KEMBALI PRODUK
MURABAHAH
di BMT USAHA MULYA
MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
KOMARIAH
NIM : 109053000044
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
セmbali
PRODUKMURABAHAH
di BMT USAHA MULYA
MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Komariah
NIM : 109053000044
JURUSAN MANAJEMEN DAKW AH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi berjudul "METODE PENETAPAN MARGIN PADA BARGA JUAL KEMBALI PRODUK MURABAHAH DI BMT USAHA MULYA MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA" telah diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas lImu Dakwah dan lImu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 September 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SaIjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Manajemen Dakwah, Program Studi Lembaga Keuangan Syariah.
Jakarta, 26 September 2013
Sidang Munaqasyab,
if
Drs.Su /. arto MA セN 1 セVPXPVQYYVPSQPPQ@
Anggota,
Penguji II
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakann hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 September 2013
KOMARIAH, NIM : 109053000044, Metode Penetapan Margin Pada Harga Jual Produk Murabahah di BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah Jakarta. Skripsi. Konsentrasi Lembaga Keuangan Syariah, Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
BMT Usaha Mulya merupakan salah satu lembaga keuangan yang bergerak dibidang syariah. Berkembangnya lembaga keuangan syariah membuat lembagalembaga keuangan syariah berlombalomba untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitasnya. Salah satunya dalam segi pemberian pembiayaan. Pembiayaan yang paling dominan digunakan lembaga keuangan syariah adalah pembiayaan murabahah. Untuk meningkatkan pembiayaan murabahah dari tahun ke tahun maka, perlu dilakukan pemantauan dari segi prosedur pelaksanaan murabahah yanng telah ditetapkan, perhitungan margin secara tepat dan akurat agar dapat dirumuskan metode penetapan margin di BMT Usaha Mulya. Tentunya, penetapan margin berperan penting agar dapat menentukan perolehan margin dalam suatu pembiayaan yang diberikan BMT Usaha Mulya.
Penulis membatasi masalaah pada metode penetapan margin pada harga jual kembali produk murabahah di BMT Usaha Mulya dalam hal kepemilikan sepeda motor. Perumusan masalah yang akan dibahas dalam metode penetapan margin pada harga jual kembali produk murabahah di BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah Jakarta yaitu bagaimana prosedur pembiayaan murabahah, bagaimana perhitungan margin yang diterapkan di BMT Usaha Mulya, dan bagaimana metode penetapan margin pada harga jual kembali produk murabahah di BMT Usaha Mulya.
Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan tentang prosedur pembiayaan murabahah, mengetahui perhitungan margin yang diterapkan di BMT Usaha Mulya agar dapat diketahui metode penetapan margin pada BMT Usaha Mulya.
Metode penelitian yang digunakan untuk dapat menggambarkan margin pembiayaan murabahah di BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah Jakarta dengan menggunakan metode kualitatif. (1) sumber data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara dengan pemilik dan pengelolah BMT. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi literatur yang berkaitan dengan penelitian. (2) metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung, wawancara, dan dokumentasi. (3) metode analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif yaitu peneliti mencoba mendeskripsikan metode penetapan margin pada pembiayaan murabahah.
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah wa syukurillah, tiada kata yang pantas terucap selain
memuji dan mensyukuri nikmat, rahmat, taufik dan hidayah yang diberikan Allah
SWT kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta
salam penulis sampaikan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, yang
telah menuntun umatnya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang menuju yang
diridhai Allah SWT, juga kepada keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa
melaksanakan sunnahnya hingga akhir zaman. Aamiin
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan
memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada mereka yang berjasa diantaranya adalah :
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah dan Bapak selaku pembimbing yang telah banyak membantu
dalam memberikan pengarahan dan saran yang sangat berharga
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. H. Mulkannasir BA, S.Pd, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
4. Amirudin, M.Si selaku Pembimbing skripsi yang tulus ikhlas telah
memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA selaku dosen Manajemen
Dakwah yang telah memberikan pendapat dan saran untuk penulis.
6. H. Mulkannasir BA, S.Pd, MM dan Nurul Hidayati, M. Pd selaku
penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
skripsi ini.
7. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan dedikasinya, pengarahan, pengalaman, serta bimbingan
kepada penulis selama perkuliahan.
8. Teristimewa orang tua penulis, ayahanda tercinta H. Matalih dan
Ibunda tersayang Hj. Mansyuroh yang telah mengantarkan penulis
hingga seperti sekarang dengan penuh kasih sayang, doa, kesabaran,
keikhlasan, dan perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan
terutama putraputrinya, terima kasih untuknya.
9. Tercinta, ku persembahkan untuk suamiku Ridwan, SHI yang selalu
menyediakan waktunya untuk kelancaran skripsi ini.
10.Abang, kakak, dan adik tersayang Abdul Rachman, Abdul Rozak,
Abdullah, Dachlia, dan Sifa Fauziah yang selalu memberikan doa serta
penulis.
12.Warja, SE selaku bagian Sekretaris dan Seluruh karyawan BMT Usaha
Mulya Masjid Raya Pondok Indah yang telah banyak memberikan
informasi dan pengalaman sehingga terselesaikan skripsi ini.
13.Seluruh staf Karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah
untuk referensi bukubukunya.
14.Terima kasih buat temanteman seperjuangan Jurusan Manajemen
Dakwah A dan B ( Lembaga Keuangan Syariah, Manajemen Haji dan
Umroh, dan ZIS) yang selalu memberikan supportnya dari awal kuliah
hingga saat ini. Semoga kita semua sukses kedepannya. Aamiin
15.Terima kasih untuk sahabatsahabatku Nur’aipah, Fani Fadillah, St.
Kholisah, Shinta Rusmiati, Faizah, Syarifuddin, Aditya Yudho,
Amanda Harry, dan Yudistira yang menjadi penyemangat kuliah baik
senang maupun sedih. Semoga silahturahmi kita tidak akan terputus.
Aamiin
16.Serta temanteman yang tidak disebutkan satu persatu, penulis
ucapankan terima kasih..
Jakarta, 26 September 2013
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 4
C. Perumusan Masalah ... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4
1. Tujuan Penulisan ... 5
2. Manfaat Penulisan ... 6
E. Metode Penelitian ... 6
1. Sumber Data ... 6
2. Metode Pengumpulan Data ... 7
3. Metode Analisa Data ... 8
F. Waktu dan Tempat Penelitian ... 8
G. Tinjauan Pustaka ... 8
H. Sistematika Laporan Hasil Penelitian... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Penetapan Margin... 12
B. Pembiayaan Murabahah... 30
A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 49
B. Visi dan Misi BMT Usaha Mulya ... 49
C. Jaringan Kerja Lembaga ... 50
D. Identitas Lembaga ... 50
E. Struktur Organisasi ... 51
F. Layanan Lemabaga ... 52
G. Gambaran Layanan ... 52
BAB IV ANALISIS METODE PENETAPAN MARJIN PADA HARGA JUAL KEMBALI PRODUK MURABAHAH di BMT USAHA MULYA MASJID RAYA PONDOK INDAH JAKARTA A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BMT Usaha Mulya .... 57
B. Perhitungan Margin pada Harga Jual kembali Produk Murabahah ... 61
C. Analisis Metode Penetapan Margin pada Harga Jual Kembali Produk Murabahah di BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah Jakarta ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 79
Tabel 1.1 Rumus Angsuran Margin Keuntungan Menurun ... 18
Table 2.1 Rumus Angsuran Margin Keuntungan Ratarata ... 19
Tabel 3.1 Rumus Perhitungan Margin Keuntungan Ratarata ... 20
Tabel 4.1 Angsuran margin Keuntungan Flat... 21
Tabel 5.1 Rumus Angsuran Margin Keuntungan Annuitas ... 22
Tabel 6.1 Angsuran Pembiayaan Margin di BMT Usaha Mulya... 63
Tabel 7.1 Rumus Angsuran Margin Keuntungan Menurun ... 66
Tabel 8.1 Angsuran Margin Keuntungan Menurun ... 67
Tabel 9.1 Rumus Angsuran Margin Keuntungan Ratarata ... 68
Tabel 10.1 Angsuran Margin Keuntungan Ratarata ... 69
Tabel 11.1 Angsuran Margin Keuntungan Flat ... 70
Tabel 12.1 Rumus Angsuran Margin Keuntungan Annuitas ... 70
A. Latar Belakang Penelitian
Islam sebagai suatu agama Rahmatan Lil Alamiindimana mengajarkan
segala yang baik dan bermanfaat bagi manusia dengan tidak mengabaikan
waktu dan tempat atau tahaptahapan perkembangannya. Selain itu, Islam
adalah agama yang fitrah yang sesuai dengan sifat dasar manusia.
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan
pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti
penting prinsipprinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan
kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun
materi. Maka, BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi
keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir lembaga keuangan syariah mengalami
perkembangan yang pesat. Pesatnya pertumbuhan lembaga keuangan Islam
telah mengilhami lembaga keuangan konvensional untuk meniru dan
menawarkan produkproduk Islam. Alasan mereka ikut menawarkan produk
keuangan Islam sematamata bersifat komersial yaitu untuk melihat besarnya
pertahun.1 Perkembangan keuangan syariah yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan refleksi dari meningkatnya minat konsumen
akan produk dan jasa yang sesuai dengan syariah Islam.
Dengan berkembangnya jumlah lembaga keuangan mikro syariah
menurut kesiapan sumber daya insani yang mampu bersaing baik kualitas
maupun kuantitasnya. Usaha perbankan perlu mengemas kegiatan
pemasarannya secara terpadu dan terus menerus melakukan riset pasar,
pemasaran harus dikelolah secara profesional sehingga kebutuhan dan
keinginan pelanggan akan segera terpenuhi dan terpuaskan.2
BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah adalah Lembaga
Keuangan Mikro berbasis syariah ini berfungsi sebagai sarana
memberdayakan perekonomian ummat melalui kerjasama antara pihak BMT
dengan masyarakat yang menjadi angota atau nasabah dalam bentuk
pembiayaan usaha produktif, layanan konsumtif, simpanan atau tabungan
ataupun transaksi produkproduk syariah lainnya. Semua transaksi muamalah
yang BMT Usaha Mulya lakukan menggunakan beberapa mekanisme yang
sesuai dengan standar muamalah yang disepakati, keuntungan selisih harga
jual dan ujrah atau fee. Sumber dana yang dikelolah BMT berasal dari modal
BMT, dana pihak ketiga, dan ZIS produktif.3
Selama ini model pembiayaan yang menjadi dominan dalam
perbankan syariah adalah murabahah. Walaupun terdapat produkproduk
mudhorobah dan musyarakah. Namun, pada kenyataanya yang paling
1
Zinal Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. (Jakarta : Alvabet, 2005), cet ke3. h5.
2
Kasmir. Pemasaran Bank. (Jakarta: Alvabet,2005), cet ke1. h.6061.
3
interaktif digunakan adalah produk murabahah karena produk tersebut lebih
mudah digunakan.
Pembiayaan murabahah ini terjadi karena pihak BMT tidak memiliki
barang yang diinginkan oleh pembeli, sehingga BMT harus melakukan
transaksi pembelian atas barang yang diinginkan kepada pihak lain yang
disebut sebagai supplier.
Dengan demikian, BMT bertindak selaku penjual disatu sisi dan
bertindak sebagai pembeli disisi lain. Kemudian BMT akan menjualnya
kembali kepada pembeli dengan harga jual yang disesuaikan yakni harga beli
ditambah margin (mark up) atau keuntungan yang telah disepakati.4
Sistem pembayaran murabahah dilakukan secara tunai, cicilan,
ataupun tangguh. Selain menggunakan sistem margin sebagai salah satu cara
dalam memperoleh laba, sistem bagi hasil merupakan karakteristik umum dan
landasan dasar yang dijalankan oleh BMT dalam mendapatkan laba.
Untuk meningkatkan pembiayaan murabahah dari tahun ke tahun
maka perlu dilakukan perhitungan margin secara tepat dan akurat. Tentunya,
metode penerapan margin berperan penting untuk dapat menentukan
perolehan margindalam suatu pembiayaan yang diberikan BMT.
Disisi lain masyarakat tidak ingin disulitkan dengan perhitungan yang
rumit, mereka hanya ingin tahu beberapa cicilan yang akan dibayar setiap
bulannya secara pasti.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hal ini agar dapat
diketahui metode penerapan margin di BMT Usaha Mulya.Berangkat dari
4
latar belakang di atas ini ahirnya peneliti tertarik untukmengadakan studi
penelitian dengan judul: “Metode Penetapan Margin pada Harga Jual Kembali Produk Murabahah di BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah Jakarta”
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini dibuat agar peneliti atau analisis ini lebih
terarah maka, penulis membatasi masalah pada “Metode Penetapan Margin Pada Harga Jual Kembali Produk Murabahah di BMT Usaha Mulya Masjid
Raya Pondok Indah Jakarta Dalam Hal Pembiayaan Kepemilikan Sepeda
Motor”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka masalah pokok
yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana Prosedur Pembiayaan Murabahah di BMT Usaha Mulya?
2. Bagaimana Perhitungan Margin di BMT Usaha Mulya?
3. Bagaimana Metode Penetapan Margin di BMT Usaha Mulya?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk memberikan jawaban terhadap pokok
masalah penelitian. Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan
a. Untuk menjelaskan tentang Prosedur Pembiayaan Murabahah di BMT
Usaha Mulya
b. Untuk mengetahui Perhitungan Margin di BMT Usaha Mulya
c. Untuk mengetahui bagaimana Metode Penetapan Margin di BMT
Usaha Mulya
2. Manfaat Penelitian
Apabila tujuan penelitian sudah dapat dicapai dengan baik diharapkan
berguna untuk pihakpihak yang berkepentingan, baik berguna secara
teoritis maupun praktis. Maka penelitian ini berguna :
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran secara teoritik maupun konseptual dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Lembaga Keuangan
Syariah, terkait masalah metode penerapan margin di BMT Usaha
Mulya. Tentunya, dengan tidak mengesampingkan prinsipprinsip
syariah.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi
Lembaga Keuangan Syariah (BMT) umumnya dan khususnya bagi
BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah agar dapat
menerapkan metode penerapan margin secara tepat dan akurat
tentunya, tidak terlepas dari Syariah Islam. Dari penerapan tersebut
lembaga keuangan lain, agar dapat mengambil suatu cara yang efektif
dan efisien dalam hal pembiayaan.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian digunakan untuk dapat menggambarkan margin
pembiayaan murabahah di BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah
Jakarta. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif,
berikut beberapa prosedur pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam
penelitian ini, diantaranya :
1. Sumber Data a. Data Primer
Data yang peneliti peroleh saat penelitian itu berlangsung yaitu data
dari informan yakni :
Informan biasa diambil dari masyarakat umum yang dianggap mampu dan memahami terhadap masalah yang diajukan seperti
pembiayaan Murabahah.
Informan kunci yang terdiri dari pengurus di BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah.
b. Data Skunder
Data yang diperoleh setelah penelitian berlangsung datadata tertulis
baik yang sudah dipublikasikan seperti bukubuku BMT tentang
Pembiayaan Murabahah, ataupun yang tidak dipublikasikan seperti
dokumen dari sekretariat atau pengurus BMT Usaha Mulya atau hasil
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
a. Pengamatan langsung atau dengan melakukan observasi dilokasi BMT
Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah.
b. Wawancara dengan pengurus BMT Usaha Mulya prihal pembiayaan
murabahah.
c. Dokumentasi BMT Usaha Mulya yang terdiri data, gambar, dan foto
foto.
3. Metode Analisa
Proses analisa diawali dengan membaca kembali keseluruhan data
yang telah diperoleh baik melalui wawancara dan pengamatan maupun
dari dokumen, gambar, dan fotofoto. Selanjutnya, peneliti
mengkategorikan data yang telah diperoleh berdasarkan pendekatan yang
digunakan. Selanjutnya lagi, data yang diperoleh diklasifikasikan kembali
apakah data yang di dapat berhubungan dengan judul. Setelah tahap
pengkategorian dan klasifikasi maka dibandingkan data tersebut dengan
melihat pada pendekatan yang digunakan. Karena peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif maka metode analisanya adalah analisa kualitatif
atau deskriptif analisis yaitu peneliti mencoba mendeskripsikan metode
penerapan margin pada pembiayaan murabahah agar lebih produktif
dengan pembiayaan mikro yaitu dengan menggunakan beberapa teori yang
[image:18.595.99.515.141.614.2]F. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu
Waktu penelitian penulis akan dilaksanakan pada bulan Februari 2013
sampai Mei 2013.
2. Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian di BMT Usaha Mulya, yang beralamat di
Jalan Sultan Iskandar Muda No.1 Pondok Indah Jakarta 12310 Telp dan
Fax 75905868
G. Tinjauan Pustaka
Dalam studi pendahuluan ini, penulis mencoba mengeksplorasi 3 skripsi yang
membahas tentang margin pembiayaan murabahah, yaitu sebagai berikut :
1. Judul Skripsi. “Faktorfaktor Penetapan Margin Pembiayaan Murabahah (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank
Mega Syariah)” yang disusun oleh Winda mahasiswi perbankan syariah.
Dalam skripsi ini hanya menjelaskan tentang faktor Direct Competitor’s
Market Rate (DCMR), Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR),
Expected Competitive Return for Investor (ECRI), Acquiring Cost, dan
Overhead Cost berpengaruh secara signifikan terhadap margin
pembiayaan murabahah.
2. Judul Skripsi. “Pengaruh Pertumbuhan Aktiva Produktif (murabahah, istishna, qard, mudhorobah, musyarokah, ijarah) Terhadap Profit Margin
bagaimana tingkat pertumbuhan aktiva produksi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap profit margin dan berapa besar pengaruh dari aktiva
produksi itu.
3. Judul skripsi. “Analisis Profit Margin Pada Produk Asuransi Kendaraan Bermotor (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumi Putera
Muda 1967)” yang disusun oleh Anita Aulia mahasiswa perbankan syariah. Dalam skripsi ini membahas tentang proses profit margin suatu
produk kendaraan bermotor yang akan didapat dengan cara biaya premi,
pengeluaran biaya akuisisi, dan biayabiaya operasional.
Dari ketiga skripsi diatas, ketiganya belum banyak membahas mengenai
metode penetapan margin pada produk murabahah. Dimana dalam skripsi ini
akan membahas tentang prosedur pembiayaan murabahah, perhitungan
margin murabahah, sehingga akan dirumuskan metode penetapan margin
pada pembiayaan murabahah (margin keuntungan menurun, margin
keuntungan ratarata, margin keuntungan flat, dan margin keuntungan
annuitas) Selain itu, dari skripsi diatas belum ada yang membahas tentang
lembaga dari BMT.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini, penullis akan memberikan gambaran berupa kerangka
keseluruhan isi skripsi. Agar mempermudah dalam pembahasan tersebut
penulis menyajikan kerangka skripsi yang terdiri dari 5 Bab, dimana
Adapun sistematika penulisan dalam skripsi sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Latar belakang masalah, ruang lingkup pembahasan,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, serta sistematika pembahasan.
BAB II Landasan Teori
Pengertian yang akan mengupas secara tuntas akan teori
tentang margin, pembiayaan murabahah, BMT, dan metode
penetapan margin
BAB III Profil BMT Usaha Mulya
Sejarah, visi dan misi, jaringan kerja lembaga, identitas
lembaga, struktur lembaga, dan layanan lembaga (produk
produk BMT).
BAB IV Pembahasan
Dalam bab ini peneliti akan mengungkapkan dari hasil
penelitian tersebut, yang meliputi prosedur pelaksanaan
pembiayaan murabahah, perhitungan margin pada
pembiayaan murabahah, dan Analisis Metode Penetapan
Margin Pada BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok
BAB V Penutup
Dibagian bab ini peneliti memposisikan sebagai bagian
akhir dalam penelitian, yang akan disajikan antara lain
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Metode Penerapan Margin 1. Pengertian Margin
Pengertian marginberdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa adalah sebagai berikut:“ Margin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya produksi dan harga jual di pasar ”.5
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan
margin sebagai “laba bruto atau tingkat selisih antara biaya produksi dan harga jual di pasar dan deposit atau uang muka oleh investor dengan atau
tanpa makelar yang merupakan pembayaran sebagian atau harga beli
saham atau komoditas”.6
Secara teknis, yang dimaksud dengan margin keuntungan adalah
persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan margin
keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360
hari; perhitungan marginkeuntungan secara bulanan, maka setahun
ditetapkan 12bulan.7
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa marginadalah
tingkat selisih atau kenaikan nilai dari aset yang mengalami peningkatan
nilai dari biaya produksi dan harga jual.
5
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,Edisi Revisi 2008), h.879
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka,Edisi Ketiga.2005), h.715716
7
2. Landasan Pengambilan Keuntungan / Margin pada Jual Beli Menurut Fiqih
Menurut ulama Hambali, Ibnu Qayyim, “ Ketika orang menjual
sesuatu seratus untuk pembayaran tunda, atau untuk lima puluh
pembayaran tunai, tidak ada riba didalamnya”. Baghawi menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan pendapatan pada penjualan murabahahdalam
keadaan bahwa pembeli dan penjual sepakat pada satu harga dari dua
harga, yakni harga tunai dan harga hutang, ini adalah pendapat dari Tawus.
Pandangan ini mengungkapkan bahwa membayar harga lebih tinggi dalam
penjualan pembayaran tunda dilarang jika penjual mengatakan kepada
pembeli, “ aku akan menjual barang ini demikiandemikian untuk tunai dan demikiandemikian untuk kredit.8
Jika penjual dari awal mengatakan bahwa ia akan menjualnya
untuk kredit dan tidak menyebutkan sesuatu yang berkaitan dengan harga
tunai, maka tidak ada masalah dengan keabsahan menurut hukum. Banyak
ahli agama, termasuk Sarakshi, Marghinami, Ibnu Qudama, dan Nawawi
menyatakan bahwa menurut kategori membayar lebih tinggi untuk
penjualan kredit adalah kebiasaan pedagang, dan dengan dasar ini, para
ahli agama mengijinkan harga yang lebih tinggi.9
3. Referensi Margin Keuntungan
Yang dimaksud dengan Refensi Margin Keuntungan adalah margin
keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO Bank Syariah. Penetapan
8
margin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran
dari Tim ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal
berikut :10
a. Direct Competitors Market Rate (DCMR)
Yang dimaksud dengan Direct Competitor’s Market Rate (DCMR)
adalah tingkat margin keuntungan ratarata perbankan syariah, atau
tingkat margin keuntungan ratarata beberapa bank syariah yang
ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung,
atau tingkat margin keuntungan bank syariah tertentu yang ditetapkan
dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung terdekat.
b. Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)
Yang dimaksud dengan Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)
adalah tingkat suku bunga ratarata perbankan konvensional, atau
tingkat ratarata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam
rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung,
atau tingkat ratarata suku bunga bank konvensional tertentu yang
dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kompetitor tidak langsung yang
terdekat.
c. Expected Competitive Return for Investors (ECRI)
Yang dimaksud dengan Expected Competitive Return for Investor
(ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat
diberikan kepada dana pihak ketiga.
10
d. Acquiring Cost
Yang dimaksud dengan Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan
oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana
pihak ketiga.
e. Overhead Cost
Yang dimaksud dengan Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan
oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk
memperoleh dana pihak ketiga.
4. Penetapan Harga Jual
Setelah memperoleh referensi margin keuntungan, bank melakukan
penetapan harga jual. Harga jual adalah penjumlahan harga beli atau harga
pokok atau harga perolehan bank dan margin keuntungan.11
5. Pengakuan Angsuran Harga Jual
Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga beli/harga pokok
dan angsuran margin keuntungan. Pengakuan angsuran dapat dihitung
dengan menggunakan empat metode, yaitu :12
a. Metode Margin Keuntungan Menurun (Sliding)
Margin keuntungan menurun adalah perhitungan margin keuntungan
yang semakin menurun sesuai dengan menurunnya harga pokok
sebagai akibat adanya cicilan atau angsuran harga pokok, jumlah
11
angsuran (harga pokok dan margin keuntungan) yang dibayar nasabah
setiap bulan semakin menurun.
b. Metode Margin Keuntungan RataRata
Margin Keuntungan Ratarata adalah margin keuntungan menurun
yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok
dan margin keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap bulan.
c. Metode Margin Keuntungan Flat
Margin Keuntungan Flat adalah perhitungan margin keuntungan
terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu priode
ke priode lainnya, walaupun debetnya menurun sebagai akibat dari
adanya angsuran harga pokok.
d. Metode Margin Keuntungan Annuitas
Margin Keuntungan Annuitas adalah margin keuntungan yang
diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas
adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran
angsuran harga pokok dan margin keuntungan secara tetap.
Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang
semakin membesar dan margin keuntungan yang semakin menurun.
6. Persyaratan untuk Perhitungan Margin Keuntungan
Margin keuntungan = f (plafond) hanya bisa dihitung apabila
komponenkomponen yang dibawah ini tersedia :13
13
a. Jenis perhitungan margin keuntungan.
b. Plafond pembiayaan sesuai jenis.
c. Jangka waktu pembiayaan.
d. Tingkat margin keuntungan pembiayaan
e. Pola tagihan atau jatuh tempo tagihan (baik harga pokok maupun
margin keuntungan).
Tanggal jatuh tempo tagihan merupakan tanggal yang tidak termasuk
dalam perhitungan dari margin keuntungan.
7. Perhitungan Margin Keuntungan a. Margin Keuntungan Menurun
Contoh :14
1)) Nasabah dengan Plafond, PLFN = Rp.100.000.000,00
2)) Jangka waktu pembiayaan 1 tahun
3)) Tingkat Margin keuntungan setahun. MRJ = 16%
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut :
4)) Angsuran harga pokok per bulan APPB = (PLFN/12) = (Rp.
100.000.000,00/12) = Rp. 8.333.333,33
5)) Pencairan 05032000 sejumlah Rp. 100.000.000,00
Tabel 1.1 Rumus Angsuran Margin Keuntungan Menurun
No. Tanggal Pokok MarjinKeuntungan
1. 05042000 APPB (PLFN((No1)*APPB))*MRJ)/12
2. 05052000 APPB (PLFN((No1)*APPB))*MRJ)/12
3. 05062000 APPB (PLFN((No1)*APPB))*MRJ)/12
12. 05042001 APPB (PLFN((No1)*APPB))*MRJ)/12
Jadi, untuk menghitung angsuran kedua maka:
APPB = Pokok = 8.333.333,33
((PLFN((No1)*APPB))*MRJ)/12= Margin Keuntungan =
((100.000.000,00((21)*8.333.333,33))*0.16)/12 = Rp. 1.333.333,33
Angsuran (2)
Angsuran Harga Pokok = Rp. 8.333.333,33
Angsuran Margin Keuntungan = Rp. 1.333.333,33
Rp. 9.666.666,66
Angsuran (5)
APPB = Pokok = 8.333.333,33
((100.000.000((51)* 8.333.333,33))* 0.16)/12 = Rp. 888.888,88
Angsuran Harga Pokok = Rp. 8.333.333,33
Angsuran Margin Keuntungan = Rp. 888.888,88
b. Margin Keuntungan Rata-rata
Contoh : 15
1)) Nasabah dengan Plafond, PFLN = Rp. 100.000.000,00
2)) Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun
3)) Tingkat margin keuntungan, MRJ = 16 %
Maka jadwal Angsuran Pembiayaan adalah sebagai berikut :
4)) Pencairan 05032000 Sejumalah Rp. 100.000.000,00
5)) APPB = PFLN/12 ( 1 tahun – 12 bulan)
[image:30.595.101.543.198.676.2]6)) Margin Keuntungan = (( JWK+1) / (2* JWK))*PLFN*(MRJ/12)
Tabel 2.1 Rumus Angsuran Margin Keuntungan Ratarata
No. Tanggal Pokok Margin Keuntungan
1. 05042000 APPB (( JWK+1) / (2* JWK)) * PLFN * (MRJ/12)
2. 05052000 APPB (( JWK+1) / (2* JWK)) * PLFN * (MRJ/12)
3. 05062000 APPB (( JWK+1) / (2* JWK)) * PLFN * (MRJ/12)
12. 05042001 APPB (( JWK+1) / (2* JWK)) * PLFN * (MRJ/12)
Maka rumusnya adalah :
Tabel 3.1 Rumus Perhitungan Margin Keuntungan Ratarata
Angsuran (i) = Harga Pokok (i) + Margin Keuntungan (i), untuk i =
1 s/d JWK
Angsuran Harga Pokok (i) = APPB= 100.000.000/12 = Rp. 8.333.333,33
Angsuran Margin
Keuntungan (i) =
(( JWK+1) / (2* JWK)) *
PLFN * (MRJ/12)
((12+1) / (2*12))*
100.000.000*(0.16/12)
= Rp. 720.000,00
Total = Rp. 9.053.333,33
c. Margin Keuntungan Angsuran Flat
Contoh :16
1)) Nasabah dengan Plafond, PFLN = Rp. 100.000.000,00
2)) Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun
3)) Tingkat Margin Keuntungan setahun, MRJ = 16 %
4)) K = Angsuran ke 1, 2, 3, ..., ... dan seterusnya.
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut :
5)) Pencairan 05032000 sejumlah Rp.100.000.000,00
6)) APPB (k) = Harga Pokok (k) = PLFN/ JWK
7)) APMB (k) = Margin keuntungan (k) = (PLFN/ JWK) * (MRJ/12)
16
Maka angsuran kelima :
Tabel 4.1 Angsuran Margin Keuntungan Flat
Angsuran Harga Pokok = (100.000.000/12) = Rp. 8.333.333,33
Angsuran Margin
Keuntungan (5) = (100.000.000/12)*(0.16/12)= Rp. 444.444,44
Total = Rp. 8.777.777,77
d. Margin Keuntungan Annuitas
Contoh :17
1)) Nasabah dengan Plafond, PLFN = Rp. 100.000.000,00
2)) Jangka waktu pembiayaan dalam bulan JWK = 12, atau 1 tahun
3)) Margin keuntungan setahun, MRJ = 16%
4)) K= Angsuran ke 1, 2, 3,.. ,... dan seterusnya
Maka jadwal angsuran pembiayaan adalah sebagai berikut :
[image:32.595.100.521.152.732.2]5)) Pencairan 05032000 sejumlah Rp. 100.000.000,00
Tabel 5.1 Rumus Angsuran Margin Keuntungan Annuitas
No. Tanggal Pokok MarginKeuntungan
1. 05042000 APPB (No) AMPB (No)
2. 05052000 APPB(2) AMPB (2)
3. 05062000 APPB(3) AMPB (3)
12. 05042001 APPB(12) AMPB (12)
Dimana angsuran (k) =
APPB (k) = Harga Pokok (k) =
= ( 1+(MRJ/12)) (k1) X PLFND x (MRJ/12)
( 1+ (MRJ/12)) (JWK)1
AMPB (k) = Margin Keuntungan (k) =
( 1+(MRJ/12)) (JWK)1 X Harga Pokok (k)
( 1+ (MRJ/12)) (k1)
Misalnya, kita ingin mengetahui angsuran ketiga :
Angsuran Harga Pokok (3)
(1+ 0.0133) (31 X 100.000.000 X 0.0133 = Rp. 7. 948.478,09)
(1+0.0133) (12)1
Angsuran Margin Keuntungan
(1+0.0133)(12) 1 X 7.948.478,09 = Rp. 1.122.447,72
(1+0.0133)(31)
Total angsuran ke3 = Rp. 9.070.925,81
2. Penetapan Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan
Bank Syariah menerapkan Nisbah Bagi Hasil terhadap produk
produk pembiayaan yang berbasis Natural Umcertainty Contracts (NUC),
yakni akad bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return),
baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing), seperti
mudharabah dan musyarakah.18
Penetapan nisbah bagi hasil pembiayaan ditentukan dengan
mempertimbangkan sebagai berikut :19
a. Referensi tingkat (margin) keuntungan
Yang dimaksud referensi tingkat (margin) keuntungan adalah
referensi tingkat (margin) keuntungan yang ditetapkan oleh rapat
ALCO.
b. Perkiraan tingkat keuntungan bisnis atau proyek yang dibiayai.
Perkiraan tingkat keuntungan bisnis atau proyek yang dibiayai
dihitung dengan mempertimbangkan sebagai berikut :
1) Perkiraan Penjualan :
a) Volume penjualan setiap transaksi atau volume penjualan
setiap bulan
b) Sales Turn Over atau frekuensi penjualan setiap bulan
c) Fluktuasi harga penjualan
d) Rentang harga penjualan yang dapat dinegosiasikan
e) Margin keuntungan setiap transaksi
18
2) Lama Cash to cash cycle :
a) Lama proses barang
b) Lama persediaan
c) Lama piutang
3) Perkiraan biayabiaya Langsung
Yang dimaksud biayabiaya langsung adalah biaya yang langsung
berkaitan dengan kegiatan penjualan seperti biaya pengangkutan,
biaya pengemasan, dan biayabiaya lain yang lazim dikategorikan.
dalam cost of goods sold (COGS).
4) Perkiraan Biayabiaya Tidak Langsung
Yang dimaksud biayabiaya tidak langsung adalah biaya yang tidak
langsung berkaitan dengan kegiatan penjualan, seperti biaya sewa
kantor, biaya gaji karyawan, dan biayabiaya lain yang lazim
dikatagorikan dalam overhead cost (OHC).
5) Delayed Factor
Delayed factor adalah tambahan waktu yang ditambahkan pada
cash to cash cycle untk mengantisipasi timbulnya keterlambatan
pembayaran dari nasabah kepada bank.
Terdapat tiga metode dalam menentukan nisbah bagi hasil
pembiayaan yakni :20
a) Penentuan nisbah bagi hasil keuntungan
Dalam hal ini, nisbah bagi hasil pembiayaan untuk bank
ditentukan berdasarkan pada perkiraan keuntungan yang
20
diperoleh nasabah dibagi dengan referensi tingkat
keuntungan yang telah ditetapkan dalam rapat ALCO.
Perkiraan tingkat keuntungan bisnis atau proyek yang
dibiayai dihitung dengan mempertimbangkan :
1)) Perkiraan penjualan
2)) Lama cash to cash cycle
3)) Perkiraan biayabiaya langsung (COGS)
4)) Perkiraan biayabiaya Tidak Langsung (OHC)
5)) Delayed factor
b) Penentuan nisbah bagi hasil pendapatan
Dalam hal ini, nisbah bagi hasil pembiayaan untuk bank
ditentukan berdasarkan pada perkiraan pendapatan yang
diperoleh nasabah dibagi dengan referensi tingkat
keuntungan yang telah ditetapkan dalam rapat ALCO.
Perkiraan tingkat pendapatan bisnis atau proyek yang
dibiayai dihitung dengan mempertimbangkan :
1)) Perkiraan penjualan
2)) Lama cash to cash cycle
3)) Perkiraan biayabiaya Langsung (COGS)
4)) Delayed factor
c) Penentuan nisbah bagi hasil penjualan
Dalam hal ini, nisbah bagi hasil pembiayaan untuk bank
ditentukan berdasarkan pada perkiraan penerimaan penjualan
dan referensi tingkat keuntungan yang telah ditetapkan dalam
rapat ALCO. Perkiraan penerimaan penjualan dihitung
dengan mempertimbangkan :
1)) Perkiraan penjualan
2)) Lama cash to cash cycle
3)) Delayed factor
9. Penentuan Angsuran Pokok
Penentuan angsuran pokok dilakukan dengan cara sebagai berikut :21
a. Pembiayaan Berjangka Waktu dibawah Satu Tahun
Pembiayaan pokok pembiayaan dengan jangka waktu kurang dari satu
tahun dapat dilakukan pada saat jatuh tempo.
b. Pembiayaan Berjangka Waktu diatas Satu Tahun
Pembayaran pokok pembiayaan dengan jangka waktu lebih
dari satu tahun wajib diangsur secara proporsional selama jangka
waktu pembiayaan. Yangdimaksud dengan proposional adalah
pembayaran angsuran sesuai dengan arus kas (net cash inflow) dari
usaha nasabah.
Sebagai kelengkapan dari komposisi jangka waktu,
manajemen margin yang efektif memerlukan koordinasi dengan
struktur tingkat bunga. Struktur tingkat bunga merujuk kepada
21
sensitifitas tingkat bunga pada aset dan liabilitas. Kenyataannya
struktur tingkat bunga dan struktur jangka waktu berinteraksi untuk
menentukan aspekaspek kritis dari keuntungan bagi bank.22
3. Keuntungan murabahah, bunga, dan riba
Dalam operasi investasi mereka, bankbank Islam tampaknya
hanya memperhatikan kecocokan ‘kulit’ dengan ajaran hukum Islam
sebagai deteminan terpenting keislaman operasi mereka (cetakan miring
dari penerjemah), seperti yang ditunjukan dalam hal murabahah, teknik
pembiayaan terpenting dalam praktik perbankan Islam. Bankbank Islam
mengatakan bahwa alQur‟an mengizinkan perdagangan, yaitu jual beli dengan laba, dan murabahah pun termasuk jual beli dengan laba. Karena
tidak ada pembatasan legal atas jumlah laba yang boleh diambil seseorang
dari suatu penjualan, maka bankbank Islam secara teoritis bebas
menentukan berapa pun mark-up untuk suatu kontrak murabahah.
Bankbank Islam cenderung menafsirkan riba sebagai sesuatu yang
umumnya terjadi dalam konteks transaksi finansial yaitu, kewajiban
kewajiban kontraktual untuk membayar tambahan oleh peminjam dalam
utang piuang. Mereka tampaknya juga beragumen bahwa alQur‟an maupun Sunnah tidak ada yang secarakhusus mengatakan bahwa setiap
tambahan karena tenggang waktu yang diberikan untuk membayar utang
(seperti dalam kasus murabahah) adalah riba.
22
Telah sering dikatakan bahwa teknik mark-up dan batas laba dalam
perdagangan dan sewa tidak lain adalah bunga dengan nama yang berbeda.
Justru, dari sudut pandang ekonomi, memang tidak ada perbedaaan yang
mendasar antara mark-up dengan bunga. Perbedaaan keduanya hanyalah
soal hukum : dasar bunga adalah kontrak utang piutang, sementara dasar
mark-up atau sewa adalah kontrak jual beli atau kontrak penyewaaan.
Perbedaan hukum ini tampaknya tidak membuat batas laba dalam
murabahah terlalu berbeda dengan bunga pada utang piutang. Dalam
pengertian ekonomi, pembiayaan berdasarkan mark-up harga (murabahah)
tidak memiliki manfaat ekonomis yang lebih bila dibandingkan dengan
sistem berbasis bunga, kecuali bahwa pembiayaan murni tidak bisa
disediakan dibawah perjanjian mark-up bila tidak ada barang yang bisa
ditransaksikan, misalnya, dalam hal jasa.23 Zaidi berkata :
“Menurut pendapat saya, biaya kredit dalam pembiayaan bank
berasarkanmurabahah atau mark-up harga, adalah sama halnya dengan pembiayaan berdasarkan bunga ringan, kecuali bahwa dalam pembiayaan murabahah, harga yang disepakati akan tetap sama
bahkan sekalipun pembayaran tidak bisa dilakukan tepat waktu.”24
Para teoritis perbankan Islam dari tahun 1940an sampai akhir
1970an tidak membayangkan perbankan Islam sebagai perbankan
berbasis mark-up. Mereka dulu mengandaikan perbankan Islam sebagai
bank berbasis Profit and Loss Sharing (PLS) dengan menggunakan konsep
musyarakah dan mudharabah. Buku Banking Without Intest karya Siddiq
23Zaidi, N.A, “
Islamic Banking in Pakistan”, h.29
24
tidak menyinggung murabahah sama sekali, demikian pula halnya dengan
Intest Free Banking karya Uzair. Laporan Councilof Islamic Ideology (
Pakistan), mungkin dokumen terpenting mengenai perbankan Islam, yang
mengizinkan penggunaan murabahah tetapi dengan raguragu, dan bahkan
kemudian membatasi penggunaannya untuk kasuskasus yang tak
terhindarkan dalam proses peralihan menuju sistem bebas bunga.
Oleh sebab itu, perubahan sistem berbasis bunga menuju sistem
berbasis mark-up hanyalah sekadar perubahan nama, tanpa mengubah
subtansi sama sekali. Mempertimbangkan dampak dari sistem murabahah.
Siddiq secara ringkas menyimpulkan seluruh persoalan murabahah itu
dalam satu kalimat : “Untuk tujuantujuan praktis sistem mark-up ini akan sama baiknya bagi bank dengan memberikan pinjaman berdasarkan suku
bunga tetap.”25
Mengakui dampak yang sama dari sistem mark-up, CII
sangat mengkritiknya :
“Ada kekhawatiran yang sungguh dikalangan kelompok kelompok Islam bahwa jika bunga secara luas diganti dengan mark-up dalam pelaksanaan PLS, maka ini hanya akan mencerminkan perubahan nama ketimbang substansinya. PLS dengan sistem mark-up kenyataannya adalah melanjutkan sistem bunga yang lama dengan nama yang baru.”26
Karena bahayanya Latennya, Siddiqi setuju untuk sekalian saja
menyingkirkan instrumen murabahah dari perbankan Islam. Ia
mengatakan :
25
“Saya lebih memilih agar bai’mu’ajjal(murabahah) dihapuskan sekalian dari daftar metode yang diperbolehkan. Kalaupun kita mengakui kebolehannya secara hukum, kita memiliki kaidah hukum yang membatalkannya, yaitu bahwa segala hal yang mendorong kepada sesuatu yang haram adalah haram. Ada baiknya untuk menerapkan kaidah hukum ini bagi bai’ mu’ajjal guna menyelamatkan perbankan bebasbunga dari penjegalan dari
dalam.”27
B. Murabahah
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai
murabahah saja. Murabahah yang berasal dari kata ribhu (keuntungan),
adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya.
Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga
jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).
Kedua belah pihak harus mnyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan,
murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bi tsaman
ajil atau muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah
akad, sementara pembayaran dilakukan secara tangguh atau cicilan.
Salah satu skim fiqh yang paling populer digunakan oleh
perbankan syariah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah
ini lazim dilakukan oleh Rasullah SAW dan para sahabatnya. Secara
sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang
27
tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Misalnya, seseorang
membeli barang kemudian menjualnya kembali dengankeuntungan
tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam
nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk presentase dari harga
pembeliannya misalnya 10% atau 20%.28
Jadi singkatnya, Murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati
oleh penjual dan pembeli. Dengan kata lain, penjualan barang kepada
nasabah dilakukan atas dasar cost plus profit.29
2. Landasan Syar’i Pembiayaan Murabahah
AlQur‟an, bagaimanapun juga, tidak pernah secara langsung membicarakan tentang murabahah, meski ada sejumlah acuan tentang jual
beli, laba, rugi, dan perdagangan. Demikian pula, tampaknya tidak ada
hadist yang memiliki rujukan langsung kepada murabahah. Mengingat
tidak adanya rujukan baik di dalam alQu‟an maupun hadits shahih, para fuqaha harus membenarkan murabahah dengan dasar yang lain. Malik
membenarkan keabsahannya dengan merujuk kepada praktik penduduk
Madinah :
“Ada kesepakatan pendapat disini (Madinah) tentang keabsahan seseorang yang membelikan pakaian di kota, dan kemudian ia membawanya ke kota lain untuk menjualnya lagi
dengan suatu keuntungan yang disepakati.”30
28
Ibnu Abidin, Rad al-Mukhtar „alal Ardh alMukhtar, VI, hlm.1950 ; alKurtubi, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid II, hlm.211
29
Syafi‟i tanpa menyandarkan pendapatnya pada suatu teks syariah, berkata :
“Jika seseorang menunjukan suatu barang kepada seseorang
dan berkata, “belikan barang (seperti) ini untukku dan aku akan memberikanmu keuntungan sekian,” lalu orang itu pun membelinya, maka jual beli ini adalah sah.”31
Faqih mazhab Hanafi, Marghinani (w.593/1197), membenarkan
keabsahan murabahah berdasarkan bahwa “ syaratsyarat yang penting bagi keabsahan suatu jual beli ada dalam murabahah, dan juga karena
orang memerlukannya.”32 Faqih dari Mazhab Syafi‟i Nawawi
(w.676/1277) cukup menyatakan : “ murabahah adalah boleh tanpa ada
penolakan sedikit pun.”33
Landasan Syar‟i tentang Murabahah menurut Sunarto Zulkifli dalam buku Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah terdapat dalam
AlQur‟an surat AlBaqarah :34
“.... Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”(QS. AlBaqarah 2 : 275)
Dan berdasarkan dalil menurut Alhadist : “Pendapat yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang
mabrur.”(HR. Ahmad, alBazzar, dan athThabarani)35
Dari Shaleh bin Suaib, dari bapaknya,bahwa Rasullah SAW bersabda :
31Syafi‟i,
UMM, III, h.33
32
Marghinani, Hedaya or Guide, h.282
33
Nawawi, Raudlat al-Thalibin, h.526
34
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2007), h.40
35
“Tiga hal yang didalam terdapat keberkahan : jual beli
secara tangguh, Muqaradhah (nama lain mudharabah) dan mencampurkan gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”(HR. Ibnu Majah)36
3. Rukun dan Syarat-syarat Murabahah
Cara pembayaran dan jangka waktu disepakati bersama, dapat
secara langsung ataupun secara angsuran.
a. Rukun Murabahah
1) Pihak yang berakad : penjual dan pembeli.
2) Objek yang diakadkan : barang yang diperjualbelikan dan harga
3) Sighat atau akad : serah (ijab) dan terima (qobul).
b. Syaratsyarat murabahah
1) Pihak yang berakad :
a)) Sebagai keabsahan suatu perjanjian (akad) para pihak harus
cakap hukum.
b)) Sukarela (ridho) tidak dalam keadaan terpaksa/ dipaksa dan
tidak dibawah tekanan.
2) Obyek yang diperjualbelikan :
a)) Barang yang diperjualbelikan tidak termasuk barang yang
dilarang (haram), dan bermanfaat serta tidak
menyembunyikan adanya cacat barang.
b)) Merupakan hak miliki penuh pihak yang berakad.
36
c)) Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan
yang diterima pembeli.
d)) Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan.
3) Sighat:
a)) Harus jelas dan disebutkan secara spesifik (siapa) para pihak
yang berakad.
b)) Antara ijab dan qobul (serah terima) harus selaras dan
transparan baik dalam spesifik barang (penjelasan fisik
barang) maupun harga yang disepakati (memberitahu biaya
modal kepada pembeli).
c)) Tidak mengundang klausul yang bersifat menggantungkan
keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang.
d)) Tidak dibatasi waktu, misalnya : “saya jual ini kepada Anda
untuk waktu 12 bulan setelah itu jadi milik saya sendiri.”
C. BMT(Baitut Maal Wattamwil)
1. Pengertian BMT
Baitut maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitut
maal dan baitut tamwil. Baitut maal lebih mengarah pada usahausaha
pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit seperti ; zakat, infaq,
dan shadaqoh. Sedangkan Baitut Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan
penyaluran dana komersial. Usahausaha tersebut menjadi bagian yang
tidak bisa dipisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan
Secara kelembagaan BMT didampingi atau didukung Pusat
Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer
karena mengemban misi yang lebih luas, yakni menetaskan usaha kecil.
Dalam prakteknya, PINBUK menetaskan BMT dan pada gilirannya BMT
menetaskan usaha kecil.37 Keberadaaan BMT representasi dari kehidupan masyarakat dimana BMT itu berada, denganjalan ini BMT mampu
mengakomordir kepentingan ekonomi masyarakat.
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan
dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti
penting prinsipprinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan
kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan atauapun
materi maka, BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi
keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
2. Prinsip Operasi BMT
Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah
yakni menggunakan 3 prinsip :
a. Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan
BMT
1) Al-Mudharabah
2) Al-Musyarakah
37
3) Al-Muzara’ah
4) Al-Musaqah
b. Sistem jual beli
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam
pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi
kuasa melakukan pembelian barang atas nama BMT dan kemudian
bertindak sebagai penjual dengan menjual barang yang telah dibelinya
tersebut dengan ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan
dibagi kepada penyedia dana
1) Bai al-Murabahah
2) Bai al-Salam
3) Bai al-Istihna
4) Bai Bitsaman Ajil
c. Sistem non profit
Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan ini
merupakan pembiayaan yang bersifat sosial dan non komersial.
Nasabah cukup mengembalikan pokok pinjamannya saja :
1) Al-Qardhul Hasan
d. Akad bersyarikat
Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan
masingmasing pihak mengikut sertakan modal (dalam berbagai
bentuk) dengan perjanjian pembagian/ kerugian yang disepakati :
1) Al- Musyarakat
e. Produk pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjammeminjam diantara BMT dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi
hasil setelah jangka waktu tertentu :
1) Pembiayaan al-Murabahah (MBA)
2) Pembiayaan al- Bai Bitsaman Ajil (BBA)
3) Pembiayaan al-Mudharabah (MDA)
4) Pembiayaan al-Musyarakah (MSA)
Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan ekonomi
masyakat, maka BMT terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetap
produk tersebut harus memenuhi syarat :
1) Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah
2) Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT
3) Membawa kemaslahatan bagi masyarakat
3) Proses Pembiayaan
Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah proses
pembiayaan yang sehat. Yang dimaksud dengan proses pembiayaan yang
sehat adalah proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi halal
dan baik serta menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan atau
bahkan ketika pada bank yang sehat, tetapi juga berimplikasi pada
peningkatan kinerja sektor riil yang dibiayai.38
a. Permohonan pembiayaan
Tahap awal proses pembiayaan adalah permohonan pembiayaan secara
formal, permohonan pembiayaan dilakukan secara tertulis dari nasabah
kepada officer bank. Setelah itu, officer bank syariah akan melakukan
solicit ke pengusaha dimaksud untuk melakukan penjajakan bisnis. Hal
hal yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindak lanjut sebuah
usaha atau proyek antara lain :
1) Tren Usaha
2) Peluang Bisnis
3) Reputasi Bisnis Perusahaan
4) Reputasi Manajemen
b. Pengumpulan Data dan Investigasi
Data yang diperlukan oleh officer bank didasari pada kebutuhan dan
tujuan pembiayaan. Untuk pembiayaan komsumtif, data yang
diperlukan adalah data yang dapat menggambarkan kemampuan
nasabah untuk membayar pembiayaan dari penghasilan tetapnya. Data
yang diperlukan antara lain :
1) Untuk pegawai ( karyawan swasta/ PNS/ ABRI)
a) Kartu identitas calon nasabah dan istri : Kartu Tanda Keluarga
(KTP) atau paspor
b) Kartu Keluarga
c) Slip gaji terakhir
d) Surat referensi dari kantor tempat bekerja atau SK
e) Salinan rekening bank 3 bulan terakhir
f) Salinan tagihan rekening telepon dan listrik
g) Data obyek pembiayaan
h) Data jaminan
2) Untuk pengusaha perorangan
a) Kartu identitas calon nasabah dan istri : Kartu Tanda Keluarga
(KTP) atau paspor
b) Kartu Keluarga
c) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
e) Salinan rekening bank 3 bulan terakhir
f) Salinan tagihan rekening telepon dan listrik 3 bulan terakhir
g) Data obyek pembiayaan
h) Data jaminan
3) Untuk profesional seperti dokter, pengacara, dan lainlain :
a) Kartu identitass calon nasabah dan istri : Kartu Tanda Keluarga
(KTP) atau paspor
b) Kartu Keluarga
c) Surat Izin Profesi
d) Surat Izin Praktik
e) Salinan rekening bank 3 bulan terakhir
f) Salinan tagihan rekening telepon dan listrik 3 bulan terakhir
g) Data obyek pembiayaan
c. Analisa Pembiayaan
Analisa pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode sesuai
kebijakan bank. Dalam beberapa kasus seringkali digunakan metode
analisa 5C, yang meliputi :
1) Character (karakter)
Analisa ini merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat
dideteksi secara numerik.
2) Capacity ( kapasitas atau kemampuan)
Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk
memahami kemampuan seseorang untuk berbisnis.
3) Capital (Modal)
Analisa modal ini diarahkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keyakinan calon nasabah terhadap usahanya sendiri. 4) Condision ( kondisi)
Analisa diarahkan pada kondisi sekitar yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap usaha calon nasabah, seperti kebijakan pembatasan usaha properti, pelanggaran ekspor pasir laut, dan lainlain.
5) Collateral (jaminan)
Analisa ini diarahkan terhadap jaminan yang diberikan. Jaminan
dimaksud harus mampu mengcover risiko bisnis calon nasabah.
d. Analisa Rasio
1) Rasio Likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuaan
nasabah dalam membiayai operasional usaha dan kemampuan
2) Rasio Laverage
Rasio Laverage adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari hutang.
3) Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas seharihari
atau kemampuan dalam melakukan penjualan, penagihan piutang,
maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.
4) Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan untuk memperolah keuntungan.
e. Persetujuan Pembiyaan
Proses persetujuan adalah proses penentuan disetujui atau tidaknya
sebuah pembiayaan usaha. Proses ini juga tergantung kepada kebijakan
bank, yang biasaanya disebut sebagai komite pembiayaan.
f. Pengumpulan Data Tambahan
Proses pengumpulan data tambahan dilakukan untuk memenuhi
persyaratan tambahan yang diperoleh dari disposisi komite pembiayaan.
Pemenuhan persyaratan ini merupakan hal terpenting dan merupakan
indikasi utama tindak lanjut pencairan dana.
g. Pengikatan
Tindakan selanjutnya setelah semua persyaratan dipenuhi adalah proses
pengikatan baik pengikatan pembiayaan maupun pengikatan jaminan.
pengikatan dibawah tangan dan pengikatan notariel. Pengikatan
dibawah tangan adalah proses penandatanganan akad yang dilakukan
antara bank dan nasabah, sedangkan pengikatan notariel adalah proses
penandatangan akad yang disaksikan oleh notaris.
h. Pencairan
Proses selanjutnya adalah pencairan fasilitas pembiayaan kepada
nasabah. Sebelum melakukan proses pencairan, maka harus dilakukan
pemeriksaan kembali semua kelengkapan yang harus dipenuhi sesuai
disposisi komite pembiayaan pada proposal pembiayaan.
i. Monitoring
Proses selanjutnya adalah proses monitoring terhadap nasabah. Bagi
officer bank syariah, pada saat memasuki tahapan ini, maka sebenarnya
risiko pembiayaan baru saja dimulai saaat pencairan dilakukan.
Monitoring dapat dilakukan dengan memantau realisasi pencapaian
target usaha dengan bisnis plan yang dibuat sebelumnya.
4) Penghimpunan Dana
Penyimpanan dan Pengunaan Dana39
a. Sumber dana BMT
1) Dana masyarakat
2) Simpanan biasa
3) Simpanan berjangka atau deposito
4) Lewat kerja antara lembaga atau institusi
39
Dalam penggalangan dana BMT biasanya terjadi transaksi yang
berulangulang, baik penyetoran maupun penarikan.
b. Kebiasaan penggalangan dana
1) Penyandang dana rutin tetapi tetap, besarnya dana biasanya variatif
2) Penyandang dana rutin tidak tetap besarnya dana biasanya variatiif
3) Penyandang dana rutin temporaldeposito minimal Rp. 1.000.000,
sampai Rp. 5.000.000,
c. Pengambilan dana
1) Pengambilan dana rutin tertentu yang tetap
2) Pengambilan dana tidak rutin tetapi tertentu
3) Pengambilan dana tidak tentu
4) Pengambilan dana sejumlah tertentu tapi pasti
d. Penyimpanan dan penggalangan dalam masyararakat dipengaruhi
1) Memperhatikan momentum
2) Mampu memberikan keuntungan
3) Memberikan rasa aman
4) Pelayanan optimal
5) Profesionalisme
5) Penggunaan Dana
a. penggalangan dana digunakan untuk :
1) Penyaluran melalui pembiayaan
2) Kas tangan
b. Penggunaan dana masyarakat yang harus disalurkan kepada :
1) Penggunaan dana BMT yang rutin dan tetap
2) Penggunaan dana BMT yang rutin tapi tidak tetap
3) Penggunaan dana BMT yang tidak tentu tapi tetap
4) Penggunaan dana BMT tidak tentu
c. Sistem pengangsuran atau pengembalian dana :
1) Pengangsuran yang rutin dan tetap
2) Pengangsuran yang tidak rutin dan tetap
3) Pengangsuran yang jatuh tempo
4) Pengangsuran yang tidak tentu (kredit macet)
d. Klasifikasi pembiayaan
1) Perdagangan
2) Industri rumah tangga
3) Pertanian/pertenakan/perikanan
4) Konveksi
5) Konstruksi
6) Percetakan
7) Jasajasa lainnya
e. Jenis angsuran
1) Harian
2) Mingguan
3) 2 mingguan
4) Bulanan
f. Antisipasi kemacetan dalam pembiayaan BMT
1) Evaluasi terhadap kegiatan pembiayaan.
2) Merevisi segala kegiatan pembiayaan.
3) Pemindahan akad baru.
4) Mencarikan donatur yang bisa menutup pembiayaan.
6) Pelayanan Zakat dan Shadaqoh
a. Penggaalangan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqoh (ZIS)
1) ZIS masyarakat.
2) Lewat kerjasama antara BMT dengan lembaga Badan Amil Zakat,
Infaq, dan Shadaqoh (BAZIS).
b. Dalam penyaluran dana ZIS
1) Digunakan untuk pemberian pembiayaan yang sifatnya hanya
membantu.
2) Pemberian beasiswa bagi peserta yang berprestasi atau kurang
mampu dalam membayar SPP.
3) Penutupan terhadap pembiayaan yang macet karena faktor
kesulitan pelunasan.
4) Membantu masyarakat yang perlu pengobatan.
7) Sektor Riil
Pada dasarnya, kegiatan sektor riil juga merupakan bentuk
penyaluran dana BMT. Namun, berbeda dengan kegiatan sektor jasa
keuangan yang penyalurannya berjangka waktu tertentu, penyaluran dana
pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan terdapat unsur
atau penyertaan. Investasi yang dilakukan BMT dapat dengan mendirikan
usaha baru atau dengan masuk ke usaha yang sudah ada dengan cara
membeli saham.40
8) Aspek Legalitas
Sebagaimana diuraikan diatas istilah BMT merupakan
penggabungan dari Baitul mal wat tamwil. Sebelum berkembang istilah
BMT, kita telah lebih dahulu akrab denganistilah baitul maal (BM). Saat
ini kita mengenal istilah BM sebatas sebagai lembaga pengelolah ZIS.
Pengertian ini sebenarnyatelah mengalami penyempitan fungsi karena
pada masa nabi SAW. dan para Khalifah sesudahnya, BM berfungsi
mengelolah sebagian besar keuangan negara meliputi sumber pemasukan
dan pengeluaran keuangan negara. Adapun istilah baitut tamwil (BT)
kurang populer. Nama ini pernah terdengar melalui nama BT Teknosa di
Bandung dan BT Ridha Gusti di Jakarta. Fungsiny kurang lebih sama
dengan praktik perbankan Islam yang menerapkan sistem bagi hasil.
Perbedaanya terletak pada status kelembagaannya sebagai kelompok
swadaya masyarakat dan lingkup usaha yang relatif kecil.41
Pada awal perkembangannya, BMT memang tidak memiliki badan