PERAWATAN PASCA OPERASI Perawatan Pasca Operasi
BATU GINJAL
2. Bivalve nefrolithotomi : Indikasi :
Batu ginjal yang bercabang dan memenuhi seluruh sistema pelvio kaliseal atau dengan batu sekunder yang banyak.
Alat :
- Baju operasi steril (Operator/asisten/instrumen) - Handschoen steril
- Doek steril
- Doek klem - Krom klem
- Gunting Metzenbaum dan gunting drip kasar - Naald voerder
- Pinset anatomis dan chirurgies - Kocher - Spreader Fienochieto - Stein tang - Blaas spuit - Nelaton kateter - Folley kateter no : 16 F - Urobag - Redon drain - Kateter ureter 6 F
- Es PZ ( normal saline beku ) 2 botol Persiapan operasi :
- Persetujuan operasi - Puasa sejak malam harinya - Lavemen
- Profilaksis antiobiotika sesuai kultur. - General anestesi
Tehnik Operasi :
1. Posisi pasien tidur miring sesuai dengan letak batu pada sisi atas (misalkan batu ginjal kanan, maka posisi miring kiri, bagian kanan disebelah atas). Dengan general anestesi.
2. Desinfeksi lapangan operasi dengan Povidone Iodine (mulai pada lapangan operasi sampai umbilikus dibagian depan, linea skapularis belakang dan papilla mama).
3. Persempit lapangan operasi dengan doek steril. 4. Insisi kulit dimulai dari tepi bawah arkus kosta XI
sampai ke arah umbilikus sepanjang lebih kurang 15 cm. Insisi diperdalam lapis demi lapis dgn memotong fascia eksterna, muskulus intercostalis dibelakang dan muskulus oblikus abdominis depan sampai didapatkan fascia abdominis internus. 5. Fascia abdominis dibuka sedikit, kemudian peritoneum
dilepaskan dan disisihkan penem-pelannya pada fascia seperlunya ( sampai ke tepi luka insisi kulit ). 6. Dicari fascia gerota dan dibuka dengan dilaku-kan
kauterisasi terlebih dahulu. Fascia gerota dibuka lebih kurang sepanjang tepi ginjal.
7. Dicari terlebih dahulu ureter pada kutub bawah ginjal dan diteugel dgn kateter Nelaton. Lemak perirenal dibersihkan dgn menggunakan pinset anatomis dan gunting Metzembaum bila perlu dilakukan cauterisasi terlebih dahulu.
8. Setelah ginjal telah bebas dr lemak dilakukan fik sasi ginjal pd kedua kutubnya dgn kasa basah.
9. Dipisahkan pada daerah pedikel ginjal antara pedikel dengan ureter/pielum
10. Pedikel ginjal (tidak termasuk ureter) di klem dengan klem non traumatis menggunakan Satinsky klem. Kemudian ginjal didinginkan dengan memakai es PZ secukupnya. Klem Satinsky harus dibuka tiap 30 menit.
11. Kapsula renalis dibuka tepat pd tepi lateral ginjal 12. Dilakukan pengirisan pada Broder’s line sepan-jang
tepi ginjal pada daerah korteks sampai mencapai daerah sistema pelvio-caliceal.
13. Batu diambil dengan menggunakan stein tang. Batu sekunder yg kemungkinan ada juga dicari dan diluksir keluar.
14. Dilakukan sondage ureter kebawah dengan menggunakan kateter ureter dan dipompakan PZ yg telah dicampur Pov. Iodine secukupnya.
15. Dilakukan pula spoeling ginjal dgn PZ steril saja. 16. Sistema pelviokaliseal dijahit dgn menggunakan
Dexon 3.0 serapat mungkin, dgn mengguna-kan simpul terputus.
17. Korteks dijahit dengan khromik cat gut 2.0 dengan jarum bulat, jahitan matras.
18. Kapsula renalis dijahit dengan Dexon 3.0 dengan simpul terputus.
19. Cuci lapangan operasi dengan Povidone Iodine dan PZ
20. Pasang redon drain pada fosa renalis.
21. Luka operasi ditutup lapis demi lapis,muskulus oblikus abdominis internus dan muskulus oblikus abdominis transversus di jahit satu lapis, muskulus oblikus abdominis eksternus satu lapis dengan menggunakan benang Dexon 1.0 secara jelujur Feston. Lemak subkutan dengan plain cat gut 3.0 dan kulit dengan zeide 1.0.
PERAWATAN PASCA OPERASI
1. Di Rumah Sakit :
- Pelepasan kateter 24 jam setelah penderita siuman - Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-turut
produksi < 20cc/24 jam.
- Pelepasan benang jahitan selang-seling 4 hari pasca operasi bila luka operasi kering dan pelepasan benang keseluruhan 7 hari pasca operasi.
2. Di Poliklinik Urologi :
- Pasca operasi kontrol 2 minggu, kontrol berikutnya tiap 3 bulan
- Pemeriksaan IVP dilakukan 6 bulan pasca operasi
- Setiap kontrol dilakukan pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, urin lengkap faal ginjal, urin kultur dan tes kepekaan).
- Usahakan diuresis yang adekuat ; minum 2-3 liter / hari, sehingga dicapai diuresis 1,5 l/hari.
- Dilakukan konsultasi ke Instalasi Gizi untuk menentukan jenis diet sesuai analisa batu
- Eradikasi infeksi saluran air kemih, khususnya untuk batu struvit.
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA ( B.P.H. )
BPH adalah suatu neoplasma jinak (hiperplasia) yang mengenai kelenjar prostat. Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar, stroma dan muskuler. Semua penderita laki-laki berusia diatas 50 tahun yang datang dengan keluhan kencing kurang lancar ( sindroma prostatism ) yang terdiri dari :
1. Gejala Obstruktif
Hesitansi, pancaran urin melemah atau mengecil, intermitensi, terminal dribling, terasa ada sisa setelah selesai miksi.
2. Gejala Iritasi
Urgensi (sulit menahan miksi), frekuensi (miksi lebih sering dari biasanya), disuria sampai akhirnya terjadi retensi urin.
DIAGNOSIS
a.
Anamnesa : Keluhan utama & lamanya keluhanb.
Pemeriksaan Klinis :1. Status umum
- Inspeksi : Penonjolan supra pubik bila terjadi retensi urin dengan buli penuh.
- Palpasi : Buli-buli teraba diatas pubis apabila terjadi retensi urin.
- Rectal toucher : Prostat teraba membesar konsistensi kenyal
c.
Pemeriksaan laboratorium :Darah lengkap, Faal hemostasis, Faal hati, Faal Ginjal, Elektrolit (K, Na), Urinalisis, Kultur urin dan test kepekaan antibiotika.
d.
Pemeriksaan Foto Radiologi - BOF- IVP : Pada kasus BPH tanpa retensi urin - USG : Ada gangguan faal ginjal (SC > 4 )
- Foto thoraks
e.
Pemeriksaan penunjang lain :- Uroflowmetri harus dikerjakan apabila penderita masih bisa kencing atau untuk evaluasi pasca terapi.
- Sistoskopi dilakukan pada penderita tanpa retensio urine dengan indikasi tertentu
- TRUS (Transrektal USG) dgn indikasi tertentu - ECG
PENATALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa diindikasikan pd penderita :
JEF/99/110
- BPH dengan keluhan ringan, sedang dan berat tanpa penyulit (dianjurkan dengan IPSS)
- BPH dengan indikasi terapi pembedahan tetapi masih terdapat indikasi kontra
Macam obat yang digunakan : - Golongan alpha blocker
- Golongan inhibitor enzim 5 alpha reduktase - Golongan finasteride
2. Terapi operatif diindikasikan pada penderita :
- Penderita dengan retensio urin akut atau pernah retensio urin akut
- Penderita dengan retensio urin kronis artinya dalam buli-buli selalu lebih dari 300 ml.
- Penderita dgn residual urine lebih dari 100 ml - Penderita BPH dengan penyulit : batu buli-buli,
divertikel buli-buli, hidronephrosis, gangguan faal karena obstruksi.
- Terapi medikamentosa tidak berhasil - Flowmetri menunjukkan pola obstruksi,yaitu :
+ Flow maksimal < 10 ml/detik + Kurve berbentuk datar atau multifasik + Waktu miksi memanjang
1. Retropubik transkapsular prostatektomi (cara Millin) adalah suatu tindakan pengambilan (pembuangan) jaringan prostat melalui retropubik dan membuka kapsul prostat.
2. Reseksi prostat transuretra (TURP) adalah suatu tindakan pengambilan (pembuangan) jaringan prostat secara endoskopi dengan menggunakan alat pemotong (cutting loop) elektrik.
3. Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT) adalah invasi minimal ter- hadap prostat dengan menggunakan kateter 22 F yang dihubungkan dengan sumber panas microwave 1296 MHz, dipanaskan sampai 45 - 60 C dan uretra secara terus menerus didinginkan sehingga mukosa uretra tidak rusak.
1. Retropubik Transkapsular Prostatektomi (Millin)