• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis daya tahan usaha restoran lokal : studi kasus pada usaha restoran ayam goreng lokal di Kabupaten Sleman - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis daya tahan usaha restoran lokal : studi kasus pada usaha restoran ayam goreng lokal di Kabupaten Sleman - USD Repository"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA DAYA TAHAN USAHA RESTORAN LOKAL:

STUDI KASUS PADA USAHA RESTORAN AYAM GORENG

LOKAL DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Erisius Erimayanto NIM: 041324001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 April 2008

Penulis

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Erisius Erimayanto

Nomor Mahasiswa : 041324001

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“ANALISA DAYA TAHAN USAHA RESTORAN LOKAL:

STUDI KASUS PADA USAHA RESTORAN AYAM GORENG

LOKAL DI KABUPATEN SLEMAN”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya:

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 24 April 2008

Yang menyatakan

(6)

vi

Motto dan Persembahan

Motto

Dalam tangan-Mu, ya Tuhan, kuserahkan hidupku

Orang yang mencari Tuhan tak-kan kekurangan suatupun

Kegagalan adalah bagian hidup. Jangan biarkan kegagalan menjatuhkan

dirimu (Vincent P. Collins)

Jika mereka dapat melakukannya, saya pun bisa (Vincent P. Collins)

Skripsi ini kupersembahkan:

My Jesus Christ

My Parent (Petrus Salim &

Natalia Sumarni)

My Uncle (Aladin & Bunsu

Rapat)

My Grand Father (T. Hadir)

My Brothers/sisters (Kacip,

Kuap, Nanong)

My Honey

(7)

vii

ABSTRAK

ANALISA DAYA TAHA USAHA RESTORAN LOKAL: STUDI KASUS PADA USAHA RESTORAN AYAM GORENG LOKAL DI KABUPATEN

SLEMAN

Erisius Erimayanto 041324001

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi peran modal sendiri dalam mendukung kemandirian usaha; 2) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha; 3) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi penggunaan tenaga kerja: dan 4) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi omzet.

Penelitian ini dilaksanakan di Restoran-restoran ayam goreng lokal yang ada di Kabupaten Sleman pada bulan Maret 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha restoran ayam lokal yang ada di Kabupaten Sleman. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 6 restoran ayam goreng lokal. Penelitian ini bersifat studi eksplorasi dengan teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.

(8)

viii

ABSTRACT

ANALYSIS OF BUSINESS ENDURANCE OF LOCAL RESTAURANT. A Case Study at Local Fried Chicken Restaurant

in Sleman Regency Erisius Erimayanto

041324001

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

This research aims to know the level of business endurance of local fried chicken restaurant perceived from: (1) the capital role point of view in supporting business self-reliance; (2) the gaining ingredients point of view to accelerate its business; (3) employing workers; and (4) turnover point of view.

This research was conducted in a local fried chicken restaurant in Sleman Regency in March 2008. The population of this research were the businessmen of local fried chicken restaurants in Sleman Regency. The samples in this research were 6 local fried chicken restaurants. This research is an exploring research. The techniques of data collection were interview and documentation. The technique of analysing the data was a percentage description technique.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Bapa dan Bunda Maria, karena atas

kemurahan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

“Analisa daya tahan Usaha Restoran Lokal: Studi kasus pada usaha Restoran

Ayam Goreng Lokal di Kabupaten Slema n”.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan sesuai dengan Program Studi Ekonomi

yang di tempuh di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan

skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat dan doa yang sangat

mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D, selaku dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si, selaku dosen pembimbing I yang

dengan sabar membimbing serta memberikan masukan dan dorongan kepada

(10)

x

5. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd, selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas

kesabaran dan dorongannya kepada penulis selama kuliah dan penulisan

skripsi ini.

6. Bapak Siswanto sebagai pihak restoran ayam goreng Suharti yang telah

memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian

dalam rangka menyusun skripsi ini.

7. Bapak Totok Diarto sebagai pihak restoran ayam goreng Yogya Chicken yang

telah memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian

dalam rangka menyusun skripsi ini.

8. Bapak Putut sebagai pihak restoran ayam goreng Mbok Berek yang telah

memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian

dalam rangka menyusun skripsi ini.

9. Bapak Rosyied Rustanto sebagai pihak restoran ayam goreng Kentuku Fried

Chicken yang telah memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis

melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi ini.

10.Bapak M. Bintoro sebagai pihak restoran ayam goreng Jakarta-Jakarta Fried

Chicken yang telah memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis

melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi ini.

11.Bapak Yoyok sebagai pihak restoran ayam goreng Pollo Loco Fried Chicken

yang telah memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan

(11)

xi

12.Kedua orang tuaku (Bapak Petrus Salim dan Ibu Natalia Sumarni), terima

kasih banyak atas segala perhatian, doa dan kasih sayangnya selama ini.

13.Pamanku Bapak Aladin (Mak’ Hitam) dan Ibu Bunsu Rapat (Bunsu Rapat),

terima kasih atas doanya, bimbingannya dan perhatiannya serta yang

terpenting adalah terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah

membiayaku selama kuliah

14.Saudara-saudaraku yang tercinta, Abangku Stefanus (Kacip) dan Istri Santi,

Adikku Vinsensius Nono Priono (Kuap) dan istri Christina (Uteh), dan

Adikku Vinsensia Nanong Astuti (Nanong).

15.Kakekku tercinta T. Hadir, terima kasih atas doanya, bimbingannya dan

petuah-petuahnya dari aku kecil sampai besar dan terima kasih pula atas

“Mandaunya”.

16.Paman-pamanku, Paman Yohanes Lasim dan istri (Tante), Paman Laga dan

istri (Ibu “Sau”), Paman Bapak “Apheng” dan istri (Ibu Apheng) di Ketapang.

17.Terima kasih pula saya ucapkan kepada Almarhum Bapak Ahua Kim, terima

kasih atas semuanya, semoga beristirahat dalam damai.

18.Orang-orang yang pernah saya cintai dan mencintai saya, terima kasih atas

semuanya.

19.Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2004, terus berjuang

(12)

xii

20.Teman-teman terbaikku, adek Maria Dwi Retno Sari (Sari) beserta mas

Arjuna, adek Asteria Trihatminingsih (Ria ) beserta mas Guntur, adek Caesilia

Puji Astuti (Puji), adek Rosalia Chandra Kristiani (Ocha), kehadiran kalian

sangat berarti dalam proses perkuliahanku.

21.Teman-teman kosku Jl. Cepit Baru no. 449 (Wisma Adinda), terima kasih atas

semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga masih

perlu di kaji dan di kembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif . akhir kata penulis berharap agar

skripsi ini dapat berma nfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… iv

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ……… v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………... vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRACT ……… viii

KATA PENGANTAR ……… ix

DAFTAR ISI ……… xiii

DAFTAR TABEL ……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xviii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah………... 3

C. Tujuan Penelitian……… 4

D. Manfaat Penelitian ………. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………. 6

A. Persaingan Global……… 6

B. Bisnis Restoran……… 9

(14)

xiv

2. Restoran dan Perkembangannya …..……… 12

3. Ciri-ciri Restoran……… 14

4. Franchise Restoran di Indonesia ……… 16

a. Franchise Asing……… 16

b. Franchise Lokal……… 17

C. Konsep Daya Tahan……….. 20

D. Penelitian Terdahulu………. 24

BAB III. METODE PENELITIAN ………... 25

A. Jenis dan Sifat Penelitian ……….. 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian……….. 25

1. Populasi………. 25

2. Sampel………... 26

C. Variabel dan Instrumen Data………. 26

D. Pengukuran Variabel……….. 29

E. Definisi Operasional……… 31

F. Teknik Pengumpulan Data……….. 32

G. Teknik Analisa Data……… 33

H. Kerangka Pemikiran………. 42

BAB IV. GAMBARAN UMUM USAHA ……… 44

A. Pendirian Perusahaan ………. 44

B. Letak Perusahaan ……… 44

C. Bentuk Perusahaan ………. 45

(15)

xv

E. Akuntansi ……… 47

F. Personalia ………. 47

BAB V. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ………….. 50

A. Permodalan ………. 50

B. Bahan Baku ……… 54

C. Tenaga Kerja ………... 60

D. Pemasaran ………... 67

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 71

A. Kesimpulan ………. 71

B. Saran ………... 73

1. Bagi Restoran-Restoran ……… 74

2. Bagi Pemerintah ……… 74

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ……….. 74

DAFTAR PUSTAKA ……….. 76

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

1. Tabel II. 1. Tabel Hasil Penelitian Terdahulu ……… 24

2. Tabel III. 1. Variabel dan Instrumen Data ……… 27

3. Tabel III. 2. Tabel Sumber Modal Responden ……… 33

4. Tabel III. 3. Tabel Tingkat Rentabilitas Usaha ……….. 34

5. Tabel III. 4. Tabel Kesulitan Perolehan Bahan Baku ……….. 35

6. Tabel III. 5. Tabel Perolehan Pasokan Bahan Baku ……… 35

7. Tabel III. 6. Tabel Penentuan Harga Bahan Baku ………... 36

8. Tabel III. 7. Tabel Upaya Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Baku … 36 9. Tabel III. 8. Tabel Komposisi Tenaga Kerja ……… 37

10.Tabel III. 9. Tabel Jumlah Tenaga Kerja ……… 38

11.Tabel III. 10. Tabel Tingkat PHK ………. 38

12.Tabel III. 11. Tabel Usulan Kenaikan Upah ………. 39

13.Tabel III. 12. Tabel Pergantian Tenaga Kerja ……… 39

14.Tabel III. 13. Tabel Trend Penjualan/Omzet ……… 40

15.Tabel III. 14. Tabel Strategi Usaha Penjualan ……… 40

16.Tabel IV. 1. Tabel Ringkasan Usaha Secara Umum ………. 49

17.Tabel V. 1. Tabel Sumber Modal Responden ……… 50

18.Tabel V. 2. Tabel Tingkat Rentabilitas Usaha ……….. 51

19.Tabel V. 3. Tabel Rekapitulasi Rentabilitas Usaha ………... 52

20.Tabel V. 4. Tabel Tingkat Suku Bunga ………. 53

(17)

xvi i

22.Tabel V. 6. Tabel Kesulitan Perolehan Bahan Baku ……….. 55

23.Tabel V. 7. Tabel Perolehan Pasokan Bahan Baku ……… 55

24.Tabel V. 8. Tabel Penentuan Harga Bahan Baku ………... 57

25.Tabel V. 9. Tabel Upaya Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Baku … 58 26.Tabel V. 10. Tabel Komposisi & Jenis Tugas Karyawan ……… 61

27.Tabel V. 11. Komposisi Tenaga Kerja ……… 62

28.Tabel V. 12. Tabel Jumlah Tenaga Kerja ……… 63

29.Tabel V. 13. Tabel Tingkat PHK ………. 64

30.Tabel V. 14. Tabel Usulan Kenaikan Upah ………. 65

31.Tabel V. 15. Tabel Pergantian Tenaga Kerja ……… 66

32.Tabel V. 16. Tabel Trend Penjualan/Omzet ……… 67

33.Tabel V. 17. Tabel Strategi Usaha Penjualan ……… 69

(18)

xvi ii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Kisi-Kisi Wawancara ……….. 79

2. Lampiran Pedoman Pertanyaan Wawancara ……… 82

3. Lampiran Perhitungan Tingkat Rentabilitas ……… 88

a. Restoran Ayam Goreng Suharti ………. 88

b. Restoran Ayam Goreng Yogya Chicken ……… 89

c. Restoran Ayam Goreng Mbok Berek ……….... 91

d. Restoran Ayam Kentuku Fried Chicken ………... 93

e. Restoran Ayam Jakarta-Jakarta Fried Chicken ………. 95

f. Restoran Ayam Pollo Loco Fried Chicken ……… 96

4. Lampiran Trend Penjualan per semester ……….. 99

a. Restoran Ayam Goreng Yogya Chicken ……… 99

b. Restoran Ayam Pollo Loco Fried Chicken ………. 100

c. Restoran Ayam Goreng Mbok Berek ………... 101

d. Restoran Ayam Kentuku Fried Chicken ………... 102

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini, setiap usaha dituntut

untuk lebih memperhatikan keberadaan pihak-pihak yang berada di

lingkungan eksternal perusahaan yang akan sangat mempengaruhi

jalannya kegiatan suatu usaha. Salah satu pihak yang berada di lingkungan

eksternal perusahaan tersebut adalah pesaing (competitor).

Pesaing (competitor) merupakan pihak yang berpengaruh sangat

besar bagi kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi bila pesaing tersebut

memiliki lahan kerja dan usaha yang sama. Apabila perusahaan tidak

memperhatikan hal tersebut maka perusahaan tersebut akan kalah dalam

persaingan global. Hal ini dikarenakan secara dengan sendirinya usahanya

tidak mampu menunjukkan kemampuannya dalam bersaing dengan

perusahaan lain yang sejenis. Seiring dengan adanya globalisasi maka

persaingan semakin ketat. Para pesaing tidak hanya perusahaan lokal yang

sifatnya sejenis saja tetapi perusahaan asing juga merupakan saingan.

Persaingan semakin kuat lagi karena para kompetitor asing tersebut sudah

memiliki teknologi yang serba maju/modern. Seiring dengan adanya

globalisasi, persaingan tidak hanya terjadi antara restoran lokal dengan

restoran lokal yang sifatnya sejenis saja tetapi sudah meluas dengan

(20)

adanya persaingan dengan restoran asing yang sifatnya juga sejenis.

Persaingan antara restoran lokal dengan kompetitornya restoran asing ini

tidak dapat dihindari. Apabila restoran lokal ini ingin tetap dapat bertahan

hidup maka mereka (restoran lokal) harus dapat beradaptasi.

Seperti di ketahui restoran-restoran asing dengan sistem waralaba

(franchise) maupun non franchise- nya mendominasi. Sementara

restoran-restoran yang bernuansa lokal mengalami pasang surut. Dilihat dari sisi

pertumbuhannya, usaha waralaba asing dibidang restoran terus mengalami

pertumbuhan. Usaha waralaba asing di bidang restoran tersebut

mengalami pertumbuhan mencapai 15 persen, sedangkan usaha waralaba

yang berbentuk restoran lokal hanya mencatat pertumbuhan kurang dari

setengahnya atau sekitar 7 persen per tahun di Indonesia (Agustaman,

2007: 9). Usaha restoran asing yang berbentuk waralaba ini juga lebih

mendapat tempat di pasar nasional. Berdasarkan data riset yang pernah

dilakukan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), pengusaha restoran lokal

lebih cenderung memilih franchise asing. Hal ini di karenakan

akuntabilitas dan memberi image (citra atau gengsi) bagi

penerima/pembeli waralaba (franchisee.)

Untuk kota Yogyakarta sendiri pertumbuhan restoran asing baik

dalam bentuk franchise maupun non franchise cukup mengalami

perkembangan yang pesat. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Seni dan

Budaya kota Yogyakarta, jumlah restoran asing yang ada di kota

(21)

KFC sudah mempunyai 4 cabang di kota Yogyakarta

(www.kompas.co.id/kompas-cetak/0703/02/jateng/49352.htm di akses 22

september 2007).

Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan ini akan membahas

“ANALISA DAYA TAHAN USAHA RESTORAN LOKAL: STUDI

KASUS PADA USAHA RESTORAN AYAM GORENG LOKAL DI

KABUPATEN SLEMAN ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan kerangka pikir di atas, maka

permasalahan akan lebih di fokuskan pada bagaimana usaha restoran ayam

goreng lokal dapat menghadapi dan bertahan dengan banyaknya dan

maraknya serta makin diminatinya restoran asing. Permasalahan secara

umum dirumuskan, sejauh mana usaha restoran lokal memiliki daya tahan

dalam menghadapi kompetitornya usaha restoran asing? Adapun masalah

khususnya adalah:

1. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi

peran modal sendiri dalam mendukung kemandir ian usaha?

2. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi

perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha?

3. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi

penggunaan tenaga kerja?

4. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari

sisi peran modal sendiri dalam mendukung kemandirian usaha.

2. Untuk mengetahui tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari

sisi perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha.

3. Untuk mengetahui tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari

sisi penggunaan tenaga kerja.

4. Untuk mengetahui tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari

sisi omzet

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi para pengusaha restoran lokal

Dapat diperoleh gambaran nyata tentang keberadaan usaha para

pengusaha restoran lokal dan daya tahan mereka dalam bersaing

dengan kompetitor asing. Selanjutnya akan diperoleh jawaban apakah

usaha restoran lokal ini merupakan suatu alternatif usaha yang

memiliki prospek bagus dan menjanjikan pada masa- masa mendatang.

Penelitian ini akan sangat berguna untuk menambah wawasan

pengetahuan terhadap keberadaan usaha restoran khususnya para

pengusaha restoran lokal.

2. Bagi Pemerintah

Ada kemungkinan untuk merubah pola kebijakan ekonomi di tingkat

(23)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Bagi Universitas Sanata Dharma, diharapkan penelitian ini dan

hasilnya dapat memberikan tambahan sumbangan referensi dan

informasi mengenai keberadaan usaha restoran lokal di kota

Yogyakarta.

4. Bagi Penulis

Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk mengetahui secara

mendalam tentang usaha restoran lokal di kota Yogyakarta. Selain itu

penelitian ini juga berguna untuk menerapkan pengetahuan yang

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persaingan Global

Globalisasi mempunyai 2 pengertian, pertama globalisasi sebagai

deskripsi/definisi yaitu proses menyatunya pasar dunia menjadi satu pasar

tunggal (borderless market). Kedua, sebagai ‘obat kuat’ (prescription)

yang menjadikan ekonomi lebih efisien dan lebih sehat menuju kemajuan

masyarakat dunia. Globalisasi telah mendorong masyarakat menjadi

semakin terbuka terhadap pengaruh dari luar wilayah suatu negara,

sehingga daya saing antara satu negara terhadap negara lain menjadi hal

yang begitu penting dalam hubungan ekonomi antar bangsa.

Azra (2002:224) mendefinisikan globalisasi sebagai arus

orang-orang, barang-barang dan jasa, informasi dan gagasan melewati

batas-batas negara-bangsa dan kebudayaan lokal, nasional dan regional. Menurut

Giddens (2001:120), globalisasi merupakan fenomena yang hampir tidak

bisa dihindari oleh suatu masyarakat modern sekarang, sekalipun tidak

semua konsekue nsinya menguntungkan dengan baik. Bagi negara yang

sedang berkembang yang kualitas sumber daya manusia (SDM) nya

rendah yang berakibat pada produktivitas dan daya saing rendah,

globalisasi dapat menimbulkan konsekuensi yang kurang menguntungkan

bagi perekonomiannya. Pada awalnya, pengaruh globalisasi perlu

diwaspadai sebagai bentuk baru imperialisme (Bello, 2004:6).

(25)

Pada awalnya, pengaruh globalisasi sangat terasa pada bidang ekonomi

dan telah melahirkan tata ekonomi baru (new economy). Perkembangan

ekonomi baru menuntut perubahan-perubahan baik di dalam organisasi

maupun dalam tingkah laku para pelaku ekonomi. Kenichi Ohmae (dalam

Sutendy, 2003:26) menyebutkan besarnya pengaruh “4 I” dalam era

global. 4 I tersebut meliputi:

Pertama, Investasi. Pasar modal dunia telah kelebihan investasi

untuk memenuhi keperluan negara-negara maju dan masalahnya

kesempatan investasi yang menjanjikan keuntungan besar tidak selalu

sama dengan negara darimana dana itu berasal. Investasi tidak lagi dibatasi

oleh batas geografis ataupun bangsa, bahkan sekarang kehadirannya

dinantikan di berbagai negara berkembang di Asia pada umumnya.

Kedua, Industri. Industri tidak lagi harus melakukan negoisasi

dengan kepentingan pemerintah. Di masa lalu pemerintah sebagai

representasi negara dapat melakukan regulasi pajak, bea masuk atau

substitusi ekspor sebagai strategi melindungi (proteksi) industri dalam

negeri. Di masa sekarang bentuk proteksi dan berbagai bentuk halangan

masuk (entry barriers) dilarang.

Ketiga, Teknologi informasi (IT = Information Technology).

Dengan kemajuan perkembangan teknologi seperti internet misalnya,

maka dapat dipahami bagaimana jaringan perusahaan multinasional

(26)

perusahaan pusat untuk mengendalikan berbagai anak perusahaannya yang

tersebar di berbagai belahan dunia yang lain.

Keempat, Konsumen Individual (individual costumer). Para

konsumen tidak lagi dikondisikan oleh larangan- larangan dari pemerintah,

atau dengan kata lain, pemerintah tidak dapat melarang konsumsi

warganya. Para konsumen dapat melakukan pemilihan terhdap produk

yang akan mereka konsumsi, misalnya karena harganya lebih murah,

sesuai selera dan kualitas lebih baik tanpa memperdulikan dari negara

mana barang itu berasal.

Gejala globalisasi sudah lama dirasakan oleh negara-negara

berkembang dalam bentuk simbol-simbol modernisasi sebagaimana

disebut oleh Alvin Toffler (dalam Sutendy 2003:24) sebagai 3 F, yaitu

Food, Fun dan Fashion.

Food maksudnya makanan sebagaimana meluasnya berbagai

produk makanan fast food dan junk foods seperti Kentucky Fried Chicken

(KFC), Mc Donald, Pizza, dan sebagainya. Disamping produk makanan,

masyarakat negara berkembang juga semakin akrab dengan minuman

Coca Cola, Pepsi, Sprite, dan produk lainnya.

Pengaruh dunia Fun bisa dilihat dari begitu besarnya pengaruh

hiburan baik berupa film layar lebar maupun televisi, musik dan dunia

(27)

Dunia hiburan erat kaitannya dengan Fashion. Melalui dunia

hiburan diperkenalkan model baju, asesori, rambut dan dandanan lainnya.

Persaingan globalisasi juga dapat dipahami dengan melihat bagaimana

kehidupan antar bangsa terjalin dan semakin terhubung (interconnected)

satu sama lainnya. Bentuk nyata semakin terhubungnya satu bangsa

dengan bangsa lain dapat dilihat dari semakin banyaknya tenaga kerja

asing dan perusahaan-perusahaan asing atau korporasi multinasional dari

negara-negara maju yang melebarkan sayapnya di berbagai belahan dunia

yang lain. Restoran makanan siap saji dan produk minuman bermerek

internasional misalnya, sekarang dapat ditemui di berbagai kota di

Indonesia. Restoran dan produk minuman ini tidak hanya dimaksudkan

untuk melayani tenaga kerja ekspatriat di Indonesia, tetapi untuk melayani

para pelanggan lokal yang semakin akrab dengan selera produk global ini.

B. Bisnis Restoran

1. Konsep Restoran

Dalam banyak literatur, restoran berasal dari kata kerja bahasa

Perancis: restaurer yang berarti “a food with restores”, sedangkan

operator restoran disebut sebagai restaurateur. Restoran berarti

sebuah tempat yang sengaja dibangun untuk melayani pemesanan

makanan dan minuman, serta menyantapnya di tempat itu juga.

Bentuk bangunannya bisa beraneka ragam, termasuk juga hidangan

(28)

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) nomor 5 tahun 1987

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Peratur an Usaha Rumah

Makan/Restoran, yang dimaksud dengan rumah makan/restoran adalah

setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya

menyediakan hidangan makan dan minum untuk umum di tempat

usahanya. Selain itu, rumah makan/restoran digolongkan me njadi tiga

kelas, yaitu:

1. Kelas A

Rumah makan/restoran digolongkan kelas A bila memenuhi jumlah

kursi atau tempat duduk berjumlah minimal 61 buah,

2. Kelas B

Rumah makan/restoran digolongkan kelas B bila memenuhi jumlah

kursi atau tempat duduk berjumlah 31 hingga 60 buah

3. Kelas C

Rumah makan/restoran digolongkan kelas C bila memenuhi jumlah

kursi atau tempat duduk berjumlah maksimal 30 buah.

Menurut Marsum (dalam Sutendy 2003:25), yang dimaksud dengan

restoran adalah suatu tempat duduk atau bangunan yang diorganisisr

secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada

semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman.

Sedangkan menurut Sugiarto (dalam Sutendy 2003:25), yang

(29)

meja- meja yang tersusun rapi dengan kehadiran orang-orang serta

timbulnya aroma semerbak dari dapur dan pelayanan pramusaji,

berdentingnya bunyi-bunyian kecil karena persentuhan gelas-gelas kaca

dan porselin yang menyebabkan suasana hidup di dalamnya.

Menurut Sugiarto (dalam Sutendy 2003:25), jenis-jenis restoran

antara lain sebagai berikut:

1. Automat Restaurant

Jenis restoran yang menggunakan mesin otomatis dan seseorang dapat

mengambil makanan atau minuman yang dikehendaki dengan

memasukkan sejumlah koin (uang logam) dengan harga yang tertera.

2. Delicatessen

Jenis restoran khusus yang menjual makanan seperti hamburger,

sausage, bacon, dan sebagainya.

3. Bistro

Jenis restoran dengan model yang berasal dari Perancis, biasanya

terdapat di pertokoan dimana banyak orang melalui tempat tersebut.

4. Café

Jenis restoran ini hingga kini masih banyak tersebar di kota-kota besar

dan terus berkembang, biasanya jenis pelayanan ini juga disajikan

hiburan berupa live music show

5. Specialities Restaurant

Jenis restoran khusus yang menyajikan hidangan khas dari daerah atau

(30)

Restoran juga terkadang menjadi bagian bangunan komplek hotel,

dan merupakan salah satu pelayanan hotel yang diberikan kepada

tamunya. Bagi pengelola hotel, keberadaan restoran di hotelnya juga untuk

memaksimalkan potential revenue mereka. Restoran ini juga terbuka

untuk orang luar yang bukan tamu hotel.

Tipe restoran bermacam- macam, mulai dari yang sederhana sampai

yang mewah. Bentuk bangunannya juga bermacam- macam, ada yang

bergabung di pusat jajanan (food court) ada juga gerai independen (di

rumah toko atau bangunan rumah sediri). Dalam sajian menunya, restoran

memulai menunya dari makanan dan suasana yang simple serta harga yang

murah sampai masakan mahal yang disajikan dalam suasana formal,

lengkap dengan minuman anggur. Bahkan, pada jaman dulu ada restoran

yang mengharuskan pengunjung memakai pakaian formal atau kasual.

Makanan yang disajikan di restoran dapat berupa makanan lokal

ataupun makanan asing. Dari kedua jenis tersebut temanya bisa berbagai

macam, misalnya restoran makanan Padang (Minangkabau), restoran

masakan Jawa, restoran masakan China, atau restoran masakan Jepang dan

sebagainya. Sehingga suasana yang diciptakan di dalam restoran tersebut

bisa bernuansa etnis, mulai dari bentuk bangunan, furnitur, pelayanan,

sajian sampai hiburan (musik).

2. Restoran dan Perkembangannya

Sejarah munculnya restoran bisa dimulai dari China. Ketika itu di

(31)

sebuah rumah makan yang melayani para saudagar, pedagang dan

penge mbara yang melintas di sana.

Di Barat, konsep restoran mulai dikenal sejak abad 18 Masehi.

Menurut catatan Guiness Book Of Record, Sobrino de Botin di Madrid,

Spanyol, adalah merupakan restoran tertua di dunia sampai saat ini.

Restoran itu dibuka tahun 1725. Namun, restoran yang pertama

menerapkan sebagai tempat makan justru muncul di Perancis pada tahun

1765 oleh seorang penjual sup bernama Boulager. Restoran yang akhirnya

menjadi standar restoran sampai saat ini (dengan tempat duduk

pengunjung lengkap, porsi meja individual, pilihan menu dan jam buka

restoran) justru dilakukan pertama kali oleh Grand Taverne de londres

yang didirikan tahun 1782 oleh seorang bernama Beauvilliers.

Restoran mulai dikenal dan berkembang di Perancis setelah

Revolusi Perancis. Ketika itu banyak kaum aristokrat kehilangan para ahli

masak yang lari meninggalkan mereka. Di saat bersamaan banyak kaum

urban mulai datang ke Paris tanpa keluarga dan bersedia menjadi tukang

masak untuk para kaum aristokrat ini. Dari situ muncul tempat-tempat

makan di sana. Pada jaman itu dikenal seorang kepala koki handal

bernama Auguste Escoffer yang sering dijuluki Cook of King dan King of

Cooks.

Restoran kemudian mulai menyebar cepat ke seluruh dunia. Di AS

misalnya, restoran pertama adalah Julliens’s Restorator yang pertama kali

(32)

restoran yang kemudian muncul tetap melanjutkan standar pelayanan ala

Perancis (serve a la francaise) dalam menyiapkan makanan di meja,

dimana pengunjung bisa mengambil sendiri, sesuatu hal yang membuat

mereka bisa makan lebih cepat. Konsep restoran formal dining, dimana

pengunjung diberi hidangan setelah memesan, yang dikena l sebagai secve

a la russe, mulai dikenalkan di Perancis oleh seorang Rusia bernama

Pangeran Kurakin tahun 1810-an. Konsep ini kemudian berkembang luas

sampai ke Inggris dan bagian dunia lainnya.

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Restoran jaringan yang

pertama berkembang di Indonesia bahkan sampai saat ini yang paling

banyak memiliki outlet adalah jenis fast food. Ini dikarenakan selain

penyajiannya yang serba cepat, keepmilikan restoran waralaba itu juga

relatif mudah dan murah ketimbang restoran non fast food, yang biasanya

butuh investasi relatif lebih mahal serta pengembalian modal yang relatif

mahal serta pengembalian modal yang relatif lebih lama ketimbang

restoran fast food.

3. Ciri-ciri Restoran

Secara umum ciri-ciri Restoran adalah pengungunjung duduk di

meja, mereka memesan makanan kepada pramusaji, kemudian pramusaji

membawakan makanan itu bila sudah siap dihidangkan. Dan kemudian

pengunjung me mbayar ke kasir setelah hidangan tersebut habis. Selain

makan di tempat, umumnya restoran juga melayani pemesan untuk dibawa

(33)

benar, biasanya akan menempatkan satu atau dua pelayannya di pintu

masuk, dan mengantarkan pengunjung ke kursi mereka. Pelayan yang lain

akan menunggu pengunjung lengkap dengan daftar menu yang mau di

pesan.

Secara spesifik tipe restoran bermacam- macam, yakni: brasserie,

bistro, pub, café, dining, fast food restaurant, family restaurant. Ciri-ciri

retoran secara umum adalah:

1. Pengolahan: makanan umumnya dimasak setelah ada pemesanan menu

dari pengunjung kecuali restoran Minang dan restoran prasmanan yang

menyediakan menu siap saji.

2. Distribusi: Kebanyakan restoran merupakan bagian dari suatu jaringan

atau franchise dengan standarisasi yang dikendalikan restoran/kantor

pusat.

3. Pembeli: Mengharuskan pembeli duduk di tempat, memesan melalui

pelayanan dan membayar ke kasir setelah menghabiskan hidangan.

Pembeli juga bisa memesan untuk dibawa pulang (take away) atau

cukup memesan lewat telefon untuk diantar ke tempat pemesan

(delivery order).

4. Penyajian: Disajikan dengan piring dan alat bantu makan, seperti

sendok, garpu atau pisau pemotong.

5. Jenis sajian: Jenis sajian atau masakan dalam restoran

(34)

nasional dan mancanegara (China, Oriental, Jepang, Afrika Selatan,

Amerika, dan Eropa).

4. Franchise Restoran di Indonesia

a. Franchise Asing

Meski di negara asalnya, Amerika Serikat (AS), franchise dimulai

dari usaha mesin jahit Singer, namun franchise yang masuk ke

Indonesia dari sana dimulai dengan usaha makanan. Franchise mulai

masuk Indonesia tahun 1970-an. Yang masuk pertama kali antara lain

KFC, Swensen, Shakey Pisa dan Burger King. Perkembangannya

semakin marak mulai terlihat di tahun 1990-an dengan munculnya

McDo nal’s, Pizza Hut, Hard Rock Café, Texas Fried Chicken,

Dunkin’ Donut dan sebagainya.

Ketika itu waralaba asing yang masuk ke Indonesia di dominasi

oeh usaha makanan, khususnya restoran fast food alias cepat saji.

Rata-rata franchise asing yang ”beradu nasib” di Indonesia menuai

kesuksesan. Contoh ekstrimnya, McDonald’s yang bisa berkembang

begitu besar di Indonesia. Belum lagi ada KFC, Pizza Hut, Hard Rock

Café, Dunkin Donut dan sebagainya.

Di luar AS, bisnis restoran dan kafe juga diminati waralaba asing

lainnya, mulai dari Singapura, Jepang, Italia, sampai Filipina. Bagi

pemain asing sendiri, Indonesia merupakan pasar yang sangat

potensial. Dengan penduduk 227 juta jiwa, dimana kelas menengahnya

(35)

menjadi potensi tersendiri buat para pemain asing ini. Terlebih di

industri makanan, diperkirakan cenderung meningkat dan prospektif.

Namun tidak semua restoran itu yang menawarkan peluang buat

investor lokal lain yang ingin mempunyai usaha serupa, Resto seperti

Hard Rock Café, MU Restaurant & Bar, Planet Hollywood, Sizzler

dan Tony Romas adalah beberapa diantara restoran yang tak

menawarkan franchise kepada pihak lain untuk membuka cabang.

Oleh franchisor-nya di luar negeri, mereka diharuskan

mengembangkan gerainnya hanya dengan modal sendiri, oleh karena

itu haknya menjadi eksklusif.

b. Franchise Lokal

Seperti halnya memulai usaha di beberapa bidang lain, ada dua

pilihan untuk memulai usaha makanan. Pertama, berwirausaha atau

membesarkan usaha makanan. Kedua, mengambil usaha makanan

yang telah mapan lewat pola waralaba. Dengan mengikuti waralaba

tertentu, seseorang bisa menjadi pengusaha dalam sekejap. Latar

belakang pendidikan bisnis, pengalaman, dan bakat tak lagi menjadi

syarat mutlak. Semua itu bisa dia peroleh dari franchisor.

Sebelum krisis moneter di tahun 1997-1998, sudah ada usaha

franchise makanan yang beroperasi. Namun semuanya masih

didominasi jenis restoran fast food dan kebanyakan kepanjangan dari

(36)

waktu itu sudah mulai menjalankan pola waralaba masih bisa dihitung

dengan jari. Salah satu contohnya adalah Es Teler 77.

Es Teler 77 merupakan franchise lokal pertama di Indonesia yang

menggunakan sistem baku. Usaha ini dirint is oleh Sukyatno Nugroho

sejak pertengahan 1970-an, tapi resmi menggunakan merek Es Teller 77

sejak 1982. pada tahun 1987 dia muali mengembangkan diri dengan cara

menggandeng mitra, yang k ini disebut waralaba.

Pasca krisis moneter, banyak orang terjun berwirausaha.

Kurangnya keahlian dan pengalaman menyebakan mereka memilih unuk

bergabung dalam jaringan waralaba. Sejak itu, pertumbuhan usaha

franchise di Indonesia tumbuh dengan pesat. Hingga tahun 2003 jumlah

waralaba asing tercatat ada sekitar 220. hingga sampai awal 2006

jumlahnya sekitar 240 asing dan 140 lokal. Dari 140 lokal hanya 129

yang memenuhi persyaratan franchise. Usaha makanan dan minuman

masih mendominasi usaha franchise di Indonesia, mulai dalam bentuk

restoran, kafe, food courte, sampai gerobak kaki lima.

Meski resto waralaba lokal yang muncul kebanyakan jenis fast

food, namun belakangan restoran non fast food juga mulai

mengembangkan jaringan dengan pola waralaba. Restoran ini sifatnya

lebih ke etnis, lebih ke makanan-makanan lokal dan makanan- makanan

daerah. Ada masakan Padang (Minangkabau), Makassar, Jawa, Lombok,

masakan tradisional Indonesia, masakan Oriental (Jepang dan China)

(37)

Di Indonesia kategori usaha makanan menjadi primadona dalam

bisnis waralaba. Pertumbuhannya melebihi kategori-kategori lain.

Industrinya pun ditenggarai tidak akan jenuh. Hal ini dikarenakan

makanan adalah salah satu kebutuhan pokok.

Faktor-faktor penunjang keberhasilan bisnis franchise di Indonesia,

antara lain:

1. Bentuk franchise yang merupakan bisnis instant banyak diminati oleh

pengusaha Indonesia, karena pasar yang sudah tersedia serta beberapa

keuntungan bentuk franchise itu sendiri seperti bantuan manajerial

dan operasional yang diberikan oleh franchisor

2. Bisnis franchise makanan mempunyai ciri khusus dari produknya,

sehingga dapat lebih bertahan dari ancaman pasar

3. Distribusi bisnis franchise sangat pendek, sehingga kontrol terhadap

mutu produk dan pelayanan dapat dilakukan secara langsung

4. Permintaan terhadap produk makanan ya ng dilihat dari PDB total dan

PDB sektor restoran sangat baik dan terus meningkat. Hal ini

mencerminkan daya beli yang meningkat.

5. Terjadinya pergeseran budaya dari budaya tradisional menjadi

budaya modern membantu suksesnya bisnis franchise makanan

6. Motivasi membeli makanan asing/baru secara keseluruhan sangat

tinggi, namun loyalitas terhadap merek rendah. Konsumen makanan

(38)

7. Menu bisnis franchise makanan menjangkau konsumen segala umur

dengan berbagai paket menu untuk anak dan dewasa

8. Kelas sosial tidak menjadi penghambat bagi keberhasilan

pertumbuhan bisnis franchise makanan, karena bisnis makanan sudah

membagi sendiri segmen pasarnya, seperti fine ending restaurant

untuk kelas menengah atas, sedangkan fast food restaurant untuk

kelas menengah bawah.

9. Binsis franchise makanan mengantisipasi perubahan gaya hidup.

Gaya hidup pasngan muda yang suami- istri bekerja, tingkat

persaingan dunia kerja yang tinggi menyebabkan tingkat stress tinggi.

Demikian pula tingkat stress anak yang tinggi akan membutuhkan

suasana makan di luar. Selain itu, kecenderungan masyarakat untuk

lebih terbuka dengan berbagai makanan asing terus meningkat.

C. Konsep Daya Tahan Usaha

Daya tahan (survival power) dalam konteks penelitian ini bisa diartikan

dalam beberapa hal, yaitu:

1. Kemampuan usaha dalam hal ini usaha restoran lokal beradaptasi

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis

pada era globalisasi terutama menghadapi maraknya persaingan

dengan restoran modern. Pada masa globalisasi misalnya, lingkungan

bisnis berubah sehingga perlu adaptasi dalam hal permodalan, bahan

(39)

usaha yang mengalami kegagalan dalam adaptasi ini, bisa diartikan

tidak memiliki daya tahan yang baik.

2. Kemampuan usaha memperoleh omzet sehingga dapat menjalankan

operasional usaha. Omzet suatu usaha yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan biaya operasional usaha akan cenderung tidak dapat tahan

lama. Kalau dari penghasilan bersih yang diperolehnya tidak mampu

memenuhi kebutuhan operasional perusahaan, maka kelangsungan

hidup usahanya pun akan terancam pula.

Ada beberapa pengukuran terhadap variabel- variabel tertentu

sebagai indikasi ketahanan usaha restoran lokal dalam menghadapi era

globalisasi. Pengukuran akan dilihat dari berbagai aspek usaha,

misalnya permodalan usaha, penggunaaan dana usaha, sumber dan

perolehan bahan baku, ketenagakerjaan dan balas jasa, pemasaran dan

pelanggan, serta omzet

Menurut Suwarsono ( 1994:173), tujuan perusahaan, memperoleh

laba, dan berkembang merupakan refleksi dari usaha perusahaan untuk

bertahan hidup. Tanpa mampu bertahan hidup, perusahaan tidak memiliki

kesempatan memperoleh laba dan tumbuh berkembang. Dengan kata lain,

perusahaan apabila ingin tetap bertahan hidup, maka perusahaan harus

mampu memenuhi berbagai kepentingan dari berbagai pihak yang terlibat

(stakeholders). Adapun pihak-pihak yang disebut sebagai stake holder

(40)

a. Pemilik

b. Pemasok

1) Sumber daya alam (SDA)

2) Sumber daya manusia (SDM)

3) Sumber daya modal (SDK), kreditur, pemegang saham

4) Sumber daya teknologi (SDT)

5) Sumber daya informasi (SDI)

c. Debitur

d. Pesaing

e. Pelanggan

f. Pensuplai substitusi

g. Serikat pekerja

h. Pemerintah

i. Masayarakat

j. Media massa

k. Pihak pencinta lingkungan/lembaga swadaya masyarakat (LSM)

Perusahaan mampu bertahan hidup apabila perusahaan mampu melalui

tahapan siklus kehidupan perusahaan yang paling kritis. Bertahan hidup

adalah tujuan primer dan berjangka pendek, khususnya bagi perusahaan

yang baru berdiri. Untuk dapat hidup/bertahan hidup perusahaan harus

mampu memperoleh laba dan menumbuhkembangkan perusahaan di

kemudian hari. Untuk tetap bertahan hidup juga perusahaan perlu berusaha

(41)

perusahaan serta pihak manajemen perlu memiliki perhatian yang seimbang

(42)

Tabel II. 1. Hasil Penelitian Terdahulu

HASIL PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN DENGAN ANALISA DAYA TAHAN USAHA

Judul Peneliti Variabel Penelitian

1. Sisi modal sendiri memiliki kemandirian dengan persentase modal sendiri sebesar 83.3 persen.

2. Sisi perolehan bahan baku mempunyai daya tahan, dengan persentase 6.7 persen tidak pernah mengalami kesulitan. Perolehan pasokan bahan baku sebesar 70 persen responden membeli di pasar. Penentuan harga bahan baku penjual sebesar 56.7 persen, tawar menawar 43.3 persen serta upaya mengatasi kenaikan harga bahan baku 40.6 persen mengurangi porsi bahan baku.

3. Sisi penggunaan tenaga kerja mempunyai daya tahan dengan 90 persen tidak pernah terjadi PHK, 90 persen tidak pernah mengusulkan kenaikan upah, 76.7 persen tidak pernah mengganti tenaga kerja.

4. Sisi strategi pemasaran mempunyai daya tahan, dengan trend penjualan cenderung turun 80 persen, stabil 20 persen. Strategi yang digukan pengurangan bahan baku sebesar 34.9 persen, menaikkan harga jual 30.2 persen.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini berupaya mengungkap fakta dan data keberadaan usaha

restoran lokal melalui studi kasus pada usaha restoran lokal ayam goreng di

Kabupaten Sleman dalam menghadapi kompetitor asing. Penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh gambaran/peta usaha restoran lokal dalam

menghadapi kompetitor asing di era globalisasi. Penelitian ini bersifat studi

eksplorasi.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2005:55).

Populasi yang dip ilih adalah para pengusaha restoran lokal ayam

goreng yang tersebar di kabupaten Sleman. Para pengusaha restoran ini

mulai buka usaha pada pagi hari, malam hari atau ada yang non stop 24

jam. Adapun jumlah restoran ayam goreng lokal yang diteliti di kabupaten

Sleman ini berjumlah 6 restoran ayam goreng, yaitu restoran ayam goreng

Ny. Suharti, restoran ayam goreng Mbok Berek, Yogya Chicken,

(44)

Jakarta Fried Chicken, restoran Kentuku Fried Chicken, restoran Pollo

Loco Fried Chicken.

Masing- masing dari restoran ayam goreng lokal ini mempunyai

kelebihan masing- masing. Contohnya restoran ayam goreng Nyonya

Suharti, restoran ini bernuansa khas Jogja dimana dekorasi ukiran dan

gendingnya khas Jogja. Adapun bahan baku ayam dari restoran ayam

goreng Nyonya Suharti ini adalah ayam kampung.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2005:46). Dalam hal ini sampelnya adalah para

pengusaha restoran lokal aya m goreng yang ada di kabupaten Sleman.

Tidak semua para pengusaha restoran ayam goreng lokal itu akan di

jadikan sampel tetapi akan di acak dan di pilih.

C. Variabel dan Instrumen Data

Berdasarkan masalah yang telah di rumuskan, dapat dideteksi beberapa

variabel pokok dan selanjutnya akan diuraikan secara lebih rinci melalui

beberapa instrumen data yang dicari. Variabel dan instrumen data yang dicari

(45)

Tabel III. 1. Variabel dan Instrumen Data

No Variabel Indikator Instrumen

1 Keuangan

Usaha

a. Permodalan • Sumber modal dan proporsinya

• Peran modal sendiri dalam kemandirian usaha

• Besarnya omzet yang diterima per hari

• Besarnya biaya yang dikeluarkan per bulan (gaji,

bahan, angkutan, retribusi, dan

lain- lain).

2 Bahan baku • Sumber bahan baku

• Perkembangan harga bahan (pengadaan sendiri, bahan

diantar, membeli di pasar)

• Terjaminnya kontinyuitas pasokan bahan baku

(46)

3 Tenaga kerja • Proporsi tenaga kerja anggota keluarga dan bukan anggota

keluarga

• Upah teaga kerja dan proporsinya terhadap

pengeluaran

• Ada tidaknya PHK 4 Pemasaran • Ada tidaknya penurunan

pelanggan/omzet

• Ada tidaknya penurunan hasil penjualan

• Perlu tidaknya menaikkan harga dan pengaruhnya terhadap

pelanggan

• Strategi mempertahankan customer

5 Omzet Trend penjualan/omzet

(47)

D. Pengukuran Variabel

Ada beberapa pengukuran terhadap variabel tertentu sebagai indikasi

ketahanan usaha restoran lokal dalam menghadapi kompetitor. Pengukuran

akan dilihat dari berbagai aspek usaha, misalnya permodalan usaha,

penggunaaan dana usaha, sumber dan perolehan bahan baku, ketenagakerjaan

dan balas jasa, pemasaran dan pelanggan, dan omzet.

1. Pengukuran Permodalan

a. Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

laba/keuntungan. Rentabilitas dapat dicari berdasarkan perhitungan

laba dibagi penjualan kali seratus persen. Adapun rumusnya adalah

sebagai berikut:

Laba

Rentabilitas= --- x 100% Penjualan

Keterangan:

L = Jumlah laba yang diperoleh dalam suatu periode M = Jumlah penjualan dalam suatu periode tertentu

2. Pengukuran bahan baku

Beberapa aspek yang ingin diukur adalah:

a. Sumber bahan, dikategorikan menjadi komponen impor dan komponen

lokal

(48)

c. Penentuan harga bahan baku, diukur dengan menemukan pihak mana

yang menentukan harga: pembeli, penjual, atau negosiasi (seller’s

market atau buyer’s market).

d. Mengatasi fluktuasi harga bahan baku, dikategorikan dengan mengganti

bahan baku, mengurangi bahan baku, tidak melakukan upaya lain,

memproduksi bahan baku sendiri dan memotong jalur distribusi.

e. Cara me mperoleh pasokan, dikategorikan menurut cara memperoleh

bahan baku yaitu bahan diantar penjual, pengadaan sendiri dan membeli

di pasar.

3. Pengukuran tenaga kerja

Beberapa aspek yang akan diukur adalah sebagai berikut:

a. Proporsi jumlah tenaga kerja, diukur dengan membandingkan antara

tenaga kerja anggota keluarga dengan bukan anggota keluarga.

b. Ada tidaknya pengurangan tenaga kerja

c. Ada tidaknya tuntutan kenaikan upah

4. Pengukuran Strategi Pemasaran

Beberapa aspek yang akan diukur adalah sebagai berikut:

a. Strategi pemasaran, dikategorikan menjadi 4 model yaitu strategi

penetrasi pasar, pengembangan produk, pengembangan pasar dan

(49)

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Daya Tahan adalah kemampuan beradaptasi terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan internal maupun eksternal.

2. Usaha/ bisnis adalah kegiatan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat, manusia, maupun organisasi.

3. Restoran adalah sebuah tempat yang sengaja dibangun untuk melayani

pemesanan makanan dan minuman, serta menyantapnya di tempat itu

juga.

4. Restoran lokal sebuah tempat yang sengaja dibangun untuk melayani

pemesanan makanan dan minuman, serta menya ntapnya di tempat itu

juga. Restoran lokal ini sifatnya bernuansa lokal/daerah setempat.

5. Modal adalah segala sarana dan prasarana yang dihasilkan untuk

digunakan sebagai “input” dalam proses produksi. Pendekatan modal

yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

modal dari sisi biaya tetap dan biaya variabel.

6. Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dalam proses produksi dan

dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Biaya yang

digunakan dalam penelitian ini adalah biaya tetap dan biaya variabel.

7. Bahan baku adalah bahan dasar yang harus tersedia dengan cukup untuk

(50)

8. Tenaga kerja adalah manusia yang melaksanakan pekerjaan baik sebagai

karyawan, usahawan, pegawai, petani, pedagang dan lain- lain.

9. Gaji/Upah adalah balas karya untuk faktor produksi tenaga kerja manusia

per kurun waktu tertentu misalnya 1 bulan dan dalam bentuk satuan

rupiah.

10. Laba adalah balas jasa untuk suatu jenis sumber daya manusia yang

sangat tertentu, yaitu kegiatan pengusaha yang mengorganisir produksi,

mengkombinasikan faktor-faktor produksi dan menanggung resikonnya

dalam bentuk rupiah.

11. Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

laba/keuntungan atau menunjukkan perbandingan laba dengan aktiva

(modal) yang dipergunakan untuk menghasilkan laba dalam periode

tertentu.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan di dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer di peroleh melalui kuesioner/wawancara

2. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh melalui pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian ini berupa catatan, majalah, jurnal, surat kabar, internet dan

(51)

G. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh lalu diukur dengan mengunakan teknik sebagai berikut:

1. Permodalan

Tabel III. 2. Sumber Modal Responden Responden

Sumber Modal

Responden Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Modal Sendiri Modal Sendiri + Modal Luar

Keterangan:

Su = Suharti Kc = Kentuku Fried Chicken

Yc = Yogya Chicken Jf = Jakarta-Jakarta Fried Chicken

Mb = Mbok Berek Pl = House Pollo Loco

Modal ditinjau dari segi kepemilikannya maka dapat dikelompokkan

menjadi modal sendiri dan modal asing. Sumber dana/modal asing adalah

sumber dana yang mana pemilik dari sumber dana tersebut adalah merupakan

pihak luar dari perusahaan itu. Sumber dana asing ini pada konkritnya adalah

berupa utang kepada pihak luar, baik utang jangka pendek maupun utang

jangka panjang. Contoh dari modal asing ini seperti utang dagang, utang

(52)

Sumber dana sendiri yaitu sumber dana di mana pemilik dana itu adala h

merupakan pemilik perusahaan itu sendiri. Contoh sumber dana sendiri ini

seperti modal sendiri, laba yang ditahan, dan lainnya.

Tabel III. 3. Tingkat Rentabilitas Usaha Responden

Kategori

Tingkat Rentabilitas

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Sehat Sekali 〉 12% Sehat 8 - 12% Kurang Sehat 5 - 8%

Tidah Sehat < 5 %

Sumber: SK Menteri Keuangan RI No. 740/1989

Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

laba/keuntungan. Adapun ukuran kesehatan finansial yang ditentukan

pemerintah adalah SK Menteri Keuangan RI No. 740/1989 yang isinya terlihat

di tabel diatas (tabel III.3). Rentabilitas dapat di cari berdasarkan perhitungan

laba di bagi penjualan kali seratus persen. Adapun rumusnya adalah sebagai

berikut:

Laba

Rentabilitas= --- x 100% Penjualan

Keterangan:

(53)

2. Bahan Baku

Tabel III. 4. Kesulitan Perolehan Bahan Baku Responden

Kesulitan Perolehan

Bahan Baku Su Yc Mb Kc Jf Pl %

Tak Pernah

Kadang-kadang

Seringkali

Bahan baku harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat

menopang tercapainya tujuan bagian produksi yaitu tepat jumlah, tepat

mutu, tepat waktu dan tepat ongkos atau harganya. Bahan dasar/bahan baku

harus tersedia dengan cukup untuk menjamin kelancaran proses produksi.

Tabel III. 5. Perolehan Pasokan Bahan Baku Responden

Perolehan Pasokan Bahan

Baku Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Diantar Pemasok Membeli di Pasar/Pemasok

Agar tersedia, maka bahan baku tersebut harus dibeli. Pembelian

bahan baku bisa dilakukan melalui pemasok dengan cara diantar oleh

pemasok langsung ke tempat usaha/bisnis. Selain diantar langsung oleh

pemasok, pasokan bahan baku dapat diperoleh dengan cara membeli

langsung ke pasar pemasok tersebut. Hal tersebut diserahkan langsung

(54)

Masing-masing dari kedua pilihan tersebut memiliki keuntungan/kelebihan serta

kekuranga n masing- masing.

Tabel III. 6. Penentuan Harga Bahan Baku Responden

Pasar merupakan pertemuan antara penjual dan pembeli. Di dalam

pasar tersebut terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Salah satu

interaksi antara penjual dan pembeli tersebut adalah proses tawar menawar

untuk mencapai sebuah kesepakatan dalam penentuan sebuah harga dari

suatu produk. Dalam sebuah kesepakatan tersebut biasanya ada pihak yang

lebih dominan dalam sebuah penentuan tersebut. Dominasi tersebut bisa

saja dilakukan oleh pihak pembeli maupun pihak penjual.

(55)

Sifat dari harga adalah tidak stabil. Harga akan mengalami suatu

fluktuasi berupa turun maupun naik. Bagi seorang pengusaha penurunan

harga bukanlah menjadi masalah karena hal ini akan meringankan biaya

dan dapat meningkatkan keuntungan. Tetapi sebaliknya naiknya harga

akan menimbulkan masalah bagi seorang pengusaha, karena naiknya

harga-harga akan menjadi sebuah bencana bagi usahanya yaitu berupa

penurunan omzet penjualan, keuntungan, atau bahkan kebankrutan bagi

usahanya. Untuk tetap dapat mempertahankan kelangsungan usahanya

seorang pengusaha harus mampu mencari alternatif guna keberlangsungan

usahanya.

3. Tenaga Kerja

Tabel III. 8. Komposisi Tenaga Kerja Responden

Anggota Kelua rga Famili

Salah satu faktor produksi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja (Man)

merupakan faktor utama dalam proses produksi, sedangkan lainnya seperti

uang merupakan penunjang. Di dalam menjalankan proses produksinya

suatu usaha memerlukan sumber daya yang disebut tenaga kerja. Untuk

(56)

rekruitmen akan tenaga kerja tersebut. Proses rekruitmen tersebut bisa

dilakukan melalui mekanisme internal maupun eksternal perusahaan.

Proses rekruitmen secara internal bisa mencari dari anggota keluarga

sendiri, sanak saudar/famili. Sedangkan rekruitmen secara eksternal bisa

berasal dari non anggota keluarga.

Tabel III. 9. Jumlah Tenaga Kerja Responden

Salah satu alat untuk mengukur besarnya suatu usaha adalah

dengan cara melihat berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Semakin banyak karyawan suatu usaha maka usaha tersebut bisa dikatakan

usaha yang bonafide.

Tabel III. 10. Tingkat PHK Responden

Tidak semua usaha mampu bertahan dalam mempertahankan

usahanya. Meskipun ada yang mampu bertahan, usaha tersebut harus

(57)

usaha tersebut antara lain dengan cara melakukan pengurangan jumlah

tenaga kerja/pemberhentian hak kerja (PHK).

Tabel III. 11. Usulan Kenaikan Upah Responden Usulan Kenaikan

Upah dari Tenaga

Kerja Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Tidak Pernah Pernah

Seiring dengan majunya suatu usaha, biasanya diikuti dengan usulan

kenaikan tingkat upah. Usulan kenaikan tingkat upah itu bisa berasal dari

karyawan itu sendiri maupun dari pimpinan pemimpin usaha itu sendiri.

Tabel III. 12. Pergantian Tenaga Kerja Responden Pergantian

Tenaga Kerja

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Tidak Pernah Pernah

Pergantian tenaga kerja merupakan sesuatu yang biasa bagi sutu

usaha. Pergantian tersebut bisa dikarenakan usia dari kayawan yang sudah

lanjut sehingga harus pensiun. Selain lanjut usia pergantian tenaga kerja

(58)

4. Pemasaran

Tabel III. 13. Trend Penjualan /Omzet Responden

Trend Penjualan

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Cenderung Naik Cenderung Turun Cenderung Stabil

Dengan memanfaatkan strategi pemasaran, parusahaan atau unit

bisnis dapat menangkap pangsa pasar yang ada untuk memperbaiki

kejenuhan pasar dari produk yang ada dan penetrasi pasar atau

mengembangkan pasar baru bagi produk yang ada. Dengan menangkap

pangsa pasar dan mengembangkan pasar baru maka perusahaan dapat

memperbaiki trend penjualan.

Tabel III. 14. Strategi Usaha Penjualan Responden

Untuk dapat menjaga kelangsungan hidup usahanya, sebuah

perusahaan/bisnis perlu melakukan strategi-strategi dalam usahanya. Salah

(59)

usaha penjualan dapat dilakukan dengan cara penetrasi pasar,

pengembangan produk/diverensiasi produk, pengembangan pasar, dan

diversifikasi pasar serta menaikkan harga dari sebuah produk untuk tetap

(60)

H. Kerangka Pemikiran

Bisnis restoran/makanan dipercaya merupakan salah satu dari sekian

banak bisnis yang tidak terlalu terkena imbas krisis. Sebabnya semua

orang butuh makanan, sehingga dengan sendirinya pasti dicari orang.

Bahkan hingga kini pertumbuhan restoran jumlahnya sudah terlalu

banyak.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Seni dan Budaya kota Yogyakarta

jumlah restoran di kota Yogyakarta ada 35 buah baik yang berupa

waralaba maupun mandiri. Dalam hal ini restoran waralaba ayam goreng

asing mendominasi. Ada beberapa faktor yang mendasari restoran

waralaba ayam goreng asing ini mendominasi. Pertama, rasa (taste) dari

makanan yang dihidangkan. Kedua, strategi yang fokus. Ketiga, komitmen

yang penuh.

Dari segi rasa tidak diragukan lagi bahwa restoran ayam goreng asing

baik yang waralaba maupun yang non waralaba/mandiri mempunyai

kualitas rasa yang sama. Rasa dari menu hidangan restoran asing,

khususnya restoran ayam goreng mempunyai rasa yang sama seperti di

negara asalnya.

Begitu juga dengan strategi dan fokus, strategi dari restoran ayam

goreng asing baik waralaba maupun non waralaba/mandiri adalah

menyediakan makanan yang cepat saji (fast food), dengan harga yang

relatif terjangkau masyarakat. Restoran-restoran waralaba ayam goreng

(61)

dimana masyarakat golongan menengah ke bawah dan mengah ke atas

menjadi sasarannya.

Dalam hal komitmen, restoran-restoran ayam goreng asing mempunyai

komitmen penuh untuk tetap menjaga kualitas baik rasa maupun

pelayanan terhadap konsumen. Tentunya tidak hanya 3 faktor tersebut

yang membuat restoran ayam goreng asing baik yang waralaba maupun

non waralaba/mandiri dapat lebih maju. Faktor lainnya adalah bahwa

usaha restoran ayam goreng asing tersebut didukung oleh keuangan usaha

yang memadai, kontinyuitas ketersediaan bahan baku, tenaga kerja yang

profesional serta manajemen yang baik.

Lalu baga imana dengan restoran ayam goreng lokal? Apakah mereka

juga memperhatikan faktor rasa (taste), strategi fokus, dan komitmen

penuh tersebut?. Selain itu apakah mereka juga didukung keuangan usaha

yang memadai, kontinyuitas ketersediaan bahan baku, tenaga kerja yang

(62)

BAB IV

GAMBARAN UMUM USAHA

A. Pendirian Perusahaan

Sebagian besar usaha restoran ayam goreng didirikan pada tahun 2000-an.

Usaha-usaha yang didirikan pada tahun 2000-an tersebut adalah restoran ayam

goreng Mbok Berek tanggal 27 April 2004, Kentuku Fried Chicken tanggal 10

Februari 2000, Jakarta-Jakarta Fried Chicken tanggal 7 September 2000 dan

Pollo Loco tanggal 15 April 2006. Sedangkan restoran ayam goreng Suharti

didirikan pada tanggal 18 Juli 1972 serta restoran ayam goreng Yogya

Chicken tahun 2007.

B. Letak Perusahaan

Letak masing- masing usaha restoran ayam goreng ini tersebar di beberapa

lokasi tetapi semuanya masih terletak di pemerintah daerah Kabupaten

Sleman. Restoran ayam goreng Suharti terletak di Jl. Laksdya Adisucipto no,

208 dengan luas secara keseluruhan ± 4.900 m2 . Yogya Chicken Jl. Gejayan, Gg. Pelem Kecut no. 36 B dengan luas ± 1000 m2. Mbok Berek Jl. Kaliurang km. 16 dengan luas ± 1000 m2. Kentuku Fried Chicken, Jl. Selokan Mataram, Gg. Menur dengan ±300 m2. Jakarta-Jakarta Fried Chicken, Jl. Tambora no. 80A dengan rata-rata luas tanah yang digunakan seluas 7 x 8 m2 , serta Pollo

Loco, Perumnas Condong Sari C1, CC, dengan luas secara keseluruhan seluas

±225 m2.

(63)

Adapun alasan-alasan pemilihan lokasi diatas adalalah karena terletak di

tempat yang strategis seperti dekat dengan kampus, jalan raya, serta dekat

dengan pemukiman penduduk ataupun memanfaatkan lokasi yang kosong

seperti restoran ayam goreng Mbok Berek.

C. Bentuk Perusahaan

Hampir semua usaha restoran ayam goreng ini berbentuk usaha

perorangan karena didirikan oleh orang perorangan. Dari 6 usaha restoran

ayam goreng ini, 3 usaha berbentuk firma (fa) yaitu Mbok Berek dengan

pimpinan Sunaryo Hadiwandono, Kentuku Fried Chicken dengan pimpinan

Rosyid, dan Suharti dengan pimpinan Ibu Suharti. Satu berbentuk PT yaitu

Jakarta-Jakarta Fried Chicken dengan pimpinan M. Bintoro, satu lagi

berbentuk CV yaitu Yogya Chicken dengan pimpinan Totok Diarto, lainnya

berbentuk usaha perorangan yaitu Pollo Loco dengan pimpinan Teguh

Prasetyo dan Mr. Hemmo.

Adapun bagian-bagian yang ada di usaha restoran ayam goreng ini terdiri

dari beberapa bagian serta tidak lebih dari 3 kepala bagian. Restoran ayam

goreng Suharti mempunyai tiga bagian yang dikepalai oleh dua orang

supervisor yaitu supervisor I dan supervisor II serta bagian

administrasi/keuangan. Restoran ayam goreng Yogya Chicken mempunyai

dua bagian yaitu bagian administrasi/keuangan dan supervisor untuk bagian

cabang. Restoran ayam goreng Mbok Berek mempunyai tiga bagian yaitu

bagian pemasaran, keuangan dan operasi. Restoran ayam goreng Kentuku

(64)

koordinator outlet. Restoran ayam goreng Jakarta-Jakarta Fried Chicken

mempunyai dua bagian yaitu bagian lapangan dan administrasi. Restoran

ayam goreng Pollo Loco mempunyai dua bagian yaitu bagian supervisor

depan dan supervisor belakang.

D. Bagian Produksi

Semua restoran ayam goreng ini berbahan baku utama ayam, hanya saja

ada yang berbahan baku ayam potong dan ayam kampung (lokal).

4 restoran ayam goreng ini berbahan baku ayam potong dan dua berbahan

baku utama ayam kampung. Adapun produk makanan yang dihasilkan oleh 6

restoran ayam goreng ini adalah ayam goreng. 4 dari 6 restoran ayam goreng

ini mempunyai keunggulan yang sama yaitu mengunggulkan ayam goreng

crispy, dan 2 restoran goreng yaitu Mbok Berek Suharti mengunggulkan

ayam goreng kampungnya.

Saat ini, jumlah makanan yang dihasilkan oleh restoran-restoran ayam

goreng ini lebih dari satu jenis makanan. Restoran ayam goreng Yogya

Chicken, Jakarta-Jakarta Fried Chicken, Kentuku Fried Chicken, Pollo Loco

Fried Chicken menghasilkan ayam goreng crispy, Burger, dan juga soup.

Restoran ayam goreng Suharti dan Mbok Berek selain menghasilkan ayam

goreng kampung, juga menghasilkan ikan goreng, bakar, dan juga sambal dan

lalapan yang menjadi ciri khas mereka masing- masing.

Dalam memproduksi makanannya, usaha restoran-restoran ayam goreng

ini tidak ada mengimpor bahan baku dari luar secara langsung. Di dalam

Gambar

Tabel III. 1. Variabel dan Instrumen Data
Tabel  III. 2. Sumber Modal Responden
Tabel III. 3. Tingkat Rentabilitas Usaha
Tabel III. 4. Kesulitan Perolehan Bahan Baku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program ini dibuat dengan pertimbangan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan memuaskan para pengguna sehingga dapat meningkatkan kemajuan suatu website dimasa yang

Pembuatan I-125 sebagai seed I-125 dapat dilakukan dengan merendam kawat perak dalam larutana NaI bertanda I-125 .Kemudian, kawat perak hasil perendaman dikeringkan

In encouraging the poultry development in Lombok, NTB, the current study aims to give a picture of the reality on the implementation of the contract farmers from the farmer’s

1) Tipe pesan. Tipe pesan dapat berbentuk humoris, berdasarkan fakta, emosional atau perintah sehingga dapat menimbulkan perhatian. Setiap tipe pesan tergantung dari situasi

Pada indikator empati mendapatkan hasil lebih dominan pasien mengatakan puas 19 orang (63%), sehingga dapat di simpulkan bahwa sikap empati yang diberikan perawat

Meskipun, terdapat berbagai tantangan yang menghambat prospek perspektif ekologi politik sebagai basis fundamental bagi manajemen pengelolaan sumber daya alam alternatif

Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak

Dengan terjadinya bencana lumpur Sidoarjo pada Tahun 2006, pemerintah menetapkan Kali Porong sebagai tempat pembuangan Lumpur Sidoarjo menuju ke laut, maka fungsi Kali