• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Bipa, Jambu, Matoa, Medang dan Merbau

Tabel 1 Taksonomi bipa, jambu, matoa, medang dan merbau

Taksonomi Jenis

Bipa Jambu Matoa Medang Merbau

Kingdom Plantae Plantae Plantae Plantae Plantae

Divisi Magnoliophyta Magnoliophyta Magnoliophyta Magnoliophyta Magnoliophyta Kelas Magnoliopsida Magnoliopsida Magnoliopsida Magnoliopsida Magnoliopsida Sub Kelas Dilleniidae Rosidae Rosidae Magnoliidae Rosidae

Ordo Marvales Myrtales Sapindales Laurales Fabales

Famili Sterculiaceae Myrtaceae Sapindaceae Lauraceae Fabaceae

Genus Pterygota Eugenia Pometia Litsea Instia

Spesies Pterygota forbesii F.V.Muell Eugenia spp Pometia pinnata Forst Litsea firma Hook.f Instia spp

2.4.1 Bipa (Pterygotaforbesii F.V.Muell)

Suku Sterculiaceae. Pohon, semak (kadang-kadang berupa liana) atau terna dengan rambut-rambut bintang atau sisik-sisik, daun tunggal bertepi rata, kadang- kadang berlekuk menjari atau majemuk, yang duduknya tersebar, mempunyai daun penumpu yang lekas runtuh. Bunga biasanya banci atau berkelamin tunggal, berumah 1, aktinorf, jarang dengan kedudukan terminal, seringkali pada batang (kauliflor). Daun berkelopak 3-5, sedikit banyak berlekatan, tersusun seperti katup ; daun mahkota 5 atau tidak ada, bebas atau pada pangkal berlekatan dengan buluh yang terbentuk dari perlekatan tangkai-tangkai sari, tersusun seperti genting. Benang sari sering tersusun dalam lebih dari 1 lingkaran, yang sebelah luar mandul, yang sebelah dalam berlekatan membentuk buluh atau sama sekali bebas,

kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur atau dengan liang di ujung atasnya. Bakal buah menumpang, tersusun atas 2-5 kadang-kadang 10-12 daun buah, atau hanya terdiri atas 1 daun buah saja. Tiap ruang berisi 2 bakal biji atau lebih, jarang sekali hanya 1. Buahnya buah kering atau buah buni, tidak membuka atau membuka dengan cara yang bermacam-macam. Biji dengan endosperm berdaging atau tanpa endosperm, kadang-kadang bersalut. Lembaga lurus atau bengkok (Tjitrosoepomo 2007).

Pohon dengan kanopi besar dengan tinggi sampai 30 m dan diameter 100 cm, ada banir, kulit pohon berwarna merah pucat, coklat atau abu-abu. Daun spiral, sederhana, ada tangkai, simetris, tulang daun menyirip, permukaan bawah daun hijau, permukaan atas daun hijau tua kusam. Bunga berkelamin tunggal, dengan bunga jantan dan bunga betina pada tanaman yang sama. Buah berwarna coklat atau merah, 6-7 mm, tidak berduri, tidak berdaging, ada folikel dan bijinya sekitar 100 (Conn & Damas 2010).

2.4.2 Jambu (Eugenia spp)

Suku Myrtaceae. Pohon atau perdu, daun tunggal, bersilang berhadapan, pada cabang-cabang mendatar seakan-akan tersusun dalam 2 baris pada 1 bidang, karena adanya aborsi kadang-kadang poligam, aktinomorf. Kelopak dan mahkota masing-masing terdiri atas 4-5 daun kelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama yang kadang-kadang berlekatan atau tidak terdapat. Benang sari banyak, kadang-kadang berkelompok berhadapan dengan daun-daun mahkota, mempunyai tangkai sari dengan warna cerah, yang kadang-kadang menjadi bagian bunga yang paling menarik. Bakal buah tenggelam, mempunyai 1 tangkai putik, beruang 1 sampai banyak dengan 1-8 bakal biji dalam tiap ruang. Buah bermacam-macam pada ujungnya masih jelas tampak kelopak yang tidak gugur, sisa tangkai putik dan sisa-sisa benang sari tertinggal di dalam kelopak. Biji dengan sedikit atau tanpa endosperm, lembaga lurus, bengkok atau melingkar, ada pula yang terpuntir seperti spiral (Tjitrosoepomo 2007).

Eugenia cuprea K.&V. atau ki tambaga (Sunda) merupakan raksasa hutan, tinggi hingga 40 m dan gemang 1 m, dengan batang berbentuk tiang, khusus terdapat di daerah pegunungan, terutama antara 1400 m dan 1700 m, tumbuh tidak

berkelompok, tetapi dalam beberapa hutan sangat umum. Kayunya berat, padat dan cukup halus strukturnya, berserat lurus, coklat, coklat merah gading hingga coklat warnanya dengan roma jingga. Dapat diperoleh dalam ukuran-ukuran besar, dapat dianggap tahan lama dan digunakan untuk bahan bangunan (Heyne 1987).

Syzygium cf. versteegii (L.) Merr & Perry. Pohon berukuran kecil, tinggi mencapai 10 m. Batang utama silindris, sedikit berbuncak, berpilin dan berlekuk, bebas cabang mencapai 4,5 m dengan diameter setinggi dada 30 cm, berbanir kecil, dengan tinggi banir 40 cm dan lebar 60 cm. Daun tunggal, berhadapan, berbentuk menjorong hingga lonjong. Takikan batang pepagan tebalnya 5-7 mm, keras dan berserat berwarna merah jingga, tidak bergetah (Lekitoo et.al 2010).

2.4.3 Matoa (Pommetia pinnata Forst)

Suku Sapindacea. Semak, perdu atau pohon, kadang-kadang liana dengan alat-alat pembelit. Daun tunggal atau majemuk menyirip tunggal atau berganda, duduknya tersebar, jarang berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga banci, berkelamin tunggal atau poligam, seringkali berumah 2, tersusun dalam rangkaian yang bermacam-macam, biasanya berbentuk malai, zigomorf dengan bidang simetri miring. Daun kelopak 5, bebas atau berlekatan, tersusun seperti genting atau katup. Daun mahkota 3-5, sering tidak terdapat. Cakram biasanya terdapat, seringkali pada satu sisi saja di luar lingkaran benang sari. Benang sari 8, kadang-kadang 5, 10, atau banyak, tertanam di sebelah dalam cakram, tangkai sari bebas, sering berambut. Kepala sari beruang 2. Bakal buah menumpang, dekat pangkal berlekuk atau berbagi, biasanya beruang 3, sering hanya beruang 2, tiap ruang kebanyakan hanya berisi 1 bakal biji, ada kalanya 2 atau lebih. Buahnya buah kendaga, buah keras, buah batu atau buah berbagi, sering bersayap. Biji mempunyai salut, tanpa endosperm, lembaga terlipat atau terpilin (Tjitrosoepomo 2007).

Matoa merupakan pohon raksasa dengan tinggi dapat mencapai 47 m, dengan diameter mencapai 187 cm. Mudah dikenali dengan ciri-ciri batang tanpa bonggol-bonggol, mempunyai alur yang lebar dan dalam serta berakar papan yang berukuran kecil. Kulit batang memiliki ketebalan ± 5 mm, sebelah luar berwarna

kelabu dengan bintik-bintik kuning. Kulit sebelah luar licin dengan pecah-pecah halus melintang dan memanjang serta mengeluarkan cairan semacam perekat sedikit tidak berwarna, tidak berbau, rasanya sangat pahit. Cabang/ranting muda berwarna coklat kuning. Daun tua sebelah atas berwarna hijau (Thahjono 1972 diacu dalam Nugraha 2008).

Kalkman (1959) dan Faber (1959) diacu dalam Kapisa (1984) membedakan matoa kedalam tiga jenis berdasarkan sifat dan ciri-cirinya. Pometia pinnata Forst mempunyai ciri berdaun lebar, buahnya dapat dimakan, tinggi bebas cabang umumnya sekitar 10 meter dan batangnya kurang bagus dibandingkan Pometia acuminate Radkl dan Pometia corriaceae Radkl.

Sifat dan ciri Pometia acuminate Radkl dan Pometia corriaceae Radkl yaitu berdaun kecil, tinggi bebas cabangnya lebih dari 10 meter, tajuknya bulat dengan diameter batang rata-rata 100 cm. Pometia spp berbuah sekali dalam setahun, dimana pada bulan Agustus sampai September/Oktober berbunga, dan tiga atau empat bulan kemudian matang atau dapat dipanen (Kapisa 1984).

2.4.4 Medang (Litsea firma Hook.f)

Suku Lauraceae meliputi tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun-daun tunggal (yang kadang-kadang bertulang melengkung) yang duduknya tersebar, kadang-kadang berhadapan, tidak mempunyai daun penumpu. Bunga banci atau berkelamin tunggal, dengan tenda bunga berbilangan 2 sampai 5, biasanya berbilangan 3, tertanam pada tepi sumbu bunga yang berbentuk mangkuk atau piala dan tersusun dalam 2 lingkaran. Benang sari tersusun dalam 3-4 lingkaran, tiap lingkaran terdiri atas sejumlah benang sari yang sama dengan jumlah daun- daun tenda bunga dalam lingkarannya, yang pada lingkaran dalam sering bersifat mandul sebagai staminodium. Kepala sari membuka dengan katup. Bakal buah menumpang atau terdapat dalam lekukan dasar bunganya, mempunyai 1 bakal biji yang anatrop dengan 2 integumen. Buah untuk sebagian terbalut oleh sumbu bunganya yang membesar, berupa buah buni atau menyerupai buah batu. Biji tanpa endosperm. Lembaga dengan daun lembaga yang besar. Dalam daun dan kulit batang (gelam) terdapat sel-sel yang mengandung minyak atsiri (Tjitrosoepomo 2007).

Pohon dengan kanopi besar dengan tinggi sampai dengan 40 m dan diameter 60 cm. Daun spiral, sederhana, simetris, tulang daun menyirip, ada tangkai, daun permukaan bawah berwarna kuning ke hijau ke biru-hijau, permukaan bagian atas daun berwarna hijau tua. Bunga berkelamin tunggal, bunga jantan dan betina pada tanaman yang berbeda. Buah berdiameter 10,0-15,0 mm, merah, tidak berduri, sedikit berdaging dan buah berbiji 1 (Conn & Damas2010).

Tumbuhan ini merupakan pohon, tinggi sampai 80 m dan gemang 80 cm, di Palembang ditemukan pada ketinggian ± 550 m dpl. Kayu teras yang berwarna kuning tua mudah dikerjakan, tidak mudah retak dan tidak diserang bubuk ; digunakan untuk papan, karena struktur yang halus sangat digemari untuk bangunan rumah, harus digunakan di bawah atap (Heyne 1987).

2.4.5 Merbau (Instia spp)

Suku Leguminosae. Suku ini merupakan satu diantara 3 suku terbesar (Leguminosae, Graminae, dan Orchidae) yang termasuk tumbuhan biji tertutup (Angiospermae) yang meliputi lebih dari 11.500 jenis yang terbagi dalam lebih dari 500 marga. Ciri khasnya adalah terdapatnya buah yang disebut buah polong, yaitu buah yang berasal dari satu daun buah dengan atau tanpa sekat-sekat semu. Biji-biji terdapat pada kampuh perut, bila masak, kering, pecah, sehingga biji terlontar keluar, atau buah terputus-putus menjadi beberapa bagian menurut sekat- sekat semunya, tetapi ada pula yang buahnya berdaging dan tidak pernah pecah. Karena besarnya suku ini, lagipula pada bunganya terdapat sifat-sifat yang karakteristik, maka suku ini ada yang memecah menjadi 3 suku, yaitu

Mimosaceae, Paplinonaceae dan Caesalpiniaceae (Tjitrosoepomo 2007).

Suku Caesalpiniaceae. Anggota suku ini berbeda dengan warga

Papilonaceae terutama karena warga suku ini hampir semuanya berupa perdu atau pohon, boleh dikatakan tidak ada yang berupa terna, daun hampir selalu majemuk menyirip atau menyirip ganda, jarang sekali tunggal atau beranak daun 1. Selanjutnya terdapat perbedaan mengenai bunganya, ialah bahwa pada suku ini bunga memang sering masih mempunyai mahkota yang nyata berbentuk seperti kupu-kupu, tetapi 5 daun mahkotanya tidak bebas, tidak ada yang berlekatan atau dapat pula jumlah daun mahkota kurang dari 5, bahkan sampai tidak ada. Benang

sari 10, jarang lebih. Biasanya bebas atau berlekatan dengan bermacam-macam cara. Buahnya buah polong yang jika masak menjadi kering kemudian pecah, atau berdaging dan tidak membuka, seringkali bersayap. Biji dengan endosperm tipis atau tanpa endosperm, lembaga besar (Tjitrosoepomo 2007).

Instia spp yang lebih dikenal dengan merbau, terdiri atas Instia bijuga dan

Instia palembanica, tergolong pohon raksasa dengan tinggi mencapai 40 m dan tinggi bebas cabang 30 m, serta diameter mencapai 200 cm. Bentuk batang agak tegak, tidak silindris sempurna, berakar papan yang rata-rata mencapai 2 m dan tebal 10 cm. Bagian kulit batang yang mati setebal 0,5 mm-10 mm pada penampang melintang yang berwarna kuning sampai coklat. Bentuk tajuk tidak teratur dengan penampilan yang hampir mirip bila dilihat dari kejauhan (Mahfudz

et al. 2006).

Dokumen terkait