brussels. Pada tahun 1879 Albeniz belajar teknik piano dengan Liszt untuk lebih mematangkan teknik bermain pianonya. Albeniz mulai melakukan konsernya di berbagai tempat bahkan selalu ke luar negara. Tahun 1883 melakukan perjalanan ke Barcelona, tahun 1885 di Madrid, dan tahun 1890 di London. Karya-karya komposisi piano milik Albeniz sebagian besar memiliki style Spanish folklore.27
26http://www.thefamouspeople.com/profiles/niccolo-paganini-381.php, 6 Oktober 2015 27 Don Michael Randel, ed., The Harvard Biographical Dictionary of Music (London : The Belknap Press of Harvard University Press, 1996) hal. 36-39
32 4. Analisis Struktural Repertoar
a. Grand Sonata karya Niccolo Paganini
Komposisi ini memliki 3 movement, movement pertama Allegro Risoruto dimainkan pada tonalitas A mayor , movemen ke-2 Romance (Piu Tosto Largo) dimainkan pada tonalitas A minor, dan movemen ke-3 Andantino Variato dimainkan pada tonalitas A mayor.
Karya ini sebenarnya dibuat untuk permaian duet gitar dan biola, namun repertoar ini diolah lagi oleh Paganini untuk menjadi karya solo gitar. Setelah Grand Sonata milik Paganini ini ditampilkan dengan format solo gitar, karya ini menjadi lebih popular dibandingkan dengan format sebelumnya.28
Bentuk musik sonata pada umumnya terdiri dari exposition (tema awal), development (pengembangan), dan recapitulation (kesimpulan). Exposition merupakan tema awal suatu lagu dalam tonika Development merupakan pengembangan variasi-variasi dari tema utama, prosedur variasi tersebut dapat meliputi augmentasi, diminusi, modulasi, imitasi, dll. Bagian development biasanya terbagi menjadi beberapa sectional. Recapitulation merupakan kesimpulan dari tema utama (eksposition) dalam tonika.29
28 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 83
29 Leon Stein, Structure and Style Expanded Edition The Study and Analysis of Musical Forms (U. S. A. : Summy-Birchard Inc., 1979), hal. 108
33
Berikut analisis Struktural Grand Sonata first movement : Birama Exposition (1-83) (1-2) (3-4) (7-8) Periode A (1-8)
- Birama 1-2 merupakan bagian semiphrase pertama. - Muncul authentic cadence pada birama 2-3.
- Birama 3-4 merupakan bagian semiphrase ke-2. - Birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 3-4.
- Birama 5-8 merupakan bagian conseuence phrase. - Muncul authentic cadence.
Periode A’ (9-15)
- Birama 9-12 merupakan bagian antecedent phrase, melodi tema awal suara atas mengalami transposisi 1 oktaf.
34 Birama (15) (19-20) (24-25)
- Muncul authentic cadence pada birama 11-12.
- Birama 13-15 merupakan bagian consequence phrase.
- Muncul half cadence pada birama 15. Periode B (16-24)
- Muncul authentic cadence pada birama 19-20.
- Mengalami modulasi di C mayor, suara bawah berperan sebagai iringan (alberti bass).
Transition (25-28)
- Birama 25-28 merupakan bagian transisi untuk menuju bagian subordinate theme.
35 Birama (28-29) (36) (44)
Periode C (subordinate theme in dominant) (29-79)
- Mengalami modulasi di E mayor, bagian ini sudah memasuki subordinate theme.( in dominant).
- Muncul authentic cadence pada birama 33-34.
Periode D (35-43)
- Birama 36-39 merupakan bagian antecedent phrase. - Birama 40-43 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul half cadence pada birama 42-43.
Periode D’ (44-50)
- Birama 44-47 merupakan bagian antecedent phrase. - Birama 48-50 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 50-51.
36 Birama (60-61) (80-81) (82-83) Periode E (51-73)
- Muncul authentic cadence pada birama 60-61. Periode F (73-80)
- Muncul authentic cadence pada birama80-81.
Codetta (81-84)
- Muncul authentic cadence pada birama 82-83.
37 Birama (85-87) (91-92) (92) Section I (97) Section II Retransition (85-91)
- Melodi menggunakan interval oktaf.
- Modulasi di F#m pada birama 91, muncul authentic cadence pada birama 91-92.
Development (92-133)
- Tonalitas di F#m dimainkan hingga birama ke-96. - Muncul authentic cadence pada birama 95-96.
- Modulasi di D mayor pada birama 97, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-104.
38 Birama (105-106) Section III (111-112) Section IV (119-120) Section V Development (92-133)
- Modulasi di G mayor pada birama 105, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-110.
- Muncul authentic cadence pada birama 107-108.
- Modulasi di C mayor pada birama 111, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-118.
- Muncul authentic cadence pada birama 111-112.
- Modulasi di E mayor pada birama 119-120, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-126.
- Muncul plagal cadence (IV-1) pada birama 124-125.
39 Birama (126) (134) (142) Retransition (126-133)
- Melodi menggunakan interval oktaf hingga birama ke-132.
Recapitulation (134-184)
- Tonalitas kembali ke A mayor, birama 134-137 merupakan bagian antecedent phrase.
- Birama 138-141 merupakan bagian consequence phrase, muncul half cadence pada birama 141.
- Pola melodi dan ritme merupakan repetisi melodi dari birama 134, namun suara atas mengalami transposed 1 oktaf.
40 Birama (149) (171) (180-183) Recapitulation (134-183)
- Merupakan bagian subordinate theme yang sudah mengalami perubahan tonalitas ke tonika.
- Bagian subordinate theme dimulai pada birama 149-171, diakhiri dengan authentic cadence pada birama 171.
- Pola melodi dan ritme mengalami repetisi seperti pada birama ke-142.
Codetta (179-183)
- Muncul authentic cadence pada birama 180-181, bagian ini sudah menjadi akhir lagu.
41
Berikut analisis struktural Grand Sonata second movement : Birama (1-2) (8) Periode A (1-8)
- Tonalitas di A minor, tonalitas ini dimainkan hingga akhir birama ke-16.
- Birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase. - Birama 4-8 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul half cadence pada birama ke-8
Periode A’ (8-16)
- Pengulangan pola ritme dan melodi seperti pada birama pertama.
- Birama 8-12 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul authentic cadence pada birama ke-12.
- Birama 12-16 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul half cadence pada birama 15-16.
42 Birama (17) (27-28) (29) Periode B (17-28)
- Mengalami modulasi di C mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-28.
- Suara atas sebagai melodi dan suara bawah sebagai iringan (alberti bass).
- Muncul authentic cadence pada birama 27-28. Periode C (29-35)
- Kembali ke tonalitas awal yaitu A minor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-51.
43 Birama (34-35) (48-49) Periode C (29-35)
- Muncul half cadence pada birama 34-45. - Birama 35 merupakan bagian cadenza.
- Birama 36-46 merupakan pengulangan tema awal Codetta (47-51)
- Bagian codetta ditutup dengan authentic cadence pada birama 48-49.
44
Berikut analisis struktural Grand Sonata third movement (Theme and Variations) : Birama (1) (9) Birama Principal theme (1-11)
- Tonalitas di A mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-8.
- Birama 1-4 merupkan bagian antecedent phrase. - Muncul half cadence pada birama 3-4.
- Birama 4-8 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 7-8.
Subordinate theme (9-16)
- Moulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke- 20.
- Birama 9-12 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul authentic cadence pada birama ke 12.
45
Birama (13)
(17)
(25)
- Kembali ke tonalitas awal dengan bermodulasi di A mayor.
- Birama 13-16 merupakan bagian consequence phrase.
- Muncul authentic cadence pada birama 15-16. Variation I (17-24)
- Melodi pada principal theme divariasi dengan permainan broken chords.
- Muncul half cadence pada birama 19-20. - Muncul authentic cadence pada birama 23-24.
- Melodi pada subordinate theme divariasi dengan permainan broken chords. (modulasi di E mayor) - Muncul authentic cadence pada birama 27-28.
46
Birama
(33)
(41)
- Modulasi kembali di A mayor pada birama ke 29 dan variation I diakhiri dengan authentic cadence pada birama 32-33.
Variation II (33-48)
- Melodi suara atas dikembangkan dengan gaya permainan kromatisme.
- Muncul half cadence pada birama 35-36. - Muncul authentic cadence pada birama 39-40.
- Moulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke- 44.
- Muncucl authentic cadence pada birama 43-44. - Modulasi kembali di A mayor pada birama ke 45 dan
variation II diakhiri dengan authentic cadence pada birama 47-48.
47 Birama (49) (57) (65) Variation III (49-64)
- Melodi suara atas lebih sering dimainkan dengan jarak interval mayor 3 dan minor 3.
- Muncul half cadence pada birama 51-51. - Muncul authentic cadence pada birama 55-56.
- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke- 60.
- Muncul authentic cadence pada birama 59-60.
- Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor pada birama ke-61.
- Muncul authentic cadence pada birama 63-64, cadence ini telah mengakhiri bagian Variation III.
Variation IV (65-80)
- Melodi suara atas berperan sebagai counter point dan melodi suara bawah berpean sebagai cantus firmus.
48
Birama
(73)
(81)
(89)
- Muncul half cadence pada birama 67-68. - Muncul authentic cadence pada birama 71-72
- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-76.
- Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor pada birama ke-77, Variation IV diakhiri dengan authentic
cadence pada birama 79-80.
Variation V (81-96)
- Melodi suara atas dimainkan secara kromatisme menggunakan jarak interval oktaf.
- Muncul half cadence pada birama 83-84. - Muncul authentic cadence pada birama 87-88.
- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-92.
49
Birama
(97)
(105)
- Muncul authentic cadence pada birama 91-92. - Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor, Variation
V telah ditutup dengan authentic cadence pada birama 95-96.
Variation VI (97-120)
- Inversion chords dimainkan secara urut kemudian diikuti melodi suara atas secara ascending maupun descending sering dimainkan pada variasi ini. - Muncul half cadence pada birama 99-100. - Muncul authentic cadence pada birama 103-104.
- Modulasi di E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-108.
- Muncul authentic cadence pada birama 107-108. - Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor pada birama
ke-109.
- Muncul half cadence pada birama 112.
50
Birama
(112)
(117)
Codetta (112-120)
- Progress chord I-V ini diulang-ulang hingga birama ke-117.
- Muncul authentic cadence pada birama 117-188, cadence ini telah menjadi ending dari lagu grand sonata third movement.
51
b. Rumores De La Caleta karya Isaac Albeniz
Albeniz sebenarnya adalah pemain piano yang handal namun tidak membuat karya untuk gitar. Musik flamenco sangat mempengaruhi karya Albeniz. Dengan bantuan F. Tarrega, M. Llobet, E. Pujol, A Segovia, M. Barrueco, K. Ragossnig dan R. Balaguer, karya-karya piano milik Albeniz telah digubah untuk menjadi karya kompoisis solo gitar30. Rumores de La Caleta ialah salah satu contoh karya transkripsi dari karya piano menjadi karya solo gitar.
Karya komposisi ini dimainkan dengan tonalitas A minor, bersukat 3/4 (intro), 3/8 (allegro), 4/4 (lento). Komposisi ini mengingatkan kembali dengan ritme flamenco malaguenas, melodi didukung oleh harmoni yang berasal sepenuhnya dari iringan gitar serta menggunakan phyrgian mode. Pada bagian central section, melodi menjadi lambat dimainkan dengan tempo lento, dan merupakan bagian dari cante jondo.31 Komposisi ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
- Section I : Allegro - Section II/middle section : Lento - Coda : Lento.
30 Hannu Annala, Heiki Matik, Handbook of Guitar and Lute Composer (U.S.A. : Mel Bay Present, 2007), hal. 151
31 Stanley Yates, Isaac Albenis : 26 Pieces Arranged for Guitar (U.S.A : Mel Bay Present, 1998), hal 19.
52 Birama (Intro) (1) (3-4) Allegro (1-56)
- Merupakan bagian intro lagu bersukat 3/4, tonalitas di E mayor, dan akord dimainkan dengan teknik arpeggio.
- Setelah intro, birama 1 mengalami perpindahan sukat menjadi 3/8.
- Merupakan motif melodi utama dimana melodi ini akan banyak dimainkan pada birama-birama berikutnya.
- Motif iringan berikutnya mengalami augmentasi pada birama ke-4.
53 Birama (18-20) (25) (59-61) Allegro (1-56)
- Melodi suara atas sebagai counter point, melodi suara bawah sebagai cantus firmus.
- Alur melodi menggunakan sistem tangga nada A minor harmonik, suara bass menggunakan root dari achord dominant.
- Merupakan bagian refren lagu, bagian ini mengalami pengulangan yang sama dari segi melodi dan ritme.
- Merupakan bagian bridge untuk menuju section II (lento).
54 Birama (62) (82) (83) Section II (62-82)
- Modulasi di C mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-82.
- Birama 82 merupakan bagian cadenza, dimainkan dengan tonalitas C mayor.
Section I’ (83-94)
- Birama 83-94 merupakan bagian pengulangan awal lagu seperti pada birama sebelumnya yaitu birama 1-12.
55
Birama
(95-96)
Coda (95-96)
- Bagian coda mengalami pergantian sukat menjadi 4/4 dan diakhiri dengan half cadence pada birama 95-96.
56 D. Periode Modern (1900-2000)
1. Pengantar
Dari awal abad pertengahan hingga akhir abad ke-19, musik klasik
didominasi oleh sitem tonal. Kebangkitan musik baroue merupakan reaksi dari renaissance, classic dari baroue, romantic dari classic, dan periode modern merupkan reaksi dari keseluruhan periode sebelumnya.32
a. Pola Ritmik
Ritme cenderung lebih bebas dan tidak teratur, sering terjadi perubahan tanda sukat pada suatu karya komposisi yang mengakibatkan tempo dalam suatu lagu sering berubah-ubah.33
b. Melodi
Sistem a tonal banyak digunakan dalam periode musik ini, komposer lebih mengutamakan ekspresionalisme.34
c. Dinamika
Terjadi peralihan dinamika yang sangat kontras, seperti contoh munculnya dinamika sub p menjadi sub ff.
d. Harmoni
Tekstur polifoni menjadi lebih bervariatif, hal ini dibuktikan dengan banyak penggunaan akord 7, 9, 11, 13.35
e. Perkembangan gitar
Pada awal pertengahan abad ke-19 an, gitar Antonio de Torres memiliki konstruksi gitar yang dinilai standar dalam pembuatan alat musik tradisional. Pada tahun 1931 munculah gitar listrik yang dirangkai oleh George Beauchamp, seorang General Manager di National Guitar Corporation bersama dengan Paul Barth yang menjadi Vice President ditempat yang sama. Beberapa gitar listrik di masa awal mengadaptasi alat
32http://www.majalahpraise.com/musik-abad-modern-(1900-2000)-517.html, 5 Oktober 2015 33 Ibid, 5 Oktober 2015 34 Ibid, 5 Oktober 2015 35 Ibid, 5 Oktober 2015
57
musik akustik menggunakan tungsten pickup. Setelah bisnis ini berjalan dengan lancer, perusahaan ini mengubah namanya menjadi Rickenbacker
Electro Stringed Instrument Company.36