• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF : BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI PENDERITA SKOLIOSIS Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF : BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI PENDERITA SKOLIOSIS Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI DESKRIPTIF : BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI

PENDERITA SKOLIOSIS

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

NIM: 079114067

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

Yesus Kristus

Bunda Maria

Ayah Ibu Tercinta

Suami dan Anakku Tersayang

Kawan-kawan

(6)
(7)

vii

STUDI DESKRIPTIF : BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI

PENDERITA SKOLIOSIS

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan body image berdasarkan aspek-aspek pada remaja putri penderita skoliosis dengan jumlah subjek sebanyak 35 remaja putri penderita skoliosis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur body image remaja putri penderita skoliosis adalah skala body image yang dirancang berdasarkan teori dari Thompson, Menzel dan Krawczyk (dalam Smolack & Cash 2011). Pembuatan skala berdasarkan 4 aspek yaitu: global subjektif, afektif, kognitif, dan behavioral. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Keseluruhan aitem penelitian berjumlah 60 item. Skala tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0,966. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean empirik yang lebih besar daripada nilai mean teoritik (Empirik > Teoritik = 140 >135). Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki body image yang tergolong positive.

(8)

viii

DESCRIPTIVE STUDY: BODY IMAGE OF A GIRL WHO SUFFERS

SKOLIOSIS

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

ABSTRACT

The objective of this study is to describe the body image based on some aspects of a girl who suffers skoliosis with the numbers of participants are 35 a girl who suffers skoliosis. The instrument that is used to measure the body image of a girl who suffers skoliosis is the scale of body image that is designed based on the theory of Thompson, Menzel, and Krawczyk (Smolack & Cash 2011). The scale is made based on 4 aspects, namely: global subjective, affective, cognitive, and behavioral. The method which is used in this study is quantitative descriptive. The numbers of the whole items used in this study are 60 items. The reliability of the scale is 0.966. The research findings shows that the value of the empirical mean is greater than the value of theoretical mean (Empirical > theoretical = 140>135). Based on the result, the writer can conclude that the subjects of this study can be classified of having positive-body image.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang

selalumenyertai dan memberi kasih yang sempurna kepada penulis, sehingga

skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif : Body Image Pada Remaja Putri Penderita Skoliosis” dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan informasi,

waktu, tenaga, pikiran dan nasehat serta dukungan yang tiada henti dalam

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima

kasih setulusnya kepada:

1. Tuhan Yesus dan Ibu Maria yang sudah memberikan berkat dan kuasanya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Orang tuaku, terima kasih atas segala, nasehat, pengertian, dorongan, dan

doa yang selalu diberikan kepada penulis.

3. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyusun skripsi ini dan memberikan dukungan kepada penulis.

4. Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah

membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

5. MM. Nimas Eki Suprawati, M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi

dan dosen pembimbing akademik, yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang sangat bermanfaat

bagi penulis. Terima kasih juga atas kesabaran dan ketulusannya selama

(11)

xi

6. Buat suamiku R.B Bagus P.H terima kasih telah setia menemani,

mendampingi, memberikan dorongan dan semangat sehingga skripsi ini

dapat selesai.

7. Untuk buah hatiku tercinta Melody Chaprisa Hamuluhur, terima kasih

telah memberi semangat dan kegembiraan.

8. Sahabat-sahabatku: Krisna, Gallo, Ira, Rosa, Aan terimakasih buat bantuan

dan semangatnya.

9. Terima kasih untuk tante Rahayu, om Yadi dan adikku Bagas yang sudah

meluangkan waktunya untuk mengantar ke kampus.

10. Terima kasih juga kepada teman-teman skoliosis yang bersedia membantu

mengisi skala yang telah dibuat oleh penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

11. Terima kasih pula bagi semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

per satu, yang telah membantu kelancaran studi penulis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap karya tulis ini

sehingga di masa yang akan dating karya-karya penulis dapat menjadi lebih baik

lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.

Penulis

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN MOTTO...

HALAMAN PERSEMBAHAN...

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...

ABSTRAK...

ABSTRACT...

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...

(13)

xiii

1. Pengertian Body Image...

2. Aspek Body Image...

3. Faktor yang Mempengaruhi Body Image...

B. Skoliosis...

1. Definisi Skoliosis...

2. Penyebab Skoliosis...

3. Gejala Skoliosis………

4. Dampak Skoliosis………

C. Remaja Putri Penderita Skoliosis...

1. Batasan Remaja Putri………. 2. Ciri Remaja Penderita Skoliosis...

D. Body Image Pada Remaja Putri Penderita Skoliosis...

E. Skema Body Image Pada Remaja Putri penderita Skoliosis..

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...

A. Jenis Penelitian...

B. Variabel Penelitian...

C. Definisi Operasional...

D. Sampel Penelitian...

E. Metode Pengumpulan Data...

F. Validitas dan Reliabilitas...

(14)

xiv

G. Metode Analisis Data……….

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

(15)

xv DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Item Favorabel dan Unfavorabel...

Tabel 2. Blue Print Skala Try Out...

Tabel 3. Distribusi Item Skala Body Image Setelah Seleksi...

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Skala Body Image...

Tabel 5. Deskripsi Data Teoritik………

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum...

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Skala Try Out...

Lampiran B: Data Try Out...

Lampiran C : Data Penelitian...

Lampiran D : Analisis Reliabilitas...

Lampiran E : Data Penelitian Per Aspek...

Lampiran F : Uji Normalitas...

Lampiran G : Statistik Diskriptif Body Image...

Lampiran H : One Sample t-test………

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skoliosis kebanyakan dialami oleh wanita. Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang melencong dan melintir ke salah satu sisi baik kekiri maupun kanan. Mengapa skoliosis kebanyakan dialami oleh wanita, dikarenakan fisik wanita lebih lemah dari pada pria (Ali, 2010). Skoliosis memiliki dampak yang cukup besar bagi penderitanya, terutama bagi wanita. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki risiko peningkatan besar sudut kelengkungan tulang belakang 10 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Gatham, 2000).

Skoliosis terlihat pada masa anak-anak dan makin tampak ketika penderita beranjak remaja. Hal ini dikarenakan pada masa remaja perubahan fisik yang semakin berkembang, dikarenakan remaja memasuki masa pubertas,sehingga bengkoknya tulang belakang akan semakin terlihat.

(18)

Pada remaja putri yang menderita skoliosis, perkembangan fisiknya tidak sama dengan remaja putri yang memiliki perkembangan fisik yang normal. Perkembangan fisik yang normal dapat terlihat dari postur tubuh. Remaja skoliosis memiliki postur tubuh yang tidak seperti remaja normal dengan tubuh tegap dan bahu sejajar namun mereka memiliki postur dengan bahu yang miring ke kiri atau ke kanan yang diakibatkan pembengkokan pada tulang belakang (Devier,2007)

Penderita skoliosis memiliki kriteria ideal yang mereka ketahui seperti kebanyakan orang normal lainnya, yaitu memiliki bentuk tubuh proporsional dengan badan yang kurus, pinggang yang ramping dan kaki yang jenjang (Grogan, 1999) Namun, semua itu sulit untuk diwujudkan karena penbengkokan pada tulang belakang mempengaruhi bentuk fisik mereka. Pada penderita skoliosis tulang belakang membentuk lengkungan dalam huruf “S” atau “C” (Akoso, 2009). Hal ini mengakibatkan cara berjalan penderita

skoliosis tidak normal (Davies, 2007). Serta dapat mempengaruhi fisik bagi penderita skoliosis.

(19)

menjadi suatu permasalahan dikarenakan Mita merasa memiliki fisik yang berbeda dari remaja normal lainnya. Hal ini mengakibatkan Mita yang menderita skoliosis memiliki keterbatasan untuk mengikuti aktifitas olahraga berat seperti, lompat galah, lompat matras, lari marathon, angkat beban. Apabila mereka melakukan aktifitas olehraga berat tersebut,maka kemungkinan menderita cidera tulang punggung sangat besar.

(20)

Heinberg, Altabe, & Tantlett Dunn, 1999) dalam Cash 2011. Persepsi negative terhadap keadaan kondisi fisik ini yang membentuk perasaan malu. Hal ini juga membuat penderita skoliosis memiliki perasaan segan untuk bersosialisasi dengan orang lain..Perasaan malu ini sama halnya dengan yang dialami Mita. Perasaan malu akan keadaan fisiknya membuat Mita sebagai penderita skoliosis berusaha menutupi bengkoknya tulang belakang dengan baju yang longgar, melakukan operasi dan terapi untuk penyembuhan dan memakai brace untuk menompang tulang belakang. Usaha ini untuk membentuk fisiknya terlihat seperti remaja normal lainnya. Hal ini juga membuat rasa takut muncul sehingga membuat Mita mengisolasi diri dan mengalami stress karena perbedaan kondisi fisik yang dialami.

Dampak yang paling besar dari permasalahan tersebut adalah stress dengan keadaan fisiknya yang berbeda sehingga remaja putri penderita skoliosis akan semakin terpuruk dengan penyakit yang diderita. Seperti apa yang dikatakan oleh (Hurlock, 1999) bahwa remaja memiliki tingkat kecemasan terhadap keadaan fisiknya.Keadaan fisik yang berbeda, seperti apa yang dialami Mita ini membuat Mita merasa menanggunng penyakitnya sendiri tanpa orang lain yang memberikan semangat atau menjadi teman untuk berkeluh kesah akan apa yang dialami dan diderita.

(21)

terjadi ini akibat dari perubahan hormonal yang terjadi dalam diri seseorang yang juga menandai bahwa orang tersebut telah memasuki pubertas. Pertumbuhan tersebut antara lain seperti bertambahnya berat badan dan tinggi badan secara pesat, juga melebarnya pinggul pada anak perempuan dan bahu pada anak laki-laki (Santrocks, 2007). Pada penderita skoliosis, mereka juga sama mengalami perkembangan fisik seperti remaja lainnya namun, mereka memiliki perbedaan yaitu penyandang skoliosis memiliki perkembangan tulang belakang yang kurang sempurna yaitu membengkoknya tulang belakang. (Suratun, 2006)

Skoliosis membawa pengaruh besar bagi pembentukan body image

pada remaja putri penderita skoliosis. Tidak semua orang dapat menerima bahwa dirinya mengalami skoliosis. Hal ini dikarenakan skoliosis dapat mempengaruhi kondisi fisik secara keseluruhan, seperti bahu yang tidak sejajar, pinggul yang melencong. Seseorang yang menerima keadaan kondisi fisiknya akan membentuk body image yang positive, begitu pula sebaliknya.

Body image yang negatife tampaknya menimbulkan dampak bagi penderita skoliosis. Persepsi negative terhadap keadaan fisik dan perbedaan fisik yang dialami remaja putri penderita skoliosis, terbentuk dari kurangnya penerimaan diri terhadap kondisi fisik. Hal ini akan memunculkan dampak

(22)

remaja cenderung mengisolasi diri (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri sendiri) Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001).

Itulah mengapa penting bagi peneliti untuk mengangkat tema body image pada remaja putri penderita skoliosis. Hal ini dikarenakan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa Sanata Dharma yang bernama Santa(2012) dengan judul “Kualitas Hidup Penyandang Skoliosis

Pada Wanita Dewasa Muda”.Hasil penelitian ini memperoleh hasil yang

positif sedangkan beberapa ahli seperti (Hurlock, 1999) mengungkapkan bahwa seseorang yang mengalami kecacatan itu pasti memiliki pandangan yang negative terhadap dirinya sendiri. Perbedaan antara hasil penelitian dan teori ini yang membuat peneliti merasa perlu untuk meneliti kembali dengan mengangkat subyek yang sama yaitu penderita skoliosis. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah hasil dari penelitian sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa seseorang yang mengalami kecacatan tubuh memiliki pandangan negative terhadap dirinya (Hurlock, 1999).

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang hendak diteliti yaitu “body image pada remaja putri penderita skoliosis”.

C. Tujuan Penelitian

(23)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu psikologi yang berhubungan dengan gambaran body image yang dialami oleh remaja putri penderita skoliosis.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penelitian body image

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi tentang body image pada remaja putri penderita skoliosis.

(24)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Body Image

1. Pengertian Body Image

Istilah body image pertama kali diperkenalkan oleh Paul schilder pada tahun 1920. Definisi body image menurut Schilder (dalam Grogan, 1999) adalah gambaran mental yang dimiliki oleh individu tentang penampilan tubuhriya. Dengan kata lain, body image adalah pandangan individu, pikiran dan perasaannya tentang tubuh mereka sendiri. Definisi tersebut merupakan gabungan dari unsur-unsur body image yang dijelaskan oleh Schilder yang terdiri dari pandangan tentang bentuk tubuh (persepsi), penilaian tentang ketertarikan tubuh (pikiran), emosi dan perasaan yang dibentuk oleh bentuk tubuh (dalam Grogan, 1999).

Lebih lanjut, Rudd dan Lennon (2000) menyatakan bahwa body image adalah gambaran mental yang kita miliki tentang tubuh kita. Sedangkan Cash dan Pruzinsky (2002) menyatakan bahwa body image merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya berupa penilaian positif atau negatif.

(25)

Hal ini berbeda dengan Cash, Marrow, Hrabosky & Perry (2004) yang menyatakan bahwa body image adalah pandangan yang bersifat multidimensional yang meliputi persepsi diri (self perception) dan sikap perilaku (attitude) seseorang terhadap penampilan dirinya. Teori ini menjelaskan bahwa body image tidak hanya melihat sebatas pada persepsi semata, namun juga sikap perilaku seseorang terhadap penampilan fisiknya yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan behavioral.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka disimpulkan bahwa body image adalah gambaran mental, persepsi,pikiran, dan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh yang mengarah pada penampilan fisik. Gambaran mental tersebut berbicara tentang keakuratan dalam persepsi ukuran tubuh, evaluasi tentang apa yang dirasakan individu seperti kepuasan terhadap tubuh dan sikap berupa penilaian positif atau negative terhadap tubuh.

2. Aspek Body Image

Pengukuran body image menggunakan aspek-aspek menurut Thompson,Manzel dan Krawczyk (dalam Cash 2011 & Smolack ) yang terdiri dari:

(26)

b. Aspek Afektif yaitu adanya emosi atau perubahan terhadap tubuhnya seperti kesal, kecewa, tidak puas, tidak suka, tertekan dan cemas.

c. Aspek kognitif yaitu ditandai adanya keinginan atau harapan untuk memiliki tubuh dan berpenampilan lebih baik.

d. Behavioral yaitu tindakan yang berkaitan dengan kebiasaan penilaian tehadap tubuh individu yang umumnya berupa upaya menghindarkan diri dari situasi atau benda yang mengingatkan individu terhadap kondisi tubuhnya

3. Faktor yang Mempengaruhi Body Image

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan body image

menurut Cash dan Pruzinsky (2002) adalah: a. Media Massa

(27)

berlebilhan karena tidak bisa merubah fisiknya seperti yang ditampilkan di media massa.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan factor penting dalam perkembangan cirta tubuh seseorang. Menurut beberapa pengamatan wanita lebih negative memandang citra tubuh. Wanita cenderung ingin memiliki tubuh ramping dan tegap menyerupai ideal yang digunakan untuk memperhatikan pasangannya.

c. Relasi Interpersonal

(28)

interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dangugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. (Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh.Menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain.

d. Usia

(29)

remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2003)

e. Kebudayaan

Berkembangnya pemikiran seseorang mengenai body image dipengaruhi oleh kebudayaan dan perkembangan jaman.Berawal dari tubuh gemuk yang mencerminkan bahwa seorang wanita itu dapat dikatakan ideal, hingga berubah menjadi seseorang yang memiliki tubuh tegap dan semampai menjadi criteria ideal wanita. Perubahan ini muncul dikarenakan semakin berkembangnya media massa dan munculnya artis-artis Holywod yang memiliki tubuh yang tegap, pinggang yang ramping dan kaki yang jenjang. Hal ini yang merubah persepsi seseorang mengenai fisik dan criteria ideal.

f. Kelas Sosial

(30)

perbincangan bagi kalangan yang memiliki kondisi fisik yang ideal. Hal ini akan semakin membuat seseorang yang memiliki kondisi fisik kurang sempurna merasa dikucilkan.

Peneliti menduga dari beberapa factor yang mempengaruhi body image terdapat tiga factor yang lebih sesuai yaitu factor media massa relasi interpersonal dan jenis kelamin.

B. Skoliosis

1. Definisi Skoliosis

Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal kearah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal, toraka maupun lumbal (Apotik online dan media informasi, 2006)

Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luar biasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur penyongkong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).

(31)

apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur penyongkong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007)

Pembengkakan pada tulang belakang kea rah kiri atau kanan adalah kelainan bentuk pada tulang belakang yang sering disebut skoliosis. Perubahan pada tulang belakang terjadi akibat perubahan bentuk pada tulang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur penyongkong tulang belakang seperti jaringan lunak dan struktur lainnya. (Rahayussalim, 2007).

2. Penyebab Skoliosis

Pada penderita skoliosis, tulang belakang terpuntir secara tidak normal kekanan atau kekiri dan dapat mengakibatkan penderita berjalan tidak normal atau nyeri punggung (Davier, 2007)

Skoliosis merupakan curvatur tulang belakang yang terjadi pada satu atau lebih pada bagian vertebrata.Kondisi ini merupakan dampak dari adanya suatu masalah pada perkembangan fisik (Martini & Nath, 2009).Pada skoliosis, tulang belakang terpuntir secara tidak normal ke kanan atau ke kiri.Penderita mungkin berjalan dengan tidak normal dan mengalami nyeri punggung (Davier, 2007).

(32)

suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan tubuh membawa beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama, maka akan membuat kerja otot tidak pernah seimbang. Hal ini dikarenakan akibat suatu mekanisme proteksi dari otot-otot tulang belakang yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh justru bekerja berlebihan dikarenakan pada salah satu sisi otot yang tidak sempurna, sehingga yang terjadi dalam waktu terus menerus adalah ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh

3. Gejala Skoliosis

Gejala awal tidak di tunjukan oleh penderita skoliosis. Pembengkakan tulang belakang merupakan kesan yang dapat dilihat. Tulang rusuk menonjol yang disebabkan karena keadaan bertambah buruk pada penderita skoliosis dan penderita mungkin mengalami sakit punggung belakang serta sukar bernafas.Suratun (2006)

Tinggi bahu yang tidak sama atau bahu tinggi sebelah, selain itu juga terlihat adanya scapula atau tonjolan vertebrata dan tulang rusuk menekan sehingga menyebabkan nyeri pada daerah torakal ( Porth & Matfin, 2009)

Corwin (2008), menyatakan bahwa manifestasi gejala skoliosis dapat terlihat melalui beberapa hal, yaitu :

a. Abnormalitas penampilan vertebrata yang biasa yaitu cekung- cembung yang terlihat menurun dari bahu sampai bokong.

(33)

c. Tinggi krista iliaka yang tidak sama yang dapat menyebabkan satu tungkai lebih pendek daripada tungkai lainnya.

d. Asimetri selubung torak dan ketidaksejajaran vetebra spinalis akan tampak apabila individu membungkuk.

4. Dampak Skoliosis

McCance(2008).Mengungkapkan bahwa komplikasi dapat ditimbulkan dikarenakan skoliosis. Hal tersebut, sebagai dampak dari deformitas tulang belakang. Komplikasi yang ditimbulkan antara lain, adalah:

a. System pernafasan

Pada skoliosis berat, paru-paru akan ditekan oleh iga, dimana lengkungan lebih dari 70 derajat, sehingga menimbulkan kesulitan bernafas. Volume pada paru-paru ataupun rongga dada akan berkurang karena bengkoknya tulang belakang. Hal tersebut dikarenakan sebagian bengkokan tulang mengambil ruang untuk tempat paru-paru.

b. System kardiovaskuler

(34)

c. System musculoskeletal

Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skoliosis depan menimbulkan risiko kehilangan densitas tulang (osteopenia), terutama pada wanita yang menderita skoliosis sejak remaja dan risiko menderita osteoporosis akan meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain postur tubuh yang jelek, skoliosis tingkat ringandan sedang baru menimbulkan keluhan bila sudah berusia di atas 35 tahun.Keluhan yang mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang yang lebih dini, dibandingkan orang yang normal seusianya.

d. System pencernaan

Kerja peristaltic usus kian menurun karena system pencernaan terganggu karena ruang perut terdesak tulang.

e. System neuromuskuler

(35)

C. Remaja Putri Penderita Skoliosis

1. Batasan Remaja Putri

Remaja berasal dari kata latin adolescence yang artinya tumbuh menjadi dewasa. Santrock (2001) mengatakan bahwa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang merupakan transisi masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan psikososial.

Remaja (adolescent) secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11, atau mungkin lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal .

Batasan usia remaja yang diungkapkan oleh beberapa ahli, seperti Hurlock (1990) yang mengatakan bahwa remaja dibagi menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir ( 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun ). Monks, dkk(2006) mengungkapkan bahwa remaja memiliki tiga fase. Fase yang pertama adalah remaja awal ( 12 hingga 15 tahun ), fase yang kedua adalah sremaja tengah (15 hingga 18 tahun), dan fase yang terakhir adalah remaja akhir (18 hingga 21 tahun).

2. Ciri Remaja Penderita Skoliosis

(36)

melewati masa transisi dari masa kanak-kanak, remaja dan menjadi dewasa. Serta remaja penderita skoliosis juga memiliki batasan-batasan usia yang sama pula.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja juga melewati suatu periode perkembangan individu dimana terjadi transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang matang meliputi kematangan fisik, kognitif, dan sosio-emosional (Hurlock, 1999). Hal ini juga dialami oleh remaja penderita skoliosis. Selain itu, mengikuti pembagian rentang usia remaja dari Monks, dkk. (2006) bahwa batasan usia remaja awal adalah 12 sampai 15 tahun, batasan usia remaja tengah adalah 15 sampai 18 tahun, dan batasan usia remaja akhir adalah 18 sampai 21 tahun.

Hurlock (1997) menyatakan bahwa usia remaja adalah periode perkembangan yang sedang berproses dalam kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Ia memaparkan ciri-ciri usia dini sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

(37)

Hal ini juga merupakan periode penting bagi penderita skoliosis. Perubahan fisik yang terjadi pada penderita skoliosis juga mempengaruhi perubahan psikisnya. Perubahan fisik yang dapat terlihat adalah berkembangnya payudara,sehingga remaja putri penderita skoliosis harus pintar dalam memilih bra.Meskipun terdengar sepele, psikis remaja penderita skoliosis dapat terpengaruh. Hal ini disebabkan banyak bra yang tidak sesuai dengan penderita skoliosis, dikarenakan payudara penderita skoliosis yang berbeda ukuran antara payudara kiri dan kanan serta payudara yang tidak sejajar atau miring yang disebabkan karena bengkoknya tulang belakang. Hal ini mengakibatkan remaja skoliosis merasa bahwa menjadi penderita skoliosis adalah hal yang menyusahkan dan membuat mereka merasa tidak diperhatikan sebagai penderita skoliosis.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

(38)

sekolah formal, bahwa teman sebaya yang lebih sering mereka temui diluar rumah berperan besar bagi pembentukan jati diri remaja penderita skoliosis.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Terjadinya masa perubahan yang bersamaan baik fisik, psikis, dan perilaku.Perubahan tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat, apabila fisiknya berkembang dengan baik dan pesat, maka perilaku dan pikirannya pun mengalami peningkatan begitu juga sebaliknya. Namun bagi penderita skoliosis yang fisiknya berkembang tidak baik maka perilaku dan pikirannya akan berkembang sesuai dengan karakternya, apakah orang yang selalu berpandangan negative atau positive.

d. Masa remaja sebagai pencari masa identitas

Remaja adalah manusia biasa yang merupakan makhluk sosial maka mereka akan berusaha untuk mencari identitas dirinya apakah dalam kelompok, lingkungan atau mengidolakan seseorang. Sama halnya dengan yang dialami Mita sebagai penderita skoliosis, mereka juga berusaha mencari identitas dan bersosialisasi, dalam komunitasnya ataupun diluar komunitas penderita skoliosis.

e. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Pada masa remaja mereka memandang, melihat dan

memutuskan segala sesuatu berdasarkan “kacamata” mereka saja.

(39)

dari kelompoknya. Pada penderita skoliosis seperti yang dialami Mita dan komunitasnya, mereka juga sulit menerima informasi dari orang lain dikarenakan kecenderungan mereka malu dan menutup diri dari orang lain yang memiliki fisik normal dikarenakan kekurangan yang mereka miliki.

f. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa:

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meningkatkan “image” sehingga mereka akan berusaha menempatkan dirinya sebagai orang dewasa maka mereka akan mengikuti perilaku keseharian orang dewasa.Hal ini juga dialami oleh penderita skoliosis. Meskipun perkembangan fisik mereka berbeda dari orang normal, namun perkembangan kedewasaan mereka sama halnya dengan orang normal lainnya.

D. Body Image pada Remaja Putri Penderita Skoliosis

(40)

penderita skoliosis dalam membentuk sebuah persepsi mengenai kondisi fisik mereka, bahwa orang yang terlihat sempurna itu seperti actris atau bintang iklan yang ada di media massa. Pada sebagian penderita skoliosis yang memiliki ketidakpuasan pada keadaan fisiknya yang mengalami pembengkokan pada tulang belakang maka pandangan ini yang akan membuat pembentukan body image negative dikarenakan menimbulkan perasaan minder dan malu karena keadaan fisik penderita skoliosis yang berbeda dari orang lain pada umumnya yang memiliki tubuh tegap, kaki yang jenjang dan bahu yang sejajar

(41)

dari media massa baik elektronik maupun nonelektronik untuk menampilkan citra tubuh pada remaja yang ideal yang dapat diterima oleh masyarakat.

Lingkungan yang memiliki persepsi mengenai bentuk tubuh ideal maka akan mempengaruhi individu yang tinggal di dalam lingkup lingkungan tersebut. Hal ini mempengaruhi persepsi remaja yang tinggal di lingkungan yang berpendapat bahwa tubuh yang langsing, kaki jenjang dan badan yang tegap adalah karakter tubuh yang ideal. Lingkungan juga dipengaruhi oleh kebudayaan yang dap at membentuk persepsi body image seseorang. Menurut Gunarsa (1986), berbagai macam penampilan fisik yang dianggap menarik dan tidak menarik banyak ditentukan oleh budaya.Lingkungan yang tidak menghiraukan mengenai bentuk tubuh seseorang apakah berkaki jenjang, langsing ataupun gemuk, maka akan membentuk persepsi seseorang yang tinggal di lingkungan tersebut. Penderita skoliosis yang tinggal di lingkungan dan kebudayaan yang tidak menghiraukan mengenai seperti apa bentuk tubuh seseorang maka akan membentuk persepsi positif pula bagi penderita skoliosis. Hal ini yang membentuk kepercayaan diri pada penderita skoliosis untuk tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

(42)

dibandingkan laki-laki (Gatham,2000). Remaja wanita memiliki ketakutan lebih terhadap perubahan fisiknya(Thompson, 1999). Perubahan fisik yang tidak normal seperti yang dialami penderita skoliosis, akan semakin memperkuat persepsi negative terhadap perubahan fisik, dikarenakan keadaan fisik yang berbeda dengan orang lain yang normal. Pada remaja yang sedang mengalami masa perkembangan fisik akan mempengaruhi perkembangan tulang belakang. Seseorang yang sejak remaja menderita skoliosis dan risiko menderita osteoporosis tingkat kemiringan bengkoknya tulang, akan semakin bertambah kemiringannya bersamaan dengan bertambahnya usia (McCance, 2008). Remaja putri penderita skoliosis cenderrung memiliki body image yang negative dibandingkan remaja pria yang menderita skoliosis.

(43)

yang tinggal di kelas sosial menengah kebawah, mereka cenderung untuk lebih menghargai dan tidak mempermasalahkan bentuk tubuh.

Relasi interpersonal menjadi factor penting dalam pembentukan body image seseorang. Remaja skoliosis juga bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya sama halnya dengan remaja normal lainnya. Lingkungan yang paling sering dijumpai selain teman sebaya adalah lingkungan keluarga. Orang tua merupakan model yang penting dalam proses bersosialisasi. Hal ini dapat mempengaruhi pembentukan body image anak-anaknya. Informasi dari lingkungan sekitar dan umpan balik juga dapat mempengaruhi pandangan orang tua mengenai body image.

(44)
(45)
(46)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau niemberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2008).

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah body image pada remaja penderita skoliosis

C. Definisi Operasional

Body image adalah pandangan seseorang terhadap bagian-bagian tubuhnya maupun penampilan fisik secara keseluruhan. Hal ini meliputi pandangan tentang tubuh, penilaian tentang tubuh, serta emosi yang dibentuk oleh gambaran tentang tingkat kepuasan individu terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya yang dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku individu tersebut.

(47)

dimana semakin banyak skor yang diperoleh subjek dari hasil skala akan mewakili keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh subjek (Simamora, 2002). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek menunjukkan bahwa subjek mempunyai body image positif, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, menunjukkan bahwa body image negatif.

D. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri yang menderita skoliosis dengan rentang usia 13-18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunaka pada penelitian ini menggunakan incidental sampling yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan ,yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009).

E. Metode Pengumpulan Data

Alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah skala. Skala merupakan alat untuk mengukur tanggapan responden melalui sekumpulan pertanyaan yang diberikan (Soegoto, 2008).

Body image dalam penelitian ini diukur dengan skala body image

(48)

sifat kalimatnya mendukung atau memihak pada aspek body image, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang sifat kalimatnya tidak mendukung atau tidak memihak pada aspek body image.

Metode penyusunan skala yang digunakan adalah Summated ratings atau skala Likert. Metode ini menggunakan respon subjek penelitian sebagai dasar penentuan skalanya. Skala Likert disusun dari pernyataan favorabel dan unfavorabel serta menggunakan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai(TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk item yang bersifat favorabel diberi skor 4-1 sesuai dengan alternatif jawaban, sedangkan untuk item yang bersifat

unfavorabel diberi skor dari 1-4 sesuai dengan alternative jawaban. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Skor untuk Item Favorable dan Unfavorable

(49)

Tabel 2

Kelompok subjek yang dipakai dalam uji coba kali ini adalah remaja putri penderita skoliosis dengan rentang usia 13-18 tahun. Uji coba penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 September 2012. Subjek uji coba dalam penelitian ini sebanyak 35 orang. Karena keterbatasan jumlah subjek dan waktu dalam penilitian ini, maka peniliti menggunakan jenis uji coba yaitu try out terpakai, dimana hanya dilakukan satu kali saja dalam menyebarkan skala kemudian dianalisis secara statistik (Azwar, 2005)

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

(50)

professional judgment, yaitu penilaian validitas terhadap suatu alat ukur yang diberikan oleh orang-orang yang dianggap ahli dan profesional di bidangnya, dalam hal ini adalah dosen pembimbing, sehingga item-itemnya dipandang sudah mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2005).

2. Seleksi item

Seleksi item dilakukan sebelum skala digunakan untuk memperoleh item-item yang berkualitas dan sesuai dengan fungsi skala. Item yang baik adalah item yang memiliki daya beda tinggi yaitu mempunyai kemampuan untuk memberikan indikasi apakah seseorang mempunyai sikap positif atau tidak. Teknik yang dipakai dalam menyeleksi item dalam penelitian ini adalah penggunaan koefisien korelasi dengan mengkorelasikan skor item dengan skor item total. Pengkorelasian antara skor item dengan skor item total akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rix). Koefisien korelasi yang

baik adalah ≥ 0,30 karena memiliki daya pembeda yang memuaskan.

Sedangkan item dengan nilai rix dibawah 0,30 dianggap buruk karena dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah sehingga tidak dimasukkan dalam item yang digunakan dalam penelitian atau dinyatakan gugur (Nurgiyantoro, dkk, 2002). Penyeleksian item dilakukan dengan komputer menggunakan program

(51)

Hasil analisis seleksi item skala body image remaja penderita skoliosis menunjukkan bahwa terdapat 6 item yang berada di bawah batas 0,30 sehingga dinyatakan gugur. Item-item tersebut adalah item nomer 3, 7, 11, 29 yang merupakan aspek behavioral serta item nomor 12 dan 14 yang merupakan aspek kognitif. Berdasarkan hasil seleksi item body image remaja penderita scoliosis, aspek global subjective terdiri dari 7 item unfavorable dan 8 item favorable, aspek afektif terdiri dari 8 item unfavorable dan 7 item favorable, aspek kognitif terdiri dari 5 item unfavorable dan 8 item favorable, serta aspek behavioral terdiri dari 8 item unfavorable dan 3 item favorable. Secara keseluruhan terdapat 54 item yang selanjutnya digunakan dalam penelitian.

Tabel 3

Distribusi Item Skala Body Image Setelah Seleksi

(52)

3. Reliabilitas

Reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan pendekatan konsistensi, yaitu pengujian akan konsistensi antar bagian atau konsistensi antar aitem dalam tes. Suatu tes dinyatakan reliabel jika memiliki konsistensi yang tinggi di antara komponen-komponen yang membentuk tes secara keseluruhan (Azwar, 2005).

Reliabilitas skala yang memiliki nilai di atas 0,500, maka skala tersebut dianggap memiliki reliabilitas yang memuaskan (Azwar, 2004). Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach program SPSS for windows 16.

Tabel 4

Hasil Uji Reliabilitas Skala Body Image

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa reliabilitas skala memiliki nilai di atas 0,500 sehingga dianggap memiliki reliabilitas yang memuaskan.

G. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis dari penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel yang akan diteliti (Hadi, 1997).

Koefisien Alpha Cronbach N Item N Subjek

(53)

Tabel 5

Deskripsi Data Teoritik

N Item Skor Range Standar Deviasi

Mean Teoritik

Minimum Maksimum

54 54 216 162 27 135

Skor minimum : skor paling rendah subjek pada skala yaitu 1.

Skor maksimum : skor paling tinggi subjek pada skala yaitu 4.

Range : luas jarak sebaran skor maksimum dan minimum.

Standar Deviasi : luas jarak sebaran.

(54)

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 September 2012 pada remaja putri penderita skoliosis. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara membagikan skala penelitian, yaitu Skala body image kepada remaja putri penderita skoliosis yang berusia antara 13 sampai 18 tahun.

Peneliti menggunakan sistem try out terpakai dalam penelitian ini dengan skala Body Image. Penelitian ini dilakukan pada 35 remaja putri yang menderita skoliosis. Peneliti menyebarkan skala penelitian sebanyak 35 eksemplar sesuai dengan jumlah subjek penelitian.

B. Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas

(55)

2.Deskripsi Data Penelitian Secara Umum

Berikut ini adalah tabel yang berisi data penelitian berdasarkan perhitungan komputerisasi dengan SPSS for Windows 16.

Tabel 6.

Deskripsi Data Penelitian Secara Umum

Deskripsi Data Penelitian

N subjek Xmin Xmaks µ SD

Teoritik= 35 54 216 135 23.409

Empirik= 35 91 193 140 23.409

Catatan. Xmin= skor paling rendah subjek pada skala yaitu 1; Xmaks= skor paling tinggi subjek pada skala yaitu 4; SD (Standar Deviasi)= luas jarak sebaran; µ= rata-rata skor maksimum dan minimum.

(56)

t-test dengan bantuan program SPSS for Windows 16. Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa body image subjek tinggi secara signifikan.

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik one sample test

diketahui, signifikasinya adalah 0,225 (p=0,225) > taraf signifikansinya sebesar 0,05, artinya body image pada remaja putri penderita skoliosis signifikan tidak berbeda.

3. Sumbangan Tiap Aspek Body Image

Tabel 7

Sumbangan tiap aspek dalam body image

Toritik Empirik

(57)

Dapat dilihat pada aspek global subjective, nilai mean empiric (38,171) lebih tinggi daripada nilai mean teoritik (37,5). Berikutnya pada aspek afektif, nilai mean empirik (39,800) lebih tinggi daripada nilai mean teoritik (37,5). Pada aspek kognitif nilai mean empirik (33,457) lebih tinggi daripada nilai mean teoritik (32,5).Sedangkan yang terakhir yaitu aspek behavioral, nilai mean empirik (28,457) lebih rendah daripada nilai mean teoritik (27,5).

C. Pembahasan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan keadaan

body image remaja putri penderita skoliosis . Berdasarkan hasil analisis deskriptif data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai mean empirik (133) lebih besar daripada mean teoritik (130), dan uji t yang telah dilakukan menunjukan nilai t hitung sebesar 1.235 dengan p=0,225 > 0,05. Namun setelah dilakukan perhitungan uji statistik one sample test diketahui, signifikasinya adalah 0,225 (p=0,225) > taraf signifikansinya sebesar 0,05, artinya body image pada remaja putri penderita skoliosis secara signifikan tidak berbeda.

(58)

positive terhadap perkembangan remaja. Pengaruh positive yang diberikan di sekolah tidak langsung membentuk persepsi yang positive kepada remaja penderita skoliosis yang bersekolah di sekolah formal. Hal ini yang membuat

body image yang sedang pada remaja putri penderita skoliosis.

(59)

43

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik (μEmpirik > μTeoritik = 140 > 135), dan uji t yang telah dilakukan menunjukan nilai t hitung sebesar 1.235dengan p=0,225 > 0,05. Namun setelah dilakukan perhitungan uji statistik one sample test

diketahui, signifikasinya adalah 0,225 (p=0,225) > taraf signifikansinya sebesar 0,05, artinya body image pada wanita dewasa dini pasca melahirkan anak pertama secara signifikan tidak berbeda.

B. Saran

1. Bagi Remaja Putri Penderita Skoliosis

Melalui hasil yang diperoleh pada penelitian ini yang menyatakan bahwa rata-rata body image pada remaja putri penderita skoliosis sedang atau rata-rata. Maka diharapkan agar remaja putri penderita skoliosis dapat meningkatkan body image mereka yang saat ini sedang, menjadi lebih baik atau positif.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(60)

44

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, T. Budi. (2009). Bebas Sakit Punggung. Yogyakarta: Kanisius.

Ali, Iskandar. (2010). Dahsyatnya Bioquantum untuk Kesehatan. Jakarta: Argo Media Pustaka

Azwar, S. (2005). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cash , F. Thomas & Smolak, Linda. (2011). Body image: A Handbook of Science,Practice, and Prevention, 2nd edn. New York: The Guilford Press. Cash, F.Thomas & Pruzinsky, Thomas. (2002). Body Image A Handbook of

Theory,Research, and Clinical Pratice.New York: The Guilford Press Cash, F.Thomas., Morrow A. Jennifer., Hrabosky I. Joshua & Perry

A.April.2004.How Has Body Image Changed? A Cross- Sectional Investigation of College Women and Men From (1983 to 2001). Journal of Consulting andClinical Psychology 2004, Vol. 72, No. 6, 1081–1089

Corwin, Elisabeth. J. (2008). Patofisiologis. Jakarta: ECG

Davies, Kim. (2007). Nyeri Tulang dan Otot. Jakarta: Erlangga. Elseiver, Inc. Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. (2001). Psikologi

Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

(61)

Grogan, Sarah. (1999). Body image: Understanding Body Dissatisfaction in Men,Women, and Children. London: Roudledge.

Gunarsa, Y.S.D. dan Gunarsa, S.D. (1986) Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset.

Hadi, Sutrisno. (2002). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Humanika.

Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta L Penerbit Erlangga.

Mappiere, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Mc Cance. (2008). Undestanding Pathopysiologis. An Affiliation of Elseiver, Inc. Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. (2001). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mighwar. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Gramedia.

Mita (2009). Diary mayaku. Dipungut http://mitashere.blogspot.com/2009/02/2-skoliosis-danaku.html 07.56.

Nurgiyantoro, dan Fatah. (2002). Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfa Beta. Porth, Mattson. (2009). Patofisiologis Concepts. New York: School of Medicine.

(62)

Rahayusyalim. (2007, April30). Definisi Skoliosis. Diunduh dari http://rahayusyallim.multiply.com/ journal.

Santa, Brigita. (2012). Kualitas Hidup Penyandang Skoliosis pada Wanita Usia Dewasa Muda. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Santrock, J. W. (2002). Life Span Development Jilid & 2, Edisi Kelima.

Jakarta:Erlangga

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak, Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga

Santrock, J.B. (2003) Adolescence: Perkembangan masa remaja.(Jilid6.) Alih Bahasa: Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, Alfabeta : Bandung.

Sugiyono. (2009). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.

(63)

47

(64)

48

LAMPIRAN A

SKALA

TRY OUT

(65)

SKALA PENELITIAN

Disusun oleh :

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(66)

Kepada : Yth. Saudari Di tempat

Dengan Hormat,

Di tengah kesibukan saudari saat ini, perkenankanlah saya memohon bantuan saudari untuk meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner berikut ini. Kuesioner ini disusun dalam rangka mencari data untuk menyelesaikan skripsi sarjana. Oleh karena itu, sangat diharapkan saudari mengisi kuesioner ini sesuai dengan keadaan, perasaan, dan pikiran saudari.

Dalam mengisi kuesioner ini tidak ada jawaban yang salah dan semua jawaban akan dijamin kerahasiaannya. Sebelum dan sesudahnya, saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Peneliti,

(67)

Identitas Diri

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

PETUNJUK

1.

Dalam mengisi skala ini tidak ada jawaban benar atau salah dan semua jawaban yang Anda berikan akan dijamin kerahasiaannya.

2.

Skala ini terdiri dari 60 pernyataan. Nyatakanlah pendapat Anda dengan memberi tanda ( ) pada kolom yang tersedia

Kolom 1 (SS) adalah jika Anda ”Sangat Sesuai” dengan penyataan

tersebut

Kolom 2 (S)adalah jika Anda ”Sesuai” dengan pernyataan tersebut

Kolom 3 (TS) adalah jika Anda ”Tidak Sesuai dengan pernyataan

(68)

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya bangga dengan bentuk bahu saya

2. Saya senang dengan bentuk kaki saya yang ideal

3. Saya selalu bersolek di depan

cermin

4. Bentuk tubuh saya menurut saya sudah sesuai keinginan saya 5. Bentuk pinggul saya terlihat

indah saat mengenakan celana ketat

6. Saya tidak ingin merubah bentuk bahu saya karena sudah sesuai keinginan saya

7. Saya sering memakai baju yang

dapat memperlihatkan bentuk

bahu saya

8. Saya nyaman dengan

(69)

menarik

memperlihatkan bentuk pinggul

saya yang ramping

12. Aktris film membuat saya

terinspirasi untuk memiliki

bentuk tubuh yang ideal

No. Pernyataan SS S TS STS

(70)

18. Proporsi bahu, pinggul dan keseluruhan bentuk tubuh saya membuat saya puas

19 Saya tidak puas dengan bentuk dada saya yang kurang menarik

No. Pernyataan SS S TS STS

20. Bentuk bahu saya yang kurang menarik membuat saya malu 21. Saya tidak memakai baju yang

ketat karena membuat saya tidak

nyaman dan dapat

(71)

27. Saya memang memiliki bahu yang yang seperti yang saya miliki sekarang

28. Saya merasa kecewa dengan bentuk pinggul saya yang kurang menarik

29. Saya selalu memakai pakaian

yang ketat untuk

memperlihatkan bentuk tubuh

saya yang indah kaki saya yang kurang menarik 34. Bentuk pinggul saya membuat

saya merasa puas

35. Saya merasa senang dengan kaki saya yang jenjang

36. Saya menggunakan sepatu berhak tinggi untuk menunjang tinggi badan saya yang kurang ideal

(72)

proporsional

38 Saya berharap bentuk bahu saya proporsional dengan bentuk tubuh saya

39 Saya senang dengan bentuk pinggul saya

40. Saya senang dengan bentuk dada saya yang membuat saya terlihat menarik

41 Menurut saya bentuk tubuh saya tidak ideal

42. Saya tidak ingin merubah bentuk pinggul saya karena sudah sesuai dengan keinginan saya

43. Saya tidak perlu menggunakan sepatu berhak tinggi karena

tinggi badan saya

sudahproporsional

44. Saya idak ingin menutupi setiap lekuan tubuh saya karena bentuk tubuh saya sudah sesuai

(73)

49. Saya merasa malu dengan pinggang saya yang membuat saya kurang proporsionalu 50. Saya berharap mampu mengubah

bentuk tubuh saya supaya terlihat menarik

51. Setiap saat saya selalu memperlihatkan bentuk pinggul saya yang menawan saat berkaca 52. Bentuk kaki saya sudah sesuai dengan keinginan saya karena membuat saya terlihat anggun saat berjalan

53. Saya menghindari berada di lingkungan sosial karena saya malu dengan bentuk tubuh saya yang kurang proporsional

54. Saya sering menggunakan celana panjang agar kaki saya tidak terlihat

55. Tinggi badan saya yang tidak ideal membuat saya tidak puas 56. Bentuk bahu saya membuat saya

terlihat tidak menarik

57. Bentuk kaki saya yang tidak jenjang membuat saya merasa tidak nyaman

(74)

59. Saya menghindari pakaian yang dapat memperlihatkan bentuk bahu saya yang kurang proporsional

(75)

59

LAMPIRAN B

(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)

66

LAMPIRAN C

DATA

(83)

Data Penelitian

No. Subjek

Global

Subjective Afektif Kognitif Behavioral

(84)

68

LAMPIRAN D

ANALISIS

(85)

Uji Reliabilitas

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 35 100.0

Excludeda 0 .0

Total 35 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(86)
(87)

VAR00020 151.6571 570.703 .589 .963

VAR00021 151.8286 570.087 .532 .963

VAR00022 151.8857 570.869 .497 .963

VAR00023 151.4286 572.252 .456 .963

VAR00024 151.6571 566.291 .647 .963

VAR00025 151.6000 569.600 .667 .963

VAR00026 151.4571 571.726 .624 .963

VAR00027 151.3429 575.350 .501 .963

VAR00028 151.5714 569.370 .731 .962

VAR00029 151.8857 581.457 .250 .964

VAR00030 151.7143 567.445 .540 .963

VAR00031 151.5143 567.492 .699 .962

VAR00032 151.5429 572.491 .626 .963

VAR00033 151.5143 568.375 .720 .962

VAR00034 151.6000 564.776 .824 .962

VAR00035 151.3714 563.887 .724 .962

VAR00036 151.5714 571.899 .496 .963

VAR00037 151.4000 569.894 .500 .963

VAR00038 151.7429 574.785 .546 .963

VAR00039 151.4857 562.551 .810 .962

VAR00040 151.5429 575.432 .424 .963

(88)

VAR00042 151.4286 567.958 .664 .962

VAR00043 151.4571 570.844 .608 .963

VAR00044 151.6286 571.123 .576 .963

VAR00045 151.5429 575.550 .480 .963

VAR00046 151.4000 562.894 .707 .962

VAR00047 151.4571 564.608 .649 .963

VAR00048 151.6286 564.182 .643 .963

VAR00049 151.6286 572.064 .445 .963

VAR00050 151.6857 571.281 .487 .963

VAR00051 151.9429 579.408 .398 .963

VAR00052 151.4857 567.728 .621 .963

VAR00053 151.2000 570.400 .615 .963

VAR00054 151.5429 579.844 .369 .963

VAR00055 151.6286 571.358 .609 .963

VAR00056 151.6857 572.692 .499 .963

VAR00057 151.5143 571.139 .628 .963

VAR00058 151.8571 582.361 .332 .963

VAR00059 151.6857 573.339 .546 .963

(89)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 35 100.0

Excludeda 0 .0

Total 35 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.966 55

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

VAR00001 139.2571 533.726 .643 .965

(90)

VAR00004 139.4857 531.728 .695 .965

VAR00005 139.5429 540.197 .580 .965

VAR00006 139.4286 533.546 .656 .965

VAR00008 139.4000 529.953 .697 .965

VAR00009 139.4571 539.491 .578 .965

VAR00010 139.4571 540.079 .558 .966

VAR00011 139.8857 547.987 .273 .966

VAR00013 139.1429 545.832 .384 .966

VAR00015 139.9143 545.022 .330 .966

VAR00016 139.5714 542.899 .443 .966

VAR00017 139.4571 531.138 .652 .965

VAR00018 139.5143 529.669 .749 .965

VAR00019 139.6286 539.299 .559 .966

VAR00020 139.6571 537.173 .589 .965

VAR00021 139.8286 536.793 .526 .966

VAR00022 139.8857 537.810 .484 .966

VAR00023 139.4286 537.723 .482 .966

VAR00024 139.6571 532.703 .652 .965

VAR00025 139.6000 536.012 .670 .965

VAR00026 139.4571 538.138 .625 .965

VAR00027 139.3429 541.997 .490 .966

(91)

VAR00030 139.7143 533.445 .554 .966

VAR00031 139.5143 533.845 .706 .965

VAR00032 139.5429 538.373 .646 .965

VAR00033 139.5143 535.022 .716 .965

VAR00034 139.6000 531.365 .826 .965

VAR00035 139.3714 530.829 .716 .965

VAR00036 139.5714 538.311 .496 .966

VAR00037 139.4000 535.600 .520 .966

VAR00038 139.7429 541.491 .533 .966

VAR00039 139.4857 529.257 .811 .965

VAR00040 139.5429 542.550 .401 .966

VAR00041 139.6286 534.299 .607 .965

VAR00042 139.4286 533.899 .684 .965

VAR00043 139.4571 536.961 .620 .965

VAR00044 139.6286 538.182 .558 .966

VAR00045 139.5429 542.020 .475 .966

VAR00046 139.4000 530.012 .695 .965

VAR00047 139.4571 530.844 .660 .965

VAR00048 139.6286 530.593 .649 .965

VAR00049 139.6286 537.946 .459 .966

VAR00050 139.6857 536.869 .510 .966

(92)

VAR00052 139.4857 534.728 .608 .965

VAR00053 139.2000 536.518 .627 .965

VAR00054 139.5429 545.961 .372 .966

VAR00055 139.6286 537.652 .614 .965

VAR00056 139.6857 538.457 .518 .966

VAR00057 139.5143 537.492 .632 .965

VAR00058 139.8571 548.950 .313 .966

VAR00059 139.6857 539.457 .555 .966

VAR00060 139.8000 535.694 .581 .965

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 35 100.0

Excludeda 0 .0

Total 35 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

(93)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(94)

VAR00020 137.4000 528.424 .591 .966

VAR00021 137.5714 528.487 .515 .966

VAR00022 137.6286 529.064 .486 .966

VAR00023 137.1714 528.617 .493 .966

VAR00024 137.4000 524.188 .648 .965

VAR00025 137.3429 527.291 .671 .965

VAR00026 137.2000 529.518 .622 .966

VAR00027 137.0857 533.375 .486 .966

VAR00028 137.3143 526.810 .745 .965

VAR00030 137.4571 524.844 .552 .966

VAR00031 137.2571 525.373 .700 .965

VAR00032 137.2857 529.563 .650 .966

VAR00033 137.2571 526.432 .713 .965

VAR00034 137.3429 522.703 .827 .965

VAR00035 137.1143 522.222 .715 .965

VAR00036 137.3143 529.634 .496 .966

VAR00037 137.1429 526.597 .528 .966

VAR00038 137.4857 532.963 .526 .966

VAR00039 137.2286 520.593 .812 .965

VAR00040 137.2857 533.975 .396 .966

VAR00041 137.3714 525.358 .615 .966

(95)

VAR00043 137.2000 528.282 .619 .966

VAR00044 137.3714 529.652 .552 .966

VAR00045 137.2857 533.445 .470 .966

VAR00046 137.1429 521.361 .696 .965

VAR00047 137.2000 522.047 .664 .965

VAR00048 137.3714 521.887 .651 .965

VAR00049 137.3714 529.123 .462 .966

VAR00050 137.4286 528.193 .509 .966

VAR00051 137.6857 537.869 .361 .966

VAR00052 137.2286 526.240 .603 .966

VAR00053 136.9429 527.644 .633 .966

VAR00054 137.2857 537.269 .370 .966

VAR00055 137.3714 528.887 .616 .966

VAR00056 137.4286 529.429 .528 .966

VAR00057 137.2571 528.785 .633 .966

VAR00058 137.6000 540.129 .315 .966

VAR00059 137.4286 530.899 .550 .966

(96)

80

LAMPIRAN E

DATA

(97)

Statistik Deskriptif Per Aspek

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance VAR00001 35 23.00 52.00 38.1714 6.94722 48.264 VAR00002 35 27.00 55.00 39.8000 7.73761 59.871 VAR00003 35 22.00 46.00 33.4571 5.60642 31.432 VAR00004 35 19.00 41.00 28.4571 4.50714 20.314 Valid N

(98)

82

LAMPIRAN F

UJI

(99)

Uji Normalitas

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

VAR00001

N 35

Normal Parametersa Mean 139.8857

Std. Deviation 23.40911

Most Extreme Differences Absolute .132

Positive .076

Negative -.132

Kolmogorov-Smirnov Z .779

Asymp. Sig. (2-tailed) .579

(100)

84

LAMPIRAN G

(101)

Statistik Deskriptif

Body Image

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

VAR00001 35 91.00 193.00 1.3989E2 23.40911

(102)

86

LAMPIRAN H

(103)

Uji T

T-Test

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

VAR00001 35 1.3989E2 23.40911 3.95686

One-Sample Test

Test Value = 135

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

(104)

88

LAMPIRAN I

STATISTIK

DESKRIPTIF

Gambar

Tabel 1. Skor Item Favorabel dan Unfavorabel.......................................
Tabel 1 Skor untuk Item Favorable dan Unfavorable
Tabel 2
Tabel 3 Distribusi Item Skala Body Image Setelah Seleksi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah

Peserta yang telah melakukan pendaftaran akan dihubungi oleh pihak panitia pada tanggal 5 Oktober 2016 untuk konfirmasi.. Formulir pendaftaran dapat diambil di sekretariat