• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Kawasan Konservasi

2.5.3 Biota Asosiasi

Sedangkan survey ekologi yang dilaksanakan oleh CRITC-LIPI (2006) di Kabupaten selayar (tidak termasuk kawasan Taman Nasional Taka Bonerate), menemukan sekitar 126 jenis karang batu yang termasuk dalam 14 suku.

2.5.3 Biota Asosiasi

Jenis biota yang berasosiasi merupakan kelompok biota yang khas menghuni daerah terumbu karang, dan beberapa di antaranya jarang bahkan tidak ditemui di ekosistem yang lain. Keberadaan biaota asosiasi sebagai bagian dari kekanekaragaman hayati sumberdaya memiliki nilai tersendiri dalam kompleksitas sistem ekologis dalam sebuah ekosistem. Peran dan fungsi biota asosiasi dalam ekosistem terumbu karang tidak saja secara ekologis, namun juga penting secara ekonomis dimana beberapa dari biota tersebu memiliki nilai ekonomis tinggi dan dalam konteks kepariwisataan, keberadaan biota asosiasi dalam ekosistem terumbu karang memberikan pengalaman bagi pengunjung untuk lebih mengenal dan memahami biota yang ada juga menambah nilai estetika suatu kawasan wisata. Berikut beberapa jenis organisme laut yang berasosiasi di ekosistem terumbu karang Pulau Pasi :

Karang Lunak

Anemon laut mempunyai struktur yang tidak jauh berbeda dengan polip karang keras, kecuali adanya perbedaan pada ukuran, dimana polip karang berukuran mikroskopis, sedangkan anemon laut berukuran cukup besar. Selain itu, hal yang mendasar adalah, bahwa polip karang umumnya membentuk koloni dan mempunyai kemampuan untuk mengendapkan kapur (hermatipik), sedangkan anemon laut cenderung bersifat soliter dan sama sekali tidak bisa membentuk terumbu. Struktur tubuhnya cukup lunak dan kenyal dengan warna dan bentuk yang sangat beragam.

Karang lunak sendiri mempunyai struktur rangka namun berbeda dengan karang keras. Jika karang keras mempunyai kemampuan mengendapkan kalsium karbonat, maka karang lunak mengendapkan senyawa-senyawa protein dan kolagen yang tidak sekeras kalsium sehingga teksturnya lebih lunak dan dapat dibengkokkan

PPTK (2007) menemukan beberapa jenis karang lunak di Pulau pasi diantaranya Capnella sp, Nephthea sp, Sinularia flexibilis, S. polydactila, S. Dura, Lobophytum sp, Lobophytum strictum, Sarcophytum glaucum, Lithophyton sp, Heteroxenia sp, Dendronephtea sp, Clavularia sp, dan Sarcophytum trocheliophorum.

Sponge

Dalam struktur taksonomi, sponge merupakan nama lain dari Filum Porifera. Sponge merupakan hewan multi seluler sederhana, tubuhnya terdiri dari dua lapis sel yang mengapit satu lapisan fibrous matrix. Dengan tubuh yang disellimuti oleh jutaan pori-pori, sponge merupakan hewan lunak yang menyerap air dan menyaring bahan organik dalam air laut sebagai makanannya (filter feeder) yang sangat efisien. Baik bentuk maupun warna dari sponge ini sangat beragam, mulai dari yang berbentuk seperti tabung, gumpalan, hingga seperti mangkok besar. Warnanya juga demikian, mulai dari cokelat pucat hingga merah menyala. Struktur sponge yang hanya ditopang oleh spikula-spikula fiber, membuat tubuhnya agak lentur, namun tetap dapat berdiri tegak dan kokoh.

PPTK (2007) menemukan beberapa jenis sponge di Pulau Pasi diantaranya Theonella sp, Liosina sp dan Clathria sp, Xestospongia sp, Callyspongia aerizusa, dan Theonella swinhoei. Juga terdapat sponge dari kelas Demospongiae, seperti Phyllospogia sp dan Haliclona sp.

Hydra dan Algae

Hydra merupakan jenis yang perlu diwaspadai jika ingin menyelam di terumbu karang. Dengan kandungan nematosit yang cukup banyak dan kuat, hewan ini mampu membuat iritasi pada kulit bila tersentuh, bahkan dapat berakibat lebih buruk lagi. Bentuknya yang tidak begitu membahayakan dapat menipu pandangan. Seperti pada jenis bulu ayam Aglaophenia yang menyerupai helaian daun yang berwarna pucat, merupakan salah satu jenis hidra yang kuat jenis nematositnya. Jika terkena, kulit akan meradang dan mengalami pembengkakan yang cukup serius jika tidak segera ditangani. Begitu pula

dengan jenis yang hidra yang lebih halus, Lytocarpus yang tampak seperti tulang daun. Walau tidak separah bulu ayam, namun sengatannya juga membuat iritasi yang berkepanjangan pada kulit.

Salah satu golongan hidra lainnya yang merupakan satu-satunya menyerupai jenis karang keras adalah karang api Millepora. Sengatannya terasa seperti membakar kulit, sehingga disebut sebagai karang api. Bentuknya mirip dengan karang keras, namun hewan ini tidak termasuk dalam golongan karang keras yang pada umumnya tidak menyengat.

Beberapa hydra yang teramati oleh PPTK (2007) adalah Millepora sp, Stylasterina, Isis hippuris, Junceella fragilis, Cirrhiphates sp, dan Subergorgia sp Beberapa jenis alga yang ditemukan adalah jenis Halimeda sp, coralline alga dan beberapa jenis alga coklat.

Ekinodermata

Hewan ekinodermata dapat ditemui di hampir semua ekosistem, namun keanekaragaman yang paling tinggi terdapat pada ekosistem terumbu karang. Hewan ekinodermata meliputi jenis hewan yang memiliki duri, terbagi atas 5 kelompok besar yakni bintang laut, bintang ular, lilia laut, bulu babi, dan teripang, dan kesemuanya dapat ditemui di ekosistem terumbu karang. Selain berduri, hewan Ekinodermata ini mempunyai struktur tubuh yang khas, yakni terdiri atas 5 bagian atau lempengan.

PPTK (2007) menemukan beberapa ekinodermata di Pulau Pasi berupa Linckia laevigata, L. Guildingi, Ophionereis spp, Oxycomanthus sp, Comaster spp dan beberapa jenis teripang.

Ikan Karang

Komunitas ikan merupakan salah satu komponen utama dalam ekosistem terumbu karang karena didapatkan dalam jumlah terbanyak dan menyolok. Karena jumlahnya yang besar dan mengisi seluruh daerah di terumbu, maka terlihat dengan jelas bahwa mereka merupakan penyokong hubungan yang ada di dalam ekosistem terumbu. Salah satu sebab tingginya keragaman spesies di terumbu karang adalah variasi habitat terumbu yang terdiri dari karang, daerah berpasirr, teluk dan celah, daerah alga, dan juga perairan yang dangkal dan dalam serta zona-zona yang berbeda yang melintas karang (Nybakken, 1992). Secara komersial, ikan-ikan karang memegang peranan penting dalam sektor perikanan dan pariwisata (English et al. 1997).

Ikan karang mempunyai sifat teritorial, dimana mereka akan menentukan wilayah kekuasaannya sehingga jika mereka diusik oleh penyelam, beberapa saat kemudian akan datang kembali ke wilayah tersebut. Contohnya pada jenis ikan betok laut Pomacentrus, ikan giru Amphiprion dan ikan kepe-kepe Chaetodon. Sedangkan yang bersifat migratori atau senantiasa berpindah ekosistem antara lain hiu nursery shark Carcharinus.

PPTK (2007) menemukan total spesies yang diamati pada semua stasiun adalah sekitar 213 jenis ikan karang dari 33 suku. Sebaran jumlah spesies pada tiap transek, didapatkan berkisar antara 10 – 70 jenis setiap stasiunnya.

3 METODOLOGI

Dokumen terkait