• Tidak ada hasil yang ditemukan

Blangko Wawancara Petani Tanaman Buah Naga

Desa : Waktu :

Tanggal : No. Kebun Contoh :

Jenis Kebun : Karakteristik Petani

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan 3. Umur :

4. Alamat :

Lahan Buah Naga

5. Luas lahan pertanaman buah naga yang digarap/diusahakan : ... ha 6. Status kepemilikan lahan :

[ ] pemilik dan penggarap [ ] penyewa

[ ] penggarap [ ] lainnya, yaitu ….. Budidaya Buah Naga

7. Jenis spesies atau varietas buah naga yang ditanam : ... 8. Asal bibit :

[ ] membeli dari perusahaan pembibitan

[ ] diberikan oleh dinas atau instansi pemerintahan [ ] membeli dari petani lain

[ ] membuat bibit sendiri : [ ] stek batang [ ] biji [ ] lainnya, yaitu …….

[ ] lainnya, yaitu …….

9. Umur tanaman saat ini : ... 10.Jarak tanam : ….. cm x ….. cm

11. Pola tanam :

[ ] monokultur [ ] polikutur/tumpang sari, dengan ………. 12.Kegiatan persiapan lahan yang dilakukan : ...

13.Pemupukan :

Jenis Pupuk Intensitas Waktu

Pemupukan Dosis (kg) Harga per kg (Rp) Kandang Urea TSP KCl NPK 14.Pestisida : Jenis Pestisida Bahan

Aktif Frekuensi Waktu Dosis

Harga (Rp)

15.Pengendalian gulma /penyiangan :

Cara Pengendalian Frekuensi Waktu Jenis/alat yang

digunakan Mekanik

16.Waktu dan frekuensi panen : ... 17.Jumlah produksi buah naga dalam satu kali panen : ... kg 18.Perlakuan pasca panen buah hasil panen :

[ ] di jual sendiri ke pasar/ suplier

[ ] di jual sendiri ke konsumen [ ] di jual ke tengkulak

[ ] lainnya, yaitu …..

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

19.OPT paling penting dan merugikan menurut petani?

... ... ... ... ...

20.Berapa persen kehilangan produksi buah naga akibat serangan OPT tersebut? [ ] <20% [ ] 20-40% [ ] 40-60% [ ] 60-80% [ ] >80%

21.Bagaimana cara petani mengendalikan OPT tersebut?

... ... ... ... ... ... ... ...

Lampiran 4 Blangko pegamatan hama dan penyakit pada tanaman buah naga

Identitas tanaman contoh

Keberadaan penyakit pada sulur

Keberadaan hama/ pada buah

Kondisi umum tanaman contoh dan keadaan lingkungan serta cuaca selama pengamatan

Arah mata angin sulur yang contoh yang diamati (Selatan, Barat, Utara, Timur)

Keterangan hama/ penyakit di luar sulur yang diamati

Jumlah buah dalam 1 tiang Tidak adanya buah

pada sulur contoh yang diamati

Simbol untuk gejala penyakit sulur putih

ABSTRACT

RISKA DWI OCTAVIANI. Pests and Diseases of Dragon Fruit (Hylocereus sp.) and Its Cultivation in Yogyakarta. Supervised by HERMANU TRIWIDODO and KIKIN HAMZAH MUTAQIN.

Dragon fruit (Hylocereus sp.) has been introduced to Indonesia recently and became a commercial crop cultivated in this country. The plant, which belongs to family of Cactaceae (cactus), is native to Mexico, Central, and South America. There are no many reports about significant losses due to pests and diseases of the plant in Indonesia, or even in other countries. However, it is potential that pests and diseases can become problem in the future as the plant become widely grown in Indonesia. The objective of this research is to gather information about pest and disease occurrences found in dragon fruit and its cultivation in Yogyakarta. The research methods including interview with farmers, observation, and sampling of the pests and diseases at six dragon fruit orchards, field, and laboratory identification of the causal agents, and data processing. The pests found in dragon fruit were mealy bugs (Hemiptera:Pseudococcidae) species Pseudococcus jackbeardsleyi, Ferrisia virgata, and Planococcus sp.; aphids (Hemiptera:Aphididae) species Aphis gossypii., Branchycaudus helichrysi, and Toxoptera odinae; ants (Hymenoptera:Formicidae) species Oecophylla sp., Camponotus sp.,

Euprenolepis sp., and Polycharis sp.; grasshoppers (Orthoptera:Acrididae) species

Valanga sp., Oxya sp., and Atractomorpha sp.; mite (Acarina:Tetranycidae); snail (Acathina fulica); and birds. Chickens are not considered as a pest, however, they can cause severe damage on fruit if they are allowed to present in the orchard. Diseases found in dragon fruit were algae red rust (Cephaleuros sp.), vine orange spot (Fusarium sp.), white vine (Botryosphaeria sp. and Phomopsis sp.), stem blight (Helminthosporium sp.) and anthracnose (Colletotrichum sp.), Dothiorella

spot, brownish stem rot, stem yellowing, fruit rot (Colletotrichum sp. and

Helminthosporium sp.) fruit orange spot (Alternaria sp.). A black spot disease on stem has not been identified yet. Pests and diseases have not been controlled in particular system, probably because their occurrences have not resulted in a significant loss.

ii ABSTRAK

RISKA DWI OCTAVIANI. Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga (Hylocereus sp.) serta Budidayanya di Yogyakarta. Dibimbing oleh HERMANU TRIWIDODO dan KIKIN HAMZAH MUTAQIN.

Buah naga (Hylocereus sp.) merupakan tanaman yang relatif baru diintroduksikan ke Indonesia dan telah dibudidayakan secara komersial. Tanaman ini tergolong famili Cactaceae (kaktus-kaktusan) dan berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Kehilangan hasil yang berarti akibat hama dan penyakit belum banyak dilaporkan di Indonesia atau bahkan di negara lain. Hama dan penyakit dapat berpotensi menyebabkan masalah di masa yang akan datang, mengingat tanaman ini semakin banyak dibudidayakan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi hama dan penyakit serta mengetahui budidaya tanaman buah naga di beberapa lokasi di Yogyakarta. Metode penelitian yang dilakukan meliputi wawancara, pengamatan dan pengambilan contoh di enam perkebunan buah naga, identifikasi agen penyebab di laboratorium, dan pengolahan data. Hama yang ditemukan di pertanaman buah naga adalah kutu putih (Hemiptera:Pseudococcidae) spesies Pseudococcus jackbeardsleyi, Ferrisia virgata, dan Planococcus sp.; kutu daun (Hemiptera:Aphididae) spesies Aphis gossypii., Branchycaudus helichrysi, dan Toxoptera odinae; semut (Hymenoptera:Formicidae) spesies Oecophylla sp., Camponotus sp., Euprenolepis

sp., dan Polycharis sp.; belalang (Orthoptera:Acrididae) spesies Valanga sp.,

Oxya sp., dan Atractomorpha sp.; tungau (Acarina:Tetranycidae); bekicot (Acathina fulica); dan burung. Ayam tidak dianggap sebagai hama meskipun dapat menyebabkan kerusakan parah pada buah ketika mereka dibiarkan berada di kebun buah naga. Penyakit yang ditemukan di pertanaman buah naga diantaranya adalah karat merah alga (Cephaleuros sp.), bercak orange sulur (Fusarium sp.), putih sulur (Botryosphaeria sp. dan Phomopsis sp.), hawar sulur (Helminthoporium sp.), dan antraknosa (Colletotrichum sp.), kusam putih sulur (Dothiorella sp.), busuk lunak batang, kuning sulur, busuk buah (Colletotrichum

sp. dan Helminthosporium sp.) dan bercak orange buah (Altenaria sp.). Di samping itu terdapat gejala bintik hitam pada sulur yang belum berhasil diidentifikasi. Pengendalian hama dan penyakit buah naga belum dilakukan secara khusus karena sejauh ini tidak menyebabkan kehilangan hasil yang berarti.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah naga (Hylocereus sp. (Haw.) Britton & Rose) merupakan salah satu tanaman buah yang kini mulai banyak dibudidayakan di Indonesia setelah diintroduksi pertama kali awal tahun 2000-an. Tanaman ini masuk ke Indonesia pertama dalam bentuk stek batang yang berasal dari Thailand (Jaya 2010). Untuk keperluan konsumsi, Indonesia masih mengimpor buah naga sekitar 200-400 ton per tahun (Jaya 2010).

Nama umum buah ini adalah pitaya (Merten 2003), kemudian di Asia disebut dragon fruit karena buah ini memiliki warna merah menyala serta kulit dengan sisik hijau mirip sosok naga dalam imajinasi masyarakat Cina (Masyahit

et al. 2009). Khasiat buah naga antara lain untuk mengobati diabetes dan tekanan darah tinggi, serta mengandung serat, antioksidan, vitamin C, dan mineral tinggi (Bellec et al. 2006). Terdapat empat jenis buah naga yaitu buah naga putih (white pitaya), buah naga merah (red pitaya), buah naga super merah (super red pitaya) dan buah naga kuning (yellow pitaya) (Renasari 2010). Keempat jenis buah tersebut mempunyai keunggulan masing-masing dan memiliki ciri yang berbeda. Jenis buah naga yang sudah banyak dibudidayakan adalah buah naga merah dan buah naga putih.

Buah naga tergolong tumbuhan kaktus merambat dan liar yang aslinya berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah (Crane dan Balerdi 2005) dan juga dari Amerika Selatan (Merten 2003). Dahulu, tanaman ini merupakan kaktus liar di Meksiko. Setelah diketahui memiliki manfaat untuk kesehatan, masyarakat sekitar membudidayakan tanaman ini. Tanaman ini memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi di lingkungan baru. Tanaman ini memiliki akar udara yang bersifat epifit. Menurut Jaya (2010), penghasil buah naga terbesar di wilayah Asia yaitu Israel, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Selain itu, buah naga juga dikembangkan di Australia (McMahon 2012) dan beberapa negara di Eropa seperti Spanyol dan Perancis (Bellec et al. 2006).

Budidaya buah naga semakin berkembang seiring dengan permintaan pasar yang terus meningkat. Masyarakat Indonesia kian menggemari buah naga

karena bentuk buah yang unik, warnanya yang atraktif, khasiat yang terkandung, dan rasa yang menyegarkan. Upaya meningkatkan produksi melalui perluasan budidaya tanaman buah naga dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar domestik yang semakin tinggi. Menurut Prasetyo (2011), luas area pertanaman buah naga di Indonesia sekitar 400 ha. Menurut Jaya (2010), pertanaman buah naga terbesar terdapat di pulau Jawa. Selain itu, pertanaman buah naga juga terdapat di Riau, Lampung (Direktorat Jendral Hortikultura 2011), dan Lombok (Jaya 2010). Ektensifikasi tanaman buah naga juga dilakukan pemerintah seperti telah disusun program pengembangan luas lahan budidaya buah naga di Provinsi Yogyakarta (Direktorat Jendral Hortikultura 2011).

Selain upaya ekstensifikasi juga dilakukan upaya intensifikasi. Upaya intensifikasi kadang terkendala oleh masalah dalam budidaya serta hama dan penyakit. Organisme pengganggu tanaman (OPT) sering kali menjadi faktor penghambat dalam budidaya tanaman. Secara umum, kerusakan oleh OPT berpengaruh terhadap hasil panen (Palungkun dan Indrayani 1992). Penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi mengakibatkan kerugian ekonomi. Pengendalian OPT seringkali membutuhkan biaya yang cukup besar dan menjadi pertimbangan secara ekonomi. Menurut Merten (2003), Pushpakumara et al.

(2005), Jaya (2010), dan FAO (2012), tanaman buah naga sejauh ini relatif tidak memiliki kendala hama dan penyakit yang merugikan.

Semakin meluasnya budidaya buah naga dapat memicu bertambah dan berkembangnya masalah hama dan penyakit. Selain itu, kondisi lingkungan yang tidak menyediakan hara dalam jumlah cukup akan menyebabkan gangguan fisiologis. Informasi mengenai hama dan penyakit lainnya pada buah naga masih belum banyak diketahui. Informasi tersebut sangat penting untuk menentukan langkah pengelolaan hama dan penyakit tanaman buah naga.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan menginventarisasi hama dan penyakit tanaman buah naga serta mengetahui budidayanya di perkebunan buah naga di Yogyakarta.

Manfaat

Penelitian menyediakan informasi awal tentang hama dan patogen penyebab penyakit yang terdapat pada tanaman buah naga yang dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan hama dan penyakit terpadu.

Dokumen terkait