• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1.1. Aspek Pemasaran Nilam (Kajian Pustaka)

Nilam merupakan komoditi yang diolah menjadi bahan baku minyak wangi dan jenis kosmetika lainnya. Hasil tanaman nilam adalah minyak yang didapat dengan cara menyuling batang dan daunnya, belum ada senyawa sintetis yang mampu menggantikan peran minyak nilam dalam industri parfum dan kosmetika. Sebagai bahan baku minyak wewangian pasaran minyak nilam sebagian besar adalah ke luar negeri. Di pasar intemasional minyak nilam dikenal dengan nama "Patchouli oil", namun dalam dunia perdagangan dikenal dua macam nilam yaitu "Folia patchouly naturalis" (sebagai insectisida) dan "depurata" (sebagai minyak atsiri). Minyak nilam merupakan produk yang terbesar untuk minyak atsiri dan pemakaiannya di dunia menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Dapat dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami maupun sintetis yang dapat menggantikan minyak nilam dalam posisinya sebagai fixative.

Data ekspor BPS (2015) menunjukkan bahwa kontribusi minyak nilam (Patchouli oil) terhadap pendapatan ekspor minyak atsiri sekitar 60%, minyak akar wangi (Vetiner oil) sekitar 12,47%, minyak serai wangi (Citronella oil) sekitar 6,89%, dan minyak jahe (Ginger oil) sekitar 2,74%. Rata-rata nilai devisa yang diperoleh dari ekspor minyak atsiri selama sepuluh tahun terakhir cenderung meningkat. Ekspor Minyak Nilam Indonesia tahun 2010 sebesar 1.540 ton (58,89 juta$), meningkat di tahun 2011 sebesar 1.567 ton – (71,93 juta$) (Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, 2013). Walaupun secara makro nilai ekspor ini kelihatannya kecil namun secara mikro mampu meningkatkan kesejahteraan petani di pedesaan yang pada

gilirannya diharapkan dapat mengurangi gejolak sosial.

Indonesia merupakan produsen minyak nilam terbesar di dunia, namun Indonesia tidak banyak memiliki industri yang menggunakan minyak nilam karena kurangnya modal dan teknologi yang terbatas, sehingga produksi minyak nilam menjadi penting untuk diekspor ke negara-negara maju yang memiliki kekuatan industri dan teknologi seperti Amerika Serikat dan Perancis. Permintaan dunia terhadap minyak nilam juga sangat tinggi seperti Singapura, Amerika Serikat , Spanyol dan Perancis. Mengingat negara-negara tersebut memiliki teknologi industri yang sangat baik dan mempunyai modal yang banyak. Singapura menduduki peringkat pertama tujuan ekspor minyak nilam Indonesia sebesar 31,17%, kemudian Amerika Serikat sebesar 17,92%, Spanyol sebesar 16,4%, dan Perancis sebesar 8,85% (Balittro, 2012).

Negara-negara tersebut mengimpor minyak nilam, karena minyak nilam sangat baik digunakan untuk industri parfum dan kosmetika. Minyak nilam adalah satu-satunya minyak atsiri yang memiliki Pachouli Alcohol berguna untuk memfiksasi parfum agar wanginya lebih tahan lama. Sistem penjualan minyak nilam Indonesia sangat bergantung pada harga minyak nilam di pasaran dunia. Hal ini juga didukung oleh penelitian Sari (2009) menyebutkan bahwa harga ekspor minyak nilam Indonesia mengikuti perkembangan harga internasional. Zakiah (2000) menyebutkan bahwa harga minyak nilam di pasaran dunia ini sangat responsif terhadap volume ekspor minyak nilam. Hal ini dikarenakan harga internasional minyak nilam menganut pada harga di negara Perancis. Perancis lebih selektif dalam mengimpor minyak nilam, berbeda dengan Singapura dan Amerika Serikat yang yang selama ini lebih mengimpor minyak nilam kasar. Perancis hanya mengimpor minyak nilam dengan mutu yang tinggi dan bebas dari kandungan besi.

Perancis menjadi patokan harga pasaran minyak nilam dunia, karena harga yang dibuat oleh Perancis memiliki nilai yang tinggi dan dengan mutu minyak nilam yang baik. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan harga minyak nilam di pasaran dunia sangat ditentukan oleh mutu minyak nilam dan volume ekpor minyak nilam dari negara eksportir utama. Selain itu harga minyak nilam dunia menunjukan kecenderungan meningkat. Hal inimenunjukan bahwa semakin tinggi permintaan minyak nilam di pasaran dunia akan menyebabkan harga minyak nilam di pasar dunia juga meningkat.

Prospek bisnis minyak atsiri nilam yang digunakan sebagai bahan baku industri wangi-wangian (parfum) itu dinilai cukup cerah, karena bahan baku tersebut tersedia cukup banyak di Indonesia. Tetapi, karena Indonesia masih mengandalkan Singapura

sebagai pasar ekspor, maka harga minyak atsiri nilam tidak dapat bergerak lebih dari Rp 2 juta/kg. Sekalipun belum ada data akurat namun secara kasar pangsa pasar minyak nilam Indonesia mengambil porsi sekitar 90% dari ekspor minyak nilam dunia. Kebutuhan minyak nilam akan terus bertambah selaras dengan kenaikkan konsumsi dunia atas produk komestik, parfum, sabun wangi bahkan telah berkembang untuk produk tembakau dan minyak rambut.

Di pasaran minyak atsiri dunia, mutu minyak nilam Indonesia sudah sangat dipercaya oleh para konsumen di luar negeri. Hal itu terlihat bahwa porsi minyak nilam Indonesia di pasaran dunia mencapai 88-90% dari pasaran minyak nilam dunia. Saat ini diperkirakan kebutuhan minyak nilam dunia berkisar antara 1.100 - 1.200 ton/tahun. Sedangkan pasokan minyak nilam saat ini kurang lebih 900 ton/tahun sehingga ada peluang pasar sebesar 200 ton/tahun.

Selain pasar ekspor, minyak nilam juga mempunyai pesar lingkup nasional, meskipun jumlahnya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan pasar ekspornya. Berkembangnya produk kosmetik, parfum dan peralatan kecantikan dalam negeri akan memacu pertumbuhan pemakaian minyak nilam dalam negeri seperti Mustika Ratu, Ratu Ayu, Viva Cosmetics, dll.

Pola pemasaran minyak nilam di wilayah-wilayah produsen nilam umumnya melibatkan pedagang pengumpul atau KUD sebagai lembaga pemasaran yang menampung hasil produksi petani, karena petani masih sulit menembus pasar nilam secara langsung sehingga memerlukan pedagang perantara (pedagang pengumpul). Sistem pemasaran minyak nilam selama ini adalah melalui pedagang pengumpul di tingkat petani dan pedagang pengumpul di tingkat kecamatan kemudian ke eksportir. Harga minyak nilam di pasaran cenderung berfluktuasi mengikuti harga pasaran internasional dengan kisaran harga beli tertinggi minyak atsiri nilam Indonesia oleh Singapura Rp 2 juta/kg, sedangkan harga beli terendah Rp 200 ribu/kg.

Kegiatan distribusi pemasaran nilam umumnya melalui saluran pemasaran yang melibatkan lembaga pemasaran petani, pedagang pengumpul dan eksportir sebagai berikut:

Gambar 2. Saluran pemasaran produksi nilam Petani Nilam  Pedagang Pengumpul 

Lokal

Pedagang Besar /  Pengusaha Pemilik Kilang 

Pada tingkat petani, produk nilam yang dijual umumnya dalam bentuk :

Daun basah, yang dinilai dengan harga pada kisaran Rp.2.000 - Rp.5.000,-

Daun kering nilam dihargai Rp 10.000–Rp 15.000 per kilogram (kg). Daun kering inilah yang nantinya disuling hingga menghasilkan minyak nilam. Biasanya dari daun basah akan susut 70% menjadi daun kering.

Untuk batangnya, dijual dengan harga Rp 7.000–Rp 10.000 per kg.

Jika disuling menjadi minyak, maka harga pasaran di tingkat pedagang pengumpul berkisar Rp.220.000 sampai dengan Rp.240.000 per liter.

Namun perkembangan saat ini, kebanyakan petani nilam lebih memilih menjadi penyulingnya saja karena harga minyak lebih mahal daripada bahan bakunya. Jika langsung bisa menembus pasar ekpor, 1 kg minyak nilam harganya Rp 700.000–Rp 800.000. Lantaran itu, permintaan bahan baku seperti daun kering dan batang nilam sangat tinggi di pasaran. Persoalannya, sekarang jumlah petani nilam sangat sedikit. Dengan demikian, potensi pengusahaan komoditi nilam ke depan cukup menjanjikan.

Harga jual pada masing-masing tingkatan tersebut berbeda satu sama lain namun harga pada masing-masing tingkatan ditentukan oleh harga pada tingkatan ke-3 yaitu harga penjualan ekspor. Para pengumpul/lokal biasanya memperoleh informasi harga dengan mengadakan penawaran kepada beberapa eksportir dan menjual kepada penawaran yang tertinggi. Pola pemasaran yang terbuka ini akan menguntungkan para pemasok lokal namun belum tentu menguntungkan bagi petani karena informasi harga ekspor ke petani tidak sampai kepada mereka.

4.1.2. Aspek Teknis dan Produksi Nilam (Kajian Pustaka)

Produksi nilam dalam bentuk daun basah, kering maupun minyak nilam, dihasilkan dari teknis pelaksanaan produksi usahatani nilam, yang dimulai dari pengolahan tanah sampai dengan pemanenan dan pengolahan hasil.

Secara teknis, tanaman nilam dapat tumbuh subur pada tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik dapat ditumbuhi adalah regosol, latosol dan aluvial. Tekstur tanahnya adalah tanah lempung berpasir, atau lempung berdebu dan keasaman tanah antara pH = 6 - 7 dan mempunyai daya resapan tanah yang baik dan tidak menyebabkan genangan air pada musim hujan.

Untuk menghasilkan daun nilam dengan konsentrasi minyak yang tinggi diperlukan sinar matahari yang jatuh secara langsung sekalipun daun nilam menjadi lebih kecil dan tebal sehingga seakan berfungsi sebagai pelindung akan menghasilkan tanaman nilam yang berdaun hijau, lebar tipis namun kadar minyaknya lebih rendah. Persyaratan agroklimat nilam adalah sebagai berikut:

Tanah : Gembur banyak mengandung bahan organik , tidak tergenang dan pH tanah antara 6–7

Temperatur : 18-27oC

Ketinggian : 100-400 m

Curah Hujan : 2300-3000 mm/year

Kelembaban : 60-70%

Pengolahan lahan dapat dimulai 1–2 bulan sebelum tanam dengan pencangkulan tanah sedalam 30 cm. Tujuan pencangkulan selain untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur dan remah, sekaligus pembersihan tumbuhan penganggu (gulma). Setelah tanah dicangkul kemudian dibuat bedengan-bedengan untuk ditanami nilam. Ukuran bedengan tinggi 20–30 cm, lebar 1-1,5 meter dan panjang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Jarak antara bedengan satu dengan lainnya berkisar antara 40-50 cm untuk memudahahkan perawatan. Tanah bedengan tersebut dibiarkan seminggu kemudian dicangkul untuk meremahkan tanah yang sekaligus dapat dilakukan pemberian pupuk organik (pupuk kandang) yang sudah dimatangkan. Kebutuhan pupuk sebanyak 10–20 ton per hektar tergantung dari tingkat kesuburan tanah. Setelah diberi pupuk kandang kemudian didiamkan selama 2 minggu. Menjelang waktu tanam dibuat lubang tanam ukuran 15 cm panjang x 15 cm tinggi x 15 cm lebar. Jarak antara lubang satu dengan lainnya antara 40 cm x 50 cm atau 50 cm x 50 cm.

Untuk memperoleh bibit yang baik, dapat diambil dari cabang yang muda dan sudah berkayu dengan ruas pendek. Panjang stek antara 20-30 cm dan mempunyai 3-4 mata ruas. Potongan stek disemaikan pada lahan persemaian yang subur dan gembur dan dekat sumber air. Apabila perlu diberikan sedikit pelindung dari anyaman daun nipah atau daun kelapa. Tanah persemaian adalah campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 2 : 1. Tanah persemaian diberi pupuk kandang atau pupuk kompos secara merata. Penanaman stek pada bedeng persemaian dengan jarak 10 cm x 10 cm dengan posisi miring 450. Sebelum stek tumbuh perlu dilakukan penyiangan dan penyiraman. Setelah 2–3 minggu akan nampak tunas muda yang tumbuh. Untuk mempercepat pertumbuhan akar sebelum ditanam stek dicelup dalam cairan hormon perangsang tumbuhnya akar. Pada umur 4–5 minggu tunas dan akar akan tumbuh secara merata dan siap dipindahkan ke kebun.

Mengingat faktor musim sangat berpengaruh pada tanaman nilam yang peka terhadap kebutuhan air, maka waktu tanam diusahakan pada permulaan musim hujan. Penanaman nilam dilakukan dengan memasukkan stek kedalam lubang dan ditutup dan dipadatkan. Dalam penanaman stek diatur agar 2- 3 buku masuk dalam lubang tanah

agar jaringan akar cukup kuat. Untuk dapat memberikan hasil panen secara terus menerus maka perlu ada jadwal penanaman per kelompok petani. Apabila diasumsikan untuk memenuhi kapasitas penyulingan dengan kapasitas 100 kg per sekali masak maka apabila dalam satu hari direncanakan 2 kali pemasakan maka akan dibutuhkan 200 kg daun kering dan lahan yang siap panen perhari 400 kg daun kering yang ekivalen dengan 0,125 hektar lahan. Apabila dalam satu bulan dilakukan 25 hari kerja maka akan diperlukan 3.125 hektar lahan siap panen.

Setelah 3 minggu perlu dilakukan pengecekan apakah stek tumbuh dengan baik dan pada stek yang kurang baik pertumbuhan tunasnya diperlukan penyisipan dengan mengambil stek berasal dari persemaian yang sama agar pertumbuhan merata. Pada masa pertumbuhan tanaman nilam membutuhkan air untuk kelembaban tanah terutama pada musim kemarau. Penyiraman dapat dilakukan dengan mengalirkan air pada parit-parit antara bedengan atau dengan menggunakan sprinkle shower. Pemberian air diatur sesuai dengan umur tanaman nilam, dengan jumlah akan terus berkurang.

Untuk kegiatan pemupukan, umumnya digunakan 2 jenis pupuk yaitu pupuk organik dan pupuk buatan. Pupuk organik diperoleh daril limbah kotoran hewan, pupuk hijau. Untuk melangsungkan pertumbuhan daun perlu diberikan pupuk daun yakni pada saat tanaman berumur 1 bulan, 3 bulan dan setelah panen. Merek pupuk yang banyak dipakai seperti Bayfolan, Gandasil D, PPC, Silozin dll yang ada dijual di depot-depot KUD. Pemberian pupuk berdasarkan pada umur tanaman tersaji pada Tabel 2.

Penyakit yang umumnya menyerang tanaman nilam adalah penyakit layu dan budog. Timbulnya penyakit layu umumnya berasal dari tanah bekas tanaman nilam yang terkena penyakit layu dan budog yang terkontaminasi oleh patogen penyakit layu dan budog. Jenis hama yang sering menyerang adalah walang sangit, yang ditanggulangi dengan racun kontak atau jaringan. Tindakan preventif dapat dilakukan dengan perbaikan kultur tehnis.

Tabel 2 Dosis penggunaan pupuk untuk tanaman nilam

Umur Tanaman Pupuk Urea Pupuk ZA Pupuk TSP Pupuk KCl

1 - 2 Bulan 50 – 70 50 - 75 50 – 75 25 - 50 3 - 5 25 -50 25 - 50 - 12,5 - 25 5 - 8 25 25 - 12,50 Pasca Panen 8 -12 12 - 16 16 – 20 50 - 75 50 -75 50 -75 50 -75

Seluruh bagian tanaman nilam pada dasarnya mengandung minyak nilam namun dengan kadar yang berbeda. Kadar terbesar ada pada daunnya namun dalam proses penyulingan daun dan batang disuling secara bersama-sama. Pemanenan dilakukan pada umur 7-9 bulan setelah tanam dan panen berikutnya dapat dilakukan 3-4 bulan sekali hingga umur produktif 3 tahun setelah itu tanaman diremajakan. Pemanenan dilakukan pada sore hari atau pagi hari dan menghindarkan pemanenan pada siang hari karena akan mengurangi kandungan minyak yang diperoleh. Dahan dipanen dengan gunting dan menyisakan 1 cabang tetap tumbuh untuk meransang tumbuhnya tunas baru.

Produksi total usahatani nilam per tahun diperoleh dari semua hasil panen nilam basah pada tahun tersebut, sedangkan bentuk produksi yang dijual umumnya tergantung pada musim. Apabila kemarau petani menjual nilam kering sedangkan pada musim hujan yang dijual adalah nilam basah. Produksi nilam umumnya meningkat setiap tahunnya sampai dengan umur produktifnya. Produksi pada tahun ketiga lebih besar dibanding pada tahun pertama dan kedua. Hal ini disebabkan karena morfologi tanaman nilam adalah semak/berumpun, sehingga setelah dilakukan panen pertama maka pertumbuhannya akan terpicu dan lebih banyak cabangnya, sehingga produksi per pohon bisa lebih banyak lagi untuk panen selanjutnya. Selain itu, pemberian pupuk juga dapat mempengaruhi produksi tanaman nilam. Pada tanaman yang tumbuh baik akan dihasilkan daun basah 5-20 ton/ha/tahun, setara dengan 1-4 ton daun kering. Bila kadar minyak 2,45-4%, maka ini berarti produksi minyaknya 25-160 kg/tahun (Balittro, 1990).

Untuk kegiatan penyulingan minyak nilam (Destilasi), diperlukan investasi peralatan penyulingan terdiri atas :

Ketel uap

Pasu penguapan dan tungku pemanasan dengan bahan baku kayu atau batu bara

Pipa pendingin dan bak air pendingan

Gelas penampung

Proses yang dilakukan dalam penyulingan minyak nilam adalah: daun nilam kering dimasukkan dalam pasu penguap, airnya diperoleh dari ketel penguap. Uap mengalir kedalam daun nilam dan membawa minyak nilam dan pada proses pendinginan di pipa pendingin campuran air dan minyak mengembun kemudian ditampung pasu. Dalam pasu campuran air dan minyak dipisahkan dengan alat pemisah atau secara sederhana disendok. Hasil minyak disimpan dalam drum yang dilapisi seng (zinc coated).

Kapasitas pasu penguap 100 kg daun kering per sekali masak, waktu penguapan 8 jam dan hasil minyak nilam antara 2,50–3,0 kg. Kebutuhan bahan bakar persekali pemasakan 0,25 m3.

4.1.3. Aspek Keuangan Usaha Nilam (Kajian Pustaka) (a) Biaya Investasi

Aspek keuangan untuk budidaya dan industri minyak nilam (yang merupakan satu kesatuan usaha), hanya saja untuk industri minyak nilamnya diusahakan secara kelompok, sehingga asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

- Usaha ini dibuat per kelompok karena jika diusahakan sendiri, sulit untuk memenuhi kapasitas mesin penyuling dan biaya investasi juga sangat besar, sehingga diasumsikan bahwa setiap pengusaha kecil telah memiliki satu hektar lahan;

- Kapasitas unit pengelolaan minyak nilam adalah 100 kg daun nilam kering per batch

(8 jam). Jika dalam satu hari unit pengolahan ini bekerja sama sampai 2 batch, ini berarti akan menampung daun nilam kering 200 kg. Bila produksi rata-rata per hektar lahan budi daya nilam mencapai 15.000 kg daun nilam basah per tahun atau 3.000 daun nilam kering, maka dalam 3 bulan harus dipanen sebesar 750 kg daun nilam kering. Pekerjaan ini membutuhkan 10 hari kerja. Dalam 3 bulan satu unit penyulingan akan mengolah sekitar 20 ha lahan budidaya nilam;

- Unit pengolahan minyak nilam ini dimiliki bersama oleh petani (kelompok) 20 ha; - Biaya investasi dan operasi unit pengolahan di bebankan kepada setiap satu hektar

lahan;

- Skim kredit yang digunakan di bedakan atas skim kredit KKPA dengan tingkat suku bunga 16% per tahun dan skim umum dengan tingkat suku bunga 32% per tahun; - Graceperiod selama satu tahun, tidak termasuk masa konstruksi selama satu

triwulan.

Biaya investasi dalam analisis ini dibedakan atas biaya pra-operasi (pra-survey, survey, kesesuaian lahan, dan sertifikasi lahan), investasi tanaman (pembukaan lahan, penanaman nilam dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan), dan investasi non tanaman (unit pengolahan minyak nilam), oleh karena proyek yang akan di kembangkan ini akan memanfaatkan pendekatan Proyek Kemitraan Terpadu (PKT), maka perhitungan management fee sebesar 5% di kalkulasikan dalam analisis biaya investasi. Rincian biaya investasi ini diuraikan pada Tabel 3 berikut ini.

(b) Sumber Modal

Sumber dana untuk membiayai proyek ini seluruhnya berasal dari kredit perbankan. Petani pengusaha kecil dalam hal ini hanya memiliki tanah yang digunakan tanpa memperhitungkan sebagai salah satu komponen modal, tetapi dalam analisis kriteria investasi di kalkulasikan dengan nilai sebesar Rp. 5 juta per hektar. Skim kredit yang digunakan adalah skim KKPA dengan tingkat suku bunga 16% per tahun dan skim

kredit umum dengan tingkat suku bunga 32% per tahun. Masa tenggang (grace period) selama satu tahun, tidak termasuk masa konstruksi selama satu triwulan, diperlukan selama tanaman belum menghasilkan (TBM). Bunga selama tenggang (IDC) di kapitalisasikan sebagai pokok pinjaman dengan tingkat suku bunga ang sama dengan pokok pinjaman, kecuali skim KKPA yakni 14% per tahun.

Tabel 3 Biaya investasi tanaman nilam dan industri minyak nilam kelompok (20 orang petani) dengan pembagian pembebanan biaya investasi per petani (per Ha) No Jenis Biaya Investasi Jumlah Biaya/petani/Ha (Rp)

1 Biaya Pra Operasi - Pra survey

- Survey kesesuaian lahan - Sertifikasi tanah

5.000 8.000 300.000 2 Biaya Investasi Tanaman :

- Pembukaan lahan

- Penanaman dan Pemeliharaan TBM

670.000 2.907.900 3 Biaya Investasi non Tanaman

- Pengadaan unit pengolahan minyak nilam (pembebanan per orang)

1.501.250

4 Management fee 491.955

Jumlah investasi per orang per hektar 10.331.055 Tabel 4 Sumber modal berbasis dua pilihan skim kredit

No Jenis kredit Nilai (Rp)

1 Skim KKPA

Pokok pinjaman 10.331.055

IDC 1.663.101

Total 11.994.156

2 Skim kredit umum

Pokok pinjaman 10.331.055

IDC 4.203.392

Total 14.534.446

(c) Analisa Kelayakan Finansial

Analisa kelayakan finansial merupakan suatu pendekatan yang umum di pakai untuk melihat suatu proyek dapat dilaksanakan. Pendekatan yang umum di gunakan untuk melihat kelayakan proyek dari segi finansial adalah dengan menggunakan kriteria investasi yang meliputi arus kas, proyeksi rugi laba, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Benefif Cost Rate B/C).

(d) Proyeksi Arus Kas

Proyeksi arus kas (cash flow) merupakan perhitungan jumlah dana yang masuk dan keluar selama umur proyek. Berdasarkan asumsi dan umur produktif tanaman, maka

dapat diketahui bahwa sejak tahun pertama tanaman menghasilkan tidak terdapat saldo kas yang defisit, kecuali pada tahun ke-4, ke-7 dan ke-10 karena pada tahun tersebut dilakukan penanaman ulang. Kendatipun demikian, secara keseluruhan saldo kas kumulatif selalu surplus, dan kredit dapat di lunasi selama 3 tahun setelah berproduksi. (e) Proyeksi Rugi Laba

Proyeksi rugi laba di hitung dari selisih penerimaan yang bersumber dari proyeksi hasil penjualan minyak nilam dengan biaya yang dikeluarkan (termasuk penyusutan) amortisasi dan bunga bank) per tahun. Berdasarkan data proyeksi rugi laba dapat di ketahui bahwa selama tanaman menghasilkan proyek ini tidak mengalami rugi.

(f) NPV, IRR dan B/C

Net Present Value (PV)di hitung berdasarkan selisih antara nilai sekarang atas penerimaan benefit yang telah didiskonto) yang akan di terima dikurangi dengan nilai sekarang atas biaya pengeluaran (cost yang telah didiskonto) yang akan dikeluarkan selama umur proyek. Nilai NPV dari proyek ini untuk skim KKPA adalah 29,83 juta. Sedangkan jika memanfaatkan skim kredit umum, nilai NPV lebih kecil, yakni Rp. 23,46 juta.

Internal Caset of Return (IRR)adalah tingkat bunga/ discounted factor rate yang mempersamakan nilai sekarang (present value) penerimaan dengan nilai sekarang jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek. Hasil perhitungan nilai IRR untuk proyek ini adalah 69,37% untuk skim KKPA dan 52,11% untuk skim kredit umum.

Tabel 5   Hasil perhitungan kelayakan finansial usahatani nilam dan industri minyak nilam kelompok

No Jenis Kriteria Kelayakan Nilai Kriteria

1 B/C ratio :

- Skim kredit KKPA - Skim kredit umum

7,1 5,1

Layak Layak 2 NPV

- Skim kredit KKPA - Skim kredit umum

Rp.29,83 juta Rp.23,46 juta

Layak Layak 3 IRR

- Skim kredit KKPA - Skim kredit umum

69,37%

52,11% Layak Layak

Benefit Cost Ratio (B/C) adalah nilai perbandingan antara benefit pada tingkat bunga yang berlaku (discount factor) dengan cost yang didiskonto dengan tingkat bunga yang sama selama umur proyek. Hasil perhitungan B/C proyek ini dengan memanfaatkan skim KKPA, adalah 7,1 dan skim kredit umum adalah 5,1.

Berdasarkan hasil perhitungan NPV, dan B/C di atas dapat disimpulkan bahwa budidaya dan pengolahan minyak nilam pola kemitraan (PKT) baik dengan memanfaatkan skim KKPA maupun skim kredit umum layak untuk dilaksanakan.

4.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dari Usaha Nilam (Kajian Pustaka)

Proyek Kemitraan Terpadu budidaya dan industri minyak nilam ini akan

Dokumen terkait