BAB II LANDASAN TEORI
C. BMT ( Baitut Maal Wattamwil )
1. Pengertian BMT
Baitut maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitut
maal dan baitut tamwil. Baitut maal lebih mengarah pada usahausaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit seperti ; zakat, infaq,
dan shadaqoh. Sedangkan Baitut Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersial. Usahausaha tersebut menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.
Secara kelembagaan BMT didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena mengemban misi yang lebih luas, yakni menetaskan usaha kecil. Dalam prakteknya, PINBUK menetaskan BMT dan pada gilirannya BMT menetaskan usaha kecil.37 Keberadaaan BMT representasi dari kehidupan masyarakat dimana BMT itu berada, denganjalan ini BMT mampu mengakomordir kepentingan ekonomi masyarakat.
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsipprinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan atauapun materi maka, BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
2. Prinsip Operasi BMT
Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah yakni menggunakan 3 prinsip :
a. Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT
1) Al-Mudharabah
2) Al-Musyarakah
37
3) Al-Muzara’ah
4) Al-Musaqah
b. Sistem jual beli
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT dan kemudian bertindak sebagai penjual dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut dengan ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia dana
1) Bai al-Murabahah
2) Bai al-Salam
3) Bai al-Istihna
4) Bai Bitsaman Ajil
c. Sistem non profit
Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersial. Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja :
1) Al-Qardhul Hasan
d. Akad bersyarikat
Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan masingmasing pihak mengikut sertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan perjanjian pembagian/ kerugian yang disepakati :
1) Al- Musyarakat
e. Produk pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam diantara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil setelah jangka waktu tertentu :
1) Pembiayaan al-Murabahah (MBA) 2) Pembiayaan al- Bai Bitsaman Ajil (BBA) 3) Pembiayaan al-Mudharabah (MDA) 4) Pembiayaan al-Musyarakah (MSA)
Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan ekonomi masyakat, maka BMT terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetap produk tersebut harus memenuhi syarat :
1) Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah 2) Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT
3) Membawa kemaslahatan bagi masyarakat
3) Proses Pembiayaan
Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah proses pembiayaan yang sehat. Yang dimaksud dengan proses pembiayaan yang sehat adalah proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi halal dan baik serta menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan atau bahkan ketika pada bank yang sehat, tetapi juga berimplikasi pada peningkatan kinerja sektor riil yang dibiayai.38
a. Permohonan pembiayaan
Tahap awal proses pembiayaan adalah permohonan pembiayaan secara formal, permohonan pembiayaan dilakukan secara tertulis dari nasabah kepada officer bank. Setelah itu, officer bank syariah akan melakukan
solicit ke pengusaha dimaksud untuk melakukan penjajakan bisnis. Hal
hal yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindak lanjut sebuah usaha atau proyek antara lain :
1) Tren Usaha 2) Peluang Bisnis
3) Reputasi Bisnis Perusahaan 4) Reputasi Manajemen
b. Pengumpulan Data dan Investigasi
Data yang diperlukan oleh officer bank didasari pada kebutuhan dan tujuan pembiayaan. Untuk pembiayaan komsumtif, data yang diperlukan adalah data yang dapat menggambarkan kemampuan nasabah untuk membayar pembiayaan dari penghasilan tetapnya. Data yang diperlukan antara lain :
1) Untuk pegawai ( karyawan swasta/ PNS/ ABRI)
a) Kartu identitas calon nasabah dan istri : Kartu Tanda Keluarga (KTP) atau paspor
b) Kartu Keluarga c) Slip gaji terakhir
d) Surat referensi dari kantor tempat bekerja atau SK pengangkatan untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS)
e) Salinan rekening bank 3 bulan terakhir f) Salinan tagihan rekening telepon dan listrik g) Data obyek pembiayaan
h) Data jaminan
2) Untuk pengusaha perorangan
a) Kartu identitas calon nasabah dan istri : Kartu Tanda Keluarga (KTP) atau paspor
b) Kartu Keluarga
c) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) e) Salinan rekening bank 3 bulan terakhir
f) Salinan tagihan rekening telepon dan listrik 3 bulan terakhir g) Data obyek pembiayaan
h) Data jaminan
3) Untuk profesional seperti dokter, pengacara, dan lainlain :
a) Kartu identitass calon nasabah dan istri : Kartu Tanda Keluarga (KTP) atau paspor
b) Kartu Keluarga c) Surat Izin Profesi d) Surat Izin Praktik
e) Salinan rekening bank 3 bulan terakhir
f) Salinan tagihan rekening telepon dan listrik 3 bulan terakhir g) Data obyek pembiayaan
c. Analisa Pembiayaan
Analisa pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai kebijakan bank. Dalam beberapa kasus seringkali digunakan metode analisa 5C, yang meliputi :
1) Character (karakter)
Analisa ini merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat dideteksi secara numerik.
2) Capacity ( kapasitas atau kemampuan)
Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk memahami kemampuan seseorang untuk berbisnis.
3) Capital (Modal)
Analisa modal ini diarahkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keyakinan calon nasabah terhadap usahanya sendiri.
4) Condision ( kondisi)
Analisa diarahkan pada kondisi sekitar yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap usaha calon nasabah, seperti kebijakan pembatasan usaha properti, pelanggaran ekspor pasir laut, dan lainlain.
5) Collateral (jaminan)
Analisa ini diarahkan terhadap jaminan yang diberikan. Jaminan dimaksud harus mampu mengcover risiko bisnis calon nasabah. d. Analisa Rasio
1) Rasio Likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuaan nasabah dalam membiayai operasional usaha dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya saat ditagih.
2) Rasio Laverage
Rasio Laverage adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari hutang.
3) Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas seharihari atau kemampuan dalam melakukan penjualan, penagihan piutang, maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.
4) Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memperolah keuntungan.
e. Persetujuan Pembiyaan
Proses persetujuan adalah proses penentuan disetujui atau tidaknya sebuah pembiayaan usaha. Proses ini juga tergantung kepada kebijakan bank, yang biasaanya disebut sebagai komite pembiayaan.
f. Pengumpulan Data Tambahan
Proses pengumpulan data tambahan dilakukan untuk memenuhi persyaratan tambahan yang diperoleh dari disposisi komite pembiayaan. Pemenuhan persyaratan ini merupakan hal terpenting dan merupakan indikasi utama tindak lanjut pencairan dana.
g. Pengikatan
Tindakan selanjutnya setelah semua persyaratan dipenuhi adalah proses pengikatan baik pengikatan pembiayaan maupun pengikatan jaminan. Secara garis besar, pengikatan terdiri dari dua macam, yakni :
pengikatan dibawah tangan dan pengikatan notariel. Pengikatan dibawah tangan adalah proses penandatanganan akad yang dilakukan antara bank dan nasabah, sedangkan pengikatan notariel adalah proses penandatangan akad yang disaksikan oleh notaris.
h. Pencairan
Proses selanjutnya adalah pencairan fasilitas pembiayaan kepada nasabah. Sebelum melakukan proses pencairan, maka harus dilakukan pemeriksaan kembali semua kelengkapan yang harus dipenuhi sesuai disposisi komite pembiayaan pada proposal pembiayaan.
i. Monitoring
Proses selanjutnya adalah proses monitoring terhadap nasabah. Bagi
officer bank syariah, pada saat memasuki tahapan ini, maka sebenarnya
risiko pembiayaan baru saja dimulai saaat pencairan dilakukan.
Monitoring dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian
target usaha dengan bisnis plan yang dibuat sebelumnya.
4) Penghimpunan Dana
Penyimpanan dan Pengunaan Dana39 a. Sumber dana BMT
1) Dana masyarakat 2) Simpanan biasa
3) Simpanan berjangka atau deposito 4) Lewat kerja antara lembaga atau institusi
39
Kumpulan Makalah, Pelatihan Baitul Maal Wattamwil (BMT), (Yogyakarta: Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), 1997), h.18
Dalam penggalangan dana BMT biasanya terjadi transaksi yang berulangulang, baik penyetoran maupun penarikan.
b. Kebiasaan penggalangan dana
1) Penyandang dana rutin tetapi tetap, besarnya dana biasanya variatif 2) Penyandang dana rutin tidak tetap besarnya dana biasanya variatiif 3) Penyandang dana rutin temporaldeposito minimal Rp. 1.000.000,
sampai Rp. 5.000.000, c. Pengambilan dana
1) Pengambilan dana rutin tertentu yang tetap 2) Pengambilan dana tidak rutin tetapi tertentu 3) Pengambilan dana tidak tentu
4) Pengambilan dana sejumlah tertentu tapi pasti
d. Penyimpanan dan penggalangan dalam masyararakat dipengaruhi 1) Memperhatikan momentum
2) Mampu memberikan keuntungan 3) Memberikan rasa aman
4) Pelayanan optimal 5) Profesionalisme
5) Penggunaan Dana
a. penggalangan dana digunakan untuk : 1) Penyaluran melalui pembiayaan 2) Kas tangan
b. Penggunaan dana masyarakat yang harus disalurkan kepada : 1) Penggunaan dana BMT yang rutin dan tetap
2) Penggunaan dana BMT yang rutin tapi tidak tetap 3) Penggunaan dana BMT yang tidak tentu tapi tetap 4) Penggunaan dana BMT tidak tentu
c. Sistem pengangsuran atau pengembalian dana : 1) Pengangsuran yang rutin dan tetap
2) Pengangsuran yang tidak rutin dan tetap 3) Pengangsuran yang jatuh tempo
4) Pengangsuran yang tidak tentu (kredit macet) d. Klasifikasi pembiayaan
1) Perdagangan
2) Industri rumah tangga
3) Pertanian/pertenakan/perikanan 4) Konveksi 5) Konstruksi 6) Percetakan 7) Jasajasa lainnya e. Jenis angsuran 1) Harian 2) Mingguan 3) 2 mingguan 4) Bulanan 5) Jatuh tempo
f. Antisipasi kemacetan dalam pembiayaan BMT 1) Evaluasi terhadap kegiatan pembiayaan. 2) Merevisi segala kegiatan pembiayaan. 3) Pemindahan akad baru.
4) Mencarikan donatur yang bisa menutup pembiayaan.
6) Pelayanan Zakat dan Shadaqoh
a. Penggaalangan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqoh (ZIS) 1) ZIS masyarakat.
2) Lewat kerjasama antara BMT dengan lembaga Badan Amil Zakat,
Infaq, dan Shadaqoh (BAZIS).
b. Dalam penyaluran dana ZIS
1) Digunakan untuk pemberian pembiayaan yang sifatnya hanya membantu.
2) Pemberian beasiswa bagi peserta yang berprestasi atau kurang mampu dalam membayar SPP.
3) Penutupan terhadap pembiayaan yang macet karena faktor kesulitan pelunasan.
4) Membantu masyarakat yang perlu pengobatan.
7) Sektor Riil
Pada dasarnya, kegiatan sektor riil juga merupakan bentuk penyaluran dana BMT. Namun, berbeda dengan kegiatan sektor jasa keuangan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu, penyaluran dana pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan terdapat unsur kepemilikan didalamnya. Penyaluran dana ini selanjutnya disebut investasi
atau penyertaan. Investasi yang dilakukan BMT dapat dengan mendirikan usaha baru atau dengan masuk ke usaha yang sudah ada dengan cara membeli saham.40
8) Aspek Legalitas
Sebagaimana diuraikan diatas istilah BMT merupakan penggabungan dari Baitul mal wat tamwil. Sebelum berkembang istilah BMT, kita telah lebih dahulu akrab denganistilah baitul maal (BM). Saat ini kita mengenal istilah BM sebatas sebagai lembaga pengelolah ZIS. Pengertian ini sebenarnyatelah mengalami penyempitan fungsi karena pada masa nabi SAW. dan para Khalifah sesudahnya, BM berfungsi mengelolah sebagian besar keuangan negara meliputi sumber pemasukan dan pengeluaran keuangan negara. Adapun istilah baitut tamwil (BT) kurang populer. Nama ini pernah terdengar melalui nama BT Teknosa di Bandung dan BT Ridha Gusti di Jakarta. Fungsiny kurang lebih sama dengan praktik perbankan Islam yang menerapkan sistem bagi hasil. Perbedaanya terletak pada status kelembagaannya sebagai kelompok swadaya masyarakat dan lingkup usaha yang relatif kecil.41
Pada awal perkembangannya, BMT memang tidak memiliki badan hukum resmi. BMT berkembang sebagai kelompok simpan pinjam (KSP). Namun, untuk mengantisipasi perkembangan kedepan, status hukum menajdi kebutuhan yang mendesak. Dalam peraturan perundangan undangan di Indonesia, yang memungkinkan penerapan sistem operasi
40
Hertanto Widodo Ak. et al., Panduan Praktis Operasional Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), (Bandung : Mizan Anggota IKAPI, 1999), h.83
41
bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. Saat ini, oleh lembagalembaga pembina BMT yang ada, BMT diarahkan untuk berbadan hukum koperasi menggingat BMT berkembang dari kelompok swadya masyarakat. Selain itu, dengan berbentuk koperasi, BMT dapat berkembang ke berbagai sektor usaha seperti keuangan dan sektor riil. Bentuk ini juga diharapkan dapat memenuhi tujuan memberdayakan masyarakat luas, sehingga kepemilikan kolektif BMT sebagaimana konsep koperasi akan lebih mengenal sasaran.
9) Aspek Akuntansi
Berkaitan dengan kegiatan operasional dan legalitas BMT, penyusun praktik pelaporan keuangan BMT ini memperhatikan halhal sebagai berikut :42
a. Laporan keuangan dibuat dengan asumsi bahwa BMT berbadan koperasi dan karena akan mengacu pada PSAK No.27 tentang Akuntansi Perkoperasian. Hal ini akan berpengaruh terhadap penggunaan istilah akun dan kandungan ekuitas dalam neraca.
b. Laporan keuangan juga akan mengacu pada PSAK No.31 untuk membandingkan akunakun yang dapat disamakan dengan pengertian dalam perbankan konvensional dan mengacu pada AAOIFI yang telah menerbitkan standar akuntansi untuk lembaga keuangan islam.
c. Memperhatikan bahwa sebagian besar aktivitas utama BMT dan ciri khasnya terdapat pada kegiatan jasa keuangan, laporan keuangan akan
menyajikan kegiatan jasa keuangan sebagai laporan utamanya. Artinya, BMT diasumsikan sebagai koperasi simpan pinjam (syariat), dengan didalamnya menggambarkan juga kegiatan sektor riil dan sosial.
BAB III
GAMBARAN UMUM BMT USAHA MULYA MASJID PONDOK INDAH