• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

D. Body Image Pada Remaja Putri Penderita Skoliosis

Menurut (Hurlock 1997) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa dimana seseorang mengalami masa pubertas. Pada masa ini seseorang akan cenderung melihat orang lain yang sebagai figure untuk dijadikan acuan. Seperti para model (Luna Maya) , bintang iklan( Dian Sasto) dan bintang film (Nikita Willy). Pandangan ini yang akhirnya membentuk pemikiran remaja mengenai gambaran diri mereka, bahwa seseorang yang dikatakan sempurna itu seperti figure yang sering tampil di media massa. Figure yang ada di media massa juga menjadi acuan bagi

penderita skoliosis dalam membentuk sebuah persepsi mengenai kondisi fisik mereka, bahwa orang yang terlihat sempurna itu seperti actris atau bintang iklan yang ada di media massa. Pada sebagian penderita skoliosis yang memiliki ketidakpuasan pada keadaan fisiknya yang mengalami pembengkokan pada tulang belakang maka pandangan ini yang akan membuat pembentukan body image negative dikarenakan menimbulkan perasaan minder dan malu karena keadaan fisik penderita skoliosis yang berbeda dari orang lain pada umumnya yang memiliki tubuh tegap, kaki yang jenjang dan bahu yang sejajar

Salah satu penyebab timbulnya penilaian tentang fisik yang kurang menarik ini lebih disebabkan oleh adanya konsep tentang body image yang berbeda-beda pada tiap individu. Body image adalah suatu konsep yang bersifat subyektif dan mudah berubah melalui pengaruh sosial. Biasanya hal tersebut berkaitan dengan bentuk tubuh, ukuran serta tinggi badan. Misalnya: beberapa wanita muda yang mempunyai pengalaman menganggap bahwa mereka mempunyai berat badan yang berlebih padahal berat badan mereka rata-rata dengan tinggi badan mereka.Hal ini dapat dicontohkan dari beberapa artis yang sudah memiliki tubuh yang ideal dengan postur tubuh yang tegap, pinggang yang ramping dan kaki yang jenjang, tetapi mereka masih meminum obat-obatan pelangsing dan tidak jarang juga artis yang melakukan bulimia seperti Mulan Jamela. Namun satu hal yang mempercepat terjadinya perubahan konsep tentang body image adalah adanya usaha

dari media massa baik elektronik maupun nonelektronik untuk menampilkan citra tubuh pada remaja yang ideal yang dapat diterima oleh masyarakat.

Lingkungan yang memiliki persepsi mengenai bentuk tubuh ideal maka akan mempengaruhi individu yang tinggal di dalam lingkup lingkungan tersebut. Hal ini mempengaruhi persepsi remaja yang tinggal di lingkungan yang berpendapat bahwa tubuh yang langsing, kaki jenjang dan badan yang tegap adalah karakter tubuh yang ideal. Lingkungan juga dipengaruhi oleh kebudayaan yang dap at membentuk persepsi body image seseorang. Menurut Gunarsa (1986), berbagai macam penampilan fisik yang dianggap menarik dan tidak menarik banyak ditentukan oleh budaya.Lingkungan yang tidak menghiraukan mengenai bentuk tubuh seseorang apakah berkaki jenjang, langsing ataupun gemuk, maka akan membentuk persepsi seseorang yang tinggal di lingkungan tersebut. Penderita skoliosis yang tinggal di lingkungan dan kebudayaan yang tidak menghiraukan mengenai seperti apa bentuk tubuh seseorang maka akan membentuk persepsi positif pula bagi penderita skoliosis. Hal ini yang membentuk kepercayaan diri pada penderita skoliosis untuk tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Wanita memiliki dampak lebih besar untuk menderita skoliosis dibandingkan pria, dikarenakan wanita memiliki resiko peningkatan besar sudut kelengkungan tulang belakang 10 kali lebih tinggi

dibandingkan laki-laki (Gatham,2000). Remaja wanita memiliki ketakutan lebih terhadap perubahan fisiknya(Thompson, 1999). Perubahan fisik yang tidak normal seperti yang dialami penderita skoliosis, akan semakin memperkuat persepsi negative terhadap perubahan fisik, dikarenakan keadaan fisik yang berbeda dengan orang lain yang normal. Pada remaja yang sedang mengalami masa perkembangan fisik akan mempengaruhi perkembangan tulang belakang. Seseorang yang sejak remaja menderita skoliosis dan risiko menderita osteoporosis tingkat kemiringan bengkoknya tulang, akan semakin bertambah kemiringannya bersamaan dengan bertambahnya usia (McCance, 2008). Remaja putri penderita skoliosis cenderrung memiliki body image yang negative dibandingkan remaja pria yang menderita skoliosis.

Semakin tinggi kelas sosial akan semakin tidak puas dengan tubuh mereka (Striegel & Moore, 1986). Ketidakpuasan ini muncul dikarenakan relasi yang memperhatikan bentuk fisik. Keadaan kondisi fisik yang tidak sesuai dengan pandangan ideal mereka, akan menjadi perbincangan bagi kalangan yang memiliki kondisi fisik yang ideal. Penderita skoliosis yang tinggal di kelas sosial yang tinggal di lingkungan kelas atas maka mereka akan semakin merasa tidak puas terhadap kondisi fisiknya. Hal ini dikarenaka kecacatan fisik yang dialami oleh remaja putri penderita skoliosis yang akan membuat mereka merasa semakin dikucilkan. Berbeda dengan penderita skoliosi

yang tinggal di kelas sosial menengah kebawah, mereka cenderung untuk lebih menghargai dan tidak mempermasalahkan bentuk tubuh.

Relasi interpersonal menjadi factor penting dalam pembentukan body image seseorang. Remaja skoliosis juga bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya sama halnya dengan remaja normal lainnya. Lingkungan yang paling sering dijumpai selain teman sebaya adalah lingkungan keluarga. Orang tua merupakan model yang penting dalam proses bersosialisasi. Hal ini dapat mempengaruhi pembentukan body image anak-anaknya. Informasi dari lingkungan sekitar dan umpan balik juga dapat mempengaruhi pandangan orang tua mengenai body image.

Umpan balik ini muncul apabila orang tua yang memiliki relasi dengan pendapat berbeda mengenai body image. Hal ini dapat dicontohkan, misalnya orang tua yang memiliki anak yang menderita skoliosis berpendapat bahwa anaknya baik-baik saja dan tidak perlu diobati atau dioperasi, namun rekannya berpendapat bahwa skoliosis dapat mempengaruhi bentuk fisiknya dan membuat anak tersebut terlihat kurang menarik, lalu orang tua dari anak penderita skoliosis itu terpengaruh rekannya sehingga merubah pandangan dari orang tua tersebut. Hal ini termasuk pemberian umpan balik yang negative dan dapat membentuk pandangan body image yang negative. Hal ini akan membuat orang tua merubah pandangan positivenya dan memberikan pesan kepada anaknya bahwa menderita skoliosis adalah hal yang harus dikawatirkan karena memiliki kondisi fisik yang berbeda dari orang lain.

Komplikasi yang ditimbulkan bagi skoliosis mempengaruhi body image remaja. Body image penyandang skoliosis pada usia remaja adalah persepsi subyektif pada penyandang skoliosis usia remaja yang digunakan untuk menilai keunggulan yang dimiliki berdasarkan aspek-aspek kehidupan yang penting bagi mereka.

Dokumen terkait