• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP CERITA NOVEL “MOMIJI”

2.3 Biografi Pengarang

Pengarang novel “Momiji” adalah Orizuka (nama asli Okke Rizka Septiani) lahir di Palembang pada tanggal 14 september 1986. Orizuka adalah pengarang novel remaja Indonesia yang telah menghasilkan 22 karya. Salah satunya yaitu summer breeze telah diangkat ke layar lebar pada tahun 2008. Ia merupakan penggemar thiller yang senang mempelajari bahasa asing. Selain menulis, Orizuka juga gemar membaca, menonton, dan mendengarkan musik.

2.4 Studi Pragmatik Semiotika Sastra

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pragmatik sastra untuk menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam cerita novel “Momiji” karya Orizuka, penulis menggambil beberapa cuplikan yang mengindeksikalkan nilai-nilai yang dapat dijadikan teladan atau contoh dalam kehidupan. Menurut Siswanto (2008: 190) pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan

kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Maksudnya pembaca sangat berperan penting dalam menentukan sebuah karya itu merupakan karya sastra atau bukan. Karena sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, akhirnya karya sastra akan sampai juga kepada pembaca, ditujukan kepada pembaca. Maka pada hakikatnya karya yang tidak sampai ketangan pembaca, bukanlah karya sastra. Hal ini selaras dengan pendapat Horatuis dalam Siswanto (2008: 190) yang menyatakan bahwa tujuan penyair/ pengarang untuk member nikmat, ataupun sekaligus mengatakan hal-hal yang enak dan berfaedah untuk kehidupan.

Menurut Endrawasra (2008: 115) pragmatik sastra adalah cabang penelitian yang mengarah ke aspek kegunaan sastra. Penelitian ini muncul atas dasar ketidakpuasan terhadap penelitian sruktural murni yang memandang karya sastra itu sebagai teks saja. Hal ini disebabkan kajian struktural dianggap hanya mampu menjelaskan makna karya sastra dari aspek permukaan. Maksudnya kajian structural sering melupakan aspek pembaca sebagai aspek penerima makna atau pemberi makna.

Karena itu muncul kajian pragmatik yakni kajian yang berorientasi pada kegunaan karya sastra bagi pembacanya.

Dari teks pragmatik, karya sastra dapat dikatakan berkualitas apabila memenuhi keinginan pembaca. Maksudnya, betapapun hebatnya sebuah karya sastra, jika tidak dapat dipahami oleh pembaca karya tersebut dapat dikatakan gagal. Karya sastra tersebut tergolong black literature (sastra hitam) yang hanya dibaca oleh pengarangnya. Karena itu yang terpenting dari aspek pragmatik adalah mampu

menumbuhkan kesenangan pembacanya. Hal ini selaras dengan pendapat Sidney dalam Endraswara (2008: 117) yang mengatakan bahwa sastra hendaknya mempunyai fungsi to teach (memberikan ajaran) dan delight (member kenikmatan).

Selain pendekatan pragmatik, penulis juga menggunakan teori semiotik untuk melihat tanda (makna) nilai-nilai dalam novel dan manfaat novel tersebut bagi para pembaca. Semiotik berasal dari bahasa yunani semeion yang berarti tanda.

Hoed dalam Nurgiyantoro (1995: 40) berpendapat bahwa semiotika adalah ilmu atau metode analisi mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni dan lain-lain yang berada dalam kehidupan kita. Teori Saussure dalam Nurgiyantoro (1995: 39) berpendapat bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa yang mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna.

Dengan demikian, penulis akan menggunakan kajian semiotika untuk menjelaskan makna melalui tanda-tanda dalam kutipan teks novel “Momiji” karya Orizuka yang memiliki nilai pragmatik.

BAB III

ANALISIS PRAGMATIK TERHADAP CERITA NOVEL “MOMIJI” KARYA ORIZUKA

3.1 Sinopsis cerita novel “Momiji” karya Orizuka

Novel “Momiji” karya Orizuka ini menceritakan kehidupan seorang tokoh bernama Patriot Bela Negara atau disingkat dengan panggilan Pabel. Tokoh Pabel dikisahkan memiliki sifat dan kepribadian yang tidak sesuai dengan namanya.

Seorang Patriot yang seharusnya memiliki sifat berani, pekerja keras. Namun dalam novel ini Pabel justru bersifat sebaliknya ia memiliki sifat penakut, lemah, tidak percaya diri. Sehingga Pabelpun menjadi bahan olok-olokan temannya semasa sekolah. Karena itu Pabel berniat untuk pergi ke tempat dimana tidak ada seorangpun yang mengenal dan mengerti arti namanya. Pabel pun memutuskan pergi ke Negara Jepang. Hal ini dikarenakan masyrakat Jepang adalah orang-orang yang tidak suka ikut campur tangan dengan urusan orang lain dan alasan lainya Pabel ingin ke Negara Jepang karena ingin bertemu dengan Yamato Nadeshiko (wanita idieal/ wanita impian Pabel). untuk itu Pabel membekali diri dengan bertahun-tahun les bahasa Jepang dan berkuliah bahasa Jepang. Saking seriusnya, Pabel sudah lulus N2 di tahun kedua kuliahnya. Pabel juga menabung mati-matian untuk ikut program pendek di sebuah sekolah bahasa swasta, bahkan rela mengambil cuti kuliah satu semester untuk menjalaninya.

Ketika sudah di Jepang, pagi ini: Jepang, Osaka, lebih tepatnya lagi, rumah keluarga Shiraishi. Keluarga Shiraishi adalah keluarga angkat tempat Pabel tinggal selama di Jepang. Keluarga Shiraishi mempunyai anak perempuan yang berusia sebaya dengan Pabel, namanya Momiji. Momiji yang berarti dedaunan yang berubah merah di musim gugur, dedaunan yang seolah memberikan rasa hangat di tengah kedinginan musim itu, tetapi Momiji dikisahkan memiliki nama yang juga tidak sesuai dengan arti namanya. Dalam novel ini Momiji dikisahkan memiliki sifat yang kasar selain itu Momiji juga merupakan anak yanki (sekumpulan anak muda Jepang yang dianggap badung dan pemberontak). Dalam novel ini juga terjadi konflik antara ibu dan anak yaitu Momiji dan Nanami-san (ibu Momiji).

Setelah Pabel dan Momiji bertemu mereka saling terbuka terhadap masalah kehidupan masing-masing . dalam novel ini Momiji dikisahkan bekerja menjadi pengawal Pabel selama di Jepang, pekerjaan ini diusulkan oleh Nanami-san karena ingin tahu apa saja yang dilakukan Momiji dan gaji yang di terima Momiji dari Pabel akan diganti dua kali lipat oleh Nanami-san. Walaupun gaji Momiji yang diberikan Nanami-san melalui Pabel dua kali lipat, Pabel tetap saja merasakan kerugian karena biaya yang ia keluarkan selama di Jepang dengan Momiji lebih besar dari pada gaji yang diberikan Nanami-san. Selama Momiji dan Pabel bersama mereka saling membantu dalam menghadapi permasalah. Pada saat di sekolah Pabel bertemu dengan Yamato Nadeshiko dan Momiji membantu Pabel untuk mewujudkan cita-citanya mendekati Yamato Nadeshiko dengan cara taruhan dengan Yamato Nadeshiko agar mau berkencan dengan Pabel, cara Momiji berhasil membuat Pabel

kencan dengan Yamato Nadeshiko tetapi lama-kelamaan Yamato Nadeshiko merasa salah paham. Yamato Nadeshiko merasa bahwa ia menjadi bahan candaan Pabel dan Momiji dan memutuskan untuk tidak mau lagi bertemu dengan Pabel dan Momiji.

Pada pagi hari, dirumah keluarga Shiraishi Momiji tidak sengaja mendegar percakapan Pabel dan Nanami-san. Momiji merasa di khianati karena Pabel dan Nanami-san bekerja sama untuk memata-matai Momiji dan Momijipun tidak terima dan pergi dari rumah. Akhirnya Pabel memutuskan untuk pergi mengejar Momiji karena merasa bersalah pada Momiji dan ingin menjelaskan sesuatu kepada Momiji bahwa itu hanya salah paham. Pabel memutuskan untuk pergi mencari di Dotonbori, tempat dimana Momiji sering menenangkan diri. Sesampainya di Dotonbori Pabel melihat kerumunan para yanki yang sedang bertengkar. Benar saja Momiji ada di tengah-tengah lingkarang tersebut, kumpulan para yanki itu adalah mantan teman Momiji. Dan mereka ingin mengeroyok Momiji. Pada saat itu Pabel memberanikan diri untuk membela Momiji dan Pabelpun terkena beberapa pukulan dari satu orang gadis yanki. Tidak lama kemudian Nanami-san datang untuk membantu anaknya Momiji dari pengeroyokan tersebut, Nanami-san memberikan satu ketokan dengan bambo yang dibawanya dari rumah dan membuat ketua yanki tersebut jatuh.

Akhirnya semua sadar bahwa Nanami-san adalah mantan ketua yanki yang bisa dilihat dari tato dilengannya.

Momijipun akhirnya meminta maaf kepada Nanami-san (ibunya). Ia menyesal telah mengambil keputusan yang salah dan tidak pernah peduli dengan keluarganya.

Dan mereka pun berpelukan saling memberikan rasa cinta. Kemudian dengan cara

memberikan sentuhan kebiasaan Pabel berubah menjadi baik. Pabel yang dulunya penakut, lemah tidak percaya diri menjadi lebih kuat, tidak penakut, lebih percaya diri.

Sentuhan kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan masyarakat Jepang yang selalu menghindari hal-hal yang bersifat lemah dan penakut.

3.2 Nilai-nilai pragmatik yang terdapat dalam novel “Momiji” karya Orizuka

1. Cuplikan cerita halaman 6-7

Diam-diam aku punya jiwa pemberontak. Setiap anak introvert yang tumbuh besar bersama ejekan pasti pernah berkhayal untuk balas dendam sekali- dua kali.

Karena semua itulah, aku disini di Jepang, untuk membalas dendam dengan meninggalkan sejenak kekacauan yang dibuat namaku di Negaraku sendiri.

Alasan utama? Aku ingin bertemu dengan gadis yang tidak tahu arti namaku.

Gadis yang tidak punya ekspetasi apapun terhadap diriku. Gadis jelmaan Yamato Nadeshiko (wanita ideal) yang kalau bisa seperti Chitanda Eru (karakter anime-anime / gadis idamanku).

Untuk menemuinya, aku membekali diri dengan bertahun-tahun les bahasa Jepang dan berkuliah dijurusan Sastra Jepang. Saking seriusnya, aku sudah lulus N2 ditahun kedua kuliahku. Aku juga menabung mati-matian untuk ikut program pendek disebuah sekolah bahasa swasta (bukan beasiswa karena aku pernah gagal dan sudah tidak sabar lagi untuk pergi), bahkan rela mengambil cuti kuliah satu semester untuk menjalaninya.

Sebenarnya, aku bisa saja datang ke Jepang tanpa harus bersekolah, tetapi jika demikian, kemungkinan besar aku hanya akan diberi izin tinggal di Negara ini selama maksimal lima belas hari oleh kedutaan. Aku harus punya alasan kuat supaya bisa tinggal sedikit lenih lama di sini. Beruntung, aku menemukan sekolah bahasa yang biayanya tidak terlalu mahal.

Analisis :

Dalam cuplikan kalimat ini Untuk menemuinya, aku membekali diri dengan bertahun-tahun les bahasa Jepang dan berkuliah dijurusan Sastra Jepang. Saking seriusnya, aku sudah lulus N2 ditahun kedua kuliahku. Dari kalimat tersebut mengindeksikalkan adanya keseriusan dari seorang tokoh Pabel untuk membekali diri mengikuti program jangka pendek di Jepang. Hal ini dapat dilihat dari tokoh Pabel yang belajar bahasa Jepang sehingga lulus N2, ditahun kedua kuliahnya. Selain itu Pabel juga menabung mati-matian untuk mengikuti program pendek Jepang yang dapat dilihat dari kalimat. Aku juga menabung mati-matian untuk ikut program pendek disebuah sekolah bahasa swasta (bukan beasiswa karena aku pernah gagal dan sudah tidak sabar lagi untuk pergi), bahkan rela mengambil cuti kuliah satu semester untuk menjalaninya. Dari kalimat tersebut mengindeksikalkan adanya unsur keseriusan menabung dari tokoh Pabel untuk mewujudkan keinginanya.

Nilai pendidikan yang diajarkan dalam cuplikan teks diatas adalah keseriusan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini dikarenakan untuk mencapai tujuan yang kita inginkan, kita harus berusaha dengan berbagai cara yang baik untuk

mencapai tujuan tersebut. Dan Pabel juga ingin menunjukkan bahwa Pabel bisa menjadi orang yang lebih berguna untuk orang lain dan tidak selemah yang di bilang orang kepadanya. Pabel ingin menunjukkan ke teman-temannya di Indonesia yang telah menyepelekan dirinya. Dengan cara belajar bahasa Jepang bersungguh-sungguh, dibuktikan dengan bertahun-tahun les bahasa Jepang dan berkuliah bahasa Jepang.

hingga di tahun keduanya kuliah Pabel sudah lulus N2. Pabel juga menabung mati-matian agar bisa ikut program pendek bahasa Jepang di Negara Jepang. Bahkan Pabel rela mengambil cuti kuliah satu semester untuk menjalani program pendek bahasa Jepang di Negara Jepang.

2. Cuplikan cerita halaman 28-30

Apasih yang dipikirkan gadis itu? Apa dia benar-benar mau lompat? Kalau dia benar-benar melompat, bagaimana dengan Nanami-san? Wanita itu pasti akan menyesal setengah mati sudah mengusir anaknya sendiri dari rumah. Selain itu, itu artinya aku akan menghadapi tragedi dikunjunganku di Jepang.

Kemungkinan itu mengerikan itu sontak membuatku berteriak, “Momiji-san!”

Aku langusng mendapatkan perhatian penuh Momiji.

“oh, pencuri susu,” kata Momiji ketika mengenaliku, tetapi kemudian dia mengernyit curiga. “Bagaimana kau tahu namaku?”

“Itu tidak penting!” seruku. “Anda harus turun, nanti jatuh!”

“Memangnya kenapa kalau aku jatuh?” balas Momiji.

“Jangan!” pekikku, cukup yakin tidak akan bisa bangkit dari trauma kalau aku menyaksikannya melakukan itu.

Momiji mendengus keras-keras. “kalau aku tidak lompat, kau mau bertanggung jawab atas hidupku?”

“Momiji-san, saya mohon, pikirkanlah baik-baik.” Bujukku lagi, sambil berusaha keras memutar otak. “Nanami-san ibu anda, dia tidak serius saat mengusir anda tadi.”

“Begini saja.” Momiji tahu-tahu berkata lagi dengan nada dipanjang-panjangkan ala yankiinya. “kau kembali ke rumahku. Bilang kepadanya aku sedang mencoba melompat. Kalau dia datang dan membujukku pulang, aku baru mau turun,”

Sesampainya di rumah Pabel menceritakan apa yang terjadi kepada Nanami-san ibu Momiji.

“Biarkan saja dia melompat.”

Di depanku, Nanami-san mengupas apel tanpa ekspresi, jelas- jelas tidak mengambil pusing kekhawatiranku. “Dia tidak akan mati. Dia hanya akan kseleo dan pualng untuk minta diobati,”

Analisis

Dari cuplikan kalimat “Itu tidak penting!” seruku. “Anda harus turun, nanti jatuh!” dan “Momiji-san, saya mohon, pikirkanlah baik-baik.” Bujukku lagi, sambil berusaha keras memutar otak. “Nanami-san ibu anda, dia tidak serius saat mengusir

anda tadi.” Mengindeksikalkan kepedulian Pabel kepada Momiji yang ingin melompat karena diusir dari rumah oleh Nanami-san ibu Momiji.walaupun baru bertemu untuk pertama kalinya dengan Momiji. Pabel membujuk Momiji agar tidak melompat. tetapi Momiji tidak memperdulikan kekhawatiran Pabel dan Momiji menyuruh Pabel pulang kerumah agar membujuk Nanami-san ibu Momiji, agar ibunya yang menyuruh Momiji pualng barulah Momiji mau pulang dan tidak jadi melompat. Saat Pabel pulang kerumah menyampaikan kepada Nanami-san , bahwa Momiji mau melompat Nanami-san pun tidak mengambil pusing akan kekhawatiran Pabel dan Nanami-san mengatakan kepada Pabel bahwa Momiji hanya akan kseleo dan pulang untuk minta diobati.

Nilai pendidikan yang diajarkan dalam cuplikan teks diatas adalah sikap kepedulian terhadap kehidupan orang lain atau saling tolong menolong walaupun kita baru mengenali orang tersebut, kita harus saling peduli dan menolong sesama. Hal ini disebabkan manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dibuktikan dengan kepedulian Pabel kepada Momiji dengan cara membujuk Momiji agar tidak melompat dan Momiji mempunyai syarat agar Momiji tidak melompat Momiji berkata kepada Pabel untuk menyampaikan kepada Nanami-san (ibu Momiji) agar mau membujuknya pulang dan barulah Momiji tidak jadi melompat dan pulang.

Pabel pun memenuhi syarat tersebut dengan menemui Nanami-san dan berkata kepada Nanami-san untuk mau membujuk Momiji pulang.

3. Cuplikan cerita halaman 44

Sebenarnya, ada sesuatu yang Momiji, ayahnya, dan adiknya tidak ketahui.

Saat aku bangun tadi subuh, Nanami-san memanggilku ke dapur dan berbicara empat mata denganku. Dia memintaku menyetujui keinginan Momiji untuk jadi pengawalku . ketika aku berniat untuk menolak , dia akan berkata akan mengganti gaji momiji dua kali lipatnya. Dia juga berkata bahwa meski Momiji menyangka akan mengawalku, sesungguhnya, akulah yang bekerja mengawasi gadis itu untuk Nanami-san.

Jadi, pada dasarnya, Nanami-san membayarkaku untuk menjadi mata-mata Momiji. Ini merupakan hal yang benar-benar baru bagiku yang selama ini selalu mendapatkan peran sebagai korban. Meskipun takut, di saat yang sama aku juga merasa tertantang , hal yang tidak pernah tejadi padaku di Indonesia. Di sini, aku bisa mencoba jadi sesuatu yang baru.

Analisis :

Dari cuplikan kalimat Dia memintaku menyetujui keinginan Momiji untuk jadi pengawalku . ketika aku berniat untuk menolak , dia akan berkata akan mengganti gaji momiji dua kali lipatnya. Dia juga berkata bahwa meski Momiji menyangka akan mengawalku, sesungguhnya, akulah yang bekerja mengawasi gadis itu untuk Nanami-san. Cuplikan diatas mengindeksikalkan perbuatan saling tolong-menolong hal ini dapat dilihat dari sikap Pabel yang mau membantu Nanami-san untuk mengawal Momiji dengan cara berpura-pura mau dikawal Momiji. Hal ini dilakukan

Nanami-san semata-mata hanya ingin tahu apa saja yang dilakukan anaknya dan ingin anaknya berubah menjadi lebih baik.

Nilai pendidikan yang diajarkan dalam cuplikan teks diatas adalah sikap tolong menolong antar sesama manusia dan walaupun Pabel, Momiji dan Nanami-san belum lama berkenalan dan Pabel belum lama tinggal dirumah Nanami-san. Pabel mau membantu Nanami-san untuk memata-matai Momiji. Hal ini dilakukannya karena tujuan yang baik, bukan berarti baru mengenal seseorang kita tidak mau membantu orang tersebut, apalagi untuk tujuan yang baik. karena manusia juga membutuhkan manusia lainnya. Dilihat dengan Pabel mau membantu Nanami-san untuk mau memata-matai Momiji agar Nanami-san mendapatkan informasi apa saja kegiatan yang di lakukan Momiji sehari-hari dan Pabel juga tertantang dengan apa yang Nanami-san suruh kepadanya. Selama di Indonesia Pabel belum pernah melakukan hal itu, di Jepang Pabel melakukan hal itu, hal yang dimaksud adalah untuk memata-matai Momiji anak yanki untuk Nanami-san.

4.Cuplikan cerita halaman 58-60

“Sanjo-san(wanita idaman Pabel), dia menyukai anda.Momiji berseru nyaring sambil menunjukku. Seakan dikomando, semua orang menoleh kearahnya, kemudian kearahku. Aku sendiri masih berdiri ditempat semula, melongo, kehilangan momen untuk melarikan diri.

Keramaian itu kemudain terbelah seperti di drama remaja, membuatku bisa melihat kanon yang ternyata benar-benar ada di antaranya. Gadis itu balas menatapku dengan mata terbelalak.

“Apa anda mau pergi kencan dengannya?” Tanya Momiji lagi.

“oi!” aku berbisik keras, tetapi Momiji seperti tidak peduli. Di sekelilingnya, orang-orang yang paham perkataanya segera berkasak-kusuk heboh.

“Kenapa kabur?” semburnya, malah lebih galak dariku.

Aku ingin sekali marah, tetapi kemudian, aku sadar bahwa aku tak pernah marah seumur hidupku. Aku tak pernah punya cukup keberanian untuk melakukan itu, juga tak tahu caranya.

Jadi, hanya balas menatapnya nyalang.

“Kenapa?” tanyaku, dengan suara parau. “Kenapa anda melakukan itu?”

Momiji mengerut dahu “Bukannya kau ingin punya pacar orang Jepang”

“Iya sih, tapi…” aku menarik napas panjang-panjang berusaha tabah. “Ini kan hari pertama”

“Kau cuman punya waktu sebulan disini,” tukas Momiji dengan nada bosan.

“Jangan buang-buang waktu percuma untuk menatapnya dari jauh.”

Analisis :

Cuplikan diatas mengindeksikalkan adanya unsur kepedulian Momiji. Hal ini dapat diketahui dari “Apa anda mau pergi kencan dengannya?” Tanya Momiji lagi.

Kalimat tersebut menunjukkan Momiji mau mendekati Pabel dengan wanita impiannya. Walaupun Momiji adalah wanita kasar, egois, tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya, Momiji tetap membantu Pabel meskipun dengan cara yang sedikit mempermalukan Pabel. karena Momiji mengatakan “Sanjo-san (wanita idaman Pabel), dia menyukai anda. Momiji berseru nyaring sambil menunjukku.

Nilai pendidikan yang dapat diajarkan dalam cuplikan teks diatas adalah kepedulian Momiji kepada Pabel. Momiji mengambil keputusan agar Pabel mau terbuka dengan wanita dan Momiji tidak mau melihat Pabel membuang-buang waktu selama di Jepang karena waktu Pabel di Jepang tidaklah lama dan agar Pabel berani untuk memulai mendekati wanita impiannya. Dilihat dari kepedulian Momiji kepada Pabel, walaupun Momiji gadis yang kasar, disisi lain ada kebaikan hati Momiji untuk mendekati Pabel dengan wanita impiannya. Momiji berusaha untuk menyampaikan kepada Sanjo-san (wanita impian Pabel) bahwa Pabel menyukainya. Hal itu bertujuan agar Pabel bisa cepat mendekati wanita impiannya dan tidak membuang-buang waktu.

5.Cuplikan cerita halaman 160-165

“Perkelahian yangkii!”

“Kau pikir kau begitu hebat, ya?” seru salah satu dari mereka, itu juga jika aku tidak salah tangkap. Mereka menggunakan dialek yang baru kali ini kudengar.

Mungkin dialek Hiroshima, karena seingatku Momiji pernah menyebutkan sesuatu tentang kota itu.

“Setelah mencuri uang Kei-cchi, kau pikir kau bisa kabur?” cecar yang lain.

“Sudah kubilang aku tidak mencuri, kan kau yang memfitnahku,” kata Momiji susah payah, sambil menunjuk seorang gadis yang mengenakan anting besar yang sepertinya adalah pimpinan kelompok ini.

“Apa kau bilang?” seru gadis itu. Meski menor, aku bisa melihat wajahnya berubah merah padam. “Akan kubunuh kau!”

“Bunuh…?

Sebelum sempat berpikir panjang, aku sudah melempar diri ke depan, ke tengah arena, lebih tepatnya lagi ke antara Momiji dan kawanan itu.

“Tolong, tunggu dulu! Jangan bunuh-bunuhan!” seruku sambil mengancungkan dua tangan ke depan.

“Anu… kumohon berhenti,” pintaku, benar-benar pusing. Telingaku sampai berdenging karena adu mulut itu. “Setidaknya boleh gunakan bahasa Jepang yang standar?”

“Orang asing jangan ikut campur!” seru yang lain.

“Jangan sok jadi pahlawan!”

Dari sudut mataku, aku bisa melihat salah seorang penonton sudah menelpon polisi. Dengan perasaan sedikit lega, aku kembali menatap ke depan, sekarang, aku

Dari sudut mataku, aku bisa melihat salah seorang penonton sudah menelpon polisi. Dengan perasaan sedikit lega, aku kembali menatap ke depan, sekarang, aku

Dokumen terkait