• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN DAN ANALISIS REPERTOAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN DAN ANALISIS REPERTOAR"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN DAN ANALISIS REPERTOAR A. Periode Barok (1600-1750)

1. Pengantar

Pada periode barok abad ke-16, tanda- tanda perubahan gaya musik menjadi

terlihat jika dibandingkan dengan periode renaisans.1 a. Pola Ritmik

Pola ritmik lebih sederhana, banyak dijumpai pengulangan pola ritme yang sama disetiap birama berikutnya.2

b. Melodi

Tekstur harmonisasi polifoni dan homofoni kerap dijumpai dalam karya periode barok ini. Susunan alur melodi sebagian besar menggunakan teknik kontrapuntal untuk menambah harmonisasi. Penggunaan ornamentasi juga digunakan lebih banyak pada bebrapa karya repertoar 3

c. Dinamika

Dinamika sebagian besar tidak tertulis dalam karya repertoar namun penyaji tetap dapat untuk memainkan dinamika.

d. Tempo

Rubato yang memiliki arti kebebasan tempo bagi seseorang pemain guna penyajian ekspresi yang meyakinkan.4 Rubato jarang digunakan oleh para penyaji musik pada periode barok ini.

e. Harmoni

Basso continou sering dijumpai pada periode barok, basso continuo yang berarti suara bas menjadi landasan dasar untuk improvisasi chord,

1 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 29

2 George J Buelow, A History of Baroque Music (U.S.A. : Indiana University Press, 2004), hal.4

3 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 29

(2)

7

yang kemudian diisi suatu harmonisasi di suara tengah atau suara atas.5 Basso continuo biasanya berperan memperjelas suatu harmonisasi sehingga membuat tekstur dalam musik lebih jelas.

f. Perkembangan gitar

Pada permulaan periode Renaissace (1420-1600) instrumen vihuela dan lute merupakan instrumen petik yang sangat popular. Sistem penalaan vihuela dan lute memliki kesamaan, yakni senar pertama bernada “E”, senar ke-2 bernada “B”, senar ke-3 bernada “F#”, senar ke-4 bernada “D”, dan senar ke-5 bernada “A”.6 Perlu diketahui bahwa instrumen vihuela dan lute menggunakan sistem pendoblean senar disetiap wilayah pemasangan senar . Pada jaman barok (1600-1750) vihuela dan lute mengalami perkembangan, mulai muncul senar ke-6 yang memiliki nada “E” sebagai bass. Akan tetapi sebagian besar pemusik pada jaman ini tetap memilih memainkan vihuela dan lute dengan 5 senar7. Gitar periode barok akhir muncul dengan 5 senar, memliki senar tunggal, dan struktur gitar menyerupai gitar pada periode klasik walaupun ukurannya lebih kecil.8

2. Biografi Johann Sebastian Bach

Johann Sebastian Bach adalah anak bungsu dari delapan bersaudara. Bach lahir di kota Eisenach, Jerman pada tanggal 21 Maret 1685. Keluarga Bach sejak abad ke-16 sampai abad ke-19 telah menghasilkan banyak musisi yang berkualitas. Bach memulai pendidikan pada sekolah yang dikelola gereja Lutheran di Eisenach. Pada tahun 1694 kedua orang tua Bach telah meninggal hal ini membuat ia berpindah ke Ohrdruf dimana Bach diasuh oleh kakaknya, Johann Christoph Bach. Di Ohrdruf ia melanjutkan sekolah di Lyceum dan mendapat pelajaran bermain organ dari kakaknya yang

5 Barbara Russano Hanning, Concise History of Western Music (New York: W.W. Norton & Company, Inc., 1998), hlm. 554

6 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 31

7 Ibid, hal.33

(3)

8

merupakan seorang organis. Bach juga belajar komposisi sendiri dari buku musik Froberger, Kerl, dan Pachelbel. Ketika Bach berusia15 tahun, rumah Johann Cristoph Bach menjadi semakin penuh seiring dengan bertambahnya anggota keluarga sehingga Bach harus pindah. Melalui perantaraan pemimpin musik di sekolah Lyceum, Bach mendapat tempat sebagai penyayi di gereja St. Mikael di Kota Luneburg, Jerman Utara. Bach mendapat sambutan hangat karena suara soprannya yang bagus. Setelah suaranya berubah dewasa, ia memulai tugas lain sebagai organis atau biolis. Ada kemungkinan pada masa itu Bach bertemu dengan komposer besar George Boehm dan belajar komposisi dari Boehm. Bach juga melakukan kunjungan ke Kota Hamburg untuk mendengar serta mempelajari permainan organ J.A. Reinecken di gereja St. Katarina.

Pada tahun 1723, di Sekolah Santo Thomas Leipzig, Bach mendapat jabatan sebagai cantor atau ketua. Tugasnya adalah mengajar kelas serta memimpin kegiatan musik untuk Kota Leipzig, bertanggung jawab untuk musik di empat gereja yang berpusat di Leipzig. Pada masa ini Bach sangat aktif membuat komposisi, terutama kantata-kantata untuk seluruh tahun gerejawi. Masa jabatan Bach di Leipzig berlangsung dari tahun 1723-1750. Masa ini diwarnai dengan banyak perselisihan paham antara Bach, para pejabat gereja, dan kepala sekolah yang tidak mengerti keinginan Bach untuk memajukan musik. Bach mempuyai hubungan kekerabatan yang cukup baik dengan dewan kota. Ia juga mengadakan kegiatan musik di luar gereja seperti mengadakan makan malam musik di rumahnya. Bach juga menjadi guru privat, menulis empat buku musik untuk organ dan harpsichord yang berisi choral prelude, suite, dan lagu untuk harpsichord.

Pada tahun 1729 sampai 1741, Ia memimpin perhimpunan musik Collegium Musicum di Leipzig. Perjalanan untuk sebagai konsultan organ dan mengadakan konser organ masih dilakukannya.Tahun 1747 Bach diundang ke Berlin tempat anaknya, Carl Phillipp Emanuel Bach, bekerja sebagai pemain keyboard istana untuk Raja Frederick dari Prussia. Raja Frederick adalah seorang komposer yang baik dan juga pemain flute. Raja

(4)

9

sangat terkesan dengan kemampuan Bach dalam melakukan improvisasi dan memberi Bach sebuah tema untuk fuga yang secara spontan diimprovisasikan Bach pada piano. Bach terkesan dengan koleksi piano Raja Frederick. Pada waktu Bach kembali ke Leipzig, ia menggubah satu kumpulan lagu berdasar tema yang diberikan Raja Frederick berisi canon, fugue, dan duo trio yang diberi judul Musikalische Opfer. Pada tahun 1749 kesehatan mata Bach menurun sampai ia buta total. Ia menjalani operasi mata sampai dua kali dan hasilnya tetap gagal. Pada tanggal 28 Juli 1720 Bach mederita sakit parah dan mendapat serangan otak yang mengakibatkan ia meninggal dunia.9

9 Don Michael Randel, ed., The Harvard Biographical Dictionary of Music (London : The Belknap Press of Harvard University Press, 1996) hal. 36-40

(5)

10 3. Analisis Struktural Repertoar

a. Gavotte en Rondeau, BMV 1006a karya Johann Sebastian Bach

Gavotte merupakan komposisi salah satu suita pada periode barok. Gavotte en Rondeau adalah bagian ketiga dari Suita BWV 1006a, yang sebenarnya terdiri dari 6 bagian, yaitu Prelude, Loure, Gavotte en rondeau, Minuet I, Minuet II, Bourre, dan Gigue. Suita BMV 1006a ini aslinya adalah Lute Suite No.4 dalam E Mayor yang merupakan transkripsi dari 3th Partita

for Solo Violin in E Major, BMV 1006a.10

Gavotte berarti suatu tarian pada periode barok dengan karakteristik tanda sukat 4/4, bertempo sedang, dimulai dengan birama gantung yang berisi dua not seperempat, serta frase yang mulai dan berakhir pada tengah birama. Ritme motif yang digunakan lebih sederhana, bertekstur homofoni, dan tidak menggunakan sinkopasi.11 Komposisi ini berbentuk rondo dengan pola A’B’A’C’A’D’A’E’. Komposisi ini diawali dengan tonalitas E mayor, dimulai pada birama gantung ketukan ke-3.

10http://scholarworks.iu.edu/journals/index.php/iusbgrj/article/view/12760/19132, 5 Oktober 2015

11 Don Michael Randel, The Harvard Concise Dictionary of Music and Musicians (U.S.A. : Belknap Press, 2002), hlm. 252

Birama

(1-2)

Bagian A (1-8)

- Motif bagian “A” ini merupakan bagian refren dimana - Bagian ini akan diulang-ulang baik secara ritmis dan

melodis.

- Pada 1-2 muncul half cadence (any chord – V). - Birama 1-2 merupakan bagian semiphrase

(6)

11 Birama (3-4) (5-8) Birama Bagian A (1-8)

- Birama 3-4 merupakan bagian semiphrase ke-2, jadi birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase.

- Muncul authentic cadence (V-I) pada birama 3-4.

- Birama 5-6 merupakan bagian semiphrase ke -3. - Muncul half cadence pada birama 5-6.

- Birama 7-8 merupakan bagian semiphrase ke-4. - Birama 5-8 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 7-8., cadence ini telah mengakhiri lagu pada bagian “A”

(7)

12 Birama (8-9) (15-16) Birama Bagian B (9-16)

- Birama 9 ketukan ke-3 mengalami modulasi ke C#m (relatif minor dari E mayor). Tonalitas di C#m ini dimainkan hingga akhir birama ke-16.

- Muncul authentic cadence 15-16, cadence ini telah mengakhiri lagu pada bagian “B”.

Bagian A (17-24)

- Pengulangan kembali bagian tema “A”, tonalitas di E mayor.

(8)

13 Birama (29) (39-40) Bagian C (25-36)

- Mengalami modulasi ke B mayor, tonalitas B mayor ini dimainkan hingga akhir birama ke-40.

- Muncul authentic cadence pada birama 39-40, cadence ini telah mengakhiri lagu pada bagian “C”.

Bagian A (41-48)

- Merupakan pengulangan kembali dari bagian “A”, tonalitas di E mayor.

(9)

14 Birama (53) (63-64) (74) Bagian D (49-64)

- Mengalami modulasi di F#m, tonalitas F#m dimainkan hingga akhir birama ke-64.

- Muncul authentic cadence pada birama 63-64, cadence ini telah mengakhiri lagu pada bagian “D”.

Bagian A (65-72)

- Merupakan pengulangan kembali dari bagian “A”, tonalitas di E mayor.

Bagian E (73-92)

- Mengalami modulasi di G# mayor, tonalitas G# mayor dimainkan hingga akhir birama ke-76.

(10)

15 Birama (77) (80) (91-92) (93-100) Bagian E (73-92) Bagian E (73-92) Bagian E (73-92)

- Kembali ke tonalitas E mayor, tonalitas E mayor dimainkan hingga akhir birama ke-80.

- Mengalami modulasi di G# minor, tonalitas G# minor dimainkan hingga akhir birama ke-92.

- Muncul authentic cadence pada birama 91-92, cadence ini telah mengakhiri lagu pada bagian “E”.

Bagian A (93-100)

- Merupakan pengulangan pada bagian “A”, tonalitas di E mayor, dan bagian ini merupakan akhir penutup lagu serta ditutup dengan authentic cadence pada birama 99-100.

(11)

16 B. Periode Klasik (1750-1820)

1. Pengantar

Pada umumnya, gaya musik pada periode klasik lebih mengutamakan bentuk musik yang teratur.12 Karakter musik pada periode klasik meliputi:

a. Pola ritmik

Pola ritme menjadi lebih kontras, kontras dalam arti terdapat perubahan tempo secara tertulis pada bagian suatu birama. Hal ini membuat ritme musik periode klasik lebih menarik dan tidak membosankan.13

b. Melodi

Melodi yang dimainkan biasanya lebih pendek dan sederhana bila dibandingkan dengan musik jaman barok. Tangga nada mayor dan minor mulai dipakai, tekstur homofoni menjadi lebih dominan (harmoni 3 nada atau lebih bunyi secara bersamaan). Penggunaan ornamentasi yang dibatasi juga sering dijumpai pada periode klasik ini14

c. Dinamika

Munculnya dinamika crescendo dan decrescendo dalam karya reportoar secara tertulis. Tidak hanya pada dinamika suara, namun muncul juga peralihan tempo accelerando dan ritardando dalam karya repertoar secara tertulis.15

d. Perkembangan gitar

Pada kenyataannya, pada periode klasik gitar mengalami transisi perubahan tuning dan stringing. Varietas jenis gitar menggunakan 5 senar telah digantikan dengan gitar 6 senar tunggal di era periode klasik ini.16 Sistem penalaan gitar 6 senar tidak jauh berbeda dengan sistem tuning vihuela atau lute 6 senar yakni, senar pertama bernada “E”, senar

12 Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik II (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 97 13 Ibid, hlm. 101

14http://www.majalahpraise.com/era-musik-klasik-(1750-1820)-513.html, 5 Oktober 2015 15 Ibid, 5 Oktober 2015

16 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal.62

(12)

17

ke-2 bernada “B”, senar ke-3 bernada “G”, senar ke-4 bernada “D”, senar ke-5 bernada “A”, dan senar ke-6 bernada “E”.

2. Biografi Dionisio Aguado

Dionisio Aguado y Garcia lahir di Madrid pada tahun 1784, Spanyol. Ia pertama kali belajar gitar dengan Padre Basilio (Manuel Garcia) dan Moretti. Setelah beberapa tahun invasi Napoleon berlanjut, Aguado tinggal bersama ibunya di Fuenlabrada tepatnya dekat kota Aranjuez. Pada tahun 1824, ibu Aguado telah meninggal dan ia pindah ke Paris, kepindahannya ke Paris membuat reputasi sebagai gitaris mengalami peningkatan. Pada tahun 1826 Aguado bertemu rekan lamanya yakni Fernando Sor di Paris, mereka berdua mengadakan konser bersama dan membawakan karya Fantasia no. 7, Op. 30 and Les Deux Amis, Op. 41 (for two Guitar). Aguado berpendapat bahwa ia lebih memlilih memainkan gitar menggunakan kukunya untuk menghasilkan warna suara yang lebih kuat. Jika teknik itu dilakukan dengan benar, maka suara yang dihasilkan menjadi lebih bersih, tegas, dan manis. Perlu dipahami bahwa teknik ini tidak hanya memetik secara polos menggunakan kuku semata, namun saat memetik senar pada mulanya menggunakan ujung jari yang kemudian sesegera mungkin diarahkan menuju kuku.17Pada tahun 1838 Aguado pulang ke Madrid, dan diusianya ke-65 Aguado meninggal dunia pada tahun 1849.

17 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 82

(13)

18 3. Analisis Struktural Repertoar

a. Rondo in A minor karya Dionisio Aguado

Kata rondo berasal dari kata French rondeau, yang memliki arti refren yang selalu diulang-ulang dalam bentuk musik. Pada abad ke-12an, rondo pada mulanya merupakan bentuk puisi yang kemudian diubah menjadi bentuk musik instrumental maupun vocal. Berikut adalah beberapa varietas bentuk rondo:

- First Rondo Form : A B A - Second Rondo Form : A B A C A - Third Rondo Form : A B A C A B A18

Rondo in A minor terdapat dua bagian yaitu, Andante dan Rondo. Bagian Andante merupakan bagian Introduction, bertanda sukat 4/4 dan dimulai dengan birama gantung ketukan ke-4n. Tonalitas yang digunakan adalah A minor serta dimainkan dengan tempo sedang. Kemudian bagian Rondo dimainkan dengan tanda sukat 2/4 dan dimainkan dalam tonalitas A minor, bagian Rondo ini dimainkan dengan tempo allegro moderato. Komposisi ini tergolong dalam varietas Second Rondo Form yaitu A B A C A.

Second Rondo Form dapat memiliki anggota tambahan seperti contoh muncul coda atau transition setelah bagian A atau B, retransition setelah bagian B atau C, dan coda setelah bagian A akhir.19

18 Leon Stein, Structure and Style Expanded Edition The Study and Analysis of Musical

Forms (U. S. A. : Summy-Birchard Inc., 1979), hal. 85

(14)

19 Birama (1) (5) (10) Introduction (1-37)

- Dimainkan dengan tonalitas A minor, suara atas sebagai melodi utama dan suara bawah sebagai akord pengiring. - Birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase... - Muncul half cadence pada birama 3-4.

- Birama 5-9 merupakan bagian conseuence phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 9.

- Suara atas sebagai iringan dan suara bawah sebagai melodi utama.

- Birama 10-13 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul half cadence pada birama 12-13.

(15)

20

Birama

(19)

(26)

(36-37)

- Birama 13 ketukan ke-3 sampai dengan birama 16 merupakan bagian conseuence phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 15-16.

- Modulasi ke C mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-25.

- Muncul authentic cadence pada birama 24-25.

- Modulasi kembali ke tonalitas A minor pada biram ke-26.

- Muncul half cadence pada birama 32-33. Coda 33-37

- Birama 33-37 merupakan bagian coda dimana akord (V) dan akord (I) dimainkan secara berulang-ulang untuk menuju akhir bagian introduction yaitu birama 37.

(16)

21 Birama (1) (10) (14) Rondo Bagian A (1-17)

- Tonalitas di A minor, keseluruhan bagian A ini merupakan bagian refren lagu.

- Birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 1-2. - Birama 5-9 merupakan bagian conseuence phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 7-9.

- Birama 10-13 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul authentic cadence pada bira 12-13.

- Birama 14-17 merupakan bagian conseuence phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 16-17.

(17)

22 Birama (18) (32) Periode A (38-52) (38) Bagian B (18-41)

- Birama 18-21 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul half cadence pada birama 20-21.

- Birama 22-25 merupakan bagian conseuence phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 24-25.

- Modulasi ke C mayor pada birama ke-32, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-37.

- Muncucl authentic cadence pada birama 36-37. Transition

- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke -45.

(18)

23 Birama (46) Periode B (53-83) (53) Periode C (69-83) (69) Transition

- Modulasi ke tonalitas awal yaitu A aminor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-73.

- Muncul half cadence pada birama 52-53.

- Melodi dimainkan dengan teknik arpeggio dan slur. - Muncul half cadence pada birama 56-57.

- Melodi pada birama 53-56 mengalami pengulangan yang sama dengan melodi pada birama 57-62.

- Tonalitas masih di A minor, melodi masih dimainkan dengan teknik arpeggio.

(19)

24 Birama (74) (78-79) (80) Transition

- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-79.

- Akord G#dim7 merupakan perpanjangan tertz dari akord E7 pada birama 78-79.

- Modulasi ke tonalitas awal yaitu A minor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-127.

(20)

25 Birama Peridoe D (83-100) (83) (91) Peridoe E (101-112) (101) Transition

- Melodi suara atas sebagai melodi utama dan melodi suara bawah sebagai iringan.

- Muncul authentic cadence pada birama 86-87 dan birama 90-91.

- Merupakan imitasi dari awal birama 83-90, suara atas sebagai iringan dan suara bawah sebagai melodi utama. - Muncul half cadence pada birama 95-97.

- Tonalitas masih di A minor, melodi dimainkan dengan teknik arpeggio.

(21)

26 Birama (112) (113) Periode F (128-141) (128) Transition

- Muncul half cadence pada birama 111-112, cadence ini telah mengakhiri bagian transition periode E.

- Birama 112 merupakan bagian cadenza. Bagian A (113-127)

- Pengulangan bagian A muncul kembali, melodi dan ritme masih sama dengan bagian A sebelumnya.

Retransition

- Modulasi ke C mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-181.

- Muncul authentic cadence pada birama 136-137. - Muncul half cadence pada birama 140-141.

(22)

27 Birama Periode G (141-147) (141) (148) (182) Retransition

- Tonalitas masih di C mayor, suara atas sebagai melodi utama dan suara bawah sebagai iringan.

- Muncul half cadence pada birama 146-147. Bagian C (148-188)

- Birama 148-151 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 150-151. - Birama 152-155 merupakan bagian conseuence phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 155-156.

- Modulasi ke G mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-190.

(23)

28 Birama Periode H (187-232) (191) (233) (260-262) Retransition

- Modulasi ke tonalitas awal yaitu A minor, tonalitas ini menjadi modulasi terakhir hingga menuju akhir lagu. - Muncul half cadence pada birama 199-200.

- Muncul authentic cadence pada birama 232-233.

cadence ini telah mengakhiri bagian retransition periode H.

Bagian A (233-247)

- Merupakan pengulangan yang sama dengan bagian A sebelumnya, namun bagian refren ini kemudian

diteruskan menuju coda untuk menuju akhir bagian lagu hingga birama ke-262.

Coda (247-262)

- Authentic cadence telah menutup akhir lagu pada birama 260-262.

(24)

29 C. Periode Romantik (1800-1900)

1. Pengantar

Gaya musik pada periode romantik lebih mementingkan ekspresivitas dan emosional sang pemusik.20 Karakter musik pada periode romantik meliputi:

a. Pola ritmik

Pola ritmik menjadi lebih tidak teratur, tetapi berkesan tidak kaku. Seiring dengan kemajuan periode romantik ini, para pemusik lebih mengeksplorasi dirinya dan berpendapat bahwa musik tidak lagi dipersembahakan untuk pemerintahan (seperti pada periode barok), namun untuk semua orang terutama bagi sang pemusik itu sendiri.21

b. Melodi

Banyak dijumpai melodi dengan sistem tangga nada kromatisme, progresi akrod menjadi lebih bervariatif, dan banyak ditemui harmonisasi polifoni dan homoponi. Ornamentasi menjadi sangat minimalis diera romantik ini.22

c. Dinamika

Dinamika menjadi sangat terlihat jelas karena banyak ditemui lambang dinamika pada karya repertoar. Perubahan dinamika yang sangat kontras dan berlebihan mulai muncul seperti contoh dinamika dari ppp menuju fff. d. Perkembangan gitar

Pada tahun 1850 ada seorang pembuat gitar yang sangat terkenal dari Spanyol, beliau adalah Antonio de Torres Jurado. Julian Arcas adalah salah satu pengguna gitar buatan Torres, “Leona guitar” adalah salah satu seri gitar yang dipesan oleh Arcas dari Torres. Beberapa keunggulan gitar buatan Torres yakni maple wood yang berkualitas (Spruce at front,cedar at neck,

20 Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik II (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2008), hlm. 97 21 Ian Bent, Music Theory in the Age of Romanticism. (New York: Cambridge University Press 1996) hal. 67

(25)

30

and ebony at fingerboard), struktur pola fan- strutting yang lebih dinamis, panjang senar, dan kualitas tone yang bagus.23

2. Biografi Niccolo Paganini

Niccolo Paganini adalah seorang komposer handal sekaligus seorang

virtuos gitar dan biola. Ia lahir di Genoa 27 Oktober1782, Italia. Paganini adalah anak ke-3 dari pasangan Antonio dan Theresa Paganini. Pada umur 5 tahun ia belajar biola dengan Giovanni Servetto dan Giacomo Costa. Paganini dengan cepat dapat mengikuti pelajaran yang telah mereka berikan tentang pembelajaran musiknya. Bersama dengan ayahnya Paganini pindah ke Parma untuk mengikuti les biola lebih lanjut. Mereka bertemu dengan Alessandro Rolla, seorang pemain biola yang hebat di Parma. Rolla memperkenalkan guru biolanya yakni Ferdinando Paer untuk belajar dengan Paganini. Secara perlahan Paganini mengikuti ajaran dari Paer tentang teknik permainan biola yang lebih baik. Pada tahun 1800 Paganini dan ayahnya pindah ke Livorno, dimana Paganini memulai konsernya. Variazioni sulla Carmagnola merupakan karya komposisi pertamanya yang ia buat diusia 12 tahun.24

Tahun 1821 Paganini mempunyai banyak kenalan gitaris handal seperti Mauro Giuilani, Ferdinando Carulli (1831), dan Zani de Ferranti (1834). Pada tahun 1836 Paganini bertemu dengan Luigi Rinaldo Legnani dan membuat kontrak tentang konser musik yang akan diadakan di kota-kota sekitar.25Beberapa karya solo gitar dan biola milik Paganini antara lain 43 Ghiribizz (caprice), 37 Sonate, 24 caprice untuk biola, Sonate in C minor untuk biola, dan beberapa karya lain seperti duet for violin and guitar, quartets for violin, guitar, viola, cello dll. Pada tanggal 27 Mei 1840,

23 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 94-95

24http://www.thefamouspeople.com/profiles/niccolo-paganini-381.php, 6 Oktober 2015 25 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 83

(26)

31

Paganini meninggal dunia dikarenakan mengalami penyakit kanker tenggorakan.26

3. Biografi Isaac Albeniz

Isaac Manuel Francisco Albeniz lahir pada 29 Mei 1860 di kota

Camprodon Spanyol. Albeniz adalah seorang komposer dan pianis, sejak umur 4 tahun ia sudah belajar piano dan memulai konser piano. Pada tahun 1865 ia belajar piano dengan Narciso Oliveras. Dua tahun kemudian Albeniz dibawa ibunya ke Paris untuk belajar piano dengan Marmontel. Pada tahun 1869 ia mengikuti konservatori di Madrid namun Albeniz tidak turut serta dalam acara tersebut. Albeniz pergi ke Leipzig dan bertemu dengan Reinecke, ia mulai belajar piano bersamanya. Pada tahun 1877 ia kembali ke Madrid dan belajar musik di Brussels. Albeniz belajar ilmu komposisi dengan Gevaert dan Dupont, tak lama kemudian ia memenangkan karya komposisinya yang ia ajukan di konservatori Brussels. Pada tahun 1879 Albeniz belajar teknik piano dengan Liszt untuk lebih mematangkan teknik bermain pianonya. Albeniz mulai melakukan konsernya di berbagai tempat bahkan selalu ke luar negara. Tahun 1883 melakukan perjalanan ke Barcelona, tahun 1885 di Madrid, dan tahun 1890 di London. Karya-karya komposisi piano milik Albeniz sebagian besar memiliki style Spanish folklore.27

26http://www.thefamouspeople.com/profiles/niccolo-paganini-381.php, 6 Oktober 2015 27 Don Michael Randel, ed., The Harvard Biographical Dictionary of Music (London : The Belknap Press of Harvard University Press, 1996) hal. 36-39

(27)

32 4. Analisis Struktural Repertoar

a. Grand Sonata karya Niccolo Paganini

Komposisi ini memliki 3 movement, movement pertama Allegro Risoruto dimainkan pada tonalitas A mayor , movemen ke-2 Romance (Piu Tosto Largo) dimainkan pada tonalitas A minor, dan movemen ke-3 Andantino Variato dimainkan pada tonalitas A mayor.

Karya ini sebenarnya dibuat untuk permaian duet gitar dan biola, namun repertoar ini diolah lagi oleh Paganini untuk menjadi karya solo gitar. Setelah Grand Sonata milik Paganini ini ditampilkan dengan format solo gitar, karya ini menjadi lebih popular dibandingkan dengan format sebelumnya.28

Bentuk musik sonata pada umumnya terdiri dari exposition (tema awal), development (pengembangan), dan recapitulation (kesimpulan). Exposition merupakan tema awal suatu lagu dalam tonika Development merupakan pengembangan variasi-variasi dari tema utama, prosedur variasi tersebut dapat meliputi augmentasi, diminusi, modulasi, imitasi, dll. Bagian development biasanya terbagi menjadi beberapa sectional. Recapitulation merupakan kesimpulan dari tema utama (eksposition) dalam tonika.29

28 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 83

29 Leon Stein, Structure and Style Expanded Edition The Study and Analysis of Musical Forms (U. S. A. : Summy-Birchard Inc., 1979), hal. 108

(28)

33

Berikut analisis Struktural Grand Sonata first movement : Birama Exposition (1-83) (1-2) (3-4) (7-8) Periode A (1-8)

- Birama 1-2 merupakan bagian semiphrase pertama. - Muncul authentic cadence pada birama 2-3.

- Birama 3-4 merupakan bagian semiphrase ke-2. - Birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 3-4.

- Birama 5-8 merupakan bagian conseuence phrase. - Muncul authentic cadence.

Periode A’ (9-15)

- Birama 9-12 merupakan bagian antecedent phrase, melodi tema awal suara atas mengalami transposisi 1 oktaf.

(29)

34 Birama (15) (19-20) (24-25)

- Muncul authentic cadence pada birama 11-12.

- Birama 13-15 merupakan bagian consequence phrase.

- Muncul half cadence pada birama 15. Periode B (16-24)

- Muncul authentic cadence pada birama 19-20.

- Mengalami modulasi di C mayor, suara bawah berperan sebagai iringan (alberti bass).

Transition (25-28)

- Birama 25-28 merupakan bagian transisi untuk menuju bagian subordinate theme.

(30)

35 Birama (28-29) (36) (44)

Periode C (subordinate theme in dominant) (29-79)

- Mengalami modulasi di E mayor, bagian ini sudah memasuki subordinate theme.( in dominant).

- Muncul authentic cadence pada birama 33-34.

Periode D (35-43)

- Birama 36-39 merupakan bagian antecedent phrase. - Birama 40-43 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul half cadence pada birama 42-43.

Periode D’ (44-50)

- Birama 44-47 merupakan bagian antecedent phrase. - Birama 48-50 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 50-51.

(31)

36 Birama (60-61) (80-81) (82-83) Periode E (51-73)

- Muncul authentic cadence pada birama 60-61. Periode F (73-80)

- Muncul authentic cadence pada birama80-81.

Codetta (81-84)

- Muncul authentic cadence pada birama 82-83.

(32)

37 Birama (85-87) (91-92) (92) Section I (97) Section II Retransition (85-91)

- Melodi menggunakan interval oktaf.

- Modulasi di F#m pada birama 91, muncul authentic cadence pada birama 91-92.

Development (92-133)

- Tonalitas di F#m dimainkan hingga birama ke-96. - Muncul authentic cadence pada birama 95-96.

- Modulasi di D mayor pada birama 97, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-104.

(33)

38 Birama (105-106) Section III (111-112) Section IV (119-120) Section V Development (92-133)

- Modulasi di G mayor pada birama 105, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-110.

- Muncul authentic cadence pada birama 107-108.

- Modulasi di C mayor pada birama 111, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-118.

- Muncul authentic cadence pada birama 111-112.

- Modulasi di E mayor pada birama 119-120, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-126.

- Muncul plagal cadence (IV-1) pada birama 124-125.

(34)

39 Birama (126) (134) (142) Retransition (126-133)

- Melodi menggunakan interval oktaf hingga birama ke-132.

Recapitulation (134-184)

- Tonalitas kembali ke A mayor, birama 134-137 merupakan bagian antecedent phrase.

- Birama 138-141 merupakan bagian consequence phrase, muncul half cadence pada birama 141.

- Pola melodi dan ritme merupakan repetisi melodi dari birama 134, namun suara atas mengalami transposed 1 oktaf.

(35)

40 Birama (149) (171) (180-183) Recapitulation (134-183)

- Merupakan bagian subordinate theme yang sudah mengalami perubahan tonalitas ke tonika.

- Bagian subordinate theme dimulai pada birama 149-171, diakhiri dengan authentic cadence pada birama 171.

- Pola melodi dan ritme mengalami repetisi seperti pada birama ke-142.

Codetta (179-183)

- Muncul authentic cadence pada birama 180-181, bagian ini sudah menjadi akhir lagu.

(36)

41

Berikut analisis struktural Grand Sonata second movement : Birama (1-2) (8) Periode A (1-8)

- Tonalitas di A minor, tonalitas ini dimainkan hingga akhir birama ke-16.

- Birama 1-4 merupakan bagian antecedent phrase. - Birama 4-8 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul half cadence pada birama ke-8

Periode A’ (8-16)

- Pengulangan pola ritme dan melodi seperti pada birama pertama.

- Birama 8-12 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul authentic cadence pada birama ke-12.

- Birama 12-16 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul half cadence pada birama 15-16.

(37)

42 Birama (17) (27-28) (29) Periode B (17-28)

- Mengalami modulasi di C mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-28.

- Suara atas sebagai melodi dan suara bawah sebagai iringan (alberti bass).

- Muncul authentic cadence pada birama 27-28. Periode C (29-35)

- Kembali ke tonalitas awal yaitu A minor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-51.

(38)

43 Birama (34-35) (48-49) Periode C (29-35)

- Muncul half cadence pada birama 34-45. - Birama 35 merupakan bagian cadenza.

- Birama 36-46 merupakan pengulangan tema awal Codetta (47-51)

- Bagian codetta ditutup dengan authentic cadence pada birama 48-49.

(39)

44

Berikut analisis struktural Grand Sonata third movement (Theme and Variations) : Birama (1) (9) Birama Principal theme (1-11)

- Tonalitas di A mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-8.

- Birama 1-4 merupkan bagian antecedent phrase. - Muncul half cadence pada birama 3-4.

- Birama 4-8 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul authentic cadence pada birama 7-8.

Subordinate theme (9-16)

- Moulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke- 20.

- Birama 9-12 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul authentic cadence pada birama ke 12.

(40)

45

Birama (13)

(17)

(25)

- Kembali ke tonalitas awal dengan bermodulasi di A mayor.

- Birama 13-16 merupakan bagian consequence phrase.

- Muncul authentic cadence pada birama 15-16. Variation I (17-24)

- Melodi pada principal theme divariasi dengan permainan broken chords.

- Muncul half cadence pada birama 19-20. - Muncul authentic cadence pada birama 23-24.

- Melodi pada subordinate theme divariasi dengan permainan broken chords. (modulasi di E mayor) - Muncul authentic cadence pada birama 27-28.

(41)

46

Birama

(33)

(41)

- Modulasi kembali di A mayor pada birama ke 29 dan variation I diakhiri dengan authentic cadence pada birama 32-33.

Variation II (33-48)

- Melodi suara atas dikembangkan dengan gaya permainan kromatisme.

- Muncul half cadence pada birama 35-36. - Muncul authentic cadence pada birama 39-40.

- Moulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke- 44.

- Muncucl authentic cadence pada birama 43-44. - Modulasi kembali di A mayor pada birama ke 45 dan

variation II diakhiri dengan authentic cadence pada birama 47-48.

(42)

47 Birama (49) (57) (65) Variation III (49-64)

- Melodi suara atas lebih sering dimainkan dengan jarak interval mayor 3 dan minor 3.

- Muncul half cadence pada birama 51-51. - Muncul authentic cadence pada birama 55-56.

- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke- 60.

- Muncul authentic cadence pada birama 59-60.

- Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor pada birama ke-61.

- Muncul authentic cadence pada birama 63-64, cadence ini telah mengakhiri bagian Variation III.

Variation IV (65-80)

- Melodi suara atas berperan sebagai counter point dan melodi suara bawah berpean sebagai cantus firmus.

(43)

48

Birama

(73)

(81)

(89)

- Muncul half cadence pada birama 67-68. - Muncul authentic cadence pada birama 71-72

- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-76.

- Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor pada birama ke-77, Variation IV diakhiri dengan authentic

cadence pada birama 79-80.

Variation V (81-96)

- Melodi suara atas dimainkan secara kromatisme menggunakan jarak interval oktaf.

- Muncul half cadence pada birama 83-84. - Muncul authentic cadence pada birama 87-88.

- Modulasi ke E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-92.

(44)

49

Birama

(97)

(105)

- Muncul authentic cadence pada birama 91-92. - Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor, Variation

V telah ditutup dengan authentic cadence pada birama 95-96.

Variation VI (97-120)

- Inversion chords dimainkan secara urut kemudian diikuti melodi suara atas secara ascending maupun descending sering dimainkan pada variasi ini. - Muncul half cadence pada birama 99-100. - Muncul authentic cadence pada birama 103-104.

- Modulasi di E mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-108.

- Muncul authentic cadence pada birama 107-108. - Kembali ke tonalitas awal yaitu A mayor pada birama

ke-109.

- Muncul half cadence pada birama 112.

(45)

50

Birama

(112)

(117)

Codetta (112-120)

- Progress chord I-V ini diulang-ulang hingga birama ke-117.

- Muncul authentic cadence pada birama 117-188, cadence ini telah menjadi ending dari lagu grand sonata third movement.

(46)

51

b. Rumores De La Caleta karya Isaac Albeniz

Albeniz sebenarnya adalah pemain piano yang handal namun tidak membuat karya untuk gitar. Musik flamenco sangat mempengaruhi karya Albeniz. Dengan bantuan F. Tarrega, M. Llobet, E. Pujol, A Segovia, M. Barrueco, K. Ragossnig dan R. Balaguer, karya-karya piano milik Albeniz telah digubah untuk menjadi karya kompoisis solo gitar30. Rumores de La Caleta ialah

salah satu contoh karya transkripsi dari karya piano menjadi karya solo gitar.

Karya komposisi ini dimainkan dengan tonalitas A minor, bersukat 3/4 (intro), 3/8 (allegro), 4/4 (lento). Komposisi ini mengingatkan kembali dengan ritme flamenco malaguenas, melodi didukung oleh harmoni yang berasal sepenuhnya dari iringan gitar serta menggunakan phyrgian mode. Pada bagian central section, melodi menjadi lambat dimainkan dengan tempo lento, dan merupakan bagian dari cante jondo.31 Komposisi ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

- Section I : Allegro - Section II/middle section : Lento - Coda : Lento.

30 Hannu Annala, Heiki Matik, Handbook of Guitar and Lute Composer (U.S.A. : Mel Bay Present, 2007), hal. 151

31 Stanley Yates, Isaac Albenis : 26 Pieces Arranged for Guitar (U.S.A : Mel Bay Present, 1998), hal 19.

(47)

52 Birama (Intro) (1) (3-4) Allegro (1-56)

- Merupakan bagian intro lagu bersukat 3/4, tonalitas di E mayor, dan akord dimainkan dengan teknik arpeggio.

- Setelah intro, birama 1 mengalami perpindahan sukat menjadi 3/8.

- Merupakan motif melodi utama dimana melodi ini akan banyak dimainkan pada birama-birama berikutnya.

- Motif iringan berikutnya mengalami augmentasi pada birama ke-4.

(48)

53 Birama (18-20) (25) (59-61) Allegro (1-56)

- Melodi suara atas sebagai counter point, melodi suara bawah sebagai cantus firmus.

- Alur melodi menggunakan sistem tangga nada A minor harmonik, suara bass menggunakan root dari achord dominant.

- Merupakan bagian refren lagu, bagian ini mengalami pengulangan yang sama dari segi melodi dan ritme.

- Merupakan bagian bridge untuk menuju section II (lento).

(49)

54 Birama (62) (82) (83) Section II (62-82)

- Modulasi di C mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-82.

- Birama 82 merupakan bagian cadenza, dimainkan dengan tonalitas C mayor.

Section I’ (83-94)

- Birama 83-94 merupakan bagian pengulangan awal lagu seperti pada birama sebelumnya yaitu birama 1-12.

(50)

55

Birama

(95-96)

Coda (95-96)

- Bagian coda mengalami pergantian sukat menjadi 4/4 dan diakhiri dengan half cadence pada birama 95-96.

(51)

56 D. Periode Modern (1900-2000)

1. Pengantar

Dari awal abad pertengahan hingga akhir abad ke-19, musik klasik

didominasi oleh sitem tonal. Kebangkitan musik baroue merupakan reaksi dari renaissance, classic dari baroue, romantic dari classic, dan periode modern merupkan reaksi dari keseluruhan periode sebelumnya.32

a. Pola Ritmik

Ritme cenderung lebih bebas dan tidak teratur, sering terjadi perubahan tanda sukat pada suatu karya komposisi yang mengakibatkan tempo dalam suatu lagu sering berubah-ubah.33

b. Melodi

Sistem a tonal banyak digunakan dalam periode musik ini, komposer lebih mengutamakan ekspresionalisme.34

c. Dinamika

Terjadi peralihan dinamika yang sangat kontras, seperti contoh munculnya dinamika sub p menjadi sub ff.

d. Harmoni

Tekstur polifoni menjadi lebih bervariatif, hal ini dibuktikan dengan banyak penggunaan akord 7, 9, 11, 13.35

e. Perkembangan gitar

Pada awal pertengahan abad ke-19 an, gitar Antonio de Torres memiliki konstruksi gitar yang dinilai standar dalam pembuatan alat musik tradisional. Pada tahun 1931 munculah gitar listrik yang dirangkai oleh George Beauchamp, seorang General Manager di National Guitar Corporation bersama dengan Paul Barth yang menjadi Vice President ditempat yang sama. Beberapa gitar listrik di masa awal mengadaptasi alat

32http://www.majalahpraise.com/musik-abad-modern-(1900-2000)-517.html, 5 Oktober 2015 33 Ibid, 5 Oktober 2015 34 Ibid, 5 Oktober 2015 35 Ibid, 5 Oktober 2015

(52)

57

musik akustik menggunakan tungsten pickup. Setelah bisnis ini berjalan dengan lancer, perusahaan ini mengubah namanya menjadi Rickenbacker

Electro Stringed Instrument Company.36

2. Biografi Roland Dyens

Roland Dyens lahir pada tanggal 19 Oktober 1955 di Perancis. Beliau

adalah seorang composer dan arranger, Dyens belajar gitar ketika umur sembilan tahun. Empat tahun kemudian ia belajar gitar dengan seorang maestro yaitu Alberto Ponce. Pada tahun 1976 Dyens mendapatkan penghargaan pada sebuah acara de Concert de I’Ecole Normale de Musique de Paris. Dyens juga belajar komposisi dengan musisi besar yakni Desire Dondeyne. Pada usia 25 tahun, ia menjadi pemenang dari Yehudi Menuhin Foundation. Delapan tahun kemudian, ia diakui sebagai salah satu "Best Living Gitaris" di semua majalah Gitaris Perancis.

Pada 21 Januari 2010, Roland Dyens mendapat hak istimewa untuk menjadi satu-satunya gitaris klasik yang diundang untuk berpartisipasi untuk sebuah penghormatan acara Django Reinhardt, dalam konser yang akan diberikan pada legendaris Theatre du Châtelet di Paris. Pada bulan Juli 2011, Dyens mengadakan resital gitar di Cordoba dan menerima penghargaan tertinggi dari Spanyol Press.37

3. Biografi Andrew York

Andrew York adalah seorang gitaris dan komposer asal Amerika Serikat yang dilahirkan di Atlanta tahun 1958. Sebagian besar karya komposisinya memadukan gaya musik folklore dengan gaya musik modern. Pada tahun 1980 York menyelesaikan sekolah musiknya di James Madison University dan menerima gelar Bachelor of Music. York melanjutkan kuliah musiknya di University of Southern California dan pada tahun 1986 ia mendapatkan

36http://www.portalsejarah.com/menyusuri-sejarah-asal-usul-gitar-di-dunia.html, 5 Oktober 2015

(53)

58

gelar Master of Music. Selama ia bersekolah, aktivitas musiknya bersama dengan anggota Los Angeles Guitar Quartet selalu mendapat nilai positif. York menerima penghargaan GRAMMY sebagai anggota Los Angeles Guitar Quartet dan mendapatkan record session Sony-US, Sony-Japan, Telarc, GSP dan Delols labels. Beberapa hasil rekamannya menjadi karya solo gitar dan kolaborasi musik dengan gitaris Andy Summers, pianis Mitsuko Kado dan Allaudin Mathieu. CD tersebut dirilis pada tahun 2010 dengan judul album “Centerpeace”.38

(54)

59 4. Analisis Struktural Repertoar

a. Tango en Skai karya Roland Dyens

Skai dalam bahasa Perancis mempunyai arti kulit imitasi yang lebih jelek dari plastik. Karya ini dimainkan dengan penuh humor, yang berarti dalam musik dimainkan dengan dinamika yang sangat kontras dan penggunaan rubato yang sesedikit mungkin.39

Karya komposisi ini dimainkan dengan tonalitas A minor, bersukat

4/4 dan dimainkan dengan tempo moderato. Komposisi ini mempunyai bentuk free form, harmonisasi bertekstur polifoni, dinamika sangat kontras, dan akord sebagian besar didominasi oleh diminished seventh.

Birama

(1)

(3)

Intro (1-2)

- Bagian intro terdapat pada birama 1-2, melodi pada bass dimainkan dengan teknik harmony.

Periode A (3-12)

- Birama 3-6 merupakan bagian antecedent phrase. - Muncul half cadence pada birama ke-4.

39 Graham Wade, A Concise History of the Classic Guitar (U.S.A. : Mel Bay Present, 2001), hal. 179

(55)

60 Birama (7) (9-10) (13) Periode A (3-12)

- Birama 7-10 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul half cadence pada birama 7 ketukan ke-3.

- Muncul authentic cadence pada birama 7 ketukan ke-4 menuju birama ke-8.

- Muncul half cadence pada birama 9-10. Periode B (13-20)

- Modulasi ke G mayor, tonalitas ini dimainkan hingga birama ke-22.

- Birama 13 ketukan pertama dimainkan dengan teknik rasgueado.

(56)

61 Birama (13) (15-16) (21) Periode B (13-20) \

- Muncul lambang (x) pada ketukan ke-2n akhir, dimainkan dengan teknik perc. mate/dead note menggunnakan sound board gitar sebagai suara ritme.

- Birama 15-16 merupakan salah satu contoh perubahan dinamika yang sangat kontras (mp-ff sub).

- Birama 17-20 merupakan pengulangan dari birama 13.

Bridge (21-22)

- Birama 21 dimainkan dengan dinamika ff, suara atas dimainkan dengan aksen yang lebih kuat daripada suara bas

(57)

62 Birama (22) (23) (29) Bridge (21-22) .

- Birama 22 dimainkan dengan dinamika p-mp, suara atas dan bass memiliki kesamaan dinamika.

Peridoe A’ (23-29)

- Birama 23 mengalami modulasi ke tonalitas awal yaitu A minor, periode A’ merupakan pengulangan dari periode A.

- Birama 29 merupakan bagian akhir lagu dan ditutup dengan authentic cadence

(58)

63 b. Sunburst karya Andrew York

Karya ini menggunakan sistem penalaan gitar yang dijuluki three Ds Tuning, yang mempunyai arti senar pertama dan senar ke-6 pada gitar diturunkan satu laras menjadi nada “D”. Hal ini mengakibatkan suara yang amat kontras jika dibandingkan dengan tuning gitar klasik pada umumnya.40

Karya komposisi ini dimainkan dengan tonalitas D mayor, bertanda sukat 4/4, dan menggunakan tempo allegro.

40 http://mds.marshall.edu/music_perf/425/, 7 Oktober 2015 Birama Periode A (1-13) (1) (9) Periode B (14-22) (16) Birama

Primary theme (tonic) 1-8

- Merupakan bagian tema awal lagu.

- Birama 1-8 merupakan bagian antecedent phrase.

- Birama 9-11 merupakan bagian consequence phrase. - Muncul half cadence pada birama 11-12.

(59)

64 (18-19) (20-22) Periode C (23-34) (23) Periode D (35-42) (38)

Subordinate theme (dominant) 18-22

- Muncul authentic cadence pada birama 19.

- Muncul authentic cadence pada birama 20-22. Pedal Point (23-34)

- Suara atas sebagai melodi utama (suspension) dan suara bawah sebagai iringan.

(60)

65 Birama (42) Periode E (43-68) (43) (53) (69)

- Muncul authentic cadence pada birama 42. Transition

- Suara bas sebagai iringan dan dimainkan dengan jari (p) / thumb.

- Suara atas sebagai melodi utama dan dimainkan dengan teknik slur.

- Muncul half cadence pada birama 67-68. Coda

Referensi

Dokumen terkait

[r]

STANDAR KOMPETE NSI STANDAR KOMPETE NSI KOMPETE NSI DASAR KOMPETE NSI DASAR INDIKATO R INDIKATO R MATERI MATERI LATIHAN SOAL LATIHAN SOAL TUGAS TUGAS Keluar Keluar MATERI

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian lapangan, bahwa pelaksanaan pembayaran upah dengan sistem Jiron geger (suatu pekerjaan ditukar dengan pekerjaan

Perhitungan yang sama dilakukan pada ekstrak etil asetat dan n-heksan daun ketapang. Universitas

Penelitian ini dapat memberikan informasi serta digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan hutan alam tentang komposisi dan struktur sapling di kawasan Deleng Macik Taman Hutan

Strategi pemasaran juga merupakan alat yang penting agar perusahaan mampu memenangkan persaingan.Seringkali seseorang menganggap bahwa pesaing hanya merupakan

Telah dilakukan penelitian mengenai efek hipoglikemik ekstrak etanol daun Bungur ( Lagerstroemia speciosa [L.] Pers) pada tikus diabetes aloksan.. Penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi air minum serta konsumsi dan kecernaan bahan kering pakan kelinci lokal yang mendapatkan hijauan berbeda.. Penelitian ini