Biografi Kitab: Latar belakan penulisan Tafsir Al-Misbah.
Bab III, Dalam bab ini membahas tentang: Penjelasan tafsir surat Yusuf ayat 20-29 dalam tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab.
Bab IV, Analisa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Al-Qur’an surat
yusuf ayat 20-29 pendidikan akhlak studi tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab.
BAB II
BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN BIOGRAFI TAFSIR
AL-MISBAH
A. Biografi Quraish Shihab
Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944. Beliau adalah putra keempat dari seorang ulama besar almarhum Prof. H. Abd. Rahman Shihab, guru besar ilmu tafsir dan mantan Rektor UMI dan IAIN Alaudin Ujung Pandang, bahkan sebagai pendiri kedua Perguruan Tinggi tersebut.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, beliau melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, bersamaan dengan itu beliau nyantri di Pondok Darul-Hadits Al-Faqihiyyah. Pada tahun 1958, beliau ke Kairo, Mesir, dan diteriama di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar pada tahun 1967. Beliau meraih gelar Lc (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis di Universitas Al-Azhar. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama, dan pada tahun 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir Al-Qur’an dengan tesis berjudul Al-I’jaz Al
-Tasyri’iy li Al-Qur’an Al-Karim.
Setelah kembali ke Ujung Pandang, Quraish Shihab dipercayakan untuk menjabat wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin Ujung Pandang. Selain itu beliau juga diberi amanah jabatan-jabatan lain baik di dalam kampus seperti: Koordinator pengurus tinggi swasta
(Wilayah VII Indonesia Bagian Timur), maupun di luar kampus seperti: Pembantu pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang, beliau juga sempat melakukan penelitian
dengan tema”Penerapan kerukunan beragama di Indonesia timur” (1975) dan
“ Masalah wakaf Sulawesi Selatan” (1978).
Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikan di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1982, dengan disertasi berjudul Nazhm Al-Durar li Al-Biqa’iy, tahqiq wa
Dirasah, beliau berhasil meraih gelar Doktor dalam ilmu-ilmu Al-Quar’an
dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (mumtas
ma’a martabat al-syaraf al-‘ula).
Setelah kembali ke Indonesia, sejak tahun 1984, Quraish Shihab ditugaskan di fakultas Ushuluddin dan Fakultas paska-Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, di luar kampus, beliau juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan. Antara lain: Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984); Anggota Lajnah Pentashih Al-Qur’an
Departemen Agama sejak tahun 1989, dan Ketua Lembaga Pengembangan. Beliau juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi professional; antara
lain: Pengurus Penghimpunan Ilmu-ilmu Syari’ah; Pengurus Konsorsium
Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Di sela-sela segala kesibukannya itu beliau juga terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun luar negeri. Selain itu yang tidak kalah pentinganya Quraish
Shihab juga aktif dalam kegiatan tulis menulis. Di surat kabar pelita, pada
setiap hari rabu dan menulis dalam rubrik “Pelita Hati”. Beliau juga mengasuh rubrik “Tafsir Al-Amanah” dalam majalah dua mingguan yang terbit di
Jakarta, Amanah. Selain itu beliau juga tercatat sebagai anggota Dewan
Redaksi majalah ulumul Qur’an dan Mimbar Ulama, keduanya terbit di
Jakarta. Selain kontribusinya untuk berbagai buku suntingan dan jurnal-jurnal ilmiah, dan sudah banyak karya beliau yang di terbitkan sampai saat ini (Shihab 1995:6).
B. Karya-karya yang telah di hasikan M. Quraish Shihab
Selain menjabat di berbagai istansi lembaga tertentu beliau juga mempunyai aktifitas dalam bidang menulis beliau mempunyai banyak karya. Meskipun dalam latar belakang keilmuanya beliau lebih dikenal ulama ahli tafsir akan tetapi dalam karyanya beliau mempunyai banyak karya yang bukan hanya fokus dalam bidang tafsir. Beliau juga berkarya menuliskan dalam hal keagamaan yang menyangkut ibadah keseharian, fenomena budaya dan sosial kemasyarakatan. Akan tetapi beliau tidak meninggslkan dari pendekatan dalam bidang Al-Qur’an. Dibawah ini adalah beberapa karya beliau yang telah dibukukan.
1. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN
Alauddin, 1984);
2. Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an
(Jakarta: Lentera Hati, 1998);
3. Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994);
4. Wawasan al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
5. Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15 Volume, Jakarta: Lentera Hati, 2003);
6. Logika Agama; Kedudukan Wahyu & Batas-Batas Akal Dalam Islam
(Jakarta: Lentera Hati, 2005);
7. Rasionalitas al-Qur'an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera Hati, 2006);
8. Menabur Pesan Ilahi; al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat
(Jakarta: Lentera Hati, 2006);
9. Sunnah - Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?; Kajian atas Konsep
Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2007);
10.M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda
Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, 2008);
11.M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda
Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2010);
12.Membumikan al-Qur'ân Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan
(Jakarta: Lentera Hati, Februari 2011);
13.Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, dalam sorotan Al-Quran dan
Hadits Shahih (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2011);
14.Tafîr Al-Lubâb; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur'ân
(Boxset terdiri dari 4 buku) (Jakarta: Lentera Hati, Juli 2012).
C. Latar Belakang Penulisan Tafsir
1. Latar Belekang Penulisan Tsfsir
Pengambilan nama Al-Misbah pada kitab tafsir yang ditulis oleh Quraish Shihab ditujukan agar tafsir tersebut berfungsi serupa dengan makna Misbah yang berarti lampu, pelita, lentera atau benda lain yang berfungsi sebagai penerangan bagi mereka yang berada dalam kegelapan. Sehingga ia berharap tafsir yang ditulisnya dapat memberikan penerangan dalam mencari petunjuk dan pedoman hidup terutama bagi mereka yang
mengalami kesulitan dalam memahami makna al-Qur’an secara langsung
karena kendala bahasa.
Tafsir al-Misbah adalah karya monumental Muhammad Quraish Shihab dan diterbitkan oleh Lentera Hati. Tafsir al-Misbah diselesaikan selama kurang lebih empat tahun oleh penulisnya. M. Quraish Shihab
memulai menulis di Kairo, Mesir pada hari Jum’at 4 Rabi’ul Awal 1420 H/18 Juni 1999 M dan selesai di Jakarta Jum’at 8 Rajab 1423 H/5
September 2003.
Niat awal menulisnya secara sederhana bahkan merencanakan tidak lebih dari tiga volume, namun kenikmatan ruhani justru lebih dirasakan ketika ia semakin mengkaji, membaca dan menulis tafsirnya hingga tanpa terasa karya ini mencapai lima belas volume. Satu hal yang membuat hati Quraish Shihab tergugah dan membulatkan tekad dalam penyusunan kitab tafsirnya adalah ketika di Mesir ia menerima salah satu
surat yang ditulis oleh orang tak dikenal dan menyatakan bahwa: “Kami menunggu karya ilmiah pak Quraish yang lebih serius.” (Shihab, 2003:Vol.15 h.penutup).
Tafsir al-Mishbah adalah sebuah tafsir al-Qur’an lengkap 30 Juz lengkap. Penulis memberi warna yang menarik dan khas serta sangat relevan untuk memperkaya khazanah pemahaman dan penghayatan umat Islam terhadap rahasia makna ayat Allah swt.
1. Metode Al-Tahlili
Dilihat dari metode yang digunakan dalam tafsir Al-Misbah,
M.Quraish Shihab menafsirkan menggunakan metode Al-Tahlili.
Metode Al-Tahlili menurut istilah metode tafsir yang menjelaskan
ayat-ayat Al-Qur’an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan
maksud-maksudnya secara terrinci sesuai urutan ayat dan surat
Al-Qur’an Mushhaf `Utsmani, (Budihardjo 2012:132).
Al-Tafsir al-tahlili adalah metode tafsir yang bermaksud
menjelaskan kandungan Al-Qur’an dari seluruh aspeknya. Didalam
tafsir tahlili, mufasir mengikuti urutan ayat dan surat sebagai mana yang telah disusun di dalam mushaf `Utsmani. Mufasir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang di ikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Mufasir juga mengemukakan
munasabah (korelasi) ayat-ayat dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas sabab-al nuzul (latar belakang terunnya ayat) jika ada, dan menyampaikan dalil-dalil dariu hasits, atau dari sahabat, dan atau dari para tabiin (Budihardjo 2012:132) dan segala segi yang di anggap penting oleh mufasir tajzi’iy
auat tahliliy diuraikan, bermula dari arti kosakata, asbab al-nuzul, munasah, dan lain-lain yang kaitan dengan teks atau kandungan ayat. Metode ini, walaupun dinilai sangat luas, namun tidak menyelesaikan satu pokok bahasan, karena sering kali satu pokok bahasan diuraikan sisinya atau keterkaitannya, pada ayat lain (Shihab 1995:86). Jadi
penafsiran dengan metode Al-Tahlili adalah menguraikan ayat dengan mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Selanjutnya dikemukakan korelasi ayat-ayat dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut dati dengan yang lain, membahas latar belakang terunnya ayat jika ada, dan menyampaikan dalil-dalil dari hasist, atau dari sahabat, dan atau dari para tabiin dan segala segi yang dianggap penting.
2. Metode Bil Ma’sur
Jika dilihat dari cara penafiran M. Quraish Shihab dalam kitab tafsir Al-Misbah secara umum termasuk tafsir bil-ma’sur. Dalam penafsiranya M. Quraish Shihab menafsirkan ayat dengan pertimbangan ayat yang mendukung dan juga denagn menambahkan
penafsiran yang pernah di kemukakan oleh mufasir yang lain, sebagai
bahan penguat penafsiran dan banyak pula memasukan hadist yang mendukung konteks dalam ayat yang ditafsirkan, untuk membuktikan dan mempertimbangkan penafirannya.
Tafsir bil ma’sur sering juga disebut, ”bir-riwayah atau disebut juga tafsir bin-naql karena tafsir bul-ma’sur adalah penafsiran
Al-Qur’an atau hadist atau ucapan sahabat untuk menjelaskan kepada sesuatu yang dikehendaki Allah SWT. Dan dalam tafsir bil-ma’sur
sendiri terbagi menjadi tiga. Adakalanya penafsiran Al-Qur’an dengan
ayat Al-Qur’an, penafsiran Al-Qur’an dengan Hasist Nabi, dan
2001:99-100). Jadi penafsiran bil-ma’sur adalah cara menafsirkan ayat
dengan ayat, penafsiran ayat Al-Qu’an sengan Hadis Nabi, dan