BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
2.4. Biografi Ki Enthus Susmono
1. Kiprah Ki Enthus Susmono Sebagai Dalang Wayang29
Ki Enthus merupakan sebuah nama panggung yang digunakan selama menjadi dalang. Nama asli beliau adalah Enthus Susmono, lahir di Desa Dampyak, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal pada 21 Juni 1966. Ki Enthus Susmono terlahir sebagai anak tunggal dari pasangan Soemarjadihardja-Tarminah (istri ketiga). Ayahnya yang juga merupakan seorang dalang wayang, mewariskan keahlian dalam seni pewayangan pada Ki Enthus Susmono, bahkan keahliannya tersebut merupakan warisan keahlian turun temurun dari kakeknya, R.M. Singadimedja, yang juga merupakan dalang wayang dari Bagelen pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat di Mataram.
Sejak dini, Ki Enthus telah banyak mempelajari dan menekuni kesenian wayang baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, Enthus
29
www.dalangenthus.com-Profil. Di akses pada hari Selasa, 2 Agustus 2016 pukul 13.05
kecil mempelajari kesenian khususnya seni karawitan saat bersekolah di SMP Negeri 10 Kota Tegal pada tahun 1978-1980 dengan di bimbing oleh gurunya secara metodik. Kampus ASKI Surakarta secara tidak langsung menjadi wadah Enthus untuk mencuri banyak pelajaran seni pedalangan, dia juga mendekati Ki Manteb Soedharsono sebagai penasehatnya dalam mempelajari dunia pedalangan. Enthus kecil sering ikut serta dalam setiap pementasan wayang yang dilakukan oleh ayahnya. Tak jarang Enthus kecil menjadi penampil tari-tarian pada saat-saat adegan tertentu, atau memainkan alat musik kendhang. Tidak hanya dari Sang ayah, Enthus kecil banyak belajar secara tidak langsung dari dalang-dalang wayang yang kebetulan pentas di sekitar daerahnya (Tegal). Selain itu, media rekaman para dalang seperti Nartasabdha, Anom Soeroto, Timbul Hadiprayitno, Ki Manteb Soedharsono dan lain-lain pun menjadi guru baginya untuk belajar secara otodidak.
Tahun 1988 menjadi batu loncatan bagi Ki Enthus Susmono sebagai seorang dalang. Mengikuti lomba pakeliran padat yang diselenggarakan oleh Ganasidi bekerja sama dengan Depdikbud di Kabupaten Wonogiri, Ki Enthus Susmono berhasil menyabet juara satu sekaligus dalang favorit dalam kontes tersebut.
Tidak hanya handal memainkan wayang, Ki Enthus Susmono juga melakukan inovasi-inovasi pada wayang-wayang ataupun teknis pementasan pewayangannya sehingga hal tersebut dapat menjadi hal baru yang dapat menghindarkan tradisi dan budaya wayang dari kepunahan. Beberapa inovasi Ki
Enthus Susmono diantaranya memodifikasi tampilan-tampilan atau bentuk wayang. Wayang yang telah berhasil diciptakan sejumlah Wayang Wali, Wayang Planet (2001-2002), Wayang Wali (2004-2005), Wayang Prayungan, Wayang Rai Wong (2004-2006), Wayang Blong (2007), dan lain-lain. Selain itu beberapa inovasi kreatif wayang lainnya yang telah dibuat adalah wayang dengan tokoh-tokoh seperti Wayang George Bush, Osama bin Laden, Saddam Husein, Barrack Obama, Batman, tokoh politik, dan tokoh-tokoh yang lain.30
Dengan keahlian dan inovasinya sebagai dalang, Ki Enthus Susmono telah banyak penghargaan yang didapatkan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Penghargaan tersebut diantaranya :
a. Dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang Indonesia (2004 dan 2005)
b. Gelar Doktor Honoris Causa bidang seni budaya dari International Universitas Missouri, U.S.A
c. Gelar Doktor Honoris Causa bidang seni budaya dari Laguna College of Bussines and Arts, Calamba, Philippines (2005)
d. Pada tahun 2007 memecahkan Rekor Muri sebagai dalang terkreatif dengan menampilkan kreasi jenis wayang terbanyak (1491 wayang)
30
Selly Aulia Defriani. Skripsi : Pemikiran Ki Enthus Susmono Tentang Tokoh Sengkuni Dalam Pewayangan. Hal. 65 .https://eprints.walisongo.ac.id/5382/1/114111032.pdf . Di akses pada Selasa, 2 agustus 2016 pukul 20.23.
e. Pemuda Award Tahun bidang Seni dan Budaya, dari DPD HIPMI Jawa Tengah (2005).31
Selain itu wayang kreasi Ki Enthus Susmono masuk dalam koleksi museum yang berada di luar negeri seperti berada di Amsterdam, Belanda, tepatnya di TROPEN Museum, Museum of Internasional FolkArts (MOIFA) di New Meksiko, dan Kolektor Wayang Walter Ancts di Jerman. Salah satu kreasi wayangnya yaitu Wayang Kulit Rai Wong juga menjadi pameran di beberapa tempat yaitu di Galeri Seni Rupa Taman Budaya Surakarta, Galeri Merah Putih Balai Pemuda Surabaya, Galeri Cipta III Taman Isamail Marzuki Jakarta dan Tropen Museum di Amsterdam, Belanda.
Tidak hanya sekedar menceritakan kisah-kisah pewayangan seperti pada umumnya (Mahabharata dan Ramayana), Ki Enthus juga banyak menceritakan perihal kejadian atau peristiwa yang sedang hangat di masyarakat seperti kampanye; anti-narkoba, anti-HIV/Aids, HAM, Global Warming, program KB, pemilu damai, Anti Korupsi dan lain-lain.
Perjalanan Ki Enthus Susmono sebagai dalang tidak berjalan dengan mudah. Akibat gaya pementasannya yang nyeleneh, terkadang diluar pakem pewayangan, dan juga tak jarang mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan, Ki Enthus Susmono sering mendapat kritikan hingga hujatan dari banyak pihak terutama dari kalangan dalang dan pecinta wayang. Namun hal tersebut tidak membuat pendiriannya goyah, Ki Enthus Susmono menganggap apa yang 31Ibid
. hal 66
dilakukan merupakan bagian dari misinya sebagai kontrol sosial dalam masyarakat baik kepada lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun masyarakat pada umumnya.
2. Ki Enthus Susmono dan Keterlibatannya dalam Politik Lokal di Tegal
Sebelum terjun secara langsung ke ranah politik lokal di Kabupaten Tegal (mencalonkan diri sebagai Bupati Kabupaten Tegal), Ki Enthus Susmono telah melakukan beberapa aktifitas atau aksi yang berkaitan dengan kondisi politik yang terjadi di daerah yang terkenal dengan sebutan kota warteg tersebut. Ki Enthus Susmono aktif dalam mengawasi segala macam segi kehidupan yang ada di Kabupaten Tegal. Seperti yang sebelumnya dijelaskan, kontrol sosial yang dilakukan Ki Enthus Susmono terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat sering dilakukan dengan ditampilkan melalui pentas pewayangannya.
Tidak hanya melalui media wayang, kontrol dan kritik sosial yang dilakukan Ki Enthus Susmono juga dilakukan dengan langsung bertindak atau aksi. Tercatat Ki Enthus Susmono telah melakukan beberapa aksi terkait kondisi politik yang terjadi di Tegal. Salah satu aksi yang dilakukan Ki Enthus Susmono terjadi di era orde baru pada saat turut serta dengan para demonstran dari berbagai kalangan baik mahasiswa, aktifis, aliansi, ormas seperti Muhammadiyah dan NU, serta masyarakat hingga tokoh dan ulama di Tegal dalam menuntut pencopotan Walikota Kota Tegal, HM Zakir, dari jabatannya. Pada tahun 1998, hampir bersamaan
dengan runtuhnya rezim Soeharto, tepatnya pada tanggal 20 Mei 1998, Ki Enthus Susmono selaku pimpinan Kiret (Komite Reformasi Tegal), bersama dengan berbagai aliansi seperti FKMPT (Forum Komunikasi Mahasiswa dan Pemuda Tegal), dan KAMUR (Kesatuan Aksi Mahasiwa Untuk Reformasi) menyuarakan tuntutan agar Walikota Kota Tegal HM Zakir diturunkan dari jabatannya karena dianggap telah melakukan banyak tindakan korupsi dan kolusi. Pada tanggal 9 Juni 1998, Ki Enthus Susmono menjadi salah satu pemimpin aksi yang dilakukan di Pendopo kantor Kotamadya (sebelum pemerintah Kabupaten Tegal pindah ke Slawi). Ki Enthus Susmono dan pimpinan KAMUR, Bambang Siregar melakukan orasi yang berisi tentang tuntutan-tuntutan yang intinya adalah agar Walikota HM Zakir segera melepas jabatannya.
Di kesempatan lain, masih dalam rangka menuntut Walikota HM Zakir untuk turun dari jabatannya, pada tanggal 17 Agustus 1998 Ki Enthus Susmono di hadapan massa yang merupakan mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal (UPS) menyampaikan akan menggelar pentas seni (wayang) selama satu minggu dengan kisah “Reformasi Lupit”. Kisah Reformasi Lupit yang dimainkan oleh Ki Enthus Susmono adalah representasi kondisi Kota Tegal saat itu yang sedang dipimpin oleh seorang raja bernama Kalamuzakar. Lupit sendiri merupakan tokoh yang merepresentasikan rakyat Tegal. Kisah yang dipentaskan Ki Enthus Susmono yang lain sebagai bentuk aksi perlawanan dalam situasi yang terjadi di Tegal adalah kisah Gareng Gugat, dimana di akhir kisah tersebut salah satu tokoh wayang
sebagai Walikota muncul kemudian mati tercebur ke dalam sumur. Kematian tokoh wayang tersebut dianggap sebagai ritual penggulingan Walikota HM Zakir dan dirayakan oleh 70.000 orang yang bertempat di alun-alun Tegal.32
Tahun 2008 kembali menjadi tahun politik bagi Kabupaten Tegal yakni dengan diselenggarakannya pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tegal, dan pada tahun itu juga Ki Enthus Susmono kembali bertingkah. Dalam perhelatan 5 tahunan tersebut, Ki Enthus Susmono beserta massanya melakukan protes terkait hasil pemilihan Bupati dan Wakil Bupati. Ki Enthus Susmono dan masa memprotes hasil pemilihan yang dianggap telah terjadi penggelembungan suara pada pasangan calon Agus Riyanto – Hery Soelistiyawan. Protes tersebut berujung aksi yang dikomando oleh Ki Enthus sendiri dihadapan kurang lebih 500 orang. Selain itu Ki Enthus Susmono juga membawa masanya ke kantor Radio Pertiwi yang kemudian melakukan siaran dan pengrusakan pagar kantor tersebut. Akibatnya tindakan tersebut dianggap sebagai tindakan provokasi sehingga Ki Enthus Susmono dilaporkan dan didakwa melanggar pasal 160 KUHP tentang Penghasutan, dan untuk tindakannya terhadap kantor Radio Pertiwi Ki Enthus Susmono didakwa melanggar pasal 335 KUHP ayat 1 ke 1 junto pasal 55 KUHP tentang Perbuatan Tidak Menyenangkan33. Kemudian Ki Enthus yang di sidang dengan tanpa
32
Anton Lucas, Reformasi Lokal di Jawa Pesisir : Kasus Jatuhnya Seorang Walikota di Tegal dalam buku Jalan Terjal Reformasi Lokal Dinamika Politik di Indonesia, 2003, penerbit Program Pascasarjana Politik Lokal dan Otonomi Daerah Program Studi Ilmu Politik UGM, hal. 161
33
Kompas.com, Dalang Kondang Enthus Susmono Mulai Disidang, Senin, 22 Desember 2013. Diakses pada Minggu, 4 September 2016 pukul 06.37
didampingi pengacara ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Slawi selama 2 bulan 15 hari.
Pada perhelatan Pilkada Kabupaten Tegal selanjutnya yaitu pada tanggal 2013, kali ini Ki Enthus Susmono tidak hanya berdiri di garda depan kelompok massa pendukung salah satu pasangan calon, melainkan menjadikan dirinya sebagai salah satu calon Bupati Kabupaten yang terkenal dengan teh poci tersebut. Pada hari Kamis 25 Juli 2013, melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ki Enthus Susmono didaftarkan sebagai calon Bupati Kabupaten Tegal dengan disandingkan dengan Umi Azizah sebagai calon Wakil Bupatinya. Umi Azizah merupakan Ketua Muslimat NU Kabupaten Tegal sekaligus tokoh Muslimat NU Provinsi Jawa Tengah. Keseriusan Ki Enthus Susmono mencalonkan diri sebagai Bupati Kabupaten Tegal bahkan diperlihatkan dengan melakukan sowan langsung ke Cak Imin (Abdul Muhaimin Iskandar) selaku Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa.34
Dengan tanpa koalisi, pasangan eN-U (Enthus-Umi) akhirnya memenangkan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tegal untuk periode 2014-2019. Enthus-Umi memenangkan pemilihan dengan perolehan suara 233.313 suara (35,21 persen). Perolehan suara hasil pemilihan calon Bupati dan Wakil
34
http://www.pkb.or.id, Nyalon Bupati, Ki Enthus Minta Restu Cak Imin, Senin 22 Juli 2013. Diakses pada Senin, 5 September 2016 pukul 05.27
Bupati Kabupaten Tegal dapat dilihat dalam rangkuman rekapitulasi hasil penghitungan suara berikut :
Tabel 2.5
Perolehan Suara Pilkada Kabupaten Tegal Tahun 2013
No Nama Pasangan Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kabupaten Tegal Tahun 2013 Jumlah Suara
Prosentase (%)
1 H Rojikin AH, S.E. dan H. Budhiharto, S.H.,
M.M. 116.234 17,54 %
2 R. Himawan Kaskawa, S.H., M.H. dan
dr. Budi Sutrisno, M.Kes. 44.189 6,67 %
3 Drs. H. Abdul Fikri, M.M., dan Drs. Kahar
Mudakir 45.563 6,87 %
4 Enthus Susmono dan Dra. Hj. Umi Azizah
233.318 35,21 %
5 dr. H. Moh. Edi Utomo dan Drs. H. Abasari,
M. Hum. 223.436 33,71 %
(Sumber : kpud-tegalkab.go.id)
Meski kemenangan Enthus-Umi terbilang tipis dengan kompetitor utamanya yaitu Edi-Abasari, namun Enthus-Umi tetap melenggang menjadi orang nomor satu dan dua di Kabupaten Tegal dalam kurun waktu 5 tahun kedepan (2014- 2019). Pasangan yang memiliki visi terwujudnya masyarakat Kabupaten Tegal yang Mandiri, Unggul, Berbudaya, Religius dan Sejahtera dengan program unggulan empat cinta (cinta rakyat, cinta produk lokal, cinta desa, dan cinta
budaya) tersebut secara resmi dilantik oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pada hari Rabu, 8 Januari 2014 yang bertempat di Gedung Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.