• Tidak ada hasil yang ditemukan

b Bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar

3 PENETAPAN DOSIS NANO SILIKA UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN PADI ( Oryza sativa L.)

3.2. b Bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar

Hasil uji untuk perlakuan pemberian silika menunjukkan bahwa pada 8 MST dan menjelang panen, tanaman yang diberi perlakuan NS4 dan NS5 memiliki rata-rata bobot basah tajuk yang terbesar dibanding tanaman dengan perlakuan yang lain. Sementara rata-rata bobot basah tajuk yang terendah terdapat pada tanaman kontrol. Perlakuan NS1, NS2 dan NS3 memberi pengaruh yang sama pada tanaman pada peubah bobot basah akar namun berbeda dengan NS4 dan NS5. Perlakuan SB3, SB4 dan SB5 memberi pengaruh yang sama terhadap rata-rata bobot basah akar namun lebih besar dibanding pengaruh perlakuan SB1, dan SB2 (Tabel 6).

Hasil uji untuk bobot basah akar, pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan NS4 dan NS5 memiliki rata-rata bobot yang terbesar disbanding tanaman yang mendapat perlakuan lain pada 8 MST dan menjelang panen. Sementara rata-rata bobot basah tajuk yang terendah terdapat pada tanaman kontrol. Perlakuan NS1, NS2 dan NS3 memberi pengaruh yang sama pada rata-rata bobot basah akar namun berbeda pengaruhnya dengan NS4 dan NS5. Sementara tanaman padi yang diberi perlakuan SB3, SB4 dan SB5 memiliki rata-rata bobot basah akar yang lebih besar dibandingkan SB1 dan SB2.

Hasil uji pada peubah bobot kering tajuk menunjukkan bahwa pada 8 MST dan menjelang panen, tanaman yang diberi perlakuan NS4 dan NS5 memiliki rata- rata bobot kering tajuk yang tidak berbeda namun terbesar dibandingkan perlakuan yang lain. Sementara rata-rata bobot kering tajuk yang terendah terdapat pada tanaman yang tidak diberi silika atau kontrol. Perlakuan NS1, NS2 dan NS3 memberi pengaruh yang sama pada rata-rata bobot kering tajuk namun berbeda pengaruhnya dengan NS4 dan NS5. Perlakuan SB1 dan SB2 memberi pengaruh yang sama pada rata-rata berat kering tajuk namun berbeda pengaruhnya dengan SB3, SB4 dan SB5 (Tabel 6).

34

Tabel 6 Rata-rata bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar pada masing-masing perlakuan silika

Per- lakuan

Bobot basah tajuk (g)

Bobot basah akar (g)

Bobot kering tajuk (g) Bobot kering akar (g) 8 MST Jelang Panen 8 MST Jelang Panen 8 MST Jelang Panen 8 MST Jelang Panen Kontrol 136.0 e 189.6 e 35.08 e 53.33 e 21.76 e 30.33 e 5.61 e 8.53 e SB1 181.5 d 249.0 d 58.75 d 78.92 d 29.04 d 39.84 d 9.40 d 12.63 d SB2 182.0 d 251.0 d 58.92 d 78.83 d 29.12 d 40.16 d 9.43 d 12.61 d SB3 224.3 c 295.2 c 69.58 c 90.83 c 35.88 c 47.23 c 11.13 c 14.53 c SB4 223.5 c 296.2 c 70.33 c 89.33 c 35.76 c 47.39 c 11.25 c 14.29 c SB5 224.9 c 296.4 c 69.25 c 90.00 c 35.99 c 47.43 c 11.08 c 14.40 c NS1 273.5 b 347.5 b 90.75 b 112.67 b 43.76 b 55.61b 14.52 b 18.03 b NS2 273.4 b 348.7 b 91.25 b 110.92 b 43.75 b 55.80 b 14.60 b 17.75 b NS3 273.3 b 349.1 b 91.08 b 113.08 b 43.72 b 55.85 b 14.57 b 18.09 b NS4 323.0 a 394.7 a 106.42 a 131.17 a 51.68 a 63.16 a 17.03 a 20.99 a NS5 323.6 a 395.3 a 108.25 a 132.83 a 51.77 a 63.25 a 17.32 a 21.25 a Keterangan : angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 persen

SB1 = silika biasa 0.41 g, SB2 = silika biasa 0.81 g, SB3 = silika biasa 1.22 g, SB4 = silika biasa 1.62 g, SB5 = silika biasa 2.03 g, NS1 = nano silika 0.05 g, NS2 = nano silika 0.13 g, NS3 = nano silika 0.26 g, NS4 = nano silika 0.39 g, NS5 = nano silika 0.52 g

Pengamatan pada bobot kering akar, menunjukkan bahwa tanaman padi yang diberi perlakuan NS4 dan NS5 memiliki rata-rata yang terbesar disbanding tanaman yang diberi perlakuan yang lain pada 8 MST dan menjelang panen. Sementara bobot kering akar yang terendah terdapat pada tanaman kontrol. Perlakuan NS1, NS2 dan NS3 memberi pengaruh yang sama terhadap rata-rata bobot kering akar namun lebih rendah pengaruhnya dibanding perlakuan NS4 dan NS5. Tanaman yang diberi perlakuan SB3, SB4 dan SB5 memiliki rata-rata berat kering akar yang lebih besar dibanding yang diberi SB1 dan SB2 (Tabel6).

Hasil uji untuk perlakuan varietas menunjukkan bahwa pada 8 MST varietas Ciherang dengan IR64 memiliki rata-rata bobot basah tajuk yang sama namun berbeda dengan varietas Situ Bagendit dan Situ Patenggang. Varietas Ciherang memiliki rata-rata bobot basah tajuk terbesar sedangkan yang terkecil adalah Situ Patenggang. Sementara saat menjelang panen, hasil uji menunjukkan bahwa masing-masing varietas memiliki pengaruh yang berbeda terhadap rata-rata bobot basah tajuk. Varietas Ciherang memiliki rata-rata bobot basah akar terbesar sedangkan yang terkecil adalah Situ Patenggang (Tabel 7).

Hasil uji untuk bobot basah akar, menunjukkan bahwa masing-masing varietas memiliki bobot yang berbeda, baik pada 8 MST maupun menjelang panen. Varietas Ciherang memiliki rata-rata bobot basah akar terbesar sedangkan yang terkecil adalah Situ Patenggang (Tabel 7).

35 Tabel 7 Rata-rata bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk dan

bobot kering akar pada masing-masing varietas tanaman padi

Varietas

Bobot basah tajuk (g)

Bobot basah akar (g)

Bobot kering tajuk (g) Bobot kering akar (g) 8 MST Jelang Panen 8 MST Jelang Panen 8 MST Jelang Panen 8 MST Jelang Panen IR 64 253.7 a 351.9 b 84.94 b 105.45 b 40.60 a 56.31 b 13.59 b 16.87 b Cihrng 255.8 a 369.8 a 90.42 a 114.21 a 40.92 a 59.16 a 14.47 a 18.27 a St. Bgdt 229.6 b 265.0 c 69.94 c 89.51 c 36.74 b 42.39 c 11.19 c 14.32 c St. Ptgg 220.5 c 254.4 d 63.66 c 84.24 d 35.28 c 40.70 d 10.19 d 13.48 d Keterangan : angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 persen Cihrng = Ciherang, St. Bgdt = Situ Bagendit, St. Ptgg = Situ Patenggang

Pengamatan pada 8 MST menunjukkan bahwa varietas Ciherang dan IR64 memiliki rata-rata bobot kering tajuk yang sama namun berbeda dengan varietas Situ Bagendit dan Situ Patenggang. Varietas Ciherang memiliki rata-rata bobot kering tajuk terbesar sedangkan yang terkecil adalah Situ Patenggang. Sementara saat menjelang panen, hasil uji menunjukkan bahwa semua varietas memiliki rata- rata bobot kering tajuk yang berbeda. Varietas Ciherang memiliki rata-rata berat kering tajuk terbesar sedangkan yang terkecil adalah Situ Patenggang (Tabel 7).

Pada peubah bobot kering akar hasil uji menunjukkan bahwa semua varietas memiliki rata-rata bobot yang berbeda. Varietas Ciherang memiliki rata-rata bobot kering akar terbesar sedangkan yang terkecil adalah Situ Patenggang (Tabel 7). 3.2.c Jumlah gabah isi per malai, persentase gabah hampa per malai, jumlah gabah total per malai dan bobot 1000 butir gabah

Hasil uji pada perlakuan pemberian silika, untuk peubah gabah isi menunjukkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan NS4 dan NS5 memiliki rata- rata gabah isi yang terbesar dibandingkan dengan perlakuan lain. Perlakuan NS3 dan NS2 memberi pengaruh yang sama terhadap rata-rata gabah isi namun berbeda pengaruhnya dengan perlakuan NS 10, SB 300, SB4 dan SB5 yang memiliki rata-rata gabah isi yang tidak berbeda. Perlakuan SB1 dan SB2 memberi pengaruh yang sama terhadap rata-rata gabah isi namun berbeda pengaruhnya dengan tanman kontrol (tanpa pemberian silika) yang memiliki rata-rata gabah isi yang terkecil (Tabel 8).

Pengamatan pada peubah persentase gabah hampa, hasil uji menunjukkan bahwa tanaman kontrol memiliki rata-rata persentase yang terbesar dibandingkan tanaman yang lain. Perlakuan NS3, NS2 dan NS1 memberi pengaruh yang berbeda terhadap rata-rata persentase gabah hampa namun antara NS4 dan NS5 memiliki pengaruh yang sama. Perlakuan SB1 dan SB2 memberi pengaruh yang sama terhadap rata-rata persentase gabah hampa namun lebih baik pengaruhnya

36

dibanding perlakuan SB3, SB4 dan SB5 yang memiliki pengaruh yang sama (Tabel 8).

Tabel 8 Rata-rata jumlah gabah isi per malai, persentase gabah hampa per malai, jumlah gabah total per malai dan bobot 1000 butir gabah pada masing-masing perlakuan silika

Pelakuan Jumlah gabah isi (butir) Persentase gabah hampa (%) Jumlah gabah total (butir) Bobot 1000 butir (g) Kontrol 170.4 e 10.41 a 190.3 e 22.72 f SB1 197.1 d 8.16 b 214.7 d 24.78 e SB2 198.3 d 8.01 b 215.7 d 24.80 e SB3 213.3 c 6.38 c 227.9 c 25.77 d SB4 212.9 c 6.36 c 227.4 c 26.77 c SB5 213.6 c 6.20 dc 227.7 c 26.82 c NS1 213.8 c 6.16 d 227.9 c 28.42 b NS2 229.3 b 4.56 e 240.3 b 28.43 b NS3 230.5 b 4.33 f 241.0 b 28.44 b NS4 243.7 a 3.13 g 251.6 a 30.10 a NS5 244.2 a 2.96 g 251.7 a 30.11 a Keterangan : angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 persen

SB1 = silika biasa 0.41 g, SB2 = silika biasa 0.81 g, SB3 = silika biasa 1.22 g, SB4 = silika biasa 1.62 g, SB5 = silika biasa 2.03 g, NS1 = nano silika 0.05 g, NS2 = nano silika 0.13 g, NS3 = nano silika 0.26 g, NS4 = nano silika 0.39 g, NS5 = nano silika 0.52 g

Hasil uji untuk peubah gabah total menunjukkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan NS4 dan NS5 memiliki rata-rata yang terbesar dibandingkan tanaman yang diberi perlakuan lain. Perlakuan NS3 dan NS2 memberi pengaruh yang sama terhadap rata-rata gabah total namun berbeda dengan perlakuan NS1, SB5, SB4 dan SB3 yang memiliki pengaruh yang sama. Tanaman yang diberi perlakuan SB1 dan SB2 memiliki rata-rata gabah total yang lebih besar dibandingkan kontrol (tanpa pemberian silika) yang memiliki rata-rata gabah total terkecil (Tabel 8).

Pengamatan pada peubah bobot 1000 butir menunjukkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan NS4 dan NS5 memiliki rata-rata bobot yang terbesar dibandingkan tanaman yang diberi perlakuan yang lain. Perlakuan NS3, NS2 dan NS1 memberi pengaruh sama terhadap rata-rata bobot 1000 butir. Tanaman yang diberi perlakuan SB4 dan SB5 memiliki rata-rata bobot 1000 butir yang lebih besar dibandingkan tanaman lain yang diberi perlakuan SB3, SB2, SB1 dan kontrol (Tabel 8).

Hasil uji pada Tabel 9 menunjukkan bahwa varietas Ciherang memiliki rata- rata gabah isi yang terbesar dibandingkan varietas yang lain. Sementara varietas Situ Patenggang memiliki rata-rata gabah isi yang terkecil.

37 Hasil uji pada peubah persentase gabah hampa, menunjukkan bahwa varietas Ciherang memiliki rata-rata persentase gabah hampa yang terbesar dibandingkan varietas yang lain. Sedangkan varietas Situ Bagendit memiliki rata- rata persentase gabah hampa yang terkecil (Tabel 9).

Tabel 9 Rata-rata jumlah gabah isi per malai, persentase gabah hampa per malai, jumlah gabah total per malai dan bobot 1000 butir gabah pada masing- masing varietas tanaman padi

Varietas Jumlah gabah isi (butir) Persentase gabah hampa (%) Jumlah gabah total (butir) Bobot 1000 butir (g) IR 64 223.2 b 6.029 c 237.0 b 25.20 d Ciherang 236.7 a 6.645 a 253.2 a 28.52 a St. Bgdt 207.3 c 5.377 d 218.7 c 27.42 b St. Ptgg 193.7 d 6.192 b 206.1 d 26.92 c Keterangan : angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 persen Cihrng = Ciherang, St. Bgdt = Situ Bagendit, St. Ptgg = Situ Patenggang

Hasil uji untuk peubah gabah total menunjukkan bahwa varietas Ciherang memiliki rata-rata yang terbesar dibandingkan varietas yang lain. Sementara varietas Situ Patenggang memiliki rata-rata gabah total yang terkecil (Tabel 9).

Hasil uji pada Tabel 9 juga menunjukkan bahwa varietas Ciherang memiliki rata-rata bobot 1000 butir yang terbesar dibandingkan varietas yang lain. Sementara varietas IR64 memiliki rata-rata bobot 1000 butir yang terkecil.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan terlihat bahwa pemberian silika, baik silika biasa maupun nano silika memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman padi dibanding tanpa pemberian silika, baik pada penelitian menggunakan media larutan hara maupun menggunakan media tanah dalam pot plastik. Hal ini mengindikasikan bahwa peran silika dalam pertumbuhan tanaman padi sangat penting karena dapat lebih merangsang pertumbuhan.

Berdasarkan penelitian ini juga diketahui bahwa pengaruh pemberian silika terlihat sejak tanaman masih dalam usia yang relatif muda. Kondisi ini terlihat pada percobaan menggunakan larutan hara dimana dari hasil pengamatan pada 1 MST dan 2 MST pertumbuhan bibit tanaman padi yang diberi silika, baik silika biasa maupun nano silika menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman kontrol yang tidak diberi silika.

Terlihat jelas bahwa keberadaan silika, baik yang berukuran partikel biasa maupun yang berukuran nano memberikan pengaruh yang baik pada pertumbuhan tanaman padi. Hal ini dikarenakan hara Si termasuk dalam kategori hara fungsional yang bisa memperkaya pertumbuhan tanaman dengan mendorong proses fisiologi. Hara Si sering disebut juga sebagai hara bermanfaat atau hara

38

pembangun yaitu unsur yang berguna bagi pertumbuhan tanaman tetapi tidak memenuhi kaidah unsur hara esensial karena jika unsur ini tidak ada pertumbuhan tanaman tidak akan terganggu (Savant et al. 1999).

Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Sanchez (1986) yang menunjukkan bahwa pemberian Si dapat meningkatkan produksi tanaman padi. Pemberian 500 ppm Si pada kultur larutan pada tanaman padi akan meningkatkan jumlah malai, jumlah gabah per malai dan persentase gabah bernas. Meningkatnya produksi padi akibat pemberian Si disebabkan karena posisi daun dari tanaman itu menjadi tegak, resistensi yang besar terhadap serangan hama dan penyakit, berkurangnya serapan Fe dan Mn juga meningkatkan derajat oksidasi akar.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa tanaman yang diberi silika terutama yang diberi nano silika, memiliki berat 1000 butir gabah yang lebih tinggi dibanding tanaman kontrol yang tidak diberi silika. Hal ini ada indikasi bahwa lebih beratnya gabah yang dihasilkan tersebut disebabkan oleh adanya akumulasi kandungan silika pada sekam atau kulit yang menyelubungi gabah. Hal ini sesuai dengan penelitian Saeni (1992) yang menyatakan bahwa sifat kekerasan pada sekam disebabkan oleh tingginya kandungan silika sehingga sulit menyerap air dan tidak dapat mempertahankan kelembaban serta memerlukan waktu lama untuk mendekomposisinya.

Perlakuan silika khususnya nano silika juga memberikan hasil jumlah gabah isi dan jumlah gabah total yang lebih baik dibanding tanaman yang tidak diberi silika serta menurunkan jumlah gabah hampa. Selain itu pemberian silika juga meningkatkan jumlah malai dan panjang malai yang dihasilkan. Hal-hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dimana pemberian silika dapat meningkatkan hasil gabah. Kekurangan atau tidak adanya pemberian Si pada tanaman padi dapat meningkatkan jumlah gabah hampa, menurunkan bobot gabah, menurunkan panjang malai, menurunkan jumlah malai dan menurunkan jumlah gabah per malai (Dobermann dan Fairhurst 2000, Ma dan Takahashi 2002, Mauad et al. 2003).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengaruh pemberian nano silika terhadap pertumbuhan tanaman padi lebih baik dibanding dengan pemberian pupuk silika biasa (SiP). Kondisi ini terjadi disebabkan oleh ukuran nano silika yang relatif jauh lebih halus dibanding pupuk silika biasa sehingga kemungkinan ketersediaan Si bagi tanaman dapat lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ladiyani et al. (2012) yang menyatakan bahwa semakin halus ukuran senyawa pupuk akan semakin meningkatkan kemampuan melepaskan partikel haranya ke larutan tanah sehingga lebih meningkatkan ketersedianya bagi tanaman.

Adanya keunggulan ukuran partikel yang jauh lebih kecil atau halus dibanding dengan pupuk silika biasa menyebabkan nano silika dapat memberikan pengaruh yang lebih baik pada pertumbuhan tanaman padi. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan pada penelitian menggunakan media kultur hara dimana pada semua peubah yang diamati seperti tinggi tanaman, panjang akar, panjang daun, bobot basah tajuk dan akar serta bobot kering tajuk dan akar, pemberian nano silika memberikan hasil yang lebih baik dibanding pemberian silika biasa dan tanpa pemberian silika (kontrol). Begitu pula pada penelitian dengan menggunakan media tanah dalam pot plastik memberikan hasil yang tidak jauh berbeda. Perlakuan nano silika memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding

39 pemberian pupuk silika biasa pada semua peubah pengamatan seperti tinggi tanaman, panjang akar, jumlah anakan, jumlah malai, bobot basah tajuk dan akar serta bobot kering tajuk dan akar.

Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh adanya keunggulan nano silika dibanding dengan pupuk silika biasa diantaranya adalah sifat reaktifnya. Nano silika jauh lebih reaktif dibanding dengan silika biasa. Kondisi ini jelas akan mempengaruhi kemampuan silika dalam membantu mendukung pertumbuhan tanaman padi. Hal ini sesuai dengan pendapat Aryanto (2012) yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk nano memiliki keunggulan dibanding pupuk ukuran biasa karena bersifat lebih reaktif yakni dapat langsung mencapai sasaran atau target karena ukurannya yang sangat halus dan hanya dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit. Kebutuhan yang lebih sedikit sangat membantu dalam aplikasi penggunaan silika dilapangan saat melakukan budidaya tanaman padi.

Pada percobaan ini berdasarkan hasil uji menunjukkan tidak adanya interaksi yang nyata antara pemberian silika dan perlakuan varietas tanaman. Hal ini mengindikasikan tidak adanya saling keterkaitan antara pemberian silika dan perlakuan varietas dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pengaruh yang berbeda antara varietas pada tiap-tiap peubah yang diamati lebih ditentukan oleh sifat dan karakteristik dari masing-masing varietas tanaman padi yang digunakan dalam penelitian ini seperti berkaitan dengan tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah dan kering tanaman dan peubah lainnya.

SIMPULAN

Pemberian silika, baik dalam bentuk silika biasa maupun dalam ukuran nano silika, memberikan pengaruh yang lebih baik pada pertumbuhan tanaman padi dibanding tanpa pemberian silika (kontrol). Sementara itu perlakuan NS memberikan pengaruh yang lebih baik pada pertumbuhan tanaman padi dibanding pemberian pupuk SB. Sedangkan untuk perlakuan varietas, secara umum antara varietas padi sawah dengan padi gogo tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan uh yang nyata.

Dosis optimal untuk perlakuan silika biasa yang memberikan pengaruh terbaik adalah 1.22 g ekuivalen dengan dosis pemupukan 300 kg ha-1. Sedangkan untuk perlakuan nano silika powder dosis yang memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan tanaman padi adalah 0.39 g ekuivalen dengan dosis pemupukan 75 kg ha-1.

40

4 RESPON MORFOFISIOLOGI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

TERHADAP CARA PEMBERIAN DAN BENTUK