• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Penelitian ini dilakukan pada enam lokasi dengan ketinggian di bawah 400 meter di atas permukaan laut. Dua lokasi dilakukan pada kebun percobaan IPB, yaitu kebun percobaan IPB Tajur II dan Leuwikopo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (± 190 m dpl). Empat lokasi percobaan lainnya dipilih lahan petani agar terjadi penyebaran lokasi dan mendekati kondisi lingkungan yang sebenarnya, yaitu satu lokasi di Ciherang Kabupaten Bogor, Jawa Barat (± 190 m dpl), Kabupaten Subang, Jawa Barat (± 47 m dpl), Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah (± 104 m dpl), dan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah (± 47 m dpl). Penelitian ini dilakukan dua periode, yaitu periode pertama dilakukan pada tiga lokasi percobaan di Kabupaten Bogor. Penanaman dimulai pada bulan September 2006 dan panen terakhir pada bulan Mei 2007, periode kedua dilakukan di dua Propinsi dengan periode tanam mulai Desember 2007 dan panen terakhir pada bulan Agustus 2008.

Selama masa pembibitan, penyakit layu bakteri dan etiolasi menghambat pertumbuhan bibit tanaman. Bibit tanaman yang normal dan sehat mulai dipindah ke lokasi percobaan setelah berumur 4 minggu atau bibit tanaman sudah memiliki 4-5 daun. Penanaman dilakukan pada sore hari untuk menghindari panas matahari dan menghindari stres yang berlebihan pada bibit tanaman. Setelah bibit tanaman dipindah ke lapangan kadangkala mengalami gangguan oleh hembusan angin yang kencang sehingga menyebabkan rebah. Penyulaman dilakukan pada bibit tanaman yang mati dan rusak agar jumlah tanaman tiap petak tetap.

Pada awal penanaman, tanaman diserang hama siput dan belalang. Hama tersebut menyerang tanaman yang masih muda dan memakan pangkal batang sampai pucuk tanaman. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan pestisida curacon dan segera dilakukan penyulaman. Hama kutu, tungau dan thrips mulai menyerang pada satu bulan pertama tanaman (Gambar 4A dan 4B). Hama-hama tersebut menyerang daun tanaman sehingga menyebabkan daun menjadi kering dan keriting. Hibrida IPB CH3 terlihat lebih toleran terhadap serangan hama thrips dan tungau. Pengendalian hama kutu, thrips dan tungau dilakukan dengan penyemprotan pestisida curacon dan kelthane yang dilakukan satu minggu sekali

25 sampai tanaman siap dipanen. Hama lalat buah menyerang pada fase generatif yang menyebabkan buah cabai menjadi busuk dan rontok (Gambar 4C) untuk mengendalikan lalat buah digunakan pestisida petrogenol sebagai perangkap hama lalat bibit. Hibrida yang lebih banyak terserang oleh lalat buah adalah IPB CH2 dan IPB CH3.

Gambar 4 Gejala serangan hama tanaman. Kutu (A), thrips (B) dan lalat buah (C). Serangan penyakit rebah pangkal batang banyak terjadi pada percobaan ini (Gambar 5A). Penyakit yang banyak merusak tanaman percobaan dan sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan produksi adalah layu fusarium dan antraknosa. Layu fusarium dapat menyebabkan tanaman layu dan mengering (Gambar 5B), penyebaran penyakit layu fusarium sangat cepat dan dapat menghabiskan populasi tanaman. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan segera mencabut tanaman yang terserang dan membuangnya agar tanaman lain tidak ikut terserang. Hibrida yang paling rentan terserang penyakit layu fusarium adalah Biola, Gada dan IPB CH5.

Penyakit antraknosa merupakan penyakit yang sangat sulit dikendalikan, apabila buah cabai sudah terkena penyakit ini dapat menyebabkan buah menjadi busuk dengan warna coklat kehitaman, pengendalian dilakukan dengan meng-gunakan pestisida antracol mulai berbunga sampai panen minggu kesepuluh. Hibrida yang lebih rentan terserang penyakit ini adalah IPB CH28. Penyakit antraknosa sangat mudah menular apabila satu hibrida sudah terkena maka lambat laun semua hibrida akan terkena pula (Gambar 5C).

A

26

Gambar 5 Gejala serangan penyakit tanaman. Rebah batang (A), layu bakteri (B)

dan antraknosa (C).

Hama dan penyakit lain yang menyerang pada tanaman adalah ulat grayak yang memakan tanaman mulai daun sampai buah (Gambar 6A). Hama ini dapat menyebabkan produksi tanaman dan kualitas buah menjadi turun. Pengendalian hama ini dilakukan dengan membuang buah yang terlihat berlubang dan melakukan penyemprotan pestisida curacon. Penyakit embun jelaga (Gambar 6B) kadang terjadi pada lokasi percobaan. Penyakit embun jelaga dapat menurunkan produksi. Tanaman yang terkena penyakit embun jelaga akan terlihat gosong dan lambat laun tanaman mengering. Pengendalian penyakit embun jelaga dilakukan dengan penyemprotan pestisida antracol pada tanaman yang terserang.

Gambar 6 Gejala serangan hama dan penyakit sekunder. Ulat grayak (A) dan penyakit embun jelaga (B).

A

AA BBB CCC

A

27 Keragaan Cabai Hibrida

Rekapitulasi uji F pada semua peubah yang diamati disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan uji Barlet, data mempunyai ragam homogen untuk semua lokasi uji (p = 0.41) oleh karena itu dapat dilanjutkan ke analisis ragam gabungan. Dari hasil analisis ragam gabungan terlihat bahwa genotipe, lokasi dan interaksi genotipe x lokasi berpengaruh sangat nyata terhadap bobot per tanaman.

Tabel 4 Rekapitulasi F-hitung lokasi, genotipe, interaksi GXE dan koefisien keragaman

Peubah Fhitung Fhitung Fhitung Koefisien

Kuantitatif Lokasi Genotipe GXE Keragaman (%)

Umur Berbunga 65.12** 4.09** 1.68** 13.42 Umur Panen 88.34** 3.02** 1.71** 7.08 Diameter Buah 38.27** 17.21** 1.60** 10.01 Panjang Buah 108.53** 13.78** 1.11tn 9.48 Tebal Buah 80.66** 5.35** 0.89tn 19.72 Bobot Buah 80.90** 45.41** 2.56** 11.48 Tinggi Tanaman 88.25** 7.42** 0.99tn 11.21 Tinggi Dikotomus 42.44** 4.54** 1.42tn 12.66 Lebar Kanopi 102.26** 1.76* 1.21tn 10.20 Lebar Daun 214.18** 3.01** 1.32tn 10.27

Bobot per tanaman 200.16** 9.08** 1.78** 26.22

Keterangan : * : nyata; ** : sangat nyata; tn :tidak berbeda nyata

Hasil analisis ragam gabungan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata diantara genotipe, lokasi dan interaksi antara genotipe dan lokasi untuk semua peubah yang diamati. Interaksi antara genotipe dan lokasi sangat nyata hanya pada umur berbunga, umur panen, diameter buah, bobot buah dan bobot buah per tanaman (Tabel 4). Pada penelitian ini rata-rata koefisien keragaman berkisar dari 7.08% pada peubah waktu panen sampai 26.22% pada produksi, tingginya koefisien keragaman pada peubah produksi diduga karena perbedaan lingkungan.

28 Umur Berbunga

Perhitungan waktu berbunga dilakukan setelah 50% tanaman berbunga mekar pada petak percobaan. Pada penelitian ini waktu berbunga tanaman berkisar 26 – 33 hari setelah pindah tanam. Umur berbunga IPB CH3 (28.50 HST) lebih genjah dibandingkan dengan Hot Beauty (33.33 HST), namun demikian tidak berbeda nyata dengan Biola, Gada dan Imperial. Umur berbunga hibrida IPB CH3, IPB CH1, IPB CH28, IPB CH2, IPB CH50, IPB CH5 dan IPB CH25 berturut-turut adalah 28.50, 29.89, 30.17, 30.28, 30.89, 31.89 dan 32.44 HST (Tabel 5). Menurut Bostland dan Votava (2000), terdapat perbedaan waktu berbunga antar hibrida pada setiap lokasi, hal ini diduga terjadi karena perbedaan suhu lingkungan terutama suhu malam hari yang dapat mempengaruhi perbedaan waktu berbunga. Semua hibrida yang ditanam di Boyolali berbunga lebih lambat dibandingkan jika ditanam di 5 lokasi lainnya (Tabel 5).

Tabel 5 Umur berbunga 12 genotipe cabai hibrida pada 6 lingkungan

Genotipe Ciherang Tajur Leuwikopo Subang Rembang Boyolali Rata-Rata --- (HST) ---

IPB CH1 34.33abcd 32.00ab 25.33a 24.67def 26.33b 36.67ab 29.89bc IPB CH2 32.00abcd 34.67ab 24.33ab 25.00cdef 29.67ab 36.00ab 30.28abc IPB CH3 23.00d 38.67ab 24.33ab 22.33g 27.67ab 35.00b 28.50cd IPB CH5 32.00abcd 45.33a 25.67a 24.00efg 27.67ab 36.67ab 31.89ab

IPB CH25 37.00a 37.00ab 24.33ab 30.67a 29.33ab 36.33ab 32.44ab IPB CH28 24.33bcd 42.00a 24.67a 27.00bc 27.67ab 35.33b 30.17bc IPB CH50 33.33abcd 34.67ab 25.00a 26.00bcde 29.00ab 37.33ab 30.89abc Adipati 36.33ab 43.67a 24.00ab 25.33cdef 29.00ab 37.33ab 32.61ab Biola 34.67abcd 33.67ab 26.00a 26.67bcd 30.67a 38.00a 31.61abc Gada 36.00ab 34.67ab 19.00c 24.67def 26.67b 36.33ab 29.56bc Hot Beauty 35.67abc 42.00a 25.33a 28.00b 30.67a 38.33a 33.33a Imperial 23.33cd 26.33b 20.67bc 23.33fg 27.00b 37.33ab 26.33d

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama artinya tidak berbeda nyata berda-

sarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%

Umur Panen

Umur panen dihitung setelah tanaman 50% memiliki buah masak pada setiap petak percobaan. Pada penelitian ini rata-rata panen tanaman berkisar 74 – 87 hari setelah panen. Umur panen IPB CH5 tidak berbeda nyata dengan IPB CH1, IPB CH3, IPB CH25 dan Imperial (Tabel 6). Biola memiliki umur panen lebih lama dan berbeda nyata diantara semua hibrida yang diuji kecuali dengan Adipati dan Hot Beauty. Umur panen IPB CH5, IPB CH1, IPB CH3, IPB CH25,

29 IPB CH2, IPB CH28 dan IPB CH50, berturut-turut adalah 74.00, 74.27, 75.47, 77.47, 79.47, 79.47 dan 81.87 hari setelah pindah tanam. Menurut Hartuti dan Sinaga (2006) umur panen cabai sangat bervariasi tergantung jenis cabai dan lokasi penanaman. Tanaman cabai besar yang ditanam di dataran rendah sudah dapat dipanen pertama kali umur 70 – 75 HST. Berdasarkan data pada Tabel 6, tanaman IPB CH1 dan IPB CH5 sudah dapat dipanen berturut – turut pada umur 74.27 dan 74.00 HST berbeda nyata dengan Adipati, Biola, Gada dan Hot Beauty. Cabai yang dipanen lebih cepat akan menguntungkan petani. Oleh karena itu salah satu sasaran pemuliaan cabai adalah mendapatkan cabai yang berumur genjah. Kriteria genjah untuk cabai besar hibrida adalah lebih genjah daripada Hot Beauty (Permadi dan Kusandriani 2006). IPB CH3 berumur lebih genjah di-bandingkan Hot Beauty, baik umur berbunga maupun umur panen.

Tabel 6 Umur panen 12 genotipe cabai hibrida pada 6 lingkungan

Genotipe Ciherang Tajur Leuwikopo Subang Rembang Boyolali Rata-Rata --- (HST) ---

IPB CH1 70.33b 86.33abc - 60.67e 69.00cd 85.00abc 74.27f IPB CH2 72.00b 98.00abc - 69.67cde 77.00ab 80.67d 79.47cde IPB CH3 70.33b 93.33abc - 64.00de 73.67bc 76.00e 75.47ef IPB CH5 70.33b 88.67abc - 61.33e 66.00d 83.67bcd 74.00f IPB CH25 72.67b 84.00bc - 73.67abcd 73.33bc 83.67bcd 77.47def IPB CH28 72.67b 91.00abc - 76.33abc 74.00bc 83.33cd 79.47cde IPB CH50 72.67b 93.33abc - 76.00abc 80.33a 87.00abc 81.87bcd Adipati 75.00ab 105.00a - 71.33bcde 77.67ab 87.33abc 83.27abc Biola 81.33a 102.67ab - 82.33ab 82.00a 87.67ab 87.20a Gada 74.00ab 93.33abc - 68.33cde 71.00cd 88.67a 79.07cde Hot Beauty 81.00a 91.00abc - 85.00a 78.00ab 88.00a 84.60ab Imperial 72.33b 81.67c - 70.67cde 77.00ab 87.33abc 77.80def

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama artinya tidak berbeda nyata berda- sarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%

Bobot Buah

Hibrida IPB CH3 (13.04 g/buah) memiliki bobot buah lebih besar dan berbeda nyata dibandingkan Hot Beauty (8.96 g/buah) namun tidak berbeda nyata dengan IPB CH50 (12.47 g/buah). Bobot buah terbesar IPB CH3 di Rembang yaitu 18.47 g/buah. Hibrida IPB CH5 (6.38 g/buah) memiliki bobot buah terkecil dan berbeda nyata dibandingkan dengan semua hibrida. Bobot buah terkecil hibrida IPB CH5 terdapat pada lingkungan Tajur yaitu 5.15 g/buah, terbesar di Rembang yaitu 8.17 g/buah. Semua hibrida yang ditanam di Rembang mengalami peningkatan bobot buah dibandingkan pada 5 lokasi lainnya (Tabel 7).

30 Tabel 7 Bobot buah 12 genotipe cabai hibrida pada 6 lingkungan

Genotipe Ciherang Tajur Leuwikopo Subang Rembang Boyolali Rata-Rata --- (gram) --- IPB CH1 6.88d 9.42bc 9.46cd 10.53cde 12.63bcd 9.05c 9.66e IPB CH2 7.51cd 6.83de 7.61de 10.63cde 14.47b 10.08àbc 9.52e IPB CH3 9.60ab 12.07a 11.87ab 14.30a 18.47a 11.96a 13.04a IPB CH5 7.22d 5.15e 5.69e 5.83f 8.17e 6.21d 6.38f IPB CH25 9.11abc 11.31ab 11.86ab 11.27cd 13.83bcd 11.55ab 11.49cd IPB CH28 8.05bcd 12.10a 12.20ab 13.37ab 14.47b 11.87ab 12.01bc IPB CH50 8.69abcd 12.29a 12.61a 12.03bc 17.00a 12.00a 12.47ab Adipati 10.33a 12.02a 11.79ab 13.33ab 13.43bcd 9.58bc 11.75bc Biola 7.21d 9.29bc 9.40cd 9.23de 11.47d 8.67c 9.21e Gada 8.06bcd 9.52bc 10.23bc 12.40abc 14.20bc 10.44abc 10.81d Hot Beauty 7.14d 8.56cd 8.13cd 8.77e 11.97cd 9.21c 8.96e Imperial 7.92bcd 6.94de 8.98cd 8.87e 12.20bcd 10.47abc 9.23e

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama artinya tidak berbeda nyata berda- sarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%

Diameter Buah

Hibrida IPB CH3 memiliki diameter buah lebih besar dan berbeda nyata dengan semua hibrida pembanding. Hibrida IPB CH5 memiliki diameter buah yang lebih kecil dibandingkan dengan semua hibrida uji, kecuali dengan Biola. Diameter buah hibrida IPB CH3 tidak berbeda nyata dengan IPB CH25, IPB CH28 dan IPB CH50. Diameter terbesar IPB CH3 dicapai pada lingkungan Rembang (1.58 cm/buah) dan terkecil pada lingkungan Ciherang (1.03 cm/buah). Hibrida pembanding Adipati memiliki ukuran diameter buah yang lebih besar dibandingkan dengan hibrida pembanding yang lain kecuali dengan hibrida pembanding Gada (Tabel 8).

Diameter buah IPB CH3 (1.39 cm) lebih besar daripada semua varietas pembanding, sedangkan IPB CH1 dan IPB CH2 lebih besar daripada Biola. IPB CH25 lebih besar daripada varietas pembanding Biola, Gada dan Hot Beauty. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1998), cabai besar termasuk ke dalam kriteria mutu I jika mempunyai diameter 1.5 – 1.7 cm, mutu II dengan diameter 1.3 – 1.4 cm sedangkan mutu III dengan diameter < 1.3 cm. Berdasarkan data pada Tabel 8 buah cabai IPB CH3 dan IPB CH25 yang ditanam di Boyolali masuk ke dalam mutu I. Penelitian yang dilakukan Hartuti dan Asgar (1992) mengungkapkan bahwa ada kriteria tertentu yang dikehendaki oleh industri dalam memperoleh bahan baku cabai olahan. Kriteria tersebut diantaranya adalah diameter cabai 1.0 – 1.5 cm.

31 Tabel 8 Diameter buah 12 genotipe cabai hibrida pada 6 lingkungan

Genotipe Ciherang Tajur Leuwikopo Subang Rembang Boyolali Rata-Rata --- (cm) --- IPB CH1 1.09a 1.36ab 1.24ab 1.17b 1.30bcd 1.29cd 1.24bc IPB CH2 0.99a 1.05bc 1.18ab 1.19b 1.29bcd 1.35bc 1.18cde IPB CH3 1.03a 1.45a 1.45a 1.30a 1.51a 1.58a 1.39a IPB CH5 0.94a 0.90c 0.99bc 0.94e 1.08f 1.16d 1.00g IPB CH25 1.06a 1.40ab 1.38a 1.19b 1.37b 1.53a 1.32ab IPB CH28 0.99a 1.42a 1.38a 1.24ab 1.35b 1.52a 1.32ab IPB CH50 0.97a 1.35ab 1.46a 1.18b 1.40b 1.50ab 1.31ab Adipati 1.11a 1.30ab 1.40a 1.22b 1.22cde 1.30cd 1.26bc Biola 0.93a 1.18abc 0.74c 1.04cd 1.19de 1.28cd 1.06fg Gada 1.02a 1.24abc 1.19ab 1.09c 1.31bc 1.26cd 1.19cd Hot Beauty 0.95a 1.28ab 1.14ab 1.02cd 1.15ef 1.34bc 1.15de Imperial 0.95a 1.10abc 1.18ab 1.01d 1.12ef 1.22cd 1.10ef

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama artinya tidak berbeda nyata berda- sarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%

Tebal Kulit Buah

Tebal kulit buah di Tajur (Tabel 9) menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata, IPB CH3 (2.37 mm) di Ciherang lebih tebal dibandingkan dengan IPB CH1 (1.22 mm) namun tidak berbeda nyata dengan hibrida lain. IPB CH25 di Leuwikopo (2.37 mm) lebih tebal dibandingkan dengan Hot Beauty (1.67 mm) dan IPB CH5 (1.43 mm) namun tidak berbeda nyata dengan hibrida lain. IPB CH3 di Subang memiliki tebal kulit lebih tebal yaitu 2.33 mm dibandingkan dengan hibrida lain namun tidak berbeda nyata dengan Adipati (2.10 mm). IPB CH3 (2.27 cm) di Rembang lebih tebal dibandingkan dengan semua hibrida yang diuji, hal yang sama di Boyolali IPB CH3 (3.94 mm) lebih tebal dengan hibrida lain namun tidak berbeda nyata dengan IPB CH50 (3.37 mm).

Tabel 9 Tebal kulit buah 12 genotipe cabai hibrida pada 6 lingkungan

Genotipe Ciherang Tajur Leuwikopo Subang Rembang Boyolali Rata-Rata --- (mm) ---

IPB CH1 1.22b 1.73a 2.03abc 1.83bcd 1.74bcde 2.78b 1.89bc IPB CH2 1.61ab 1.60a 2.03abc 1.83bcd 1.76bcd 2.94b 1.96bc IPB CH3 2.37a 1.53a 1.97abc 2.33a 2.27a 3.94a 2.40a IPB CH5 1.04b 1.43a 1.43d 1.43e 1.55cde 2.58b 1.58d IPB CH25 2.06ab 1.70a 2.37a 1.90bcd 1.80bc 3.08b 2.15ab IPB CH28 1.32ab 1.73a 1.97abc 1.87bcd 1.71bcde 3.01b 1.93bc IPB CH50 1.50ab 1.40a 2.13abc 1.97cd 1.83b 3.37ab 2.03bc Adipati 1.51ab 2.23a 2.07abc 2.10ab 1.70bcde 3.17b 2.13b Biola 1.71ab 1.60a 1.83bcd 1.67cde 1.66bcde 3.15b 1.94bc Gada 1.30ab 1.37a 2.03abc 1.77bcde 1.61bcde 2.78b 1.81cd Hot Beauty 1.41ab 1.27a 1.67cd 1.63cde 1.54de 3.24ab 1.79cd Imperial 1.32ab 1.40a 2.23ab 1.57de 1.49e 2.96b 1.83cd

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama artinya tidak berbeda nyata berda- sarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%

32 Genotipe IPB CH3 memiliki tebal kulit lebih tebal (2.40 mm) dan berbeda nyata dibandingkan dengan hibrida pembanding namun tidak berbeda nyata dengan hibrida IPB CH25. Hibrida IPB CH5 memiliki tebal kulit buah lebih tipis (1.58 mm) dan berbeda nyata dibandingkan dengan Adipati dan Biola. Semua hibrida yang ditanam di Boyolali mengalami peningkatan bobot buah di-bandingkan pada 5 lokasi lain (Tabel 9).

Panjang Buah

Buah IPB CH3 (15.47 cm) dan IPB CH25 (15.39 cm) lebih panjang daripada Adipati, Biola dan Hot Beauty namun tidak berbeda nyata dengan Gada dan Imperial. Buah IPB CH5 (11.62 cm) lebih pendek dibandingkan dengan semua hibrida. Sementara itu, buah cabai hibrida yang ditanam di Subang lebih panjang dibandingkan jika ditanam di lima daerah lain (Tabel 10). Menurut Badan Standar Nasional (1998), cabai besar termasuk ke dalam kriteria mutu I jika mempunyai panjang 12 – 14 cm, mutu II dengan panjang 9 – 11 cm sedangkan

mutu III dengan panjang < 9 cm. Menurut Sayaka et al. (2008), salah satu industri

yang berbahan baku cabai yaitu PT Heinz ABC Indonesia mensyaratkan kualitas cabai dengan ukuran panjang 9.5 – 14.5 cm. Dengan demikian, berdasarkan Tabel 10, IPB CH2 (13.51 cm), Biola (12.85 cm) dan Hot Beauty (13.34 cm) termasuk ke dalam kriteria mutu I dan memenuhi syarat kualitas industri.

Tabel 10 Panjang buah 12 genotipe cabai hibrida pada 6 lingkungan

Genotipe Ciherang Tajur Leuwikopo Subang Rembang Boyolali Rata-Rata --- (cm) ---

IPB CH1 13.81ab 13.72ab 13.50abc 18.06cde 15.02ab 11.71bc 14.30bcd

IPB CH2 12.80b 12.39ab 12.26bcd 17.92cde 14.35b 11.36bc 13.51de IPB CH3 17.51a 13.21ab 14.04abc 20.65a 15.11ab 12.28abc 15.47a IPB CH5 12.85b 9.32c 10.77d 14.46f 12.48d 9.86d 11.62f IPB CH25 13.65ab 14.60ab 14.56a 18.53bcde 14.56b 12.41abc 14.72abc IPB CH28 13.80ab 13.60ab 14.95a 19.79abc 16.26a 11.96bc 15.06ab IPB CH50 14.15ab 14.75a 14.48a 20.47ab 16.09a 12.38abc 15.39a Adipati 13.18ab 13.47ab 13.08abc 18.61abcde 14.00bc 11.13cd 13.91cd Biola 12.09b 11.79bc 10.75d 17.68de 13.07cd 11.74bc 12.85e Gada 13.89ab 12.35ab 14.34ab 20.57a 16.21a 12.88ab 15.04ab Hot Beauty 13.36ab 12.15ab 12.13cd 16.70e 14.24bc 11.49bc 13.34de Imperial 14.58ab 13.30ab 14.04abc 19.10abcd 15.83a 13.60a 15.08ab

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama artinya tidak berbeda nyata berda- sarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%

33 Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman hibrida yang diujikan berkisar 69.82 – 87.57 cm, IPB CH50 merupakan hibrida yang lebih tinggi dibandingkan dengan semua hibrida yang diuji, namun tidak berbeda nyata dengan IPB CH1 (81.94 cm) dan Biola (84.40 cm). Tinggi tanaman tertinggi IPB CH50 dicapai di Boyolali yaitu 105.67 cm dan terendah di Tajur yaitu 65.34 cm (Tabel 11). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997), tinggi tanaman cabai berkisar 50-150 cm dengan tinggi tanaman cabai yang ideal berkisar 100 cm. Tanaman dengan tinggi yang sedang akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang optimum. IPB CH1 (107.03 cm), IPB CH2 (101.13 cm) dan IPB CH50 (105.67 cm) memiliki tinggi yang ideal pada lokasi percobaan Boyolali (Tabel 11).

Tabel 11 Tinggi tanaman 12 genotipe cabai hibrida pada 6 lingkungan

Genotipe Ciherang Tajur Leuwikopo Subang Rembang Boyolali Rata-Rata --- (cm) ---

IPB CH1 68.59a 66.72a 76.10a 92.89ab 80.03bc 107.03a 81.94ab IPB CH2 69.80a 61.50abc 68.82abc 88.88bc 75.17bcd 101.13abc 77.55bc IPB CH3 68.54a 60.54abc 74.05abc 84.10bc 76.80bcd 84.60d 74.77cd

IPB CH5 70.89a 45.83c 69.20abc 76.04c 72.55bcd 94.97abcd 71.58cd

IPB CH25 68.18a 54.21abc 70.13abc 87.66bc 69.82cd 88.07cd 73.01cd IPB CH28 73.22a 51.53abc 63.10c 84.78bc 68.67cd 90.90cd 72.03cd IPB CH50 93.09a 65.34ab 75.03ab 89.97bc 96.30a 105.67ab 87.57a Adipati 68.29a 56.28abc 72.86abc 93.88ab 82.80b 92.30bcd 77.74bc Biola 76.37a 60.83abc 75.93a 107.01a 79.40bc 106.83a 84.40a Gada 68.96a 49.17bc 67.97abc 79.95bc 65.27d 87.63cd 69.82d Hot Beauty 68.69a 58.22abc 69.73abc 87.36bc 69.01cd 91.63bcd 73.94cd Imperial 71.64a 59.75abc 63.48bc 82.76bc 73.57bcd 93.03abcd 74.04cd

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama artinya tidak berbeda nyata berda- sarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%

Tinggi Dikotomus

Tinggi dikotomus tanaman cabai hibrida di Ciherang tidak berbeda nyata untuk semua hibrida, sedangkan IPB CH25 (23.09 cm) di Tajur lebih tinggi dibandingkan dengan Gada (16.72 cm) dan IPB CH5 (16.42 cm) namun tidak berbeda nyata dengan hibrida lain. IPB CH25 (26.55 cm) di Leuwikopo lebih tinggi dibandingkan dengan hibrida lain kecuali dengan Biola (25.03 cm). Biola di Subang dan Rembang lebih tinggi dibandingkan dengan semua hibrida yang diuji, dengan tinggi dikotomus berturut turut yaitu 32.09 cm dan 30.30 cm. Tinggi dikotomus Biola (27.28 cm) di Boyolali lebih tinggi dibandingkan dengan IPB CH28 (23.48 cm), IPB CH1 (22.96 cm) dan IPB CH3 (20.78 cm) namun tidak

34 berbeda nyata dengan hibrida lain. Secara umum hibrida pembanding Biola (27.23 cm) memiliki tinggi dikotomus yang lebih tinggi dibandingkan dengan semua hibrida lainnya, namun tidak berbeda nyata dengan IPB CH2 (26.12 cm) dan IPB CH25 (25.26 cm) (Tabel 12).

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997), tinggi dikotomus yang ideal

tanaman cabai berkisar 20 cm. Tanaman cabai yang memiliki tinggi dikotomus terlalu tinggi akan menyebabkan lebar kanopi semakin lebar dan menurunkan potensi hasil. Sedangkan tanaman cabai yang memiliki tinggi dikotomus yang pendek, buahnya akan mudah terkena percikan air hujan dan bersentuhan dengan mulsa sehingga akan mudah terserang penyakit. Hibrida IPB CH3 seperti yang disajikan pada Tabel 12, memiliki tinggi dikotomus ideal pada lokasi percobaan Tajur (20.78 cm), Leuwikopo (20.68 cm) dan Boyolali (20.78 cm).

Tabel 12 Tinggi dikotomus 12 genotipe cabai hibrida pada 6 lingkungan

Genotipe Ciherang Tajur Leuwikopo Subang Rembang Boyolali Rata-Rata --- (cm) ---

IPB CH1 25.48a 18.94abc 21.87cd 25.17d 21.67d 22.96cd 22.53d IPB CH2 36.97a 18.77abc 21.93cd 29.83b 25.82b 26.12ab 26.57ab IPB CH3 27.78a 20.78abc 20.68cde 22.76e 23.47bcd 20.78d 22.47d IPB CH5 28.93a 16.42c 20.68cde 28.01bc 24.38bcd 24.03abcd 23.74cd IPB CH25 24.88a 23.09a 26.55a 29.99cd 23.27bcd 23.80abcd 25.26abc IPB CH28 28.43a 16.88bc 20.56cde 26.05b 22.83cd 23.48bcd 23.04cd IPB CH50 29.11a 21.00abc 22.52bc 24.31de 25.31bc 26.08ab 24.72bcd Adipati 27.21a 18.51abc 18.92de 28.03bc 24.73bc 23.73abcd 23.52cd Biola 26.58a 22.11ab 25.03ab 32.09a 30.30a 27.28a 27.23a Gada 30.04a 16.72bc 18.89de 25.90cd 23.66bcd 24.38abc 23.26cd Hot Beauty 26.71a 19.59abc 18.55e 24.51de 23.44bcd 26.55ab 23.22cd Imperial 27.77a 19.65abc 22.92bc 24.90de 22.79cd 25.08abc 23.85cd

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama artinya tidak berbeda nyata berda- sarkan uji lanjut Duncan dengan taraf 5%

Lebar Kanopi

Pengamatan lebar kanopi di lokasi percobaan Ciherang, Tajur dan Rembang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk semua hibrida yang diuji. Pada lokasi percobaan Leuwikopo IPB CH3 (69.88 cm) memiliki lebar kanopi yang lebih lebar dibandingkan dengan IPB CH28 (56.32 cm), namun tidak berbeda nyata dengan hibrida yang lain. Perbandingan lebar kanopi di Subang menunjukkan IPB CH50 (69.62 cm) lebih sempit dibandingkan IPB CH25 (86.47 cm) dan Biola (94.78 cm). Sedangkan di Boyolali IPB CH5 lebih sempit di-bandingkan dengan IPB 50 (88.07 cm), namun tidak berbeda nyata dengan hibrida

35 lain. Secara rata-rata seperti yang disajikan pada Tabel 13, IPB CH5 memiliki lebar kanopi tersempit (65.34 cm) dan berbeda nyata dibandingkan dengan IPB CH50 (71.24 cm) dan Biola (72.30 cm). Ukuran lebar kanopi terluas hibrida IPB CH5 dicapai pada lingkungan Boyolali (77.63 cm) dan lebar kanopi yang tersempit pada lingkungan Tajur (39.75 cm).

Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2003), lebar kanopi tanaman cabai berkisar 50-90 cm, dengan lebar kanopi yang ideal berkisar 70 cm. Tanaman yang memiliki kanopi yang sangat lebar akan membuat per-cabangan mudah patah pada saat tanaman mulai berbuah. Kanopi yang terlalu lebar juga membuat populasi tanaman semakin menurun dan panennya lebih lambat karena bobot biomassanya semakin besar. Sedangkan kanopi yang terlalu sempit akan menurunkan potensi hasil. Berdasarkan kriteria tersebut IPB CH1, IPB CH2 dan IPB CH25 memiliki lebar kanopi yang ideal dibandingkan dengan hibrida lain.

Tabel 13 Lebar kanopi 12 genotipe cabai hibrida pada 6 lingkungan

Genotipe Ciherang Tajur Leuwikopo Subang Rembang Boyolali Rata-Rata --- (cm) --- IPB CH1 58.48a 59.47a 67.83ab 75.86bc 77.80a 84.60ab 70.67abc IPB CH2 59.44a 56.67a 62.38ab 78.21bc 83.73a 81.27ab 70.38abc IPB CH3 60.81a 52.40a 69.88a 76.05bc 85.50a 83.43ab 71.35bc IPB CH5 60.86a 39.75a 67.20ab 70.11bc 76.50a 77.63b 65.34c IPB CH25 60.68a 50.91a 64.00ab 86.47ab 78.13a 82.37ab 70.43abc IPB CH28 63.19a 48.45a 56.32b 74.37bc 78.28a 78.70ab 66.55bc

Dokumen terkait