• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Bisnis Restoran

1. Konsep Restoran

Dalam banyak literatur, restoran berasal dari kata kerja bahasa

Perancis: restaurer yang berarti “a food with restores”, sedangkan

operator restoran disebut sebagai restaurateur. Restoran berarti

sebuah tempat yang sengaja dibangun untuk melayani pemesanan

makanan dan minuman, serta menyantapnya di tempat itu juga.

Bentuk bangunannya bisa beraneka ragam, termasuk juga hidangan

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) nomor 5 tahun 1987

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Peratur an Usaha Rumah

Makan/Restoran, yang dimaksud dengan rumah makan/restoran adalah

setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya

menyediakan hidangan makan dan minum untuk umum di tempat

usahanya. Selain itu, rumah makan/restoran digolongkan me njadi tiga

kelas, yaitu:

1. Kelas A

Rumah makan/restoran digolongkan kelas A bila memenuhi jumlah

kursi atau tempat duduk berjumlah minimal 61 buah,

2. Kelas B

Rumah makan/restoran digolongkan kelas B bila memenuhi jumlah

kursi atau tempat duduk berjumlah 31 hingga 60 buah

3. Kelas C

Rumah makan/restoran digolongkan kelas C bila memenuhi jumlah

kursi atau tempat duduk berjumlah maksimal 30 buah.

Menurut Marsum (dalam Sutendy 2003:25), yang dimaksud dengan

restoran adalah suatu tempat duduk atau bangunan yang diorganisisr

secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada

semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman.

Sedangkan menurut Sugiarto (dalam Sutendy 2003:25), yang

meja- meja yang tersusun rapi dengan kehadiran orang-orang serta

timbulnya aroma semerbak dari dapur dan pelayanan pramusaji,

berdentingnya bunyi-bunyian kecil karena persentuhan gelas-gelas kaca

dan porselin yang menyebabkan suasana hidup di dalamnya.

Menurut Sugiarto (dalam Sutendy 2003:25), jenis-jenis restoran

antara lain sebagai berikut:

1. Automat Restaurant

Jenis restoran yang menggunakan mesin otomatis dan seseorang dapat

mengambil makanan atau minuman yang dikehendaki dengan

memasukkan sejumlah koin (uang logam) dengan harga yang tertera.

2. Delicatessen

Jenis restoran khusus yang menjual makanan seperti hamburger,

sausage, bacon, dan sebagainya.

3. Bistro

Jenis restoran dengan model yang berasal dari Perancis, biasanya

terdapat di pertokoan dimana banyak orang melalui tempat tersebut.

4. Café

Jenis restoran ini hingga kini masih banyak tersebar di kota-kota besar

dan terus berkembang, biasanya jenis pelayanan ini juga disajikan

hiburan berupa live music show

5. Specialities Restaurant

Jenis restoran khusus yang menyajikan hidangan khas dari daerah atau

Restoran juga terkadang menjadi bagian bangunan komplek hotel,

dan merupakan salah satu pelayanan hotel yang diberikan kepada

tamunya. Bagi pengelola hotel, keberadaan restoran di hotelnya juga untuk

memaksimalkan potential revenue mereka. Restoran ini juga terbuka

untuk orang luar yang bukan tamu hotel.

Tipe restoran bermacam- macam, mulai dari yang sederhana sampai

yang mewah. Bentuk bangunannya juga bermacam- macam, ada yang

bergabung di pusat jajanan (food court) ada juga gerai independen (di

rumah toko atau bangunan rumah sediri). Dalam sajian menunya, restoran

memulai menunya dari makanan dan suasana yang simple serta harga yang

murah sampai masakan mahal yang disajikan dalam suasana formal,

lengkap dengan minuman anggur. Bahkan, pada jaman dulu ada restoran

yang mengharuskan pengunjung memakai pakaian formal atau kasual.

Makanan yang disajikan di restoran dapat berupa makanan lokal

ataupun makanan asing. Dari kedua jenis tersebut temanya bisa berbagai

macam, misalnya restoran makanan Padang (Minangkabau), restoran

masakan Jawa, restoran masakan China, atau restoran masakan Jepang dan

sebagainya. Sehingga suasana yang diciptakan di dalam restoran tersebut

bisa bernuansa etnis, mulai dari bentuk bangunan, furnitur, pelayanan,

sajian sampai hiburan (musik).

2. Restoran dan Perkembangannya

Sejarah munculnya restoran bisa dimulai dari China. Ketika itu di

sebuah rumah makan yang melayani para saudagar, pedagang dan

penge mbara yang melintas di sana.

Di Barat, konsep restoran mulai dikenal sejak abad 18 Masehi.

Menurut catatan Guiness Book Of Record, Sobrino de Botin di Madrid,

Spanyol, adalah merupakan restoran tertua di dunia sampai saat ini.

Restoran itu dibuka tahun 1725. Namun, restoran yang pertama

menerapkan sebagai tempat makan justru muncul di Perancis pada tahun

1765 oleh seorang penjual sup bernama Boulager. Restoran yang akhirnya

menjadi standar restoran sampai saat ini (dengan tempat duduk

pengunjung lengkap, porsi meja individual, pilihan menu dan jam buka

restoran) justru dilakukan pertama kali oleh Grand Taverne de londres

yang didirikan tahun 1782 oleh seorang bernama Beauvilliers.

Restoran mulai dikenal dan berkembang di Perancis setelah

Revolusi Perancis. Ketika itu banyak kaum aristokrat kehilangan para ahli

masak yang lari meninggalkan mereka. Di saat bersamaan banyak kaum

urban mulai datang ke Paris tanpa keluarga dan bersedia menjadi tukang

masak untuk para kaum aristokrat ini. Dari situ muncul tempat-tempat

makan di sana. Pada jaman itu dikenal seorang kepala koki handal

bernama Auguste Escoffer yang sering dijuluki Cook of King dan King of

Cooks.

Restoran kemudian mulai menyebar cepat ke seluruh dunia. Di AS

misalnya, restoran pertama adalah Julliens’s Restorator yang pertama kali

restoran yang kemudian muncul tetap melanjutkan standar pelayanan ala

Perancis (serve a la francaise) dalam menyiapkan makanan di meja,

dimana pengunjung bisa mengambil sendiri, sesuatu hal yang membuat

mereka bisa makan lebih cepat. Konsep restoran formal dining, dimana

pengunjung diberi hidangan setelah memesan, yang dikena l sebagai secve

a la russe, mulai dikenalkan di Perancis oleh seorang Rusia bernama

Pangeran Kurakin tahun 1810-an. Konsep ini kemudian berkembang luas

sampai ke Inggris dan bagian dunia lainnya.

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Restoran jaringan yang

pertama berkembang di Indonesia bahkan sampai saat ini yang paling

banyak memiliki outlet adalah jenis fast food. Ini dikarenakan selain

penyajiannya yang serba cepat, keepmilikan restoran waralaba itu juga

relatif mudah dan murah ketimbang restoran non fast food, yang biasanya

butuh investasi relatif lebih mahal serta pengembalian modal yang relatif

mahal serta pengembalian modal yang relatif lebih lama ketimbang

restoran fast food.

3. Ciri-ciri Restoran

Secara umum ciri-ciri Restoran adalah pengungunjung duduk di

meja, mereka memesan makanan kepada pramusaji, kemudian pramusaji

membawakan makanan itu bila sudah siap dihidangkan. Dan kemudian

pengunjung me mbayar ke kasir setelah hidangan tersebut habis. Selain

makan di tempat, umumnya restoran juga melayani pemesan untuk dibawa

benar, biasanya akan menempatkan satu atau dua pelayannya di pintu

masuk, dan mengantarkan pengunjung ke kursi mereka. Pelayan yang lain

akan menunggu pengunjung lengkap dengan daftar menu yang mau di

pesan.

Secara spesifik tipe restoran bermacam- macam, yakni: brasserie,

bistro, pub, café, dining, fast food restaurant, family restaurant. Ciri-ciri

retoran secara umum adalah:

1. Pengolahan: makanan umumnya dimasak setelah ada pemesanan menu

dari pengunjung kecuali restoran Minang dan restoran prasmanan yang

menyediakan menu siap saji.

2. Distribusi: Kebanyakan restoran merupakan bagian dari suatu jaringan

atau franchise dengan standarisasi yang dikendalikan restoran/kantor

pusat.

3. Pembeli: Mengharuskan pembeli duduk di tempat, memesan melalui

pelayanan dan membayar ke kasir setelah menghabiskan hidangan.

Pembeli juga bisa memesan untuk dibawa pulang (take away) atau

cukup memesan lewat telefon untuk diantar ke tempat pemesan

(delivery order).

4. Penyajian: Disajikan dengan piring dan alat bantu makan, seperti

sendok, garpu atau pisau pemotong.

5. Jenis sajian: Jenis sajian atau masakan dalam restoran

nasional dan mancanegara (China, Oriental, Jepang, Afrika Selatan,

Amerika, dan Eropa).

4. Franchise Restoran di Indonesia

a. Franchise Asing

Meski di negara asalnya, Amerika Serikat (AS), franchise dimulai

dari usaha mesin jahit Singer, namun franchise yang masuk ke

Indonesia dari sana dimulai dengan usaha makanan. Franchise mulai

masuk Indonesia tahun 1970-an. Yang masuk pertama kali antara lain

KFC, Swensen, Shakey Pisa dan Burger King. Perkembangannya

semakin marak mulai terlihat di tahun 1990-an dengan munculnya

McDo nal’s, Pizza Hut, Hard Rock Café, Texas Fried Chicken,

Dunkin’ Donut dan sebagainya.

Ketika itu waralaba asing yang masuk ke Indonesia di dominasi

oeh usaha makanan, khususnya restoran fast food alias cepat saji.

Rata-rata franchise asing yang ”beradu nasib” di Indonesia menuai

kesuksesan. Contoh ekstrimnya, McDonald’s yang bisa berkembang

begitu besar di Indonesia. Belum lagi ada KFC, Pizza Hut, Hard Rock

Café, Dunkin Donut dan sebagainya.

Di luar AS, bisnis restoran dan kafe juga diminati waralaba asing

lainnya, mulai dari Singapura, Jepang, Italia, sampai Filipina. Bagi

pemain asing sendiri, Indonesia merupakan pasar yang sangat

potensial. Dengan penduduk 227 juta jiwa, dimana kelas menengahnya

menjadi potensi tersendiri buat para pemain asing ini. Terlebih di

industri makanan, diperkirakan cenderung meningkat dan prospektif.

Namun tidak semua restoran itu yang menawarkan peluang buat

investor lokal lain yang ingin mempunyai usaha serupa, Resto seperti

Hard Rock Café, MU Restaurant & Bar, Planet Hollywood, Sizzler

dan Tony Romas adalah beberapa diantara restoran yang tak

menawarkan franchise kepada pihak lain untuk membuka cabang.

Oleh franchisor-nya di luar negeri, mereka diharuskan

mengembangkan gerainnya hanya dengan modal sendiri, oleh karena

itu haknya menjadi eksklusif.

b. Franchise Lokal

Seperti halnya memulai usaha di beberapa bidang lain, ada dua

pilihan untuk memulai usaha makanan. Pertama, berwirausaha atau

membesarkan usaha makanan. Kedua, mengambil usaha makanan

yang telah mapan lewat pola waralaba. Dengan mengikuti waralaba

tertentu, seseorang bisa menjadi pengusaha dalam sekejap. Latar

belakang pendidikan bisnis, pengalaman, dan bakat tak lagi menjadi

syarat mutlak. Semua itu bisa dia peroleh dari franchisor.

Sebelum krisis moneter di tahun 1997-1998, sudah ada usaha

franchise makanan yang beroperasi. Namun semuanya masih

didominasi jenis restoran fast food dan kebanyakan kepanjangan dari

waktu itu sudah mulai menjalankan pola waralaba masih bisa dihitung

dengan jari. Salah satu contohnya adalah Es Teler 77.

Es Teler 77 merupakan franchise lokal pertama di Indonesia yang

menggunakan sistem baku. Usaha ini dirint is oleh Sukyatno Nugroho

sejak pertengahan 1970-an, tapi resmi menggunakan merek Es Teller 77

sejak 1982. pada tahun 1987 dia muali mengembangkan diri dengan cara

menggandeng mitra, yang k ini disebut waralaba.

Pasca krisis moneter, banyak orang terjun berwirausaha.

Kurangnya keahlian dan pengalaman menyebakan mereka memilih unuk

bergabung dalam jaringan waralaba. Sejak itu, pertumbuhan usaha

franchise di Indonesia tumbuh dengan pesat. Hingga tahun 2003 jumlah

waralaba asing tercatat ada sekitar 220. hingga sampai awal 2006

jumlahnya sekitar 240 asing dan 140 lokal. Dari 140 lokal hanya 129

yang memenuhi persyaratan franchise. Usaha makanan dan minuman

masih mendominasi usaha franchise di Indonesia, mulai dalam bentuk

restoran, kafe, food courte, sampai gerobak kaki lima.

Meski resto waralaba lokal yang muncul kebanyakan jenis fast

food, namun belakangan restoran non fast food juga mulai

mengembangkan jaringan dengan pola waralaba. Restoran ini sifatnya

lebih ke etnis, lebih ke makanan-makanan lokal dan makanan- makanan

daerah. Ada masakan Padang (Minangkabau), Makassar, Jawa, Lombok,

masakan tradisional Indonesia, masakan Oriental (Jepang dan China)

Di Indonesia kategori usaha makanan menjadi primadona dalam

bisnis waralaba. Pertumbuhannya melebihi kategori-kategori lain.

Industrinya pun ditenggarai tidak akan jenuh. Hal ini dikarenakan

makanan adalah salah satu kebutuhan pokok.

Faktor-faktor penunjang keberhasilan bisnis franchise di Indonesia,

antara lain:

1. Bentuk franchise yang merupakan bisnis instant banyak diminati oleh

pengusaha Indonesia, karena pasar yang sudah tersedia serta beberapa

keuntungan bentuk franchise itu sendiri seperti bantuan manajerial

dan operasional yang diberikan oleh franchisor

2. Bisnis franchise makanan mempunyai ciri khusus dari produknya,

sehingga dapat lebih bertahan dari ancaman pasar

3. Distribusi bisnis franchise sangat pendek, sehingga kontrol terhadap

mutu produk dan pelayanan dapat dilakukan secara langsung

4. Permintaan terhadap produk makanan ya ng dilihat dari PDB total dan

PDB sektor restoran sangat baik dan terus meningkat. Hal ini

mencerminkan daya beli yang meningkat.

5. Terjadinya pergeseran budaya dari budaya tradisional menjadi

budaya modern membantu suksesnya bisnis franchise makanan

6. Motivasi membeli makanan asing/baru secara keseluruhan sangat

tinggi, namun loyalitas terhadap merek rendah. Konsumen makanan

7. Menu bisnis franchise makanan menjangkau konsumen segala umur

dengan berbagai paket menu untuk anak dan dewasa

8. Kelas sosial tidak menjadi penghambat bagi keberhasilan

pertumbuhan bisnis franchise makanan, karena bisnis makanan sudah

membagi sendiri segmen pasarnya, seperti fine ending restaurant

untuk kelas menengah atas, sedangkan fast food restaurant untuk

kelas menengah bawah.

9. Binsis franchise makanan mengantisipasi perubahan gaya hidup.

Gaya hidup pasngan muda yang suami- istri bekerja, tingkat

persaingan dunia kerja yang tinggi menyebabkan tingkat stress tinggi.

Demikian pula tingkat stress anak yang tinggi akan membutuhkan

suasana makan di luar. Selain itu, kecenderungan masyarakat untuk

lebih terbuka dengan berbagai makanan asing terus meningkat.

Dokumen terkait