TINJAUAN PUSTAKA
AKIBAT YANG MENGUNTUNGKAN
3.6. Penentuan Strategi Implementasi Proyek Sistem Informas
3.6.2. Full Blown
Kebalikan dari sistem pilot project, implementasi secara full blown
merupakan pilihan strategi lainnya, dan dalam hal ini, sistem informasi yang ada secara serempak diimplementasikan di seluruh wilayah operasi perusahaan yang bersangkutan. Tentu saja dapat dimengerti jika strategi ini selain berisiko tinggi, juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Faktor halangan dari SDM pun akan tinggi karena melibatkan seluruh karyawan perusahaan. Namun dilihat dari segi
waktu, strategi full blown terbukti yang paling cepat, karena dalam waktu singkat,
seluruh wilayah operasional organisasi sudah dapat mengimplementasikan sistem yang baru.
3.6.3. Cut-off
Cara cut-off merupakan cara yang populer diterapkan di Amerika Serikat.
Dalam cara ini perusahaan menentukan satu tanggal dalam kalender, dan terhitung mulai tanggal tersebut, sistem baru secara resmi serentak diterapkan di seluruh perusahaan bersamaan dengan tidak dipergunakannya lagi sistem informasi lama. Tentu saja prasyarat utama yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan
skenario ini adalah kesiapan seluruh SDM perusahaan yang terlibat dengan sistem
informasi baru. Sebelum cut-off dilakukan, manajemen harus yakin betul bahwa
seluruh pengguna sistem (users), pemelihara sistem (system administrators), dan
teknisi-teknisi terkait (I/T technician) telah siap menangani segala aspek yang
mungkin terjadi sehubungan dengan implementasi sistem informasi baru. Persiapan keahlian SDM tersebut biasanya dilakukan melalui serangkaian program-program pelatihan intensif. Dari segi sistem itu sendiri, tentu saja serangkaian uji coba harus dilakukan terlebih dahulu untuk meyakinkan tidak
adanya hal-hal yang salah dari segi teknis (error free). Satu hal penting yang
harus diperhatikan, yaitu program implementasi sistem informasi baru harus
memiliki disaster contingency planning atau pedoman (berupa rangkaian prosedur
yang harus dijalankan) seandainya pada suatu waktu tertentu sistem mengalami kegagalan dalam implementasi.
Keunggulan utama penggunaan metode cut off ini adalah menimbulkan
dampak yang dapat secara langsung dirasakan oleh perusahaan. Kinerja
perusahaan dalam proses-proses back office (dirasakan karyawan) maupun front
office (dirasakan pelanggan) akan secara signifikan meningkat. Target strategis lebih murah, lebih baik, dan lebih cepat akan secara langsung dapat dirasakan dengan keberhasilan implementasi sistem informasi baru.
3.6.4. Parallel
Berbeda dengan sistem cut off, skenario implementasi paralel mengambil
ini, secara paralel sistem lama dan sistem informasi yang baru diterapkan
sekaligus. Dalam pendekatan ini, dikenal dua buah istilah, yaitu production system
dan testing system. Production System merupakan istilah bagi sistem yang telah resmi diimplementasikan perusahaan, berisi seluruh basis data dari transaksi-
transaksi yang terjadi sehari-hari. Sementara istilah testing system diberikan pada
sistem baru yang sedang dalam masa uji coba. Di dalam skenario paralel,
implementasi dimulai dengan memperlakukan sistem lama sebagai production
system dan sistem baru sebagai testing system. Secara perlahan-lahan, kedua sistem dijalankan secara bersamaan. Para karyawan yang sudah terbiasa mempergunakan sistem informasi lama secara bertahap akan diajarkan sistem baru, bisa di waktu luang maupun di saat-saat yang telah ditentukan manajemen.
Para pengguna (users) tidak perlu merasa takut untuk mempergunakan
sistem baru yang diujicobakan karena tidak ada risiko kesalahan yang harus ditanggung. Justru jika terjadi kesalahan atau ketidakberesan pada sistem, maka hal itu akan merupakan masukan yang baik bagi penanggung jawab implementasi. Jika terdapat modul-modul pada sistem informasi baru yang telah benar-benar dikuasai oleh seluruh karyawan perusahaan terkait, maka modul tersebut
dideklarasikan atau ditetapkan sebagai production system, dan modul sistem lama
tidak dipergunakan lagi. Demikian seterusnya sampai pada akhirnya seluruh
modul pada sistem baru menjadi production system.
Terlihat bahwa keuntungan utama dari skenario implementasi ini adalah probabilitas keberhasilan yang tinggi dalam memperkenalkan sistem baru kepada karyawan. Oleh karena dilakukan secara perlahan-lahan dan berhati-hati, maka hal
ini tentu akan mengurangi halangan penerimaan terhadap suatu hal yang baru oleh karyawan perusahaan. Namun, tentu saja sistem paralel ini memerlukan investasi
biaya yang jauh lebih mahal daripada skenario cut-off. Ditinjau dari segi waktu,
sistem paralel ini pun akan cenderung akan lebih lama.
3.6.5. Langkah-langkah Pengembangan E-Learning
Ketika kita berbicara tentang strategi pengembangan e-Learning, maka hakekatnya adalah sama saja dengan strategi pengembangan perangkat lunak. Hal ini karena e-Learning adalah juga merupakan suatu perangkat lunak. Dalam ilmu
rekayasa perangkat lunak (software engineering), ada beberapa tahapan yang
harus kita lalui pada saat mengembangkan sebuah perangkat lunak.
Gambar 3.14. Tahapan Pengembangan E-Learning
Langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Requirement Analysis and Specification
Untuk menjalankan sistem e-learning, maka diperlukan infrastruktur yang
mendukungnya, seperti komputer dan perangkat keras (hardware) lainnya
dan sumber daya manusia yang mampu menjalankannya. b. Ketentuan perawatan dan sistem pendukung
Sistem e-learning juga memerlukan sistem pendukung seperti software
(perangkat lunak) dan sistem keamanan (misalnya spyware dan antivirus).
2. Design
Perancangan tampilan sistem tersebut beserta subsistem dari sistem tersebut. Namun perancangan ini hanya sekedar untuk tampilan fisik, belum mencakup perintah yang mendukung berjalannya sistem tersebut secara keseluruhan. 3. Coding
Coding berarti memasukkan perintah-perintah yang diperlukan untuk mengintegrasikan tampilan fisik dengan pelaksanaan aplikasi sistem tersebut. 4. Testing
Setelah tampilan fisik dan perintah di-install ke dalam sistem, maka sistem
tersebut telah siap dijalankan. 5. Maintenance
Bila sistem yang dirancang telah berjalan dan dapat memenuhi keinginan perancang, maka harus ditetapkan pula metode perawatan untuk sistem tersebut. Perawatan ini bersifat berkala, berarti dilaksanakan secara reguler dalam periode waktu tertentu.
3.7. Pendidikan
Pendidikan mencakup dua hal, yakni pengajaran dan pembelajaran.
Pembelajaran sendiri mencakup pembelajaran pengetahuan, kelakuan yang benar, dan kemampuan teknis. Oleh karena itu, pendidikan berfokus pada pelatihan
ketrampilan, skill, atau profesi, serta pengembangan mental, moral dan estetika.23
Hak mendapatkan pendidikan merupakan suatu bentuk hak asasi manusia. Sejak 1952, Pasal 2 dari Protokol pertama Konvensi Eropa tentang HAM mengharuskan semua pihak yang menandatangani konvensi tersebut untuk menjamin hak atas pendidikan. Pada tingkat dunia, badan PBB United Nations’ International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights pada 1966 menjamin hak pendidikan di dalam Pasal 13.
Pendidikan formal tersusun atas instruksi sistematis, pengajaran dan pelatihan oleh guru-guru profesional. Pendidikan formal terdiri dari penerapan pedagogi dan pengembangan kurikulum. Dalam tradisi pendidikan liberal, guru- guru menerapkan banyak disiplin yang berbeda untuk pelajaran-pelajaran mereka, termasuk psikologi, filosofi, teknologi informasi, lingu istik, biologi dan sosiologi. Sedangkan pendidikan informal juga memasukkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari dan disempurnakan selama jangka waktu hidup, termasuk pendidikan yang berasal dari pengalaman dalam melatih suatu profesi.
24
23
Education. Wikipedia, the free encyclopedia, 2008.